See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/283461844

Kuliah Pepindahan Massa 2015: #03-Addendum-Teori Perhitungan Jumlah

TAHAP pada Operasi ABSORPSI

Chapter · November 2015

DOI: 10.13140/RG.2.1.3231.9441

CITATIONS READS

0 2,348

1 author:

Setijo Bismo
University of Indonesia
189 PUBLICATIONS   172 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dissertation of Nelson Saksono: CARBONATE Scale and Presipitation View project

Capita Selecta on Natural Zeolite in South Lampung: Clinoptilolite View project

All content following this page was uploaded by Setijo Bismo on 03 November 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

 Dasar Teori Perhitungan Jumlah TAHAP:
ABSORBER BERTALAM -JAMAK YANG BEROPERASI SECARA “Counter-Current”
Counter-current Multi-stage Absorption (Tray absorber)

Di dalam Menara Abrober Bertalam (tray absorber), berlangsung operasi perpindahan massa
secara kontak multi-tahap (bertahap-jamak) antara gas dan cairan. Dalam setiap tray (talam)
tersebut, cairan (yang berperan sebagai absorben) dikondisikan ke dalam suatu sistem kontak
intensif dengan gas (yang mengandung absorbat atau absorptif) sehingga tercapai keadaan
keseimbangan, yang berarti terjadi sau tahap yang ideal pada talam tersebut. Pada tahap yang ideal
tersebut, komposisi rata-rata cairan yang meninggalkan talam berada dalam kesetimbangan dengan
jumlah cairan yang meninggalkan talam tersebut. Langkah yang terutama dan terpenting dalam
perancangan Menara Abrober Bertalam adalah penentuan atau perhitungan jumlah talam (number
of trays). Skematis menara talam dimaksud disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. Cairan masuk
dari atas kolom (Liquid in) sedangkan gas diumpankan dari bawah (Gas in). Efisiensi dari tahap
dapat dihitung sebagai:

Jumlah dari TAHAP Ideal

Efisiensi Tahap =
Jumlah dari TAHAP Sesungguhnya (Nyata )

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Parameter-parameter di bawah ini harus diketahui dalam penentuan (perhitungan) jumlah
tahap, yaitu:
1. Laju Gas Umpan (simbol: Gs )
2. Konsentrasi gas pada masukan (inlet, YN +1 ) dan keluaran (outlet, Y1 ) dari menara absorpsi
3. Laju Cairan Minimum (simbol: Lmin ); sedangkan Laju Cairan Aktual (simbol: Ls )
dapat ditentukan antara 1,2 – 2 kali dari Lmin .
4. Data Kesetimbangan yang diperlukan untuk konstruksi Kurva Kesetimbangan.
Setelah semua data atau parameter di atas diketahui, maka Jumlah Tahap Teoretis dapat
diperoleh, baik secara grafis ataupun melalui persamaan aljabar.

A. Penentuan Jumlah Tahap Ideal secara Grafis

Neraca massa secara menyeluruh (dalam keadaan kesetimbangan) dari sistem operasi Absorpsi di
dalam Menara Talam dimaksud dapat dinyatakan sebagai:

Gs (YN +1 − Y1 ) = Ls ( X N − X 0 ) (1)

Persamaan di atas disebut sebagai Garis Operasi (Operating Line) dari Menara Talam.
Jika tahap operasinya (absorpsi) adalah ideal dan identik dengan talamnya, maka titik ( X n , Yn )
harus terletak pada garis kesetimbangan, Y * = f ( X ) .
Tahap (talam) teratas terletak di P ( X 0 , Y1 ) dan pelat di bagian dasar berada pada titik
Q ( X N , YN +1 ) di bidang X − Y . Dari garis operasi tersebut, dibuat suatu garis tegak (vertikal) dari
titik Q ke titik D dalam Garis Kesetimbangan pada ( X N , YN ) . Dari titik D ( X N , YN ) dalam
Garis Kesetimbangan tersebut, dibuat garis horizontal sebagai perpanjangannya hingga memotong
Garis Operasi kembali di titik E ( X N −1, YN ) . Dalam hal ini, daerah segitiga QDE merupakan
representasi dari talam yang ke- N (lihat Gambar 2 di bawah ini).

Gambar 2. Garis Operasi dan Kesetimbangan dalam penentuan Jumlah Tahap secara grafis.

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Dari daerah segitiga QDE seperti di atas, sesungguhnya telah kita dapatkan fraksi atau bagian
(kecil) dari talam dalam posisi tertentu. Diambil dari posisi tersebut, maka jumlah talam secara
menyeluruh adalah merupakan penjumlahan dari talam-talam ideal yang dihasilkan. Selanjutnya,
jika efisiensi tahap secara menyeluruh diketahui, maka jumlah talam nyatanya (sesungguhnya)
dapat diperoleh dari Persamaan (1) seperti di atas.

B. Penentuan Jumlah Tahap Ideal menggunakan Persamaan Aljabar

Jika keduanya, Garis Operasi dan Garis Kesetimbangan membentuk garis-garis lurus, maka jumlah
tahap ideal dapat ditentukan (dihitung) menggunakan persamaan aljabar.
Dalam kasus Absorpsi, yaitu jika terjadi peristiwa perpindahan solute (absorbat atau absorptif)
dari fasa gas ke fasa cairan, maka akan berlaku persamaan Garis Kesetimbangan seperti di bawah ini:

Y = m⋅X (2)

Dalam hal ini, kelandaian m adalah sebagai konstanta Henry (seringkali dinyatakan dalam H ). Oleh
karenanya, titik ( X N , YN ) haruslah berada pada Garis Kesetimbangan seperti di atas, atau dapat
juga dinyatakan sebagai:
YN = m ⋅ X N (3)

Di sisi lain, Garis Operasinya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ls ⎫
(YN +1 − Y1 ) =
Gs
⋅( XN − X0 ) ⎪
⎪
Ls ⎛Y ⎞ ⎪⎪
(YN +1 − Y1 ) = ⋅⎜ N − X0 ⎟
Gs
⎬ (4)
⎝ m ⎠ ⎪
Ls ⎪
(YN +1 − Y1 ) =
Gs ⋅ m
⋅ (YN − m ⋅ X 0 ) ⎪
⎪⎭
sehingga diperoleh,

(YN +1 − Y1 ) = A ⋅ (YN − m ⋅ X 0 ) (5)

dengan

Ls Kelandaian Garis Operasi

A = = Faktor Absorpsi =
Gs ⋅ m Kelandaian Garis Kesetimbangan

Sekarang, Persamaan (5) di atas dapat dimodifikasi menjadi suatu “Persamaan Linier order-1”
dalam bentuk “Persamaan Beda” (Difference Equation) non-homogen berikut ini:

(YN +1 − Y1 ) = ( A ⋅ YN − A ⋅ m ⋅ X0 ) ⎫
⎪
⎬ (6)
(
YN +1 − A ⋅ YN ) = (Y1 − A ⋅ m ⋅ X0 ) ⎪⎭

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan Metode Finite Difference, dapat diberikan
secara ringkas sebagai berikut:

ƒ Berhubungan dengan Persamaan Homogen: (YN +1 − A ⋅ YN ) = 0 (7)

ƒ Solusi dari Persamaan Homogen seperti di atas adalah: YN = c1 Z n (8)

ƒ Maka, persamaan asalnya menjadi: c1 Z n +1 − A ⋅ c1 ⋅ Z n = 0 (9)

ƒ Sehingga, diperoleh: Z = A (10)

Yang berarti, bahwa Persamaan Non-homogen yang dimaksud ternyata memliki “Solusi Partikular”
(khusus) berupa suatu konstanta (tetapan).
Selanjutnya, dengan asumsi YN = YN +1 , didapatkan Y = c2 dan kemudian akan diperoleh
relasi berikut:

c2 − A ⋅ c2 = Y1 − m ⋅ A ⋅ X 0 ⎫
⎪
Y1 − m ⋅ A ⋅ X 0 ⎬ (11)
c2 = ⎪
1− A ⎭
Sehingga, solusi lengkapnya adalah sebagai berikut:
Y1 − m ⋅ A ⋅ X 0
YN = c1 ⋅ A N + c2 = c1 ⋅ A N + (12)
1− A
Selanjutnya, dengan harga-harga pada kondisi awal:
N = 0 ⎫
⎬
Y0 = m ⋅ X 0 ⎭
akan diperoleh:
Y1 − m ⋅ A ⋅ X 0
m ⋅ X 0 = c1 ⋅ A 0 +
1− A
selanjutnya:
m ⋅ X 0 − m ⋅ A ⋅ X 0 − Y1 + m ⋅ A ⋅ X 0 ⎫
c1 = ⎪
1− A ⎪
⎬ (13)
m ⋅ X 0 − Y1 ⎪
c1 =
1− A ⎭⎪
dan kemudian:
m ⋅ X 0 − Y1 Y − m ⋅ A ⋅ X0
YN = ⋅ AN + 1 (14)
1− A 1− A
Pada saat N = N + 1 , persamaan (14) di atas menjadi:

m ⋅ X 0 − Y1 Y − m ⋅ A ⋅ X0
YN +1 = ⋅ A N +1 + 1
1− A 1− A

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 1
A
Jika di ruas kanan dari persamaan di atas, kedua faktor yang ada dikalikan dengan , maka akan
1
A
diperoleh
Y1
− m ⋅ X0
m ⋅ X 0 − Y1 N A
YN +1 = ⋅A +
⎛1 ⎞ ⎛1 ⎞
⎜ − 1⎟ ⎜ − 1⎟
⎝A ⎠ ⎝A ⎠
⎛1 ⎞ ⎛Y ⎞
⎜ − 1⎟ ⋅ YN +1 = ( m ⋅ X 0 − Y1 ) ⋅ A N + ⎜ 1 − m ⋅ X 0 ⎟
⎝A ⎠ ⎝A ⎠
⎛1 ⎞ ⎛Y ⎞
(m ⋅ X 0 − Y1 ) ⋅ A N = ⎜ − 1⎟ ⋅ YN +1 − ⎜ 1 − m ⋅ X 0 ⎟
⎝A ⎠ ⎝A ⎠

kemudian

⎛1 ⎞ ⎛Y ⎞
⎜ − 1⎟ ⋅ YN +1 − ⎜ 1 − m ⋅ X 0 ⎟
A ⎝A
AN = ⎝ ⎠ ⎠
( m ⋅ X 0 − Y1)

atau
⎛Y − m ⋅ X0 ⎞ ⎛ 1⎞ 1
A N = ⎜ N +1 ⎟ ⋅ ⎜1 − ⎟ + (15)
⎝ Y1 − m ⋅ X 0 ⎠ ⎝ A⎠ A

Dari persamaan (15) terakhir di atas, jika kedua sisinya dilogaritmakan dan dengan syarat A ≥ 1 , maka

⎡⎛ Y − m ⋅ X0 ⎞ ⎛ 1⎞ 1⎤
N ⋅ ln A ( ) = ln ⎢⎜ N +1 ⎟ ⋅ ⎜1 −
⎢⎣⎝ Y1 − m ⋅ X 0 ⎠ ⎝
⎟
A⎠
+ ⎥
A ⎥⎦

atau
⎡⎛ Y − m ⋅ X0 ⎞ ⎛ 1⎞ 1⎤
ln ⎢⎜ N +1 ⎟ ⋅ ⎜1 − ⎟ + ⎥
⎢⎣⎝ Y1 − m ⋅ X 0 ⎠ ⎝ A⎠ A ⎥⎦
N = bila A > 1
( )
(16)
ln A

Namun, bila harga A = 1 , maka persamaan (6) menjadi Persamaan Garis Operasi, yaitu dalam
bentuk sebagai berikut:
(YN +1 − YN ) = (Y1 − m ⋅ X 0 )

Dan, jika kita jumlahkan semua suku-suku deret yang terbentuk dari persamaan di atas, yaitu
penjumlahan suku dengan harga N mulai dari N = N , N − 1, N − 2,… , … , sampai dengan
N = … , 2, 1 , maka akan didapatkan:

(YN +1 − Y1 ) = N ⋅ (Y1 − m ⋅ X 0 )

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
atau, jika disusun ulang menjadi

N =
(YN +1− Y1 )
bila A = 1 (17)
(Y1 − m ⋅ X 0 )
Dalam kasus Desorpsi (Stripping atau Regernerasi), yaitu jika terjadi peristiwa perpindahan
solute (absorbat atau absorptif) dari fasa cairan ke fasa gas, maka akan berlaku:
⎡⎛ YN +1 ⎞ ⎤
⎢⎜ X 0 −
ln ⎢⎜
Y
m ⎟
⎟
⎥
⋅ 1 − A + A⎥ ( )
⎢⎣⎜⎝ X N − N +1 m ⎟⎠ ⎥⎦
N = bila A > 1 (18)
⎛1⎞
ln ⎜ ⎟
⎝A⎠

Bila harga A = 1 , maka penurunan persamaan (6) seperti di atas menjadi sebagai berikut:

N =
( X0 − XN )
bila A = 1 (19)
⎛X Y
⎜ N − N +1 ⎞⎟
⎝ m⎠

Keempat persamaan di atas, yaitu persamaan-persamaan (16), (17), (18), dan (19) disebut juga sebagai
Persamaan-Persaman Kremser.

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Contoh Soal #1

It is desired to absorb 95% of Acetone (CH3COCH3) by Water (H2O) from a Gas 
mixture  of  Acetone  and  Air  containing  1.5%  of  the  component  in  a  counter‐
current tray tower. Total Gas mixture input is 30 kmol/hr and Water enters the 
tower  at  a  rate  of  90  kmol/hr.  The  tower  operates  at  27ºC  and  1  atm.  The 
equilibrium  relation  is  Y  =  m·X;  where  m  is  Henry  constant  equal  to  2.53. 
Determine  the  number  of  ideal  stages  necessary  for  the  separation  using  (a) 
graphical method as well as (b) Kremser analysis method. 

Penyelesaian Soal #1

Basis: 1 jam
Gs = 30 kmol
yN +1 = 0,015
L0 = 90 kmol
1, 5
Jumlah mole Acetone (absorbat) masuk ke Absorber = 30 kmol × 100
= 0.45 kmol
Jumlah mole udara (bersih) yang masuk ke Absorber = (30 – 0.45) kmol = 29.55 kmol
Jumlah mole Acetone terikut udara (95% terabsorpsi) = 0.45 × (1 - 0.95) moles = 0.0225 kmol
Gs = 29.55 kmol
Ls = 90 kmol
m = H = konstanta Henry = 2.53; [¨ Persamaan Kesetimbangan: y = 2.53 x ]
0.0225
Hitung: y1 = = 7,6084 x 10-4
29.55 + 0.0225
0.0225
Hitung: Y1 = = 7,6142 x 10-4 (solute-free basis)
29.55
kmol Aceton di Gas Masuk 1.5
Diketahui: yN +1 = = = 0.015
kmol Udara Masuk 100
1 .5
Hitung: YN +1 = = 0,0152 (solute-free basis)
100 − 1.5
Gunakan: Persamaan (1) untuk menghitung x N ,
ƒ Gs (YN +1 − Y1 ) = Ls ( X N − X 0 )
ƒ 29.55 x (0.015 – 7,6142 x 10-4) = 90 x ( X N - 0)
ƒ X N = 0,0047 = 4,700 x 10-3
Maka, setelah ini kita SIAP untuk penyelesaian dengan Metode Grafis ataupun Persamaan Aljabar
(Persamaan Kremser).

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
A. Penyelesaian dengan Metode GRAFIK

¨ Buat Kurva Garis Operasi: mulai dari titik P ( X 0 , Y1 ) = (

P 0.0, 7.6084 x 10-4 )
(
sampai ke titik Q ( X N , YN +1 ) = Q 4.700 x10−3 , 0.0152 . )
¨ Buat Kurva Garis Kesetimbangan: Y = 2.53 X

X 0.0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005

Y 0.0 0.00253 0.00506 0.00759 0.01012 0.01265

Grafik 3. Konstruksi Grafis dalam Penentuan Jumlah Tahap (Plotter)

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Grafik 4. Konstruksi Grafis dalam Penentuan Jumlah Tahap (MS-Excel)

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
B. Penyelesaian dengan Metode Kremser
Ls 90
¨ Periksa dahulu: harga A = = = 1,1858
Gs ⋅ m 30 ⋅ 2, 53
¨ Karena harga A > 1 , maka menurut Metode (Analisis Kremser), dapat digunakan
persamaan untuk Kolom Absorpsi berikut:

⎡⎛ Y − m ⋅ X0 ⎞ ⎛ 1⎞ 1⎤
ln ⎢⎜ N +1 ⎟ ⋅ ⎜1 − ⎟ + ⎥
⎢⎣⎝ Y1 − m ⋅ X 0 ⎠ ⎝ A⎠ A ⎥⎦
N =
ln A ( )
⎡⎛ 0,0152 − 2, 53 × 0, 0 ⎞ ⎛ 1 ⎞ 1 ⎤
ln ⎢⎜ −4 ⎟ ⋅ ⎜ 1 − ⎟ + ⎥
⎢⎣⎝ 7, 6142 x 10 − 2, 53 × 0, 0 ⎠ ⎝ 1,1858 ⎠ 1,1858 ⎥⎦
=
ln (1,1858 )
ln ⎡⎣(19,9627 ) ⋅ ( 0,1567 ) + 0,8433 ⎤⎦
=
ln (1,1858 )
= 8, 0927 ≈ 9

¨ Maka, tahp ideal yang diperoleh adalah 9.

Catatan: coba dianalisis, mengapa ada perbedaan hasil penyelesaian antara Metode Grafis dan
Metode Kremser?

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Contoh Soal #2

Di bawah ini diberikan tabel data kelarutan gas P (Mr 29) dalam air murni (sebagai solvent)
pada suhu 28 ºC dan tekanan udara sebesar 101,3 kPa (1 atm).

CP pP x y
(g P per 100 g H2O) (tekanan parsial, kPa) (fraksi mol P , cairan) (fraksi mol P , gas)
0,50 0,4650

0,74 0,6850

0,99 0,9150

1,49 1,3750

1,77 1,6280

1,98 1,8210

2,55 2,3410

Dari sistem larutan P − H 2O seperti di atas, maka:

(a). Hitunglah x dan y !
(b). Lakukan plot dari kurva atau diagram kesetimbangan yang terbentuk!
(c). Apakah Hukum Henry berlaku untuk sistem kesetimbangan di atas?

Berapa harga konstanta Henry dari sistem di atas ( ≈ m ≈ H )? 

Penyelesaian Soal #2

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Contoh Soal #3

Dari data yang telah dihitung dan ditabelkan pada contoh soal #1 di atas, hitunglah laju cairan
minimum ( Lmin ) berupa air murni yang diperlukan untuk mengabsorpsi 90 %-v gas SO2
dalam aliran gas utama yang memiliki laju alir ( QG ,i ) sebesar 84,9 m3 per menit (3.000 acfm)
yang mengandung 3 %-v SO2 !

Gambarkan pula kurva garis operasi aktualnya !

Suhu operasi yang digunakan adalah 293,15 K dan tekanannya 101,3 kPa (1 atm).

Penyelesaian Soal #3

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 
 Contoh Soal #4

Suatu menara dengan talam-saring (sieve-tray) dirancang untuk proses absorpsi gas. Gas
umpan mengandung polutan A dengan konsentrasi 1,8 %-molar memasuki kolom di bagian
bawah. Gas tersebut dimaksudkan mengalami pembersihan melalui operasi absorpsi
sedemikian rupa sehingga akhirnya terkandung polutan A yang tidak lebih dari 0,1 %-molar
di bagian keluaran (puncak). Cairan absorben yang digunakan, pada awalnya mengandung
0,01 %-molar.
Sistem diketahui mengikuti Hukum HENRY dengan m = yi xi = 1, 41 . Di bagian bawah
menara (bottom), rasio molar cairan-terhadap-gas adalah ( L G )b = 2,115 , sedangkan di
ektremitas lainnya (di puncak, top) adalah ( L G )t = 2,326 . Pada kondisi operasi ini,
diketahui bahwa efisiensi Murphree dapat dianggap konstan, yaitu pada EMGE = 0, 65 .

Penyelesaian Soal #4

©  Setijo  Bismo  (Professor  full  at  University  of  Indonesia,  Depok  16464  –  Indonesia)  and 
ResearchGate.net,  2015.  Unauthorized  use  and/or  duplication  of  this  material  without 
express  and  written  permission  from  this  site’s  author  and/or  owner  is  strictly  prohibited. 
Excerpts  and  links  may  be  used,  provided  that  full  and  clear  credit  is  given  to  Setijo  Bismo 
and ResearchGate.net with appropriate and specific direction to the original content. 

View publication stats