Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETASAN
“ PENGARUH FREKUENSI PEMBALIKAN TELUR BURUNG PUYUH
TERHADAP PANJANG TELUR, LEBAR TELUR, DIAMETER KUNING
TELUR, TEBAL KERABANG TELUR, DAN PERKEMBANGAN
EMBRIO”

OLEH :

SUCI ANJARWATI (C1071141042)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penetasan merupakan bagian dari kegiatan pembibitan yaitu untuk
mempertahankan dan meningkatkan populasi ternak puyuh. Penetasan telur
puyuh dikenal ada dua cara yaitu secara alami yang dilakukan dengan induk
puyuh dan secara buatan yang dilakukan dengan mesin tetas. Penetasan
dengan menggunakan mesin tetas merupakan suatu cara yang dilakukan
sebagai pengganti penetasan alami dan cara ini ditujukan untuk memperoleh
anak unggas dalam jumlah yang relatif besar.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menetaskan telur dengan
mesin tetas adalah bobot telur tetas, karena bobot telur tidak hanya
berpengaruh terhadap daya tetas saja tetapi juga sangat berpengaruh terhadap
bobot tetas. Bobot telur tetas yang baik untuk burung puyuh berkisar antara 9-
10 gram. Butcher, Gary and Richard (2004) menyatakan bahwa selain
mempengaruhi daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana
bobot telur tetas tinggi akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan
sebaliknya.
Telur puyuh yang dihasilkan oleh induk hasil persilangan memiliki
keragaman dan karakteristik eksterior yang tinggi, diantaranya dari aspek
ukuran/berat telur. Untuk menghasilkan daya tetas dan berat tetas yang
maksimal maka penyeleksian telur tetas perlu dilakukan. Berat telur
merupakan salah satu indikator dalam penyeleksian telur tetas. Berat telur
akan mempengaruhi keberhasilan penetasan sebab berat telur sangat
mempengaruhi presentasi komposisi telur yang merupakan sumber pakan
selama pertumbuhan embrio. Namun kenyataannya, peternak sering memilih
telur untuk ditetaskan tanpa memperhatikan kualitas eksterior telur tersebut
terutama berat telur bahkan banyak peternak yang memilih telur yang
memiliki bobot yang terlalu berat atau terlalu ringan.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui fertilitas telur puyuh
2. Melihat perkembangan embrio puyuh
3. Membandingkan setiap perlakuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, telur terdiri atas 3 komponen pokok,yaitu kulit telur


ataucangkang ( 11% dari berat total telur), putih telur ( 57% dari berat total
telur),dan kuning telur ( 32% dari berat total telur) (Suprapti,2006)
.Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi
tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin,
mineral, sertamemiliki daya cerna yang tinggi. Telur merupakan bahan makanan
yang bernilaigizi tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang tidak dapat
diserap setelah telur dikonsumsi. Akan tetapi disamping bernilai gizi tinggi, telur
juga mempunyai sifat yang kualitasnya mudah rusak. Oleh sebab itu perlu
dilakukan suatu tindakan atau usaha-usaha bidang teknologi kualitas dan
penanganan pasca produksi telur . Tindakan ini penting agar produksi telur yang
dicapai dengansegala usaha ini dapat sampai ke konsumen dengan kualitas yang
masih tetap baik (Sulistiati, 2003)
Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan
berfungsimengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan p
ori-pori kulit yang
berguna untuk pertukaran gas dan dalam dan luar kulit telur,tebal kerabang telur
berkisar antara 0,33 - 0,35 mm. Tipisnya kulit telur dipengaruhi beberapa faktor
yakni : umur type ayam, zat-zat makanan, peristiwa fatal dari organ tubuh, stress
dan komponen lapisan kulit telur. Kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan
besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan
pembusukan lebih cepat (Sumarni, 2004). Kerabang pada telur terbuat dari bahan
CaCO3 atau kalsit (Suprijatna et al., 2005).
Telur konsumsi dapat digolongkan dalam kualitas telur bagian dalam dan
kualitas telur bagian luar. Pada penentuan kualitas bagian luar, bagian telur
yang perlu sekali dinilai adalah kulit telur. Penilaian terhadap kulit telur meliputi
kebersihan, keutuhan dan bentuk telur. Sedangkan pada penentuan kualitas telur
bagian dalam, bagian telur yang dinilai adalah bagian rongga udara, putih telur,
dan kuning telur. Dengan melihat kondisi fisik kulit telur dapat diketahui
kebersihan dan keutuhan kulit telur serta bentuk telur (Sarwono, 2001).
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat
lapisanyaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam
clanlapisan "Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi
dapatditandai dengan tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa
telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung air, maka
bagianini lebih mudah cepat rusak (Sirait, 2001).
Kuning telur merupakan bagian telur terpenting, karena
didalamnyaterdapat bahan makanan untuk perkembangan embrio . Telur yang
segar kuningtelumya terletak ditengah-tengah, bentuknya.
Hula dan warnanya kuning sampai jingga, beberapa pendapat mengatakan bahwa
makanan berpengaruh lansung terhadap warna kuning telur ( mengandung
pigmen kuning). Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap
dibandingkan putih telur, yang terdiri dari air, protein, lemak karbonhidrat,
vitamin dan mineral (Sarwono, 2001).
Penurunan kualitas telur antara lain disebabkan masuknya mikroba – mikroba
perusak kedalam isi telur melalui pori – pori keraang telur,
menguapnya air dangas karena pengaruh suhu lingkungan. Ruang penyimpan
yang mlembab akanmenyebabkan kerabang berjamur (Steward, 1999).
Sifat-sifat fungsional didefinisikan sebagai sekumpulan sifat dari
panganatau bahan pangan yang mempengaruhi penggunaannya.Sifat-sifat
tersebut antaralain;daya koagulasi,daya buih,daya emulsi,kontrol kristalisasi serta
pewarna.Sifat-sifat fungsional sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor
fisika maupunfaktor kimia.Yang banyak berperan dalam menentukan sifat
tersebut adalah sifatfisik-kimia protein yang meliputi komposisi asam amino
termasuk presentase dan penyebarannya, ukuran molekul, konfirmasi dan ikatan
serata gaya yang berperan dalam struktur molekul protein tersebut.
Puyuh adalah nama untuk beberapa genre dalam familia Phasianide,
burung ini berukuran menengah. Burung puyuh dari dunia baru ( Family
Odontophoriade ) dan puyuh kancing ( Family Turnicidae ) tidak berkerabat
dekat namun nama mereka memiliki perilaku dan karakteristik fisik yang mirip
burung puyuh adalah ungags daratan yang kecil dan gemuk. Mereka pemakan
biji-bijian namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil lainnya,
mereka bersarang dipermukaan tanah, dan berkemampuan untuk lari dan terbang
dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek. Beberapa
spesies seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak
yang lebih jauh. Beberapa jenis puyuh diternakan dalam jumlah besar yaitu
puyuh jepang diternakan terutama karena telurnya (Wikipedia, 2013)

1. Pemilihan Telur Tetas


Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur tetas adalah suatu bentuk
penimbunan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, energi, vitamin, mineral
dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio selama pengeraman untuk
dapat ditetaskan telur-telur burung Puyuh harus diseleksi. Memilih telur burung
Puyuh yang akan ditetaskan harus teliti, beberapa cara memilih telur burung
Puyuh yang baik untuk ditetaskan yaitu : 1) Memilih telur yang bersih, halus dan
rata; 2) Memilih telur yang warnanya tidak terlalu pekat; 3) Bintik kulit telur
harus jelas; 4) kulit telur tidak retak; 5) memilih telur yang baru, bukan telur yang
sudah disimpan lebih dari 7 hari; 6) Jika mau dijadikan khusus sebagai telur
setelah keluar dari burung Puyuh, telur segela diambil dan dibersihkan.
Telur yang ditetaskan berukuran normal yang beratnya 11-13 gram per
butir. Ukuran normal tersebut dapat dicapai setelah induknya berumur 2,5 bulan.
Dengan demikian pengambilan telur tetas burung Puyuh dilaksanakan sejak induk
berumur 2,5-8 bulan (Sugiharto, 2005).
Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur burung
Puyuh. Abidin (2003) menguatkan pendapat tersebut dengan menyodorkan data
hasil penelitian para bahwa daya tetas telur disimpan selama 6 hari lebih tinggi
dibandingkan dengan telur tetas disimpan 7 hari. Telur yang disimpan terlalu
lama, apalagi dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, bisa menyebabkan
penurunan berat telur dan kantung udaranya semakin berkurang (Andrianto,
2005).

2. Penetasan Dengan Mesin Tetas


Telur burung Puyuh dapat ditetaskan dengan mesin penetas telur ayam.
Selama ditetaskan telur tadi diputar 900 dan paling sedikit sehari diputar 4-6 kali.
Menetaskan telur burung Puyuh tidak berbeda dengan telur ayam. Minggu
pertama : 38,30C (1010 F). Minggu kedua sampai menetas : 390C (1030 F).
Suhunya diusahakan jangan lebih dari 39,40 C (1030 F). Termometer yang
mengukur suhu mesin tetas, supaya diletakkan sejajar dengan ujung telur, dengan
maksud supaya termometer tersebut menunjukkan suhu telur-telur yang
ditetaskan. Temperatur kelembapannya tidak boleh kurang dari 60% (tabung
basah pada hygrometer) 30,60 C (870 F) sampai hari ke 14 setelah itu dinaikkan
32,20 C (900 F) sampai proses penetasan selesai (Nugroho dan Mayun, 1986).

3. Temperatur Mesin Tetas


Dalam prakteknya temperatur mesin tetas sering dibuat stabil sekitar
1030F (39,40C) untuk semua penetasan telur unggas. Kelembapan mesin tetas
untuk penetasan telur berbagai jenis unggas relatif sama, yaitu sekitar 60-79%
RH. Selama persiapan ventilasi atas mesin tetas ditutup sampai hari penetasan
ketiga (Suprijatna, dkk 2005).

4. Pemutaran Telur
Membalik atau memutar letaknya telur pada hari-hari tertentu selama
periode penetasan perlu sekali dikerjakan. Gunanya adalah supaya mendapatkan
panas yang merata. Selain itu juga untuk menjaga agar bibit tidak menempel pada
kulit dalam fase permulaan penetasan dan untuk mencegah zat kuning telur
dengan tetenun selaput pembungkus anak (allanthois) pada fase-fase berikutnya.
Membalik telur dilakukan setiap hari mulai hari ketiga atau keempat sampai dua
hari sebelum telur-telur menetas. Pemutaran telur sebaiknya dilaksanakan paling
sedikit 3 kali atau lebih baik pula diputar sampai 5 atau 6 kali sehari setengah
putaran (Djanah, 1984).

5. Fertilitas
Nuryati et al (2000) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi anak,
telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang disebut dengan telur tetas. Telur
tetas merupakan telur yang telah dibuahi oleh sel kelamin jantan. Fertilitas adalah
persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu
penetasan.
Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu
Calsium. Sumber mineral ini utamanya adalah Calsium yang terdapat dalam
kerabang telur. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama
periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang
dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang
telur melalui membran kerabang. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral
maka berdampak pada fertilitas dari telur yang ditetaskan, hal ini juga
berpengaryh pada pembentukan embrio (Suprijatna et al., 2005).
Fertilitas burung Puyuh juga dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1) Sperma; 2)
Pakan; 3) Umur pembibit; 4) Musim atau suhu; 5) Sifat kawin pejantan; 6) Waktu
perkawinan; 7) Produksi telur (Agromedia, 2002).

6. Daya Tetas
Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya
tetas (Card and Leslie, 1993). Rasyaf (1993) menyatakan bahwa untuk
menghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energi
tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Semua itu bertujuan untuk
mendukung pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan.
Heuser (1975) menyatakan Calsium dan Phosphor dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk pembentukan tulang dan kerabang telur. Daya tetas telur
berkerabang tipis akan rendah dan telur mudah pecah (Nugroho dan Manyun,
1982).

Daya tetas juga akan menurun apabila telur disimpan terlalu lama. Telur-telur
yang disimpan daya tetasnya akan menurun, kira-kira 3% tiap tambahan sehari.
Telur yang disimpan dalam kantng plastik PVC (polyvinylidene chloride) dapat
tahan lebih lama, kira-kira 13-21 hari dibandingkan telur yang tidak disimpan
dalam kantung plastik PVC. Biasanya telur yang disimpan dalam kantung plastik
ini daya tetasnya juga lebih tinggi daripada telur yang disimpan dalam ruangan
terbuka (Nugroho dan Manyun, 1986)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 di Kandang Program
Studi Peternakan Universitas Tanjungpura
B. Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 1 unit mesin tetas manual,
berbentuk kotak dengan dengan kapasitas sekitar 300 butir telur puyuh,
timbangan dan sumber energi listrik. Bahan yang digunakan adalah telur
puyuh sebanyak 50 butir dan bahan fumigasi (formalin).
C. Prosedur praktikum
1. Penyiapan Telur Tetas
Telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
burung puyuh produktif yang dipelihara secara intensif dengan sex ratio
1:1 dan umur telur kurang dari 3 hari. Setiap perlakuan terdiri atas 10 butir
telur yang dibagi kedalam 5 kelompok. Sehingga total telur yang
digunakan adalah sebanyak 50 butir. Sebelum dimasukkan ke dalam mesin
tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan menggunakan air hangat yang
dibilas dengan kain halus.
2. Persiapan Mesin Tetas
Sebelum digunakan, mesin tetas terlebih dahulu dibersihkan dan
difumigasi dengan menggunakan larutan formalin. Mesin dijalankan
selama 24 jam untuk mendapatkan temperature yang stabil sebelum telur
dimasukkan ke dalam mesin tetas. Pengaturan kelembaban dilakukan
dengan meletakkan talenan berisi air pada bagian bawah tempat telur
untuk mendapatkan kelembaban sekitar 70%.
3. Peletakan telur Perlakuan

Telur diletakkan pada rak secara horizontal dan pembalikan dalam mesin tetas
Telur diberi tanda sesuai dengan kelompok masing – masing kemudian disusun
kedalam rak telur yang telah diberi sekat pemisah antar setiap telur. Pembalikan
dilakukan dengan cara memutar posisi telur didalam mesin tetas yang dilakukan
7,8,9,10, dan 11 kali pemutaran selama 24 jam. Telur yang telah dimasukkan
kedalam mesin tetas kemudian dieramkan selama 17 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Table. Kelompok 1

lebar tebal
panjang lebar kuning
kelompok1 telur kerabang keterangan
telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)

h-4 3.2 2.3 0.15 3.1 fertil

h-8 3.6 2.5 0.09 3.3 fertil

h-12 3 2.3 0.1 0 non fertil

h-14 2.9 2.2 0.07 1.4 fertil

h-16 3.2 2.4 0.08 1.1 fertil

jumlah 15.9 11.7 0.49 8.9

Table. Kelompok 2

lebar tebal
panjang lebar kuning
kelompok2 telur kerabang keterangan
telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)

h-4 3.01 2.23 0.08 3.81 fertil

h-8 3.4 2.7 0.07 3.1 mati

h-12 2.9 2.2 0.6 2.1 fertil

h-14 3.11 2.16 0.06 0.64 fertil


h-16 2.8 2.2 0.5 0.3 fertil

jumlah 12.21 9.26 1.23 6.14


Table. Kelompok 3

lebar tebal
Kelompok panjang lebar kuning
telur kerabang keterangan
3 telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)

h-4 3.2 2.6 0.15 4.1 fertil

h-8 3.2 2.5 0.08 3 nonfertil

h-12 2.9 2.3 0.3 2.6 non fertil

h-14 3.05 2.14 0.09 3.7 Nonfertil

h-16 3.32 2.66 0.06 1.55 fertil

jumlah 12.47 9.6 0.53 10.85

Table. Kelompok 4

lebar tebal
Kelompok panjang lebar kuning
telur kerabang keterangan
4 telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)

h-4 3.13 2.32 0.25 2.61 fertil

h-8 3 2.7 0.08 2.5 fertil

h-12 2.83 2.2 0.02 2.53 fertil

h-14 3.15 2.15 0.05 2.59 fertil

h-16 3.34 2.85 0.08 1.39 fertil

jumlah 12.32 9.9 0.23 9.01

Table. Kelompok 5
lebar tebal
panjang lebar kuning
kelompok4 telur kerabang keterangan
telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)

h-4 3.1 2.2 0.1 3.4 fertil

h-8 3.2 2.3 0.07 3.1 fertil

h-12 2.76 2.1 0.05 2.5 fertil

h-14 3.07 2.22 0.05 1.5 fertil

h-16 3.42 2.66 0.07 1.86 fertil

jumlah 12.45 9.28 0.24 8.96


B. Pembahasan
1. Fertilitas
Pada akhir penetasan, dilakukan penghitungan presentasi telur
yang fertil, dengan cara memecahkan telur yang tidak menetas kemudian
menghitung jumlah telur yang mengalami pembuahan. Telur yang
mengalami pembuahan ditandai dengan terdapat embrio didalam telur.
Persentase fertilitas dihitung dengan menggunakan rumus menurut North
and Bell(1990) sebagai berikut :

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata


terhadap fertilitas telur puyuh (P<0.05). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) mengindikasikan bahwa perlakuan tertinggi pada praktikum ini
yaitu pada perlakuan P5 ( pembalikan 7 kali) dan P4 ( pembalikan 10) yaitu
100 %, berbeda nyata terhadap perlakuan P1 (Pembalikan 11) dan P2
(Pembalikan 9) dan P3 (Pembalikan 8) masing-masing 90% ,90% dan
70%. Hal ini diduga disebabkan adanya perbedaan interval pembalikan
telur yang ditetaskan. Rataan umum fertilitas pada praktikum ini yaitu
90%. Hasil praktikum ini ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian
Dudusola (2013) pada burung puyuh jepang yaitu 93%, dan lebih tinggi
dari penlitian Adeyanju Adeyanju et al.,(2004) yaitu sebesar 87.5%.
2. Daya Tetas
Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya
tetas (Card and Leslie, 1993). Penghitungan daya tetas dilakukan dengan
menghitung jumlah telur yang berhasil menetas dari jumlah telur yang
fertil. Persentase daya tetas dihitung dengan menggunakan rumus menurut
North and Bell (1990) sebagai berikut:
Berdasarkan hasil praktikum yang di lakuakan diperoleh rataan daya tetas
dengan rata-rata persentase daya tetas keseluruhan yaitu 68%. Adapun
hasil penelitian Adeyanju et al., (2014) yang menggunakan burung puyuh
Jepang dengan varietas yang berbeda sebesar 41% dan Dudusola (2013)
81,2%. Jarak frekuensi pemutaran yang dilakukan terlalu dekat, tidak
menunjukkan adanya perbedaan terhadap daya tetas telur. Hal ini
kemungkinan disebabkan kisaran pemutaran dari 7 sampai 11 kali/hari
belum memberikan pengaruh terhadap keadaan embrio di dalam telur
tetas. Sejalan dengan penelitian Bachari et al. (2006) yang menyatakan
bahwa frekuensi pemutaran telur empat kali/hari, delapan kali/hari dan 12
kali/hari pada telur ayam kampung belum berpengaruh terhadap daya tetas
telur. Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur, cara atau metoda
penyimpanan, pengaturan suhu dan kelembaban inkubator, kebersihan
telur, pengumpulan dan penyimpanan telur (Nazirah, 2014). Ditambahkan
oleh Sutiyono (2006) menyatakan bahwa daya tetas telur dipengaruhi oleh
peyimpanan telur, faktor genetik, suhu dan kelembaban, umur induk,
kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan fertilitas telur.
3. Bobot Tetas
Rata – rata bobot tetas telur puyuh pada praktikum yang dilakukan
kisaran 6 – 7 gram lebih tinggi dengan hasil penelitian Adeyanju et al.,
(2014) sebesar 6,35 g. Hal ini disebabkan berat telur tetas yang digunakan
berbeda. Tidak terdapat interaksi antara bobot telur dengan frekuensi
pemutaran telur terhadap bobot tetas. Hal ini diduga karena telur dengan
bobot kecil, sedang, dan besar pada saat diputar jarak antar pemutaran
dekat sehingga mesin tetas sering di buka dan ditutup. Frekuensi
pemutaran telur yang jaraknya terlalu dekat diduga dapat mengganggu
kestabilan suhu dan kelembaban mesin tetas. Nuryati et al. (2000)
menyatakan bahwa suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang terlalu
rendah dapat menyebabkan bobot tetas yang dihasilkan menurun.
Hermawan (2000) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat nyata
antara bobot telur dengan bobot tetas, semakin tinggi bobot telur yang
ditetaskan akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Adeyanu, T.M., S.S. Abiola, J.A. Adegbite, and S.A. Adeyanju. 2014. Effect of
egg size on hatchability of Japanese quail (Coturnix-Coturnix Japonica)
of japanese quail. Journal of Emerging Trends in Engineering and
Applied Sciences (JETEAS) 5(7): 133-135.
Agromedia. 2002. Puyuh Si Mungil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Butcher, D. Gary and R.D. Miles. 2004. Egg Specific Gravity – Designing a
Monitoring Program. University of Florida.
Dudusola, I.O. 2013. The effect of parental age and egg weight on fertility,
hatchability and day-old chick weight of Japanese quail (Cortunix
cortunix japonica). Journal of Agricultural Sciences (2): 13-16.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit Amrico. Bandung
Nugroho dan Manyun IGT. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest, Semarang.
Sidabutar. 2009. Pengaruh Frekuensi Inseminasi Buatan Terhadap Daya Tetas
Telur Itik Lokal (Anas Plathyryncho) yang di inseminasi Buatan Semen
Entok. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera. Medan.
Nuryati, L.K. Sutarto dan S.P. Hardjosworo. 2000. kses Menetaskan Telur,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Yafet R. D. 2017. Fertilitas, Daya Tetas Dan Berat Tetas Telur Burung Puyuh
Pada Berat Telur Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar

Lampiran
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: panjang ( cm )
Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model .537a 8 .067 2.185 .087
Intercept 242.051 1 242.051 7879.533 .000
Perlakuan .051 4 .013 .416 .795
Ulangan .486 4 .121 3.955 .020

Error .492 16 .031

Total 243.080 25

Corrected Total 1.029 24

a. R Squared = .522 (Adjusted R Squared = .283)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: panjang telur ( cm)
Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper
Bound
kelompok 2 .1360 .11085 .737 -.2036 .4756
kelompok 3 .0460 .11085 .993 -.2936 .3856
kelompok 1
kelompok 4 .0900 .11085 .923 -.2496 .4296
kelompok 5 .0700 .11085 .968 -.2696 .4096
kelompok 1 -.1360 .11085 .737 -.4756 .2036
kelompok 3 -.0900 .11085 .923 -.4296 .2496
kelompok 2
kelompok 4 -.0460 .11085 .993 -.3856 .2936
kelompok 5 -.0660 .11085 .974 -.4056 .2736
kelompok 1 -.0460 .11085 .993 -.3856 .2936
kelompok 2 .0900 .11085 .923 -.2496 .4296
kelompok 3
kelompok 4 .0440 .11085 .994 -.2956 .3836
kelompok 5 .0240 .11085 .999 -.3156 .3636
kelompok 1 -.0900 .11085 .923 -.4296 .2496
kelompok 2 .0460 .11085 .993 -.2936 .3856
kelompok 4
kelompok 3 -.0440 .11085 .994 -.3836 .2956
kelompok 5 -.0200 .11085 1.000 -.3596 .3196
kelompok 1 -.0700 .11085 .968 -.4096 .2696
kelompok 5 kelompok 2 .0660 .11085 .974 -.2736 .4056
kelompok 3 -.0240 .11085 .999 -.3636 .3156
kelompok 4 .0200 .11085 1.000 -.3196 .3596
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .031.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: lebar ( cm )
Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model .734a 8 .092 3.707 .012
Intercept 139.665 1 139.665 5643.263 .000
Perlakuan .109 4 .027 1.098 .391
Ulangan .625 4 .156 6.317 .003

Error .396 16 .025

Total 140.795 25

Corrected Total 1.130 24

a. R Squared = .650 (Adjusted R Squared = .474)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: lebar telur ( cm)
Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
kelompok 2 .0420 .19906 1.000 -.5679 .6519
kelompok 3 -.1000 .19906 .986 -.7099 .5099
kelompok 1
kelompok 4 -.1040 .19906 .984 -.7139 .5059
kelompok 5 .0160 .19906 1.000 -.5939 .6259
kelompok 1 -.0420 .19906 1.000 -.6519 .5679
kelompok 3 -.1420 .19906 .950 -.7519 .4679
kelompok 2
kelompok 4 -.1460 .19906 .945 -.7559 .4639
kelompok 5 -.0260 .19906 1.000 -.6359 .5839
kelompok 1 .1000 .19906 .986 -.5099 .7099
kelompok 2 .1420 .19906 .950 -.4679 .7519
kelompok 3
kelompok 4 -.0040 .19906 1.000 -.6139 .6059
kelompok 5 .1160 .19906 .976 -.4939 .7259
kelompok 1 .1040 .19906 .984 -.5059 .7139
kelompok 4 kelompok 2 .1460 .19906 .945 -.4639 .7559
kelompok 3 .0040 .19906 1.000 -.6059 .6139
kelompok 5 .1200 .19906 .973 -.4899 .7299
kelompok 1 -.0160 .19906 1.000 -.6259 .5939
kelompok 2 .0260 .19906 1.000 -.5839 .6359
kelompok 5
kelompok 3 -.1160 .19906 .976 -.7259 .4939
kelompok 4 -.1200 .19906 .973 -.7299 .4899
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .099.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: tebal kerabang ( mm )
Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model .193a 8 .024 1.370 .281
Intercept .436 1 .436 24.732 .000
Perlakuan .117 4 .029 1.665 .207
Ulangan .076 4 .019 1.074 .402

Error .282 16 .018

Total .910 25

Corrected Total .475 24

a. R Squared = .406 (Adjusted R Squared = .110)


Multiple Comparisons
Dependent Variable: tebal kerabang (mm)
Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
kelompok 2 -.1640 .08393 .331 -.4211 .0931
kelompok 3 -.0380 .08393 .990 -.2951 .2191
kelompok 1
kelompok 4 .0020 .08393 1.000 -.2551 .2591
kelompok 5 .0300 .08393 .996 -.2271 .2871
kelompok 1 .1640 .08393 .331 -.0931 .4211
kelompok 3 .1260 .08393 .576 -.1311 .3831
kelompok 2
kelompok 4 .1660 .08393 .320 -.0911 .4231
kelompok 5 .1940 .08393 .192 -.0631 .4511
kelompok 1 .0380 .08393 .990 -.2191 .2951
kelompok 2 -.1260 .08393 .576 -.3831 .1311
kelompok 3
kelompok 4 .0400 .08393 .988 -.2171 .2971
kelompok 5 .0680 .08393 .924 -.1891 .3251
kelompok 1 -.0020 .08393 1.000 -.2591 .2551
kelompok 2 -.1660 .08393 .320 -.4231 .0911
kelompok 4
kelompok 3 -.0400 .08393 .988 -.2971 .2171
kelompok 5 .0280 .08393 .997 -.2291 .2851
kelompok 1 -.0300 .08393 .996 -.2871 .2271
kelompok 2 -.1940 .08393 .192 -.4511 .0631
kelompok 5
kelompok 3 -.0680 .08393 .924 -.3251 .1891
kelompok 4 -.0280 .08393 .997 -.2851 .2291
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .018.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: lebar kuning ( cm)
Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model 19.704a 8 2.463 4.212 .007
Intercept 133.541 1 133.541 228.376 .000
Perlakuan 4.361 4 1.090 1.864 .166
Ulangan 15.343 4 3.836 6.560 .003

Error 9.356 16 .585

Total 162.601 25

Corrected Total 29.060 24

a. R Squared = .678 (Adjusted R Squared = .517)


Multiple Comparisons
Dependent Variable: lebar kuning ( cm)
Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
kelompok 2 -.2100 .48363 .992 -1.6917 1.2717
kelompok 3 -1.2100 .48363 .139 -2.6917 .2717
kelompok 1
kelompok 4 -.5440 .48363 .791 -2.0257 .9377
kelompok 5 -.6920 .48363 .618 -2.1737 .7897
kelompok 1 .2100 .48363 .992 -1.2717 1.6917
kelompok 3 -1.0000 .48363 .280 -2.4817 .4817
kelompok 2
kelompok 4 -.3340 .48363 .956 -1.8157 1.1477
kelompok 5 -.4820 .48363 .853 -1.9637 .9997
kelompok 1 1.2100 .48363 .139 -.2717 2.6917
kelompok 2 1.0000 .48363 .280 -.4817 2.4817
kelompok 3
kelompok 4 .6660 .48363 .650 -.8157 2.1477
kelompok 5 .5180 .48363 .818 -.9637 1.9997
kelompok 1 .5440 .48363 .791 -.9377 2.0257
kelompok 2 .3340 .48363 .956 -1.1477 1.8157
kelompok 4
kelompok 3 -.6660 .48363 .650 -2.1477 .8157
kelompok 5 -.1480 .48363 .998 -1.6297 1.3337
kelompok 1 .6920 .48363 .618 -.7897 2.1737
kelompok 2 .4820 .48363 .853 -.9997 1.9637
kelompok 5
kelompok 3 -.5180 .48363 .818 -1.9997 .9637
kelompok 4 .1480 .48363 .998 -1.3337 1.6297
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .585.

Anda mungkin juga menyukai