Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
WOUND CARE
“Tindakan Preventif pada kasus Pressure, Shear, and Friction”
Di susun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan
kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Wound
Care yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang membuat dan
umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan tentang
“Tindakan Preventif pada kasus Pressure, Shear, and Friction”Amin.
Februari 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan salah satu organ perlindungan bagi tubuh. Perlindungan yang dimaksud
adalah dari mikroorganisme, jamur, paparan zat kimia, maupun paparan dari sinar UV. Anatomi
kulit begitu sempurna untuk melakukan perlindungan tersebut. Lapisan pertama atau lapisan
epidermis berfungsi menangkal paparan dari luar lingkungan (luar tubuh) sedangkan lapisan
kedua atau dermis berfungsi sebagai tempat syaraf peraba dan tekanan serta kelenjar subasea dan
keringat. Selain kedua lapisan tersebut terdapat pula lapisan pendukung non-skin yaitu lapisan
subcutaneous atau lapisan ikat atau hypodermis. Ketika lapisan tersebut rusak maka fungsi kulit
tidak maksimal dan perlu penanganan yang tepat. Perawat memiliki tugasuntuk merawat luka
tersebut agar dapat beregenerasi dengan normal dan mencegah terjadinya infeksi dari
mokroorganisme.
Gangguan integritas kulit terjadi akibat tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi,
sehingga menyebabkan terjadi dekubitus. Oleh karena itu sebagai perawat kita harus mengenal
tentang dekubitus sehingga dapat mencegah dan mengenal gejala awal dari dekubitus. Hal ini
karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya penurunan elastisitas, dan
kurangnya sirkulasi darah pada dermis, Ketika pasien berbaring atau duduk maka berat badan
berpindah pada penonjolan tulang. Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko
kerusakan kulit (Suriadi, 2004)
1.3 Tujuan
1. Mengetahuidefinisidari dekubitus
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi luka dekubitus
3. Mengetahui cara mencegah terjadinya dekubitus karena Pressure, Shear, and Friction
4. Mengetahui proses terjadinya dekubitus
5. Mengetahui cara melakukan perawatan luka dekubitus karena Pressure, Shear, and
Friction
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan luka dekubitus
7. Mengetahui intervensi dan implementasi yang di berikan pada klien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dekubitus adalah suatu keadaan dimana timbul ulkus sebagai akibat penekanan yang
lama yang mengenai suatu tempat pada permukaan tubuh penderita (Bouwhuizen, 1986). Hal ini
dapat terjadi karena terjepitnya pembuluh darah antara tulang penderita dan papan tempat
tidurnya. Akibat terjepitnya pembuluh darah tersebut, maka jaringan yang terdapat pada daerah
itu tidak bisa memperoleh bahan makanan dan oksigen, akibatnya jaringan tersebut mengalami
kematian.
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan
eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan
waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di
atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang
mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis
1995)
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika
jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka
waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b). Dekubitus
adalah gangguan pada kemampuan untuk melakukan garakan, maka kemungkinan over-
kompresi dengan akibat kerusakan jaringan akan terjadi (Nancyroper, 1986)
2.3 Cara Mencegah terjadinya Dekubitus karena Pressure, Shear, and Friction
1) Mengkaji faktor resiko
Pengkajian resiko dekubitus seharusnya dilakukan pada saat pasien masuk Rumah Sakit
dan diulang dengan pola yang teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien,
seperti pembedahan atau penurunan status kesehatan (Potter & Perry, 2010). Berdasarkan
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP, 2014) mempertimbangkan semua pasien yang
berbaring ditempat tidur dan dikursi roda, atau pasien yang kemampuannya terganggu untuk
memposisikan dirinya, dengan menggunakan metode yang tepat dan valid yang dapat diandalkan
untuk menilai pasien yang beresiko terhadap kejadian dekubitus, mengidentifikasi semua faktor
resiko setiap pasien (penurunan status mental , paparan kelembaban, inkontinensia, yang
berkaitan dengan tekanan, gesekan, geser, imobilitas, tidak aktif, defisit gizi) sebagai panduan
pencegahan terhadap pasien yang beresiko, serta memodifikasi perawatan yang sesuai dengan
faktor resiko setiap pasien.
2) Perawatan pada kulit
Perawatan kulit yang dimaksud disini adalah dengan cara menjaga kebersihan kulit dan
kelembaban kulit dengan memberikan lotion atau creams. Mengontrol kelembaban terhadap
urine, feses, keringat, saliva, cairan luka, atau tumpahan air atau makanan, melakukan inspeksi
setiap hari terhadap kulit. Kaji adanya tanda-tanda kerusakan integritas kulit (Carville, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani, et al (2011) pemberian Virgin Coconut Oil (VCO)
dengan massage efektif untuk digunakan dalam pencegahan dekubitus derajat I pada pasien yang
berisiko mengalami dekubitus. Penelitian yang dilakukan oleh Utomo, et al (2014) Nigella Sativa
Oil efektif untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus pada pasien tirah baring lama.
3) Memperbaiki status nutrisi
Australian Wound Management Association (AWMA, 2012) memberikan rekomendasi
untuk standar pemberian makanan untuk pasien dengan dekubitus antara lain intake energi/kalori
30 – 35 kal/kg per kgBB/hari, 1 – 1,5 g protein/kg per kg BB/hari dan 30 ml cairan/kg per kg
BB/hari.
4) Support surface
Support surface yang bertujuan untuk mengurangi tekanan (pressure), gesekan (friction)
dan pergeseran (shear) (Carville, 2007). Support surface ini terdiri dari tempat tidur, dan matras
meja operasi, termasuk pelengkap tempat tidur dan bantal (AWMA, 2012).
5) Memberikan edukasi
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dilakukan secara terprogram dan komprehensif
sehingga keluarga diharapkan berperan serta secara aktif dalam perawatan pasien, topik
pendidikan kesehatan yang dianjurkan adalah sebagai berikut : etiologi dan faktor resiko
dekubitus, aplikasi penggunaan tool pengkajian resiko, pengkajian kulit, memilih dan atau
gunakan dukungan permukaan, perawatan kulit individual, demonstrasi posisi yang tepat untuk
mengurangi resiko dekubitus, dokumentasi yang akurat dari data yang berhubungan, demonstrasi
posisi untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan, dan sertakan mekanisme untuk
mengevaluasi program efektifitas dalam mencegah dekubitus (NPUAP, 2014).
2.5 Cara melakukan perawatan luka dekubitus karena Pressure, Shear, and Friction
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun dengan
tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi lebih cepat. Pada
pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatkan antara lain sebagai berikut
menurut (Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006):
1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan tindakan
pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus
tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
2. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut akan
menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat
dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal
seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan
Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
3. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran
bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat
proses penyembuhan ulkus.
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses penyembuhan luka atau
regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu dikaji karena kulit yang tampak normal
pada ras dan kebangsaan tertentu kadang tampak abnormal pada klien dengan ras dan
kebangsaan lain (Smeltzer & Brenda, 2001). Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup
zat makanan dan sampah hasil sisa metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai, kulit
pecah dan terjadilah lubang yang dangkal dan luka dekubitus pada permukaan( Carpenito , L.J
, 1998 ).
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari pertolongan.
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi luka
biasanya terdapat pada daerah- daerah yang menonjol, misalnya pada daerah belakang kepala,
daerah bokong, tumit, bahu, dan daerah pangkal paha yang mengalami ischemia sehingga
terjadi ulkus decubitus (Bouwhuizen , 1986 ).
e. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu: Kapan
pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi,Waktu berakhirnya minum obat.
f. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan makanan yang
dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat menyebabkan kulit mudah terkena lesi
dan proses penyembuhan luka yang lama.
g. Status Sosial Ekonomi
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat perekonomian yang dapat
mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini memungkinkan dapat menyebabkan
penyakit kulit.
h. Riwayat Kesehatan, seperti:
Bed-rest yang lama
Immobilisasi
Inkontinensia
Nutrisi atau hidrasi yang inadekuat
i. Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien yaitu: Perasaan depresi ,
Frustasi , Ansietas/kecemasan ,Keputusasaan
k. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas akibat adanya
kerusakan integritas kulit yang dialami.
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate meningkat.
1) Kepala Dan Rambut
a. Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan warna rambut
serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada daerah tersebut, menyebabkan
timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.
2) Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan gangguan
penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan cuping
hidung,
tidak ada sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen. Pada
penderita yang bet rest dengan posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi ulkus
didaerah daun telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena jugularis
dan
7) kelenjar linfe.
Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal premitus,
adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung tambahan, perkusi thorax untuk
mencari ketidak normalan pada daerah thorax.
Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena inmobilisasi, ada masa
karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi abdomen atau tegang.
Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan paraplegi
terpasang kateter untuk buang air kecil.
Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu lama, sehingga
terjadi penurunan kekuatan otot.
Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila terjadi nyeri hebat
(syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.
NIC :
Intervensi Keperawatan
Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Pantau/ evaluasi tanda- tanda vital dan perhatikan adanya demam.
Identifikasi derajat perkembangan luka tekan (ulkus)
Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
Bersihkan jaringan nekrotik.
Kolaborasi:
Irigasi luka.
a. Beri antibiotik oral,topical, dan intra vena sesuai indikasi.
b. Ambil kultur luka.
2) Nyeri
NOC :
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Rasa nyeri berkurang
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri
NIC :
Intervensi Keperawatan
Tutup luka sesegera mungkin.
Tinggikan ekstremitas yang terdapat luka secara periodik.
Beri tempat tidur yang dapat diubah ketinggiannya.
Ubah posisi dengan sering dan ROM secara pasif maupun aktif sesuai indikasi.
Perhatikan lokasi nyeri dan intensitas.
Berikan tindakan kenyamanan seperti pijatan pada area yang tidak sakit, perut, posisi
dengan sering.
Dorong penggunaan tehnik manajemen stress.
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan.
Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi.
3) Resiko infeksi
NOC :
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Infeksi tidak terjadi.
Tanda- tanda vital dalam batas normal.
NIC :
Intervensi Keperawatan
Pantau terhadap tanda- tanda infeksi( rubor, dolor, kalor, fungsiolesa)
Observasi tanda- tanda vital ( suhu, respirasi rate, nadi, tensi)
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Lakukan rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi yang tersedian terutama tinggi protein dan
vitamin.
Jaga personal higiene klien( badan, tempat, pakaian)
Kolaborasi dengan tim medisdalam penentuan antibiotik dan pemeriksaan leukosit dan
LED
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC :
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)
Tidak mual dan muntah
Tubuh terasa segar
Mempertahankan berat badan yang sesuai
NIC :
Intervensi Keperawatan
Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Berikan klien daftar makanan yang diijinkan dan dorong klien terlibat dalam pemilihan
menu
Lakukan oral hygiene sebelum makan
Timbang berat badan tiap hari
Auskultasi bising usus
Kolaborasi dengan: Tim gizi, Pemberian antiemetik ,Tim medis untuk pemberian infus
albumin behring
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : Buruh.
Pendidikan : SMP
Suku : jawa
Alamat : jl.Kapten Sumarsono, Medan
No. RM : 025184
Diagnosa medis : Tetanus
Tanggal medik : 1 Maret 2013
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sakit pada punggung bagian bawah.
2. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan gatal dan terasa panas pada punggung bagian bawah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari IGD pada tanggal 1 Maret 2013 kemudian pasien dirawat di ruang ICU
selama 6 hari. Setelah keadaan membaik, pasien dirawat di ruang Asoka pada tanggal 7
maret 2013. Pasien mengeluh sakit pada punggung bagian bawah, gatal, dan terasa panas
pada punggung bagian bawah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami kecelakaan 5 tahun yang lalu namun tidak ada luka, hanya terjadi
dislokasi pada kaki kiri dan dipijat kemudian sembuh.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga baik ibu maupun bapak pasien tidak ada penyakit keturunan dan menular
D. PENGKAJIAN FISIK
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-tanda Vital :
TD : 130/90 mmHg
RR : 24x/mnt
HR : 84x/mnt
S : 37ºC
c) Pemeriksaan head to toe
KEPALA
Bentuk : mesochepal
Rambut : pendek, warna hitam dan sedikit beruban.
Mata : penglihatan normal, kongjutiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik
Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik
Hidung : tidak ada polip, bersih, fungsi penciuman baik
Mulut&gigi : trismus 2 cm, gigi bersih, mulut bersih,tidak ada caries.
LEHER : terdapat sedikit kekakuan pada leher.tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
DADA
Bentuk : simetri, tidak ada retraksi dada
Paru : tidak ada bunyi ronckhi, wheezing
Jantung : irama teratur, bunyi jantung reguler S1>S2
ABDOMEN : bentuk datar, tidak terjadi pembesaran dan tidak ada nyeri tekan.
PUNGGUNG : bentuk simetri, ada luka dekubitus
GENETALIA : jenis kelamin laki-laki, terpasang katetern
KULIT : turgor lembab.
EKSTREMITAS
Atas : terpasang infus D5 % ditangan kanan dan kedua tangan dapat digerakkan.
Bawah : tidak terdapat oedem dan dapat digerakkan dengan baik.
E. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Maret 2013
Urine rutin kuning kuning muda, agak tua
Kekeruhan keruh jernih
Keasaman,Ph 6,0 asam (5,5-7,07)
Leukosit banyak
Eritrosit 6-8 < 6/LPB
Sel epire 3-4 <3/LPB
Terapi :
a) Infus D5 20 tetes/menit - Ranitidine 3x1 ampul.
b) Oksigen 4 liter/mnt.
c) Dexametason 3x1 ampul.
d) Diazepam 10 mg iv (jika kejang).
e) Cefotaxime 3x1000 mg
f) Metronidazol 2x1
F. ANALISA DATA
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
HASIL
1. Kerusakan Tujuan: Setelah Observation ekstremitasdiperlukan
integritas dilakukan tindakan ekstremitas oedema, agar kita dapat
kulit b.d keperawatan ulserasi, mengetahui
Immobilisasi diharapkan kelembaban tingkat kelembapand
fisik kerusakan integritas Monitor warna kulit ari luka dekubitus
kulit tidak terjadi. Kaji TTV klien untuk mengetahui
Kriteria Hasil: Monitor kulit pada perubahan warna
Sensasi normal, daerah kerusakan kulit
Elastisitas normal, dan kemerahan untuk mengetahui
Warna, Tekstur, keadaan umum klien
Jaringan bebas lesi, untuk mengetahui
Adanya perubahan pada
pertumbuhan daerah kerusakan
rambut dikulit,Kulit kulit
utuh
5.1 Kesimpulan
Gangguan integritas kulit terjadi akibat tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi,
sehingga menyebabkan terjadi dekubitus. Oleh karena itu sebagai perawat kita harus mengenal
tentang dekubitus sehingga dapat mencegah dan mengenal gejala awal dari dekubitus. Hal ini
karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya penurunan elastisitas, dan
kurangnya sirkulasi darah pada dermis, Ketika pasien berbaring atau duduk maka berat badan
berpindah pada penonjolan tulang. Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko
kerusakan kulit (Suriadi, 2004)
Support surface yang bertujuan untuk mengurangi tekanan (pressure), gesekan (friction)
dan pergeseran (shear) (Carville, 2007). Support surface ini terdiri dari tempat tidur, dan matras
meja operasi, termasuk pelengkap tempat tidur dan bantal (AWMA, 2012).
Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatkan antara lain sebagai
berikut menurut (Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006):
1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan tindakan
pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus
tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
2. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut akan
menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat
dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal
seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan
Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
3. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran
bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat
proses penyembuhan ulkus.
5.2 Saran
Dengan mengetahui Tindakan Preventif pada kasus Pressure, Shear, and Friction
diharapkan mahasiswa mampu memilih mana Tindakan Preventif pada kasus Pressure, Shear,
and Friction yang lebih tepat digunakan sesuai Tindakan Preventif yang dimiiliki.
DAFTAR PUSTAKA