Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KESEHATAN TERNAK

SUCI ANJARWATI

C1071141042

PRODI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2015/2016
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunianya saya
dapat menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan
.Makalah ini berisi tentang praktikum lapangan pemeriksaan kesehatan hewan qurban dan
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KESEHATAN TERNAK .

Prinsip pengendalian dan pencegahan penyakit hewan yang menjadi tugas pemerintah
dibidang kesehatan hewan terutama diarahkan pada penyakit yang berdampak kerugian ekonomi
luas karena bersifat menular, menyebar cepat, berakibat angka morbiditas dan mortalitas yang
tinggi, berdampak pada faktor reproduksi dan bersifat zoonosis.

Terima kasih saya sampaikan dan akhir kata , saya menyadari masih banyak terjadi
kesalahan dalam penyusunan dan perangkaian laporan ini . maka dari pada itu ,saya
mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif dan inovatif demi meraih yang lebih baik
daripada apa yang saya sajikan ini dan perbaikan untuk masa yang akan mendatang .
DAFTAR ISI

I.PENDAHULUAN

II.DATA DAN HASIL PRAKTIKUM

III.PEMBAHASAN

IV.KESIMPULAN.
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Arah kebijakan pembangunan subsektor Peternakan adalah


menjamin tersedianya pangan asal ternak dalam jumlah dan
mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau.
Berkaitan dengan hal tersebut maka fokus kesisteman
pembangunan peternakan diarahkan terhadap ketahanan
pangan; pemberdayaan ekonomi rakyat dan peningkatan
peluang ekspor. Untuk mendorong dan mencapai hal tersebut
diperlukan ketajaman pembangunan peternakan dengan
menerapkan misi sebagai berikut :

1). Penyediaan pangan asal ternak yang cukup baik kuantitas


maupun kualitasnya;

2). Memberdayakan sumberdaya manusia peternakan agar


dapat menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi di
dalam maupun luar negeri;

3). Menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan


pendapatan peternak;

4). Menciptakan lapangan kerja di bidang agribisnis


Peternakan

5). Melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam


pendukung Peternakan;

6). Mengembangkan teknologi tepat guna yang ramah


lingkungan.

Berkaitan dengan hal tersebut maka peran kebijakan perbibitan harus disesuaikan dengan
kondisi yang hidup dimasyarakat serta mampu menjawab setiap tuntutan yang berkembang
dimasyarakat. Pada era global dewasa ini perbibitan merupakan salah satu elemen penting dalam
manajemen peternakan. Disamping 2 (dua) elemen penting lainnya yaitu pakan dan kesehatan
hewan.Salah satu isu penting yang berkembang didunia dewasa ini adalah adanya penyakit
hewan (ruminansia non ruminansia dan unggas) yang bersifat pandemi (mendunia) dan lintas
batas (transboundary disease).

Penyakit bergerak melintas dari suatu negara ke negara lain tanpa batas, dari satu wilayah
ke wilayah lainya dan berpotensi menggagalkan usaha peternakan, sejalan dengan
berkembangnya perdagangan ternak dan produk ternak. Untuk mengantisipasi hal tersebut
diperlukan suatu pedoman tentang tata cara mengelola ternak bibit milik pemerintah agar dapat
terhindar dari penyakit hewan , yang dikenal dengan biosekuriti ternak bibit. Pada usaha
peternakan penerapan biosekuriti mutlak dilakukan, terutama terhadap penyakit
menular yang bersifat zoonosa dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan secara menyeluruh.
Dengan demikian pedoman biosekuriti ternak bibit diharapkan dapat menjadi dasar dalam
pelaksanaan kebijakan perbibitan di lapangan.

B.TUJUAN

Untuk mengetahui kesehatan ternak dan cara pemotongan hewan ternak dan
Meyeleksi daging hewan yang layak.

BAB II
DATA DAN HASIL PRAKTIKUM
DATATERNAK HEWAN QURBAN

Nama Masjid Jumlah Sapi Jumlah Kambing Alamat


3 2 Jalan Parit Haji
Husein 2 Gang
Wisuda Rt 002/Rw
003

MENGETAHUI

Pengawas Pemotongan

Hewan Ternak yang diqurbankan tidak mengalami penyakit dan sehat .


BAB III

PEMBAHASAN

CIRI-CIRI HEWAN SEHAT

PEMERIKSAAN POS MORTEM

Setelah hewan dipotong (disembelih) lakukan pemeriksaan pos mortem dengan teliti pada
bagian-bagian sbb :

1. Karkas

Karkas sehat tampak kompak dengan warna merah merata dan lembab. Bentuk-bentuk kelainan
yang sering dijumpai seperti adanya butiran-butiran menyerupai beras (beberasan – Bali),
bercak-bercak pendarahan, lebam-lebam, berair dsb.

2. Paru-paru

Paru-paru sehat berwarna pink , jika diremas terasa empuk dan teraba gelembung udara, tidak
lengket dengan bagian tubuh lain, tidak bengkak dengan kondisi tepi-tepi yang tajam. Ditemukan
benjolan-benjolan kecil pada rabaan paru-paru atau terlihat adanya benjolan-benjolan keputihan
(tuberkel) patut diwaspadai adanya kuman tbc.

3. Jantung

Ujung jantung terkesan agak lancip, bagian luarnya mulus tanpa ada bercak-bercak perdarahan.
Belah jantung untuk mengetahui kondisi bagian dalamnya.

4. Hati

Warna merah agak gelap secara merata dengan kantong empedu yang relatif kecil. Konsistensi
kenyal dengan tepi-tepi yang cenderung tajam. Sayat beberapa bagian untuk mengetahui kondisi
didalamnya. Kelainan yang sering ditemui adalah adanya cacing hati (Fasciola hepatica atau
Fasciola gigantica – pada sapi), konsistensi rapuh atau mengeras.

5. Limpa

Ukuran limpa lebih kecil dari pada ukuran hati, dengan warna merah keunguan. Pada penderita
anthrax keadaan limpa membengkak hebat.
6. Ginjal

Kedua ginjal tampak luar keadaannya mulus dengan bentuk dan ukuran relatif semetris. Adanya
benjolan, bercak-bercak pendarahan, pembengkakan atau perubahan warna merupakan kelainan
pada ginjal. Belah menjadi dua bagian untuk emngetahui keadaan bagian dalamnya.

7. Lambung & Usus

Bagian luar dan bagian dalam tampak mulus. Lekukan-lekukan bagian dalamnya teratur rapi.
Penggantung usus dan lembung bersih Tidak ditemukan benda-benda asing yang menempel atau
bentukan-bentukan aneh pada kedua sisi lambung dan usus. Pada lambung kambing sering
dijumpai adanya cacing yang menempel kuat berwarna kemerahan.

Pemeriksaan pos mortem dilakukan secara hati-hati dan teliti. Diperlukan latihan dan
ketrampilan untuk melakukan pemeriksaan ini, terutama untuk mengenali organ-organ dalamnya
(mana hati, limpa, ginjal dsb)

Hasil akhir pemeriksaan pos mortem adalah baik (sehat), tidak baik (sakit / rusak ) dan baik
sebagian. Kategori baik sebagian karkas / organ dapat dikonsumsi dengan menghilangkan bagian
tertentu yang tidak baik. Kategori tidak baik harus diafir semua organ / karkas yang rusak atau
seluruh tubuh hewan tersebut.

Ciri-ciri hewan sehat perlu diketahui, agar kita bisa mengkonsumsi produk daging yang sehat
dan menyehatkan.

Pedoman seleksi hewan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyeleksi hewan:

1. hewan yang jantan tidak dikastrasi/dikebiri, testis/buah zakar masih lengkap (2 buah)
dengan bentuk dan letaknya simetris,

2. hewan yang akan disembelih cukup umur, untuk kambing dan domba berumur lebih dari
satu tahun ditandai dengan tumbuhnya sepasang gigi tetap, sapi dan kerbau berumur dua tahun
ditandai dengan tumbuhnya gigi tetap,

3. hewan harus sehat dengan ciri-ciri :

a. tidak cacat (pincang, mata buta/picak),


b. telinga tidak rusak,

c. bulu bersih dan mengkilap,

d. lincah,

e. muka cerah,

f. nafsu makan baik,

g. lubang kumlah (mulut, mata, hidung, telinga dan anus) bersih dan normal.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyembelihan hewan :

Tahap pertama, persiapan sebelum penyembelihan seperti tempat penyembelihan


hendaknya terpisah dari sarana umum, tempat penjualan makanan dan minuman, serta dibuatkan
lubang yang cukup (lebih dari satu meter) untuk menampung darah hasil
penyembelihan, kemudian peralatan yang digunakan memotong hendaknya tidak berkarat,
diasah dengan tajam, bersih. Sedangkan hewan diistirahatkan atau dikarantina minimal 3 hari.

Tahap kedua dalam proses penyembelihan dilaksanakan pemeriksaan sebelum


pemotongan (ante mortem) agar hanya hewan sehat yang dipotong dengan memperhatikan ciri-
ciri sehat hewan qurban.

Tahap ketiga sebagai tahap penyembelihan yang dengan tata cara agama Islam
disesuaikan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, diantaranya membaca Basmallah
(Bismillahirrahmaanirrahim) dan mengumandangkan takbir saat mulai penyembelihan, memutus
jalan makanan (mari ), memutus dua urat nadi (wadajain), memutus jalan nafas (hulqum), hewan
dipotong dengan sekali tekan/potong tanpa mengangkat pisau dari leher (namun kepala tidak
langsung dipisahkan).

Tahap keempat, dilaksanakan pemeriksaan setelah penyembelihan (postmortem) yakni


pemeriksaan organolepsis sebagai pemeriksaan terhadap bau, warna, konsistensi/kekenyalan
daging. Untuk limpa normal ciri-cirinya kenyal tidak terjadi pembengkakan atau hancur.
Selanjutnya bagi petugas penyembelihan dan pemotongan daging setelah bekerja harus
membersihkan dirinya dan dilanjutkan dengan menggunakan larutan pemati kuman
(desinfektan), begitu pula dengan alat-alat penyembelihan dibersihkan dengan sabun dan
desinfektan. Sedangkan sisa-sisa penyembelihan dibuang, dibakar dan disucihamakan dengan
baik.

Kita perlu menghindari mengkonsumsi daging yang dimasak setengah matang, serta
meminta masyarakat segera melaporkan dan konsultasi dengan dokter atau puskesmas terdekat
bila menemui kelainan atau gejala yang patut dihubungkan dengan penyakit Anthrax.

Ciri Hewan Sehat.

Ciri-ciri fisik dari hewan yang sehat biasanya bisa dikenali dari gerakannya yang lincah
(gesit), bulu tidak kusam, mata bersinar, lubang alami (mulut, hidung, telinga dan anus) tidak
mengeluarkan leleran atau darah, suhu tubuh normal (40 derajat Celcius). Sebaliknya hewan
yang tidak sehat selain bisa dilihat dari gerakannya yang tidak gesit, bulunya terlihat kusam,
mata sayu, mengeluarkan leleran atau darah dari lubang alami, suhu tubuhnya di atas 40 derajat
Celsius. “Sampai saat ini penyakit antraks dan cacing hati masih mendominasi penyakit pada
hewan. Untuk mengantisipasi hal itu di samping lebih teliti dalam memilih hewan yang akan
disembelih, alangkah baiknya jika masyarakat meminimalkan kontaminasi dengan apa saja.
Misalnya dengan menggantung hewan (kambing) yang sudah disembelih, mencuci pisau setiap
kali mau digunakan serta menggunakan alas yang benar-benar bersih (tidak tercemar),” agar
kualitas dagingnya bagus, hewan yang akan disembelih sebaiknya diistirahatkan.
BAB IV

KESIMPULAN

Penyakit merupakan suatu kejadian yang bersifat negatif sebagai akibat yang ditimbulkan
oleh suatu bibit penyakit dan menyebabkan gangguan fisiologis pada
tubuh induk ternak.
Infeksi merupakan masuknya bibit penyakit berupa mikroorganisme atau organisme
lainnya ke dalam tubuh hewan
Penyakit Menular (Infeksious) merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, parasite dan jamur) yang bersifat dapat berpindah dari satu hewan ke hewan
lainnya.
Gejala Klinis merupakan setiap perubahan dari tubuh dan prilaku yang diakibatkan oleh suatu
penyakit.
Vaksinasi merupakan upaya untuk menimbulkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan bibit penyakit tertentu yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ternak/manusia.

Anda mungkin juga menyukai