BAB I Tetas
BAB I Tetas
PENETASAN
“ PENGARUH FREKUENSI PEMBALIKAN TELUR BURUNG PUYUH
TERHADAP PANJANG TELUR, LEBAR TELUR, DIAMETER KUNING
TELUR, TEBAL KERABANG TELUR, DAN PERKEMBANGAN
EMBRIO”
OLEH :
4. Pemutaran Telur
Membalik atau memutar letaknya telur pada hari-hari tertentu selama
periode penetasan perlu sekali dikerjakan. Gunanya adalah supaya mendapatkan
panas yang merata. Selain itu juga untuk menjaga agar bibit tidak menempel pada
kulit dalam fase permulaan penetasan dan untuk mencegah zat kuning telur
dengan tetenun selaput pembungkus anak (allanthois) pada fase-fase berikutnya.
Membalik telur dilakukan setiap hari mulai hari ketiga atau keempat sampai dua
hari sebelum telur-telur menetas. Pemutaran telur sebaiknya dilaksanakan paling
sedikit 3 kali atau lebih baik pula diputar sampai 5 atau 6 kali sehari setengah
putaran (Djanah, 1984).
5. Fertilitas
Nuryati et al (2000) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi anak,
telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang disebut dengan telur tetas. Telur
tetas merupakan telur yang telah dibuahi oleh sel kelamin jantan. Fertilitas adalah
persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu
penetasan.
Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu
Calsium. Sumber mineral ini utamanya adalah Calsium yang terdapat dalam
kerabang telur. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama
periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang
dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang
telur melalui membran kerabang. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral
maka berdampak pada fertilitas dari telur yang ditetaskan, hal ini juga
berpengaryh pada pembentukan embrio (Suprijatna et al., 2005).
Fertilitas burung Puyuh juga dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1) Sperma; 2)
Pakan; 3) Umur pembibit; 4) Musim atau suhu; 5) Sifat kawin pejantan; 6) Waktu
perkawinan; 7) Produksi telur (Agromedia, 2002).
6. Daya Tetas
Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya
tetas (Card and Leslie, 1993). Rasyaf (1993) menyatakan bahwa untuk
menghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energi
tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Semua itu bertujuan untuk
mendukung pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan.
Heuser (1975) menyatakan Calsium dan Phosphor dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk pembentukan tulang dan kerabang telur. Daya tetas telur
berkerabang tipis akan rendah dan telur mudah pecah (Nugroho dan Manyun,
1982).
Daya tetas juga akan menurun apabila telur disimpan terlalu lama. Telur-telur
yang disimpan daya tetasnya akan menurun, kira-kira 3% tiap tambahan sehari.
Telur yang disimpan dalam kantng plastik PVC (polyvinylidene chloride) dapat
tahan lebih lama, kira-kira 13-21 hari dibandingkan telur yang tidak disimpan
dalam kantung plastik PVC. Biasanya telur yang disimpan dalam kantung plastik
ini daya tetasnya juga lebih tinggi daripada telur yang disimpan dalam ruangan
terbuka (Nugroho dan Manyun, 1986)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 di Kandang Program
Studi Peternakan Universitas Tanjungpura
B. Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 1 unit mesin tetas manual,
berbentuk kotak dengan dengan kapasitas sekitar 300 butir telur puyuh,
timbangan dan sumber energi listrik. Bahan yang digunakan adalah telur
puyuh sebanyak 50 butir dan bahan fumigasi (formalin).
C. Prosedur praktikum
1. Penyiapan Telur Tetas
Telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
burung puyuh produktif yang dipelihara secara intensif dengan sex ratio
1:1 dan umur telur kurang dari 3 hari. Setiap perlakuan terdiri atas 10 butir
telur yang dibagi kedalam 5 kelompok. Sehingga total telur yang
digunakan adalah sebanyak 50 butir. Sebelum dimasukkan ke dalam mesin
tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan menggunakan air hangat yang
dibilas dengan kain halus.
2. Persiapan Mesin Tetas
Sebelum digunakan, mesin tetas terlebih dahulu dibersihkan dan
difumigasi dengan menggunakan larutan formalin. Mesin dijalankan
selama 24 jam untuk mendapatkan temperature yang stabil sebelum telur
dimasukkan ke dalam mesin tetas. Pengaturan kelembaban dilakukan
dengan meletakkan talenan berisi air pada bagian bawah tempat telur
untuk mendapatkan kelembaban sekitar 70%.
3. Peletakan telur Perlakuan
Telur diletakkan pada rak secara horizontal dan pembalikan dalam mesin tetas
Telur diberi tanda sesuai dengan kelompok masing – masing kemudian disusun
kedalam rak telur yang telah diberi sekat pemisah antar setiap telur. Pembalikan
dilakukan dengan cara memutar posisi telur didalam mesin tetas yang dilakukan
7,8,9,10, dan 11 kali pemutaran selama 24 jam. Telur yang telah dimasukkan
kedalam mesin tetas kemudian dieramkan selama 17 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Table. Kelompok 1
lebar tebal
panjang lebar kuning
kelompok1 telur kerabang keterangan
telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)
Table. Kelompok 2
lebar tebal
panjang lebar kuning
kelompok2 telur kerabang keterangan
telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)
lebar tebal
Kelompok panjang lebar kuning
telur kerabang keterangan
3 telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)
Table. Kelompok 4
lebar tebal
Kelompok panjang lebar kuning
telur kerabang keterangan
4 telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)
Table. Kelompok 5
lebar tebal
panjang lebar kuning
kelompok4 telur kerabang keterangan
telur(cm) telur (cm)
(cm) (mm)
Adeyanu, T.M., S.S. Abiola, J.A. Adegbite, and S.A. Adeyanju. 2014. Effect of
egg size on hatchability of Japanese quail (Coturnix-Coturnix Japonica)
of japanese quail. Journal of Emerging Trends in Engineering and
Applied Sciences (JETEAS) 5(7): 133-135.
Agromedia. 2002. Puyuh Si Mungil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Butcher, D. Gary and R.D. Miles. 2004. Egg Specific Gravity – Designing a
Monitoring Program. University of Florida.
Dudusola, I.O. 2013. The effect of parental age and egg weight on fertility,
hatchability and day-old chick weight of Japanese quail (Cortunix
cortunix japonica). Journal of Agricultural Sciences (2): 13-16.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit Amrico. Bandung
Nugroho dan Manyun IGT. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest, Semarang.
Sidabutar. 2009. Pengaruh Frekuensi Inseminasi Buatan Terhadap Daya Tetas
Telur Itik Lokal (Anas Plathyryncho) yang di inseminasi Buatan Semen
Entok. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera. Medan.
Nuryati, L.K. Sutarto dan S.P. Hardjosworo. 2000. kses Menetaskan Telur,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Yafet R. D. 2017. Fertilitas, Daya Tetas Dan Berat Tetas Telur Burung Puyuh
Pada Berat Telur Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar
Lampiran
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: panjang ( cm )
Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model .537a 8 .067 2.185 .087
Intercept 242.051 1 242.051 7879.533 .000
Perlakuan .051 4 .013 .416 .795
Ulangan .486 4 .121 3.955 .020
Total 243.080 25
Multiple Comparisons
Dependent Variable: panjang telur ( cm)
Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper
Bound
kelompok 2 .1360 .11085 .737 -.2036 .4756
kelompok 3 .0460 .11085 .993 -.2936 .3856
kelompok 1
kelompok 4 .0900 .11085 .923 -.2496 .4296
kelompok 5 .0700 .11085 .968 -.2696 .4096
kelompok 1 -.1360 .11085 .737 -.4756 .2036
kelompok 3 -.0900 .11085 .923 -.4296 .2496
kelompok 2
kelompok 4 -.0460 .11085 .993 -.3856 .2936
kelompok 5 -.0660 .11085 .974 -.4056 .2736
kelompok 1 -.0460 .11085 .993 -.3856 .2936
kelompok 2 .0900 .11085 .923 -.2496 .4296
kelompok 3
kelompok 4 .0440 .11085 .994 -.2956 .3836
kelompok 5 .0240 .11085 .999 -.3156 .3636
kelompok 1 -.0900 .11085 .923 -.4296 .2496
kelompok 2 .0460 .11085 .993 -.2936 .3856
kelompok 4
kelompok 3 -.0440 .11085 .994 -.3836 .2956
kelompok 5 -.0200 .11085 1.000 -.3596 .3196
kelompok 1 -.0700 .11085 .968 -.4096 .2696
kelompok 5 kelompok 2 .0660 .11085 .974 -.2736 .4056
kelompok 3 -.0240 .11085 .999 -.3636 .3156
kelompok 4 .0200 .11085 1.000 -.3196 .3596
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .031.
Total 140.795 25
Multiple Comparisons
Dependent Variable: lebar telur ( cm)
Tukey HSD
(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
kelompok 2 .0420 .19906 1.000 -.5679 .6519
kelompok 3 -.1000 .19906 .986 -.7099 .5099
kelompok 1
kelompok 4 -.1040 .19906 .984 -.7139 .5059
kelompok 5 .0160 .19906 1.000 -.5939 .6259
kelompok 1 -.0420 .19906 1.000 -.6519 .5679
kelompok 3 -.1420 .19906 .950 -.7519 .4679
kelompok 2
kelompok 4 -.1460 .19906 .945 -.7559 .4639
kelompok 5 -.0260 .19906 1.000 -.6359 .5839
kelompok 1 .1000 .19906 .986 -.5099 .7099
kelompok 2 .1420 .19906 .950 -.4679 .7519
kelompok 3
kelompok 4 -.0040 .19906 1.000 -.6139 .6059
kelompok 5 .1160 .19906 .976 -.4939 .7259
kelompok 1 .1040 .19906 .984 -.5059 .7139
kelompok 4 kelompok 2 .1460 .19906 .945 -.4639 .7559
kelompok 3 .0040 .19906 1.000 -.6059 .6139
kelompok 5 .1200 .19906 .973 -.4899 .7299
kelompok 1 -.0160 .19906 1.000 -.6259 .5939
kelompok 2 .0260 .19906 1.000 -.5839 .6359
kelompok 5
kelompok 3 -.1160 .19906 .976 -.7259 .4939
kelompok 4 -.1200 .19906 .973 -.7299 .4899
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .099.
Total .910 25
Total 162.601 25