Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN


TUGAS II

Disusun Oleh :
Fandi Kurniawan
3336170054

FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cilegon,21 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
BAB II ISI
2. 1 Bahan Perkerasan yang Diperlukan
2.1.1 Agregat
2.1.2 Aspal
2.1.3 Beton
2. 2 Peralatan yang Digunakan Untuk Perkerasan Jalan
2. 3 Metode Pelaksanaan Perkerasan Jalan
2.3.1 Pekerjaan Fisik
2.3.2 Pekerjaan Tanah
2.3.3 Pekerjaan Berbutir
2.3.4 Pekerjaan Aspal
2.3.5 Pekerjaan Struktur
BAB III PENUTUP
3.. 1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan merupakan suatu elemen pada transportasi yang dijadikan tempat
kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Sedang Perkerasan jalan adalah merupakan lapisan perkerasan yang berada
diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang fungsinya memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi yang diharapkan pada masa pelayanan tidak
terjadi suatu kerusakan yang berarti. Tanah juga harus diuji untuk melihat
kemampuannya menampung beban-beban kendaraan, jika perlu, tanah yang
lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan
menjadi lapisan dasar.
Agar tercipta jalan yang aman, nyaman dan memberikan manfaat yang
signifikan bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas
dan menjadi salah satu faktor menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat
dari beberapa aspek–aspek kehidupan, baik itu ekonomi dan sosial.
Apapun jenis perkerasan Jalan raya, harus dapat memfasilitasi sejumlah
pergerakan lalu lintas, berupa jasa angkutan lalu lintas, jasa angkutan manusia,
atau berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan untuk
melintas dijalan tersebut. Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan
barangnya, akan memberikan variasi dengan beban ringan, sedang sampai berat.
Jenis kendaraan penumpang akan memberikan pula sejumlah variasi. Dan hal itu
harus didukung oleh perkerasan jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan
menentukan klasifikasi jalan yang bersangkutan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Mahasiswa dapat mengetahui bahan-bahan yang diperlukan, peralatan yang
dibutuhkan serta metode-metode apa saja yang dilakukan untuk perkerasan jalan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan Perkerasan yang Dibutuhkan


Bahan perkerasan pembentuk lapisan perkerasan dibedakan berdasarkan jenis
– jenis konstruksi perkerasan tersebut diatas. Secara prinsip bahan perkerasan
terdiri dari Bahan pengikat dapat berupa Aspal atau Cemen ( PC ) kemudian
Bahan pengisi berupa Agregat dan bahan tambah yang berfungsi sebagai
kemudahan untuk dikerjakan.
2.1.1 Agregat
Agregat adalah matrial perkerasan berbutir yang digunakan untuk perkerasan
jalan, ASTM mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari
mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.
Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum didefinisikan agregat
merupakan sekumpulan butir – butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik berupa hasil alam maupun hasil buatan.
Menurut Silvia ( 2003 ) Agregat merupakan komponen utama dari struktur
perkerasan jalan, yaitu 90-95% berat atau 75-85% dari volume campuran.
Sehingga kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material lain (aspal).
Silvia ( 2003 ) membedakan agregat berdasarkan kelompok terjadinya,
pengolahan, dan ukuran butirnya. Berdasarkan proses terjadinya agregat dapat
dibedakan atas agregat beku, agregat sendimen dan agregat metamorfik ini
diperkuat oleh Athur ( 2003 ) Batuan alam diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
yaitu batuan beku, batuan sendimen dan batuan metamorf.
- Agregat beku, adalah agregat yang berasal dari magma yang mendingin dan
membeku tedapat dua macam agregat beku yaitu agregat beku luar dan dalam.
Agregat beku luar umumnya berbutir halus seperti batu apung, andesit, basalt,
dll. Sedangkan agregat beku dalam umumnya bertektur kasar seperti gabbro,
diorit, syenit.
- Agregat sendimen, adalah agregat yang berasal dari campuran mineral, sisa –
sisa hewan dan tanaman yang mengalami pengendapan dan pembekuan.
Berdasar proses pembentukanya dapat dibedakan atas agregat sendimen yang
dibentuk dengan proses mekanik, prosese organis dan proses kimiawi.
- Agregat metamorfik, adalah agregat yang mengalimi perubahan bentuk akibat
adanya perubahan tekanan dan temperatur kulit bumi.
Berdasarkan pengolahannya dibedakan atas agregat siap pakai (agregat alam)
dan agregat perlu diolah:
- Agregat siap pakai, adalah agregat yang terbentuk melalui proses erosi dan
degradasi sehingga sangat menentukan bentuk partikelnya,agregat yang
terbentuk karena proses erosi umumnya bulat dantekstur permukaanya licin.
Sedangkan agregat yang terbentuk akibat degradasi umumnya membentuk
sudut tajam dan kasar. Agregat ini sering digunakan untuk matrial perkerasan
jalan.
- Agregat yang diolah, adalah agregat yang diperoleh dari sungai – sungai atau
gunung – gunung yang berbentuk masif dan besar – besar sehingga perlu diolah
terlebih dahulu, umumnya mempunyai bidang pecahan, bertekstur kasar dan
ukuran agregat sesuai yang diinginkan. Agreagat ini umumnya baik untuk
matrial perkerasan jalan.
Berdasarkan ukuran butirnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi ( filler ). The Asphalt Instirut membedakan
agregat berdasarkan ukuran butir menjadi :
- Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan
No. 8 ( = 2,36 mm )
- Agregat halus dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan No. 8 ( = 2,36
mm ) dan bahan pengisi ( filler ) adalah bagian dari agregat halus yang lolos
saringan No.30 ( = 0,60 mm ).
Sedangkan Bina Marga membedakan agregat menjadi :
- Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan
No. 4 ( = 4,75 mm )
- Agregat halus dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan No. 4 ( = 4,75
mm ) dan bahan pengisi ( filler ) adalah bagian dari agregat halus yang lolos
minimum 75 % saringan No.200 ( = 0,075 mm )
2.1.2 Aspal
Aspal merupakan material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur
(flexible pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat
agregat, karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kedap
air dan mudah dikerjakan. Silvia ( 1990 ) membedakan Aspal untuk material jalan
atas :
- Aspal Alam
Aspal jenis ini banyak terdapat di alam, contohnya :
 Lake asphalt, terdapat di Trinidad, Bermuda. Aspal ini jika diurai akan
didapatkan bahan-bahan dengan komposisi 40% bitumen, 30 % bahan
eteris, 25 % bahan mineral dan 5 % bahan organik.
 Batu Aspal (rock asphalt) dipulau Buton Sulawesi Tenggara, aspal ini
dikenal juga dengan Butas (Buton Asphalt) atau Asbuton (Aspal Batu
Beton), terdapat didalam batu karang, sehingga asplanya bercampur
dengan batu kapur (CaCO3).
Dilihat dari segi fisiknya aspal alam dibagi menjadi aspal padat / batuan, aspal
plastis dan aspal cair.
Sifat-sifat aspal buton antara lain : kadar asphaltenenya jauh lebih tinggi
dan kadar maltenenya lebih rendah dibandingkan dengan aspal buatan. Oleh
karena itu asbuton mempunyai pelekatan yang lebih baik dan kepekaan
terhadap perubahan suhu yang lebih kecil.
Penggunaan aspal alam sudah banyak digunakan untuk pelapisan
konstruksi perkerasan, dimana yang sudah banyak digunakan adalah :
a. Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat), merupakan lapisan konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak
yang diaduk, dihamparkan dan dipadatkan secara dingin.
b. Latasbum (Lapis Asbuton Murni)
Lapis tipis asbuton murni (latasbum) merupakan lapisan penutup yang terdiri
dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang
dicampur secara dingin dan menghasilkan tebal maksimum 1 cm.
- Aspal buatan (Bitumen)
Aspal buatan merupakan bitumen yang merupakan jenis aspal hasil
penyulingan minyak bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan
disebut dengan paraffin base crude oil. Aspal buatan dilihat dari segi bentuk
dibagi menjadi 3 bentuk yang antara lain:
 Aspal Padat
Aspal buatan atau bitumen ini merupakan hasil penyulingan minyak
bumi yang kemudian disuling sekali lagi pada suhu yang sama tetapi
dengan tekanan rendah (hampa udara), sehingga dihasilkan bitumen yang
disebut dengan ‘straight bitumen’.
Pada umumnya bitumen jenis ini mempunyai penetrasi yang tinggi.
Untuk mendapatkan bitumen dengan penetrasi yang lebih rendah, maka
residu hasil penyulingan hampa udara tadi diberikan lagi proses tambahan
berupa pencampuran dengan udara pada suhu 400o C dan disebut dengan
proses “blowing”. Dengan proses blowing ini, maka beberapa sifat
bitumen diperbaiki, antara lain : peningkatan kadar asphaltene, sifat lekat
dan sifat kepekaan terhadap udara. Kekurangan dari proses “blowing” ini
adalah kemungkinan terjadinya retak (cracking) akibat adanya proses
kimia berupa pemecahan molekul-molekul besar menjadi molekul-
molekul kecil dan terjadinya arang (carbon). Adanya pemecahan molekul
ini bisa mengakibatkan berkurangnya bitumen dan tidak homogen. Proses
ini memakan biaya yang cukup tinggi dan harus dilaksanakan dengan hati-
hati, dan hasil yang diperoleh disebut dengan ‘semiblown asphalt’.
Jenis – jenis aspal padat antara lain :
1) Straight Run (Bitumen Hasil Langsung)
Jenis aspal ini dibuat dari minyak bumi, biasanya minyak bumi
yang banyak mengandung aspal dan sedikit parafin, karena parafin
akan banyak mempengaruhi pelekatan aspal pada batuan. Minyak
bumi terbut kemudian disuling untuk memisahkan bagian-bagian yang
mudah menguap. Residu atau sisa destilasi kemudian disuling kembali
pada suhu yang sama dengan tekanan rendah (hampa udara) dan
menghasilkan fraksi seperti minyak pelumas dan sisanyaakan menjadi
“straight run bitumen”. Bitumen jenis ini mempunyai penetrasi yang
tinggi.
2) Blown Bitumen (Bitumen Hasil Pencampuran Udara)
“Blowing” adalah proses tembahan, dimana residu dari
penyulingan vakum dicampur dengan udara pada suhu 4000 C. Proses
ini dilakukan jika bitumen yang dibutuhkan adalah bitumen dengan
penetrasi yang lebih rendah daripada “straight run”. Dengan proses ini
akan diperoleh dua keuntungan, yaitu penetrasi akan berkurang dan
kadar asphaltene bertambah.
Kerugian hasil blowing adalah akan terjadi pemecahan (cracking)
yaitu suatu proses kimia dimana molekul yang besar dipecah menjadi
molekul yang lebih kecil dan akan terjadi arang, sehingga hasil
bitumen akan berkurang dan menjadi tidak homogen.
Akibat terjadinya arang maka pelekatan terhadap batuan akan
berkurang karena arang tidak dapat larut secara baik dalam malten.
Proses blowing sendiri memerlukan biaya yang tinggi dan
menimbulkan polusi udara, sehingga untuk kebutuhan material jalan
akan dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghasilkan “semi blown
asphalt”.
Sifat aspal padat
Sifat bitumen yang dibutuhkan dan beberapa sifat penting untuk
digunakan sebagai bahan jalan :
1) Untuk mencapai daya ikat yang baik, maka diperlukan daya lekat yang
baik. Sifat lekat bitumen terhadap batuan tidak disebabkan daya tarik
muatan listrik tetapi karena tekanan tersebut tergantung dari struktur
bitumen. Bitumen yang mengandung gugusan aromatik melekat lebih
baik pada batuan daripada bitumen yang mengandung banyak gugusan
parafin. Tekanan permukaan adalah energi yang dibutuhkan oleh
bahan tersebut untuk memperluas permukaan sehingga tekanan akan
menjadi lebih rendah pada suhu tinggi.
2) Dapat menjadi cair
3) Dapat menjadi cukup keras kembali sehingga membentuk campuran
batu aspal yang merekat dengan baik dan dapat dipadatkan untuk
membentuk konstruksi lapisan perkerasan yang stabil.
4) Dapat menjadi cukup lunak sehingga campuran batu aspal tersebut
tidak menjadi rapuh pada suhu lunak yang dapat mengakibatkan
kerusakan.
5) Bitumen yang digunakan tidak boleh terlalu peka terhadap suhu
karena waktu penetrasi sangan tergantung pada suhu.
6) Titik lembek aspal perlu mendapat perhatian, karena pada suhu
tersebut bahan mulai bergerak dengan kecepatan tertentu pada beban
tertentu.
7) Jika aspal makin keras, maka kadar asphaltene akan naik tetapi
daktilitas akan turun. Jika kadar parafin tinggi, maka sifat kepekaan
aspal terhadap suhu akan meningkat dan daya lekat akan kurang,
selain itu daktilitas juga akan berkurang.
Penggunaan aspal padat
Aspal padat dapat digunakan untuk hampir seluruh pekerjaan
pelaksanaan lapis perkerasan aspal, mulai dari pelapisan permukaan
sampai dengan pekerjaan konstruksi perkerasan jalan yang bermutu tinggi
seperti lapisan aspal beton.
 Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal keras yang dicampur dengan pelarut. Jenis
aspal cair tergantung dari jenis pengencer yang digunakan untuk
mencampur aspal keras tersebut.
Jenis aspal cair
1) Aspal RC (Rapid Curing), aspal cair cepat mengeras yang merupakan
jenis aspal yang akan dengan cepat mengendap, merupakan aspal
keras yang dicampur dengan kerosin (bensin).
2) Aspal MC (Medium Curing), merupakan jenis aspal yang akan
mengendap dalam waktu sedang, merupakan aspal keras yang
dicampur dengan minyak disel.
3) Aspal SC (Slow Curing), merupakan jenis aspal yang akan dengan
lambat mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur dengan
residu dari pengilangan pertama.
Sifat Aspal Cair
Aspal cair yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan dan mempersingkat waktu pelaksanaan karena dengan
kecairannya, aspal akan lebih mudah mengalir diantara batuan dan
menyelimutinya untuk menghasilkan ikatan antara batu aspal.
Penggunaan Aspal Cair
Aspal cair dapat digunakan seperti halnya aspal padat.
 Aspal Emulsi
Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair pada
umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam
batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal emulsi terdiri
dari butir-butir aspal halus dalam air yang diberikan muatan listrik
sehingga butir-butir aspal tersebut tidak bersatu dan tetap berada pada
jarak yang sama.
Karena adanya perbedaan muatan listrik yang diberikan, maka aspal
emulsi dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu aspal emulsi
katonik, aspal emulsi anionik, dan noninik.
Jenis Aspal Emulsi
1) Aspal emulsi anionik adalah aspal emulsi yang diberikan muatan
listrik negatif dan umumnya dapat digunakan untuk melapisi batuan
yang basa dan netral dengan baik. Sifat lekat dari aspal emulsi anionik
berdasarkan penguapan air, yaitu berdasarkan sifat tekanan permukaan
dari batuan setelah air menguap. Aspal emulsi anionik terdiri dai MC
(labil), MS (agak labil), dan MC (stabil).
2) Aspal emulsi kationik adalah aspal emulsi yang bermuatan listrik
positif sehingga baik untuk digunakan melapisi batuan netral dan alam
seperti batuan andesit dan basal. Aspal emulasi kationik terdiri dari :
MCK (bekerja cepat), MSK (bekerja kurang cepat) dan MLK (bekerja
lamban).
3) Aspal emulsi nonionik adalah aspal emulsi yang tidak bermuatan
listrik, karena tidak mengalami proses ionisasi.
Sifat Aspal Emulsi
Seperti telah dikemukakan, aspal emulsi mempunyai beberapa
klasifikasi dengan sifatnya masing-masing, sedangkan faktor yang dapat
mempengaruhi aspal emulsi antara lain sebagai berikut :
1) Sifat kimia aspal padat
2) Kekerasan dan jumlah aspal semen yang digunakan
3) Ukuran partikel aspal dalam emulsi
4) Jenis dan konsentrsi zat emulsi yang digunakan
5) Keadaan pencampuran seperti suhu dan tekanan
6) Muatan ion pada partikel emulsi
7) Tingkat penambahan bahan
8) Jenis peralatan yang digunakan dalam membuat emulsi
9) Sifat zat emulsi
10) Penambahan zat kimia
Penggunaan Aspal Emulsi
Aspal emulsi dapat digunakan pada hampir semua kegiatan dari aspal
padat, bahkan lebih luas dan dapat digunakan dimana tidak dapat diunakan
aspal padat.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih aspal
emulsi adalah sebagai berikut :
1) Keadaan cuaca yang diperkirakan selama pelaksanaan : pemilihan
tingkat emulsi, perencanaan campuran dan peralatan pelaksanaan
2) Jenis dan ketersediaan agregat
3) Ketersediaan peralatan pelaksanaan
4) Lokasi geografis : jarak angkutan dan ketersediaan air
5) Pengawasan lalu lintas, apakah arus lalu lintas dapat dialihkan
6) Pertimbangan lingkungan.
 Ter
Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral
organis seperti kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi
pada suhu tinggi tanpa zat asam. Untuk konstruksi jalan digunakan ter
yang berasal dari batu bara, karena ter kayu sangat sedikit jumlahnya. Ter
mempunyai bau khusus karena adanya gugusan aromat dengan gugusan –
OH seperti plenol dan cresol. Umumnya dalam ter tidak terdapat susunan
parafin.
2.1.3 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland, agregat (agregat kasar dan
agregat halus), air dan terkadang ditambah dengan menggunakan bahan tambah
(admixtures) yang bervariasi mulai dari bahan tambah kimia, serat sampai dengan
bahan non kimia pada perbandingan tertentu (Tjokrodimuljo, 1996). Beton
dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia sejumlah material
pembentuknya (Nawy, 1985). DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton
sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya,
agregat halus, agregat kasar dan air,dengan atau tanpa bahan tambahan
membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Dalam keadaan segar, beton mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan.
Apabila campuran beton dibiarkan maka akan mengeras seperti batu. Pengerasan
itu terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara air dan semen. Beton dalam
keadaan mengeras mempunyai nilai kuat tekan yang tinggi. Untuk Mencapai kuat
tekan beton perlu diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya. Umumnya
semakin padat dan keras massa agregat akan semakin tinggi nilai kekuatan dan
durability-nya (daya tahan terhadap penurunan mutu dan akibat pengaruh cuaca).
Beton mempunyai sifat dan karakteristik sebagai berikut:
- Karakteristik beton mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta
tegangan hancur tarik yang rendah.
- Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul
momen lengkung atau tarikan.
- Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin – lama makin besar.
- Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi.
- Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
- Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
- Dengan perkiraan komposisi (mix design) dibuat rekayasa untuk memeriksa
dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang
tinggi.
- Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
- Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya.
- Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi.
Beton dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu :
- Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kekuatan karakteristik,
kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap
temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut
yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena merupakan gambaran dari
mutu beton yang ada kaitannya dengan struktur beton.
- Beton segar
Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai
beberapa saat, karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi
pengikatan) (SNI 03-3976-1995). Ada beberapa hal penting yang harus
dipenuhi ketika membuat beton segar antara lain yaitu :
 Sifat-sifat penting yang harus dimiliki beton segar dalam jangka waktu
yang lama , seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.
 Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton
dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa
adanya bleeding dan segregation.

2.2 Peralatan yang Digunakan Untuk Perkerasan Jalan


Jenis-jenis alat kerja yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara lain
sebagai berikut:
- Excavator
Excavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan
timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar,
sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan kedalaman tertentu.
Gambar 2.1 Excavator
- Dump Truck
Dump Truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak material yang
dapat di miringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan
memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur
kebawah. Untuk memiringkan bak di gunakan oleh pompa hidrolik.
Pada proyek konstruksi jalan, Dump truk digunakan untuk mengangkut
material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir dan material
timbunan. Dump truck yang di pakai dalamproyek ini adalah dump truck merk
Mitsubishi Fuso 220PS kapasitas . Alat angkut dump truck ini di datangkan
langsung dari kontraktor pelaksana.

Gambar 2.2 Dump truck


- Water Tank Truck
Water tank truck digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan
untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas A, setelah
penghamparan material selesai kemudian di padatkan dan di siram air
menggunakan water tank. Water tank yang di gunakan proyek ini memiliki
kapasitas sebesar 5000 liter.
Pada proyek ini, water tank di datangkan langsung dari kontraktor.
Berikut adalah alat untuk menyiram yaitu water tank.

Gambar 2.3 Water Tank Truck


- Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan
dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat
ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan
pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya
dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat
diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan
susunan yang lebih kompak.
Pada proyek ini, alat penggilas Vibratory roller yang digunakan adalah
tipe HAMM 3410 dan didatangkan langsung dari kontraktor. Gambar alat
berat Vibratory roller.

Gambar 2.4 Vibratory roller


- Motor Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat perata
atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk
permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan
menebarkan tanah dan campuran aspal.
Pada proyek ini motor grader yang digunakan adalah merk komatsu tipe
GD 555 berjumlah 1 dan di pakai untuk menghamparkan material lapis
pondasi agregat kelas A. Alat tersebut di datangkan langsung dari kontraktor
pelaksana. Gambar alat berat motor grader.

Gambar 2.5 Motor Grader


- Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang
dipompa (pneumatic)maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-
benda tajam yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda
belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian
muka maka akan digilas oleh roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali
digunakan pada penggilasan bahan yang bergranular, juga baik digunakan
pada penggilasan lapisan hot mixsebagai “penggilas antara”. Pada pekerjaan
proyek ini, alat berat pneumatic roller ini di pakai merk SAKAI TS-200
dengan jumlah 2 unit yang langsung di datangkan dari kontaktor. Gambar alat
pemadat pneumatic tire roller.
Gambar 2.6 Pneumatic tire Roller
- Tandem roller
Tandem roller adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2
(two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari
penggilas ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus,
misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini
memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara
8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair
(ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas. Untuk
mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya
digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan
digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan
merusak roda-roda penggilasnya. Pada proyek ini, alat penggilas tandem
roller di datangkan langsung dari kontraktor. Gambar alat berat tandem roller.

Gambar 2.7 Tandem Roller


- Asphalt finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin
pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt
Finisher cukup besar sehingga membutuhkan traileruntuk mengangkut alat
ini ke medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk
kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak
beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga
selebar hopper. Pada saat proses penghamparan, awalnya dimulai dengan
memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke
permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang
diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
Pada proyek ini, alat asphalt finisher yang digunakan merk NIGATA
NFB6C dengan jumlah 1 unit. Alat tersebut di datangkan langsung dari
kontraktor. Gambar asphalt finisher.

Gambar 2.8 Asphalt Finisher


- Alat-Alat konvensional
Alat-alat konvensional adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk
membantu pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang. Alat-alat konvensional
tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan
lainnya. Gambar alat-alat konvensional.
Gambar 2.9 Alat-alat Konvensional
- Termometer Iframerah
Termometer inframerah adalah alat untuk mendeteksi temperatur secara
optik—selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan
disajikan sebagai suhu. Alat ini menawarkan metode pengukuran suhu yang
cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal
di mana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di
lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya kebutuhan menghindari
kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan, produk atau test,
dll.)
Pada proyek ini, alat termometer iframerah digunakan untuk mengukur
suhu dari beton aspal yang di angkut oleh dump truck dan juga mengukur
suhu dari beton aspal saat penghamparan beton aspal hotmix dengan
menggunakan alat asphalt finisher.

Gambar 2.10 Termometer inframerah


- Aspal Distributor
Aspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal,
pompa, dan batang penyemprot. Pada proyek ini, aspal distributor di
datangkan langsung dari kontraktor.

Gambar 2.11 Aspal distributor


- Alat Core Drill
Core Drill adalah alat yang digunakan untuk menentukan/mengambil
sample perkerasan dilapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya
serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan.
Pada proyek ini, alat core drill di datangkan dari pihak kontraktor.

Gambar 2.12 Alat Core Drill


- Alat Sand cone
Alat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan
tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter
kepadatan yang mempunyai sifat kering,bersih, keras, tidak memiliki bahan
pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di
datangkan langsung dari laboratorium milik kontraktor.

Gambar 2.13. Alat Sand cone


- Alat CBR
Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan untuk
menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu
perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban standar
(standart load) dan dinyatakan dalam presentase. Alat CBR Lapangan yang di
gunakan pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.
Gambar 2.14 Alat CBR

2.3 Metode Pelaksanaan Perkerasan Jalan


2.3.1 Pekerjaan Fisik
 Pekerjaan Mobilisasi
- Pekerjaan Persiapan
1. Pembuatan Job Mix Design
2. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
3. Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu
Lintas
4. Rekayasa Lapangan
5. Material dan Penyimpanan
6. Jadwal Konstruksi
7. Pelaksanaan Mobilisasi Peralatan
8. Papan Nama Proyek
- Relokasi Utiliras dan Pelayanan
2.3.2 Pekerjaan Tanah
 Galian Biasa
Pekerjaan Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak
Diklasifikasikan sebagai galian batu, galian structur, galian sumber bahan
(borrow excavation), Galian perkerasan beraspal, galian perkerasan berbutir,
dan galian perkerasan beton.
Pelaksanaan galian biasa ini prosedurnya sebbagi berikut :
1. Pengukuran dan pemasangan bowplank atau menentukan kedalaman
galian. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit
dengan mempedomani hasil rekayasa yang telah ditentukan oleh konsultan
dan pihak proyek.
Pemasangan bowplank dilakukan setelah hasil dari pengukuran disetujui
oleh pihak Konsultan dan direksi Pekerjaan.
2. Penggalian secara Manual
Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowplank dalam
hal ini penentuan kedalaman galian. Tanah yang digali secara manual
dikumpulkan ke tepi galian dan selanjutnya dimuat ke Dump Truck,
kemudian diangkut keluar lokasi proyek.
3. Penggalian dengan Menggunakan Alat Berat
Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowplank dalam
hal ini penentuan kedalaman galian.Tanah yang digali oleh Excavator
langsung dimuat ke Dump Truck, kemudian diangkut keluar lokasi
proyek.
4. Dasar untuk perhitungan analisa dari pekerjaan ini :
 Asumsi :
- Menggunakan tenaga manusia
- kapasitas kerja berkelompok
- kedalaman sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan
 Urutan kerja/Metode kerja :
- Tanah yang digali dikumpulkan umumnya berada disisi jalan
(kiri/Kanan jalan)
- Penggalian menggunakan tenaga manusia
- Selanjutnya material hasil galian di masukkan kedalam Dump Truck
- Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi jalan
sejauh 1 (satu)Km.
 Asumsi :
- Menggunakan alat berat(cara mekanik)
- Lokasi pekerjaan Sepanjang jalan
- Urutan keraj/Metode Kerja :
- Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan (kiri/kanan jalan)
- Penggalian menggunakan alat berat(Excavator)
- Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian kedalam
- Dump Truck
- Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi proyek.
 Galian Struktur 0-2 Meter
Penggalian tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan dilakukan
dengan menggunakan Excavator Selanjutnya Excavator menuangkan material
hasil galian kedalam Dump Truck dan membuang material hasil galian keluar
lokasi jalan.
 Timbunan Pilihan
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri
dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas level
timbunan biasadan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang
tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau distujui
oleh Direksi pekerjaan.Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila
di uji sesuai dan memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman
bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum.
Pekerjaan Urugan pilihan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengangkutan Material
Pengangkutan Material Urugan pilihan kelokasi pekerjaan
menggunakan dump truck dan loadingnya dilakukan dengan
menggunakan wheel loader. Pengecekan dan pencatatan volume material
dilakukan pada saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan material
disatu tempat dan kekurangan material ditempat lain.
2. Penghampara Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader
dalam tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal berikut :
a. Kondisi cuaca yang memungkinkan
b. Panjang hamparan pada saat setiap section yang didapatkan sesuai
dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi,
semua tahapan pekerjaan hamparan dan tebal hamparan berdasarkan
petunjuk dan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c. Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi
yang ditetapkan.
3. Pemadatan Material
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller, dimulai dari
bagian tepi ke bagian tengah.Pemadatan dilakukan berulang jika
dimungkinkan untuk mendapat hasil yang maksimal dengan dibantu alat
water tank untuk membasahi material timbunan pilihan dan diselingi
dengan pemadatan dengan menggunakan Vibro Roller.imbunan pilihan
dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu
jalan sedemikian rupa yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas
alat-alat konstruksi harus terus menerus divariasi agar dapat
menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
Dasar perhitungan analisis adalah :
- Asumsi :
 Pekerjaan dilakukan secara mekanis
 lokasi pekerjaan sepanjang jalan yang dikerjakan
- Urutan Kerja/Metode kerja :
a. Material urungan biasanya dimuat ke Dump Truck dengan
menggunakan whell Loader
b. Pengankutan material urungan biasanya dilakukan dengan Dump
Truck dari quarry /borrow pit dengan jarak quarry kelapangan
pekerjaan 6 km
c. Material urungan biasa dihampar dengan menggunakan Motor
Grader
d. Hamparan material disisram air dengan Water Tank truck
(sebelum pelaksanaan pemadatan) dan dipadatkan dengan
menggunakan Vibro Roller.
e. Selama pemadatan sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi
hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat bantu.
2.3.3 Perkerasan Berbutir
 Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Untuk pelaksanan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B ini
dilaksanakan sesudah pekerjaan penyiapan badan jalan selesai dan sudah
disetujui oleh Direksi Lapangan. Lapis pondasi Agregat kelas B adalah untuk
Lapis Pondasi Bawah. Lapis pondasi Agregat kelas B yang berasal dari kerikil
mempunyai 60% berat Agregat kasar dengan agnularitas 95/90*
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat kelas B dengan prosedur sebagai
berikut :
a. Pengangkutan Material
Pengangkutan material Base B kelokasi pekerjaan menggunakan dump
truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel loader.
Pengecekan dan pencatatan volume material dialakukan pada saat
penghamparan agar tidak terjadi kelebihan disatu tempat dan kekurangan
material ditempat yang lain.
b. Penghampara Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan Motor Grader
dalam tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kondisi cuaca yang memungkinkan
2. Panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan.Lebar penghamparan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi.
3. Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi
yang telah ditetapkan
c. Pemadatan Material
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller dan PTR,
Dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Setelah pemadatan selesai alat
pemadatan dipindahkan kejalur sebelahnya dengan over leving 1/8
panjang drum dan seterusnya hingga mencapai areal
pemadatan.pemadatan dilakukan dengan jumlah passing sesuia dengan
hasil trial compaction.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa harga satuan
- Asumsi :
 pelaksanaan ini menggunakan alat berat (secara mekanik)
 lokasi pekerjaan sepanjang jalan
 Material agregat kelas B dicampur di base Camp kontraktor
- Prosedur pelaksanan :
 Pencampuran agregat kelas B dicampurkan di base Camp dengan
menggunakan alat Wheel loader
 Pengangkutan material agregat kelas B dengan menggunakan alat
Motor Grader
 Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tank Truck sebelum
dipadatkan dengan Tandem Roller
 Selama pemadatan, sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi
hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat batu
 Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Untuk pelaksanaan pekerjaan rapis pondasi aggregal kelas A ini
dilaksanakan sesudah pelaksanaan lapis pondasi aggregat kelas B. Lapis
pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis pondasi Atas untuk lapisan di
bawcrh lapisan beraspar. Lapis pondasi Agregat Kelas A mempunyai 100 %
berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*.
Pekerjaan Lapis pondasi Aggregat Keras A dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Pengangkutan Material
Pengangkutan Material Base A kelokasi pekerjaan menggunakan
Dump truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakqn wheel
loader. Pengecekan dan pencatatan volume material dilakukan pada saat
tiaa dilokasi pekerjaan sebelum mqierial di stack.
Material diiurunkan dengan jarak dan volume terlentu untuk
memudahkan pada saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan
material disatu tempat dan kekurangan material ditempat lain.
b. Penghamparan Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakqn Matar Grader
dalam tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikui :
- Kondisi cuaca yang memungkinkan
- Panjanghamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi
- Material iang tidak dipakai dipisahkan dqn dilempatkan pada lokasi
yang telah ditetapkan'
c. Pemadatan Material
Pemadalan dilakukan dengan menggunakan vibra Roller, dimulai dari
bagian tepi ke bagian tengah.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
- Asumsi :
 Pelaksanaan ini menggunakan alat berat {secara mekanik)
 Lakqsi pekerjaan sepanjang jalan
 Material aggregat kelas A dicampur di Base Camp Kontraktor
- Prasedur Pelaksanaan :
 Pencampuran aggregat kelas A dicampur di Base Camp dengan
menggunakan alat Wheel Loader
 pengisian aggregat kelas A ke Dump Truck dilaksanakan dengan
memakai alat Wheel Laader
 Pengangkutan material aggregat kelas A dilaksanakan dengan
Dump Truck
 Penghamparan material aggregat kelas A dengan menggunakan
alat Motor Grader
 Hamparan aggregat dibasahi dengan wcter Tank Truck sebelum
dipadatkan dengan Tandem Roller
 Operasi penggilasan harus aimJtai dari sepanjang tepi dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan.
 dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”,
penggilas harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi.
Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda
mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
 Selama pemadatan, sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi
hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat bantu.
2.3.4 Perkerasan Aspal
 Lapis Resap Pengikat
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal
pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan
beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan
pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi
Agregat).
Bahan Lapis Resap Pengikat diencerkan dengan minyak tanah (kerosen).
Proporsi minyak minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan
oleh direksi Pekerjaan. Pengambilan Lapis Resap Pengikat pada Distributor
Aspal pada saat akan dilaksanakan pekerjaan.
Lapisan Resap Pengikat hanya dikerjakan pada suatu permukaan jalan
yang kering atau sedikit lembab. Sebelum lapis resap harus dibersihkan dari
segala kotoran yang tidak berguna. Penyemprotan dilakukan dengan
mempertimbangkan kelancaran arus lalu lintas.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah compressor dan alat
bantu lainnya.
Segera setelah pekerjaan penyemprotan dikerjakan, pengaturan arus lalu
lintas dibuat dengan menggunakan tanda-tanda lalu lintas agar permukaan
yang baru disemprotkan tidak dilalui kenderaan.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
- Asumsi :
 Menggunakan alat berat (secara mekanik)
 Lokasi pekerjaan : Sepanjang Jalan
- Prosedur Pelaksanaan :
 Aspal dan minyak flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi
campuran aspal cair.
 Permukaan yang akan dilapisi dibersihkan dari debu dan kotoran
dengan Air Compressor.
 Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas
permukaan yang akan dilapis.
 Lation-Lapis Antara (AC-BC)
Tahapan pekerjaan ini harus sudah seslesainya pekerjaan lapir aus aspal
beton (AC – BC) dilaksanakan dan sudah mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, penghamparan, pemadatan di
atas permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan persyaratan. Aspal
dihampar pada jalan yang telah selesai dilapis Lapis Resap Pengikat atau biasa
disebut Prime Cot. Material yang digunakan mempunyai spesifikasi yang
telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Material Aspal diangkut dari AMP
dengan menggunakan Dump Truck. Bak Dump Truck harus terbuat dari metal
dan harus bersih dari kotoran dan pada bagian atas Dump Truck ditutup rapat
dengan terpal yang terbuat dari kain dan lahan terhadap air, agar material
tidak melekat pada bak Dump Truck dan tidak cepat turun suhunya. Dari
Dump Truck material Aspal dicurahkan ke Aspal Finisher yang dilengkapi
dengan carang curah dan ulir-ulir pendisiribusian, menempalkqn material
secara merala didepan batang perata yang dapat distel. Dalam penghamparan
selalu diikuti tenaga surveyar dan Direksi Pekerjaan, agar dapat mengontrol
ketebalan dan kemiringan penghamparan. Penggilasan Aspal yang telah
dihamparkan aleh Aspal Finisher dipadatkan dengan alat Tandem Roller dan
PTR. Untuk penghubung antar lokasi penghamparqn dengan AMP digunakan
radio komunikasi (HT). pekerjaan ini dilaksanakan dengan langkah langkah
yang sama dengan asphali concrete.
Peralatan yqng dipakai :
 Aspal Mixing Plant {AMP)
 Genset; yang dipakai pada AMP
 Aspal Finisher
 Dump Truck
 Tandem Roller
 PTR
 Wheel Laader
Aggregat yang digunakan adalah sesuai dengan hasil pengujian Lab.
(sesuai dengan Jab Mix Design) yang telah ditentukan sesuai dengan
spesifikasi leknis.setiap hasil campuran yang telah dimual kedalam dump
truck untuk dibawq ke lapangan pekerjqan terlebih dahulu ditimbang untuk
mengelahui tonase cqmpuran tersebut. Sebelum penghamparan dilaksanakan
permukaan jalan harus dibersihkan dari material lepas yang tidak dihendaki
dengan menggunakan comperessar atau alat manual.untuk memastikan lebar
dan tebal hamparan Aspal, makq pada tepi-tepi jalan dipasang balok pembatas
atau benang garis atau garis pembatas.
Aspal dihampar dengan aspal finisher, serta unit-unit mesin pemadat
antara lain : Tandem Roller, PTR, penggilasan harus terdiri dari tiga aperasi
yaitu : penggilasan qwal 0-10 menit, penggilasan sekunder 10-20 menil dan
penggilasan akhir 20-45 menit.
Pemadatan dilaksanakan dengan menggunakan Tandem Roller dan PTR :
 Pemadatan Awal (Breakdawn Rolling) menggunakan Tandem Roller.
Pemadatan qwal dilaksanakan sedekal mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan awal dilakukan pada saal temperatur 125 0C - l45
0
C atau sekiiar 0-I0 menii setelah penghamparan. Pemadatan ini dilakukan
dengan menggunakan Tandem Roller dengan jumlah linlasan sesuai
dengan hqsil lrial campectian uniuk masing-masing jenis lapiran
perkerasan.
 Pemadatan Sekunder (lntermediale Ralling) menggunakan PTR
Pemadatan skunder dilaksanakan sedekat mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan skunder dilakukan pada saat temperatur 100 0C –
125 0C atau sekitar 0 – 10 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini
dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller dengan jumlah lintasan
sesuai dengan hasil trial compection untuk masing-masing jenis lapisan
perkerasan.
 Pemadatan Akhir (Finish Rolling) menggunakan Tandem Roller
Pemadatan akhir dilaksanakan sedekat mungkin dengan mesin
penghampar. Pemadatan akhir dilakukan pada saat suhu > 95 0C atau
sekitar > 45 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini dilakukan dengan
menggunakan Tandem Roller dengan Jumlah lintasan sesuai dengan hasil
trial compection untuk masing-masing jenis lapisan perkerasan.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
- Asumsi :
o Menggunakan alat berat (secara mekanik)
o Lokasi Pekerjaan : Sepanjang Jalan
o Kondisi Existing Jalan : Rusak dan Peningkatan
o Jarak Rata-rata Base Camp ke Lokasi Pekerjaan
- Prosedur Pelaksanaan
o Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan kedalam Dump Truck
dan diangkut ke lokasi pekerjaan
o Campuran panas AC dihampar dengan finisher dan dipadatkan
o Selama pemadatan, sekelempok pekerja akan merapikan tepi
hamparan dengan menggunakan alat bantu
 Bahan Pengisi (Filter) Tambahan
Bahan pengisi {Filler} yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur
(limestone dust), kapur padam (hydrated limeJ, semen atau abu terbang
yqng sumbernya disetujui areh Direksi Pekerjaaan. Filler sebagai bahan
tqmbahan campuran Lastan AC-BC selain Aspal Minyak yang telah
dicampur pada Lapisan AC-BC itu sendiri. Filler digunakan sebagai bahan
tambahan pengikat antara Lapis Resap Pengikat-Aspal cair dan Laston
AC-BC, bahan ini memberikan makna dan fungsi khusus untuk
menambah kekakuan ikatan antara kedua lapisan tersebut, sehingga hasil
maksimal yang dicapai untuk ikatan tersebut lebih terpenuhi dan tercapai.

2.3.5 Struktur
 Beton K-250
Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pelaksanaan
seluruh struktur beton berlulang dengan mutu beton K-250, sesuai dengan
spesifikasi dan gambar rencana atau sebagaimana yang disetujui aleh Direksi
pekerjaan.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
- Asumsi :
o Menggunakan alat berat {secara mekanik)
o Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima seluruhnya dilokasi
pekerjaan
o Prasedur Pelaksanaan :
o Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk menjadi beton
dengan menggunakan Concrete Mixer
o Beton dicor kedalam perancah yang telah disiapkan
o Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan
 Beton K-175
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat (cara mekanik), bahan
yang digunakan adalah semen, pasir dan kerikil yang diterima seluruhnya di
lokasi pekerjaan dan diaduk dengan Concrete Mixer dan beton di car kedalam
bekisting yang telah disediakan, peralatan yang digunakan adalah
molen/concrete mixer, gerobak dorong, alat tukang batu serta alat bantu.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
- Asumsi :
o Menggunakan alat berat ( secara mekanik )\
o Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima seluruhnya di lokasi
pekerjaan
- Prosedur Pelaksanaan
o Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk menjadi beton
dengan menggunakan Concrete Mixer
o Beton dicor ke dalam perancah yang telah disiapkan
o Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan
 Baja Tulangan U-24
Pelaksanaan ini untuk pemotongan besi sesuai dengan ukuran gambar
dilaksanakan di Base Camp Kontraktor, sesudah itu diangkut ke lokasi
pekerjaan (site)
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
- Asumsi :
o Pekerjaan dilakukan secara manual
o Bahan dasar (besi dan kawat) diterima seluruhnya di lokasi pekerjaan
- Prosedur Pelaksanaan :
o Besi tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang
diperlukan.
o Batang tulangan dipasang/disusun sesuai dengan gambar pelaksanaan
dan persilangannya diikat kawat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bahan-bahan yang digunakan untuk perkerasan jalan adalah :
- Agregat
- Aspal
- Beton
2. Alat-alat yang digunakan yaitu :
- Excavator
- Dump Truck
- Water Tank Truck
- Vibratory roller
- Motor Grader
- Pneumatic tire Roller
- Tandem Roller
- Asphalt Finisher
- Alat-alat Konvensional
- Termometer inframerah
- Aspal distributor
- Alat Core Drill
- Alat Sand cone
- Alat CBR
3. Sedangkan Metode Pelaksanaannya yaitu ada :
- Pekerjaan Fisik
- Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Berbutir
- Pekerjaan Aspal
- Pekerjaan Struktur
DAFTAR PUSTAKA

http://jharwinata.blogspot.com/2017/04/peralatan-pekerjaan-konstruksi-jalan.html

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15050/7.%20BAB%20III.pd
f?sequence=7&isAllowed=y

https://vancivil.blogspot.com/2016/10/perkerasan-jalan-raya.html

https://www.academia.edu/19885532/Metode_Pelaksanaan_Pekerjaan_Perkerasan_Ja
lan_Raya

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/departemen-
bangunan-30/1198-bahan-perkerasan

Anda mungkin juga menyukai