Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN II

PENGAUDITAN SALDO KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN

KELOMPOK : 1
Ruang EII1

NAMA : NIM
1. Dwiki Vernanda Krisnayana Putra 1607532022
2. Gede Wahya Dhiyatmika 1607532025
3. I Gede Dika Waisna Putra 1607532030

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2018
A. JENIS AKUN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN (Mengidentifikasi jenis akun
kas utama dan instrument keuangan yang digunakan oleh entitas bisnis)

Terdapat beberapa jenis akun kas yang umumnya digunakan oleh sebagian perusahaan
besar. Auditor akan mengetahui lebih banyak jenis saldo kass setelah memahami bisnis klien.
Berikut jenis akun kas yang utama:
1) Akun Kas Umum: Merupakan bagian kas yang penting bagi sebagian besar organisasi
karena sebagain besar penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini.
2) Akun Impres: Perusahaan membuat akun penggajian impres yang terpisah untuk
meningkatkan pengendalian internal pengeluaran penggajian. Terdapat jenis akun
impres lain yang sedikit berbeda dari akun impres pada umumnya yaitu terdiri atas satu
rekening bank untuk penerimaan dan pengeluaran. Perusahaan bisa saja memiliki akun
ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh penerimaan disetorkan ke dalam akun impres
dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara periodik. Akun pengeluaran ditetapkan
berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda dengan akun pengajian impres.
3) Akun Bank Cabang: Berguna untuk membangun hubungan dengan perbankan di
komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang.
4) Dana Kas Kecil Impres: Ini bukan merupakan rekening bank, tetapi hampir sama
dengan kas pada bank. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil yang
lebih mudah dibayarkan jika menggunakan uang tunai dibandingkan dengan cek atau
untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan cek gaji atau pribadi, selain itu juga
digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah kecil.
5) Setara Kas: Perusahaan seringkali menginvestasikan kelebihan kas yang
diakumulasikan selama bagian tertentu dari siklus operasi, yang akan diperlukan dalam
waktu dekat dan bisa disebut Ekuivalen kas yang bersifat jangka pendek dan sangat
likuid. Ekuivalen kas bisa sangat material, dicantumkan dalam laporan keuangan
sebagai bagian dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek yang siap
dikonversikan menjadi sejumlah kas tertentu, dan tidak terdapat dirisiko signifikan atas
perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga. Sekuritas yang dapat diperdagangkan
dan investasi berbunga dengan jangka waktu yang lebih panjang bukan merupakan
Ekuivalen kas.
B. KAS DI BANK DAN SIKLUS TRANSAKSI (menunjukkan hubungan antara kas di
bank dan berbagai siklus transaksi)

Jumlah kas yang mengalir masuk ke dalam dan keluar dari akun kas sering kali lebih
besar dari pada jumlah kas yang mengalir untuk aku lainnya. Kas lebih rentan digelapkan dari
pada akun aset lainnya, karena sebagian besar aktiva lainnya itu harus dikonversikan menjadi
kas agar dapat digunakan. Auditor harus membedakan antara memverifikasi rekonsiliasi
saldo pada laporan bank dan saldo di buku besar umu, serta memverifikasi kas yang tercatat
merefleksikan dengan benar semua transaksi yang terjadi selama tahun tersebut. Salah saji
berikut menghasilkan kesalahan dalam pembayaran atau penerimaan kas, tetapi tidak satupun
dapat ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank:
a) Kegagalan menagih pelanggan
b) Penggelapan kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya
dicatat, dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
c) Kesalahan pembayaran faktur vendor
d) Pembayaran tidak semestinya atas biaya pribadi pejabat
e) Pembayaran atas bahan baku yang tidak diterima
f) Pembayaran atas karyawan lebih besar dari jam kerja actual
g) Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan
tingkat bunga sebenarnya

Seluruh jenis salah saji yang berbeda tersebut biasanya umunya sebagai bagian dari
pengujian atas rekonsiliasi bank:
a) Kegagalan memasukkan cek yang belum di kliring oleh bank pada daftar cek yang
beredar, walaupun telah dicatat pada jurnal pengeluaran kas
b) Kas yang diterima dari klien setelah tanggal neraca, tetapi dicatat dalam
penerimaan kas pada tahun berjalan
c) Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada
bank dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran
dalam perjalanan.
d) Pembayaran atas wesel bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi
tidak dimasukkan dalam catatan klien.
C. PENGAUDITAN ATAS AKUN KAS UMUM (Merancang dan melaksanakan
pengujian audit atas aku kas umum)

Dalam mengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus
mengakumulasikan bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, seperti yang
tercantum dalam neraca, telah dinyatakan dan diungkapkan secara layak sesuai dengan lima
dari delapan tujuan audit terkait saldo yang digunakan untuk seluruh pengujian perincian
saldo (eksistensi, kelengkapan, akurasi, pisah batas, dan detail tie-in). Hak atas kas umum,
klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi
untuk kas pada akhir tahun sama dengan saldo akun neraca lainya.

Tahap I: Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi kas


Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas yang tidak tepat atau
penanganan dana yang dilakukan oleh pihak lain. Risiko bisnis klien lebih banyak muncul
dari Ekuivalen kas dan jenis investasi lainya. Auditor harus memahami risiko yang dari
kebijakan dan strategi investasi klien, serta pengendalian manajemen yang mengurangi risiko
tersebut.

Tahap I: Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren
Saldo kas bersifat tidak material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo itu hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul
potensi salah saji material dalam kas. Karena kas lebih rentan terhadap pencurian
dibandingkan aset lainya, terdapat risiko inheren yang tinggi untuk tujuan eksistensi,
kelengkapan dan keakuratan. Tujuan tersebut biasanya akan berfokus pada audit saldo kas.
Tahap I: Menilai Risiko Pengendalian
Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
1. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan kas.
a. Rekonsiliasi bank independen
Pengendalian yang mempengaruhi pencatatan transaksi kas, penting dalam
penelitian dan pengendalian untuk kas. Dalam siklus akuisisi dan pembayaran,
pengendalian utama meliputi pengendalian pemisahan tugas yang memadai antar
fungsi hingga pasa verifikasi internal yang memadai. Jika pengendalian yang
mempengaruhi transaksi yang berhubungan kas beroperasi efektif, risiko
pengendalian akan menurun sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank
akhir tahun.
Rekonsiliasi bank merupakan pengendalian yang penting atas saldo akhir
kas. Rekonsiliasi itu akan memastikan bahwa catatan akuntansi mereflesikan saldo
kas yang sama seperti jumlah aktual kas di bank setelah mempertimbangkan item
rekosiliasi. Rekonsiliasi bank yang cermat oleh personil klien yang kompeten
meliputi tindakan-tindakan berikut:
a) Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas
menyangkut tanggal, payee dan jumlahnya.
b) Memeriksa cek yang dibatalkan menyangkut tanda tangan, endorsement
dan pembatalan.
c) Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat.
d) Memeriksa urutan nomer pada cek dan menyalidiki cek yang hilang.
e) Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan perbedaan saldo dan
meverifikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien.
f) Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan
pengeluaran kas.
g) Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan
penerimaan kas.
h) Mereview transfer antar bank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian
dan pencatatan yang tepat.
i) Menindaklanjuti cek beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran.
Pengendalian rekonsiliasi bank dapat ditingkatkan dengan cara review rekonsiliasi
bank bulanan oleh karyawan yang kompeten segera setelah rekonsiliasi selesai.

Tahap II: Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substansif Atas Transaksi
Saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan,
sehingga terdapat banyak sekali jumlah transaksi akun memengaruhi kas, dan transaksi kas
akan diaudit sepanjang pengujian siklus transaksi tersebut.

Tahap III: Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis


Dalam banyak audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara ekstensif.
Karena itu penggunaan prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas menjadi kurang
penting dibandingkan untuk sebagian besar audit lainya. Auditor biasanya juga
membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan sebelumnya. Prosedur analitis tersebut
mungkin akan mengungkapkan salah saji dalam kas.

Tahap III: Merancang Pengujian Perincian Saldo Kas


Langkah awal dari verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien untuk dicantumkan dalam dokumentasi auditor. Tujuan yang
paling penting dalam audit kas pada pengujian atas rincian saldo adalah eksistensi,
kelengkapan, dan keakuratan, sehingga tujuan tersebut mendapat perhatian paling besar.
Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan penyajian dan
pengungkapan. Prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang
sudah diidentifikasi auditor pada audit di bagian lainya. Berikut tiga prosedur yang layak
dibahas lebih lanjut karena arti penting dan kompleksitasnya: penerimaan konfirmasi bank,
penerimaan laporan pisah batas bank dan pengujian rekonsiliasi bank.
1. Penerimaan Konfirmasi Bank

Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi
dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika
terdapat sejumlah besar akun yang tidak aktif. Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih
dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari
pencatatan atas saldo bank atau pinjaman selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien
kantor akuntan publik. Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini mensyaratkan auditor
agar memenuhi tujuan kelengkapan atas saldo dan utang bank yang tidak tercatat dengan cara
lain. Jika auditor menginginkan konfirmasi atas jenis informasi ini, maka mereka harus
mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi keuangan yang dapat menjawab
pertanyaan tersebut. Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam
akun bank yang dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam
konfirmasi bank. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus
memeriksa selisihnya.

2. Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas


Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi bagian
yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat
diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank mengirimkan
laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari setelah tanggal neraca.
Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas tidak
diterima langsung dari pihak bank. Tujuannya adalah untuk menguji apakah karyawan klien
tidak memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan laporan.
Pengujian ini jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor melakukan verifikasi
berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:
a. Memfooting daftar semua cek yang dibatalkan.
b. Memverifikasi bahwa laporan bank dalam keadaan seimbang ketika total footing
digunakan.
c. Mereview item yang dibatalkan dala footing untuk memastikan bahwa hal yang
sudah dibatalkan oleh bank pada periode yang tepat dan tidak memasukkan
penghapusan atau perubahan
3. Pengujian Rekonsiliasi Bank
Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak klien sudah
menyiapkan rekonsiliasi dengan cermat dan melakukan verifikasi apakah saldo bank yang
dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam perjalanan,
cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya. Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor
menggunakan informasi dalam laporan bank atas pisah batas untuk melakukan verifikasi
kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi meliputi beberapa prosedur:
a. Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.
b. Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke
saldo per bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama.
c. Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke
laporan bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan
juga jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya.
d. Menyelidiki seluruh cek yang jumlahnya signifikan termasuk dalam daftar cek
beredar yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas.
e. Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank.
f. Memperhitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan
rekonsiliasi bank.
D. PROSEDUR-PROSEDUR BERORIENTASI KECURANGAN (Mengakui kapan
memperluas pengujian audit atas akun kas umum untuk menguji lebih anjut
kecurangan yang material)

Auditor harus memperluas prosedur dalam audit akhir tahun untuk menentukan
kemungkinan adanya kecurangan yang material apabila pengendalian internal tidak memadai.
Dalam merancang prosedur audit untuk mengungkap kecurangan auditor harus
mempertimbangkan secara teliti sifat kelemahan pengendalian internal, jenis kecurangan
yang mungkin terjadi, materialitas kecurangan yang potensial dan prosedur audit yang efektif
untuk mengungkapnya. Prosedur yang dapat mengungkapkan kecurangan dalam penerimaan
ks masuk antara lain: konfirmasi piutang dagang, pengujian yang dilakukan untuk
mendeteksi lapping, mereview ayat jurnal buku besar umum akun kas untuk pos yang tidak
biasa, memebandingkan pesanan, penjualan dan penerimaan kas, memerika persetujuan dan
dokumen pendukung untuk piutang tidak tertagih dan retur. Sedangkan untuk
mengungkapkan kecurangan yang berhubungan secara langsung dengan saldo kas akhir tahun
terdapat 3 prosedur yang mungkin dilakukan yaitu:

1. Memperluasan Pengujian atas Rekonsiliasi Bank


Jika auditor yakin rekonsiliasi bank disalah saji dengan sengaja, maka perlu dilakukan
perluasan pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang dilakukan auditor :
a. Memulai rekonsiliasi bank dan membandingkan semua item dengan cek yang
dibatalkan dan dokumen lainnya.
b. Membandingkan semua cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank
tertanggal dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas.
c. Menelusuri seluruh item yang belum dikliring dan jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah
dimasukkan.
d. Memverifikasi bahwa seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari
jurnal untuk rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.
2. Pembuktian Kas
Auditor menggunakan pembuktian kas jika pengendalian internal terhadap kas lemah
untuk menentkan: semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan, seluruh setoran ke
bank dicatat dalam pencatatan akuntansi, seluruh pengeluaran kas dibayarkan oleh bank,
seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat. Bukti kas memasukkan empat tugas
rekonsiliasi yaitu:
a. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode
bukti kas.
b. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang
tercatat dalam jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.
c. Merekonsiliasi kliring cek yang dibatalkan dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
untuk periode tertentu.
d. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode
pembuktian kas.
Ketika mengumpulkan pembuktian kas, auditor mengkombinasikan pengujian
susbtantif atas transaksi dan pengujian perincian saldo. Pembuktian kas merupakan metode
yang sangat baik dalam membandingkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan
akun bank dan rekonsiliasi bank.

3. Pengujian Transfer Antarbank


Pengujian transfer bank penting untuk menguji kiting dan kesalahan tidak sengaja
dalam mencatat transfer antarbank. Terdapat beberapa yang sebainya diaudit dalam skedul
transfer antara bank, yaitu:
a. Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi
b. Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank yang
mengirimkan.
c. Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus
dilakukan di tahun fiskal yang sama.
d. Pengeluaran pada skedul transfer antar bank harus dimasukkan atau
dikeluarkandengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar.
e. Penerimaan dalam skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan.
REFERENSI

Jusup, Haryono Al. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Unit
Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Anda mungkin juga menyukai