6
TEORI-TEORI KONTEMPORER MENGENAI MOTIVASI
7
produktivitas yang lebih tinggi, lebih sedikti terjadi insiden keamanan, dan
tingkat perputaran pekerja yang lebih rendah.
9
4. Teori Penguatan
Teori penguatan (reinforcement theory) adalah suatu teori yang mengatakan
bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensinya. mengambil sudut
pandang berlawanan dengan behavioristic, menyatakan kondisi penguatan
perilaku.
Teori pengondisian perilaku, merupakan komponen yang paling relevan
dari teori penguatan bagi manajemen, menyatakan bahwa orang-orang akan
belajar untuk berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau
menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan. B. F. Skinner, salah satu
pendukung pengondisian perilakunyang paling menonjol, menyatakan bahwa
menciptakan konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikutibentuk perilaku
tertentu akan meningkatkan frekuensi prilaku tersebut.
Konsep pengondisian perilaku merupakan bagian dari konsep skinner yang
lebih luas mengenai behaviorisme, yang mana menyatakan bahwa perilaku akan
mengikuti stimulus dalam hal yang secara relative tidak terpikirkan. Bentu
behaviorisme yang radikal menurut Skinner akan menolak perasaan, pemikiran,
dan pernyataan pikiran lainnya yang menyebabkan perilaku. Behaviorisme
adalah suatu teori yang berpendapat bahwa perilaku akan mengikuti stimulus
dalam suatu hal yang secara relative tidak terpikirkan. Teori pembelajaran social
adalah perluasan dari pengondisian perilaku yaitu, mengasumsikan perilaku
sebagai fungsi dari konsekuensi, juga mengetahui efek dari pembelajaran melalui
observasi dan persepsi.
Model-model merupakan pusat bagi sudut pandang pembelajaran social.
Empat proses yang menentukan pengaruh mereka pada individu :
a. Proses atensi, orang-orang belajar dari modl hanya ketika mereka mengakui
dan mencurahkan perhatian pada fitur pentingnya.
b. Proses retensi, pengaruh dari model bergantung pada seberapa baiknya
individu mengingat tindakan model setelah model tidak lagi siap tersedia.
c. Proses reproduksi penggerak, setelah seseorang melihat suatu perilaku baru
dengan mengobservasi model, mengamati kemudian dikonversi menjadi
melakukan.
d. Proses penguatan, para individu termotivasi untuk memperlihatkan perilaku
yang dicontohkan jika insentif yang positif atau imbalan yang diberikan.
10
5. Teori Keadilan / Keadilan Organisasi
Teori keadilan (equity teory), suatu teori yang menyatakan bahwa
perbandingan individual mengenai input dan hasil pekerjaan mereka dan
berespons untuk menghilangkan ketidakadilan.
Didasarkan pada teori keadilan, para pekerja yang menganggap sebagai
ketidakadilan akan melakukan salah satu dari enam pilihan ini :
a. Mengubah input, mengerahkan sedikit upaya jika bergaji rendah atau upaya
lebih jika bergaji tinggi.
b. Mengubah hasil, para individu dibayar dengan menggunakan dasar hasil kerja
dapat meningkatkan gaji mereka dengan memproduksi kuantitas unit
yanglebih banyak dengan mutu yang lebih rendah.
c. Mengubah persepsi sendiri
d. Mengubah persepsi orang lain
e. Pilihlah pembicara yang berbeda
f. Meninggalkan bidang, keluar dari pekerjaan
Meskipun proposisi teori keadilan tidak seluruhnya dipertahankan,
hipotesis berperan sebagai pelopor penting pada studi keadilan organisasi, atau
lebih sederhana lagi keadilan ditempat kerja.
Keadilan organisasi adalah persepsi keseluruhan mengenai apa itu keadilan
di tempat kerja, terdiri atas keadilan distributive, procedural, informasional, dan
interpersonal. Keadilan organisasi memusatkan perhatian lebih luas pada
bagaimana para pekerja merasa para otoritas dan pengambil keputusan di tempat
kerja dalam memperlakukan mereka.
11
Keadilan distributif (distributive justice) memusatkan perhatian pada
kewajaran hasil, misalnya gaji dan pengakuan, yang diterima oleh para pekerja.
Hasil dapat dialokasikan dalam beberapa cara. Namun, seperti yang dibahas
mengenai teori kedilan, para pekerja cenderung untuk menaggapi hasil mereka
paling adil ketika mereka didistribusikan secara adil.
Meskipun para pekerja sangat memeperhatikan apa hasil yang
didistribusikan (keadilan distributif), mereka juga memperhatikan pula mengenai
bagaimana hasil akan pendistribusiannya. Sementara keadilan distributif melihat
apa yang didistribusikan, keadilan prosedural (procedural justice) meneliti
bagaimana hasil akan dialokasikan.
Riset telah menunjukan bahwa para pekerja memperhatikan mengenai dua
tipe keadilan lain yang harus dilakukan dengan cara mereka diperlakukan selama
berinteraksi dengan yang lainnya. Tipe pertama adalah keadilan informasi yang
akan mencerminkan apakah para manajer memberikan kepada para pekerjanya
penjelasan atas keputusan pokok dan para manajer yang jujur dengan para
pekerjanya, akan lebih dirasakan adil ketika diperlakukan oleh para manajer
tersebut.
Tipe kedua dari keadilan adalah relevan dengan interaksi antara para
manajer dengan para pekerja yaitu keadilan interpersonal, yang mana
mencerminkan apakah para pekerja diperlakukan dengan rasa hormat dan
bermanfaat.
- Model Keadilan Organisasional
12
6. Teori Ekspektansi
Teori ekspektansi menyatakan bahwa kekuatan kecenderungan kita untuk
bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan ekspektansi kita
mengenai hasil yang diberikan dan ketertarikannya. Dalam hal yang lebih praktis,
para pekerja akan mengarahkan pada imbalan organisasi, misalnya peningkatan
gaji dan atau imbalan secara instrinsik dan bahwa imbalan akan memuaskan
tujuan pribadi para pekerja. Oleh karena itu, teori ini memusatkan perhatian pada
tiga hubungan :
a. Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas dirasakan oleh individu yang
mengerahkan sejumlah upaya yang diberikan akan mengarahkan pada
kinerja.
b. Hubungan kerja-imbalan. Keadaan yang mana individu meyakinkan untuk
melaksanakan pada suatu tingkat tertentu akan mengarahkan pada pencapaian
hasil yang diinginkan.
c. Hubungan imbalan-tujuan pribadi. Keadaan yang mana imbalan
organisasional akan memuaskan tujuan pribadi individu atau kebutuhan dan
ketertarikan atas imbalan yang potensial tersebut bagi individu.
13