Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH FEE AUDIT, ROTASI AUDIT DAN UKURAN

PERUSAHAAN KLIEN TERHADAP KUALITAS AUDIT


(Studi pada Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode

2015-2017)

PROPOSAL
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Oleh:

Andika Mugi Gumilang

NIM: 1402150001

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2018
ABSTRACT
The objective of this research was to examine the influence of the fee audit,

audit rotation, size of company and audit quality on financial sector enterprise.

Fee audit, audit rotation and size of company as the independent variable. Audit

Quality as the dependent variable. This study uses the basic theory is the agency

theory.

This study used secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange

(IDX) during the period 2012-2014. The sampling process was done by using

purposive sampling method and this study used 141 observations. The analyzing

method to examine hypothesis was logistic regression analysis. The results shows

that the size of company influence the audit quality. But for the fee audit, audit

rotation no influence the audit quality.

Keywords: Agency theory, fee audit, audit rotation and size of company.

ii
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh fee audit, rotasi

audit, ukuran perusahaan klien dan kualitas audit pada perusahaan sektor

keuangan. Fee audit, rotasi audit dan ukuran perusahaan klien sebagai variabel

independen. Kualitas audit sebagai variabel dependen. Penelitian ini

menggunakan teori dasar yaitu teori keagenan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode 2012-2014. Proses pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling dan penelitian ini

menggunakan 141 observasi. Metode analisis untuk menguji hipotesis adalah

analisis regresi logistik. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien

berpengaruh terhadap kualitas audit. Tapi, untuk fee audit, rotasi audit tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Keywords: Teori keagenan, fee audit, rotasi audit dan ukuran perusahaan klien.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita

nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa

ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang

“PENGARUH FEE AUDIT, ROTASI AUDIT DAN UKURAN

PERUSAHAAN KLIEN TERHADAP KUALITAS AUDIT”

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-

banyaknya untuk Ibu Elly selaku dosen mata kuliah Seminar Audit yang telah

menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini

dengan tepat waktu.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu

berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus

wawasan terkait dampak yang diakibatkan karena sampah, serta sekaligus

langkah-langah tentang bagaimana sampah dapat diolah menjadi barang

kerajinan yang dapat dipakai.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan

banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami

benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan

kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari

bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh

setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya

apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

iv
Bandung, 11 Oktober 2018

Penulis

v
Daftar Isi

JUDUL ....................................................................................................................................... i

ABSTRACT ...............................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iv

Daftar Isi .................................................................................................................................. vi

BAB I ......................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................................. 11

Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 11

Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 12

BAB II ..................................................................................................................................... 14

A. Tinjauan Literatur ....................................................................................................... 14

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................................................... 14

2. Kualitas Audit ............................................................................................................. 16

3. Fee Audit .................................................................................................................. 19

4. Rotasi Auditor ......................................................................................................... 20

5. Ukuran Perusahaan Klien ...................................................................................... 22

B. Penelitian Terdahulu .................................................................................................... 23

C. Kerangka Pemikiran .................................................................................................... 37

D. Hipotesis ......................................................................................................................... 38

1. Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit ........................................................ 38

2. Pengaruh Rotasi Auditor terhadap Kualitas Audit ............................................. 39

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit ......................... 41

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 42

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam perkembangan saat ini di Indonesia terjadi persaingan yang sangat

ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, khususnya

persaingan bisnis pelayanan jasa akuntan publik. Semakin banyak perusahaan

yang ingin melakukan go public karena perkembangan yang semakin pesat,

maka audit atas laporan keuangan juga semakin meningkat. Laporan keuangan

menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan dan juga menyediakan

informasi yang dibutuhkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik

internal dan eksternal agar memperoleh suatu kewajaran dan kehandalan suatu

laporan keuangan, sangat dibutuhkan profesi untuk mengetahui keadaan

perusahaan dan informasi dari seorang akuntan publik yang memiliki kualitas

baik dan integritas tinggi, agar mampu menjembatani benturan kepentingan

antara pihak prinsipal (pemegang saham) dengan pihak agen (manajemen)

sebagai pengelola perusahaan (Wijayani dan Januarti, 2011).

Menurut Putra (2013), untuk dapat bertahan ditengah persaingan yang

ketat, khususnya dibidang bisnis pelayanan jasa akuntan publik harus dapat

menghimpun klien sebanyak mungkin dan mendapatkan kepercayaan dari

masyarakat luas, oleh karena itu menuntut para auditor tetap memiliki kualitas

audit yang baik.

1
Kepercayaan dari pihak-pihak yang berkepentingan sangatlah penting bagi

perusahaan go public. Namun kini, segelintir masyarakat telah kehilangan

kepercayaannya terhadap auditor. Kondisi ini disebabkan oleh merebaknya

skandal akuntansi yang terjadi antara akuntan publik dan kliennya .

Dalam hal ini, Wallman (1996) dan Francis (2004) berpendapat bahwa

penilaian independensi auditor perlu lebih fokus pada tingkat kantor individu

daripada seluruh tingkat perusahaan karena sebagian besar keputusan

pemeriksaan dengan klien tertentu yang dibuat dalam setiap kantor individu.

Bukti nyatanya terlihat pada runtuhnya Enron, yang telah diaudit oleh Kantor

Houston dari Arthur Andersen, adalah contoh yang baik yang menunjukan

pentingnya kantor yang mempunyai tingkat kualitas audit.

Secara umum bahwa perusahaan yang besar membutuhkan jasa audit dari

KAP Big Four atau keahlian industri menyediakan jasa audit berkualitas

tinggi daripada perusahaan kecil yang tidak menggunakan jasa audit dari KAP

Big Four.

Kualitas audit adalah totalitas jasa dimana seorang auditor dituntut untuk

melakukan proses yang sistematis dalam menjalankan tugasnya. Hal ini

berguna untuk mengevaluasi dan menemukan pelanggaran yang ada kepada

para pemakai yang berkepentingan. (Kovinna dan Betri, 2014).

Seorang auditor dapat meningkatkan sikap profesionalisme dalam

melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan berpedoman pada standar

audit yang telah ditetapkan oleh Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),

yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Selain

2
itu, seorang auditor juga harus menerapkan dan mematuhi prinsip dasar etika

profesi, yaitu prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip kerahasiaan, dan

prinsip perilaku profesional (SPAP, 2013).

Dalam menilai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan diperlukan

sikap independen dari para auditor, karena independensi merupakan kunci

utama dari profesi audit. IFAC (The International Federation of Accontant)

secara global mendefinisikan independensi sebagai berikut: independence of

mind dan independence in appearance. Independence of mind merupakan

suatu keadaan pikiran yang memungkinkan pengungkapkan suatu kesimpulan

tanpa terkena pengaruh apapun selain penilaian profesional, sehingga

memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas, serta

menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional. Independence in

appearance merupakan penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian

signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir rasional dengan

memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk

pencegahan yang diterapkan akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa

skeptisme profesional, objektivitas, dan integritas akuntan publik telah

dikompromikan (IFAC Handbook 2012).

Untuk menjaga sikap independen sebagai auditor maka perusahaan wajib

untuk melakukan rotasi audit. Rotasi audit adalah peraturan perputaran auditor

yang harus dilakukan oleh sebuah entitas. Hal itu menyebabkan Pemerintah

Indonesia mengeluarkan suatu Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002 tentang “Jasa Akuntan Publik” dimana

3
telah direvisi dalam KMK Nomor 359/KMK.06/2003. Peraturan tersebut

kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan

Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Pasal 3 ayat

1 dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum

atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh Kantor Akuntan

Publik paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang

Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Atas

keputusan tersebut maka perusahaan harus melakukan pergantian auditor dan

Kantor Akuntan Publik setelah terdapatnya jangka waktu yang telah

ditentukan oleh peraturan tersebut. Diharapkan dapat mempertahankan suatu

independensi auditor agar kualitas yang dicapai menjadi maksimal.

Kasus mengenai Toshiba terbukti melakukan apa yang disebut oleh

Komite Investigasi Independen sebagai ‘Pengkhianatan Kepercayaan’.

Pasalnya perusahaan berusia 140 tahun telah membohongi publik dan investor

dengan cara menggelembungkan keuntungan di laporan keuangan. Dan itu

dilakukan bukan jumlah kecil dan tidak dalam tempo setahun dua tahun.

Toshiba melakukan overstated profit 1,2 Milliar US Dollar sejak tahun fiskal

2008 dan keadaan ini direstui oleh petinggi Toshiba sendiri.

Besarnya angka, rentang waktu yang tidak sebentar, juga keterlibatan Top

Management memberi gambaran kepada kita betapa kronis dan kompleksnya

penyakit dalam tubuh Toshiba. Penyelewengan dilakukan secara berjamaah,

sistematis dan cerdas. Sekian lapis sistem kontrol dari mulai divisi akuntansi,

keuangan, internal audit, tidak berfungsi sama sekali. Bagaimana akan

4
berfungsi, bahkan oknumnya dari staff senior mereka yang sudah hafal seluk

beluk perusahaan. Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai

kecurangan dan berusaha melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh

atasannya sendiri seperti yang dilansir jurnalis Financial Times. Sedemikian

rapi dan cerdasnya hingga tim auditor eksternal sekelas Ernst & Young (EY)

tak mampu mencium aroma busuk dari laporan keuangan Toshiba. Belum ada

dugaan kantor akuntan itu terlibat dalam skandal.

Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba melakukan berbagai

cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya

pada periode tertentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak

sesuai prinsip akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage-of-

completion untuk pengakuan pendapatan proyek, cash-based ketika

pengakuan provisi yang seharusnya dengan metode akrual, memaksa supplier

menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai, dan lain

semisalnya (Ritiana, 2015).

Kasus Enron sangat menggemparkan dunia akuntansi dan audit yang

terjadi di Amerika, kembali terulang di Asia tepatnya di India. Dalam kasus

Satyam ini terdapat beberapa kesamaan dengan kasus enron, dimana terjadi

konspirasi antara CEO Satyam dengan 2 auditor member Price Waterhouse

Coopers (PWC).

Ramalingu Raju mantan pemimpin Satyam, pada 7 Januari 2009 mengakui

perbuatannya telah memalsukan keuntungan perusahaan. Ramalingu Raju

telah membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun dan

5
meningkatkan neracanya hingga lebih dari US $ 1 miliar dan juga mengakui

bahwa dia memalsukan nilai pendapatan bunga diterima dimuka (accrued

interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya (understated

liability) dan menggelembungkan nilai piutang (overstated debtors).

Pada 14 Januari 2009, auditor eksternal Satyam selama 8 tahun terakhir

PWC India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat

dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari

manajemen Satyam. Institusi akuntan di India ICAI, meminta PWC

memberikan jawaban resmi dalam 21 hari terkait skandal Satyam.

Ini bukan pertma kalinya PWC tersangkut masalah di India. Pada 2005,

The Reserve Bank of India melarang PWC untuk mengaudit bank selama 8

tahun karena melakukan audit yang tidak memadai atas non-performing asset

dari Global Trust Bank. PWC menghadapi inestigasi terkait kegagalannya

mengidentifikasi fraud senilai 21 juta euro di divisi air mineral grup

perusahaan Greencore.

Satyam merupakan perusahaan teknologi informasi outsourching terbesar

keempat di India. Kliennya terdiri atas Nestle, General Electric dan General

Motors. Akibat kasus ini perusahaan kemudian diambil alih oleh Tech

Mahindra dengan nilai US $ 600 juta untuk kepemilikan mayoritas.

Perusahaan kemudian berganti nama menjadi Mahindra Satyam pada

September 2009 dan melaporkan kerugian US $27,6 juta pada tahun fiscal

hingga MAret 2010 (Margareth, 2014).

6
Selain kasus tersebut, terdapat juga kasus pelanggaran profesi akuntan

publik juga pernah terjadi di Kota Palembang. Menteri Keuangan Sri Mulyani

pada tahun 2008 menetapkan sanksi pembekukan izin usaha atas akuntan

publik dan kantor akuntan publik. Salah satu yang dijatuhi sanksi tersebut

adalah Akuntan Publik Drs. Muhammad Zen selaku Pemimpin Rekan KAP

Drs. Muhammad Zen & Rekan. Sanksi pembekuan izin Akuntan Publik Drs.

Muhammad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah melakukan

pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) – Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT.

Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007 yang berpengaruh cukup signifikan

terhadap laporan auditor independen.

Setelah muncul banyak yang terjadi di Indonesia semakin banyak pula

pihak luar yang bertanya-tanya tentang kualitas audit. Skandal keuangan

tersebut melibatkan perusahaan besar dan KAP besar. Kualitas audit menjadi

harapan bagi pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham yang

menaruh laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang

disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Nyatanya dengan banyaknya

kasus keuangan mengakibatkan kualitas audit semakin diragukan (Rosnidah,

2010).

Ada beberapa bank yang melakukan kesalahan namun gagal diperiksa oleh

auditor, misalnya pelanggaran aturan batas maksimum pemberian kredit atau

yang dikenal juga dengan BMPK pada Bank Dagang Nasional Indonesia,

Bank Umum Nasional, Bank Danamon, Bank BCA. Kasus di atas merupakan

7
kasus yang terjadi dan melibatkan kualitas audit. Pelanggaran tersebut

berkaitan dengan masalah auditor yang kurang mampu memenuhi tanggung

jawab profesionalnya dalam memenuhi kualifikasi Standar Auditing yang

telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan pelanggaran tersebut

bertentangan dengan SPAP (Hastuti, 2010).

Berdasarkan kasus diatas maka dapat dikatakan, bahwa profesi auditor

dalam menjalankan penugasan audit dilapangan sering mengahadapi banyak

tekanan yang mugkin akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi

suatu permasalahan. Dan juga seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya

seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam

program audit, tetapi juga harus disertai dengan sikap independen agar tidak

terjadi hubungan yang tidak sehat dan ketergantungan yang tinggi antara

auditor dengan klien maupun KAP dengan klien. Auditor juga harus bisa

menjaga hubungan yang baik kepada para klien yang diauditnya dimana

profesionalisme merupakan atribut individual yang sangat penting karena

akan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi KAP dan memberikan

pelayanan yang optimal bagi kliennya karena auditor dibayar oleh klien untuk

memberikan kepuasan dan untuk mempertahankan bisnisnya. Seorang

akuntan publik harus bisa memperhatikan kualitas audit agar dapat

mengembalikan kepercayaan masyarakat dan harus bisa meningkatkan potensi

diri dan tanggung jawab.

Berdasarkan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, bahwa

Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut

8
dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-

turut. Hal ini bertujuan agar menjaga hubungan yang profesionalisme agar

nantinya tidak berujung kepada kehancuran kedua pihak, karena dapat

menimbulkan kecurigaan antara kedua belah pihak akibat hubungan yang

terjalin cukup lama. Disini para klien, KAP, dan auditor harus mentaati

peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Apabila klien mendesak

kehendaknya kepada auditor maka auditor harus mengajukan pengunduran

diri karena kalau tidak maka laporan yang diaudit nantinya tidak akan

berkualitas akibat desakan kepentingan klien tersebut.

Dalam perkembangannya, kualitas audit tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor internal, tetapi juga faktor eksternal diantaranya pengaruh dari fee audit,

penelitian ini diasumsikan bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi akan

mengenakan fee audit yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas

akan mencerminkan informasi-informasi yang dimiliki oleh pemilik

perusahaan (Ian, 2013 dalam Kurniasih dan Rohman, 2014).

9
Faktor kedua adalah rotasi audit. Ferbriyanti dan Mertha (2014),

menyatakan bahwa peraturan tentang kewajiban rotasi KAP diperlukan untuk

dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas sehingga informasinya

dapat diandalkan untuk berbagai kepentingan. Faktor keempat dalam kualitas

audit adalah ukuran perusahaan klien. Menurut (O’Brien dan Bhushan, 1990

dalam Fernando et al., 2010), perusahaan kecil cenderung memiliki informasi

dan sistem pengawasan yang lemah, sehingga perusahaan kecil akan

menghasilkan audit yang lebih berkualitas. Di sisi lain, semakin besar

perusahaan, semakin meningkat pula agency cost yang terjadi, sehingga

perusahaan berukuran besar akan cenderung memilih jasa auditor besar yang

profesional, independen, dan bereputasi baik untuk menghasilkan kualitas

audit yang lebih baik (Watts dan Zimmeman,1986 dalam Nasser, Wahid,

Nazri, dan hudaib (2006). Ukuran perusahaan dapat membawa dampak

terhadap kualitas audit khususnya pemilihan KAP karena perusahaan yang

besar akan memilih KAP yang berkualitas untuk meningkatkan kredibilitas

perusahaannya sedangkan perusahaan kecil akan memilih KAP yang dapat

mengurangi biaya keagenanya melalui fee yang lebih murah

Di dalam penelitian ini, penelitian memakai studi empiris pada sektor

keuangan dikarenakan sektor ini mempunyai peran penting bagi masyarakat

dan kegiatan ekonomi yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, dan

perusahaan yang bergerak di sektor keuangan mempunyai tanggung jawab

agar tidak terjadi penyimpangan serta menjaga kestabilan pertumbuhan

ekonomi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik dan termotivasi melakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruh fee audit, audit tenure, rotasi audit dan

ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit. Berdasarkan hal tersebut,

10
maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Fee Audit,

Rotasi Audit dan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit

(Studi pada Sektor Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia (BEI) 2015-2017)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka peneliti

merumuskan beberapa hal mengenai permasalahan penelitian, yaitu:

1. Apakah fee audit memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?

2. Apakah rotasi audit memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?

3. Apakah ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh terhadap kualitas

audit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris mengenai:

a. Pengaruh fee audit terhadap kualitas audit.

b. Pengaruh rotasi KAP terhadap kualitas audit.

c. Pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit.

11
Manfaat Penelitian

a. Kontribusi Praktis

1) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi informasi bagi

perusahaan mengenai fee audit, rotasi audit dan ukuran perusahaan

klien yang dapat meningkatkan kualias audit.

2) Bagi profesi akuntan publik, penelitian ini dapat digunakan sebagai

alat analisis audit yang dilaksanakan KAP sehingga KAP dapat

lebih meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada klien.

3) Bagi akademisi, hasil dari penelitian ini dapat dikembangkan dan

dijadikan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya di

samping memberikan pandangan dan wawasan terhadap

pengembangan ilmu audit khususnya mengenai kualitas audit.

b. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai

bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk

menambah ilmu pengetahuan.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang serta menambah

pengetahuan akuntansi khususnya.

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang

akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta

menambah referensi mengenai audit, terutama tentang fee audit,

rotasi audit dan ukuran perusahaan klien pada sektor

12
keuangan dapat bermanfaat bagi peneliti dimasa yang akan datang

dan juga dapat menambah pengetahuan peneliti tentang kualitas

audit.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan masalah agensi disebabkan

oleh adanya perbedaan kepentingan dan informasi asimetri antara

manajemen (agent) dengan shareholder (principle). Perbedaan tersebut

menimbulkan konflik kepentingan:

a) Antara shareholders dan manajer

b) Antara shareholders dan debtholders, dan

c) Antara manajer, shareholders dan debtholders.

Jensen dan Meckling (1976) juga berpendapat bahwa konflik

kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen

tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga

memicu biaya keagenan (agency cost).

Dalam hal keagenan, auditor juga memiliki kepentingan untuk

mempertahankan pendapatnya, penetapan fee audit tinggi untuk

menghasilkan kualitas audit yang tinggi pula, selain itu auditor juga

dilanda masalah ketika berkaitan dengan kepentingan keaganan auditor

(Kurniasih dan Rohman, 2014).

Gravious (2007) menyatakan bahwa masalah keagenan auditor terjadi

akibat adanya mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen.

14
Manajemen menunjuk auditor untuk memberikan jasa audit untuk

kepentingan prinsipal. Di sisi lain, manajemenlah yang membayar dan

menanggung jasa audit. Masalah kelembagaan dapat menimbulkan

ketergantungan auditor pada kliennya. Ketergantungan ini menyebabkan

auditor mulai kehilangan independensinya dan berusaha mengakomodasi

keinginan manajemen dengan harapan perikatannya dengan klien tidak

terputus. Hal demikian bertentangan dengan prinsip auditor selaku pihak

ketiga yang dituntut untuk independen dalam menjalankan audit dan dalam

memberikan pendapat atas laporan keuangan klien, oleh karena itu untuk

menjaga independensi auditor diberlakukan rotasi wajib audit.

Wibowo dan Rossieta (2009) menyatakan pihak ketiga yang

independen merupakan pihak yang dapat menjadi mediator antara pemilik

dengan agen dalam menyelesaikan permasalahan benturan kepentingan

yang terjadi diantara keduanya. Auditor dapat dilanda masalah ketika

dihadapkan dengan kepentingan-kepentingan.

Menurut Teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah

kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan.

Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang

timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agent (manajer)

(Nasser, et al., 2006).

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah

agensi bersumber pada auditor dengan manajemen, karena manajemen

15
yang menunjuk auditor untuk melakukan audit terhadap kepentingan

principle. Tapi manajer juga lah yang membayar fee dan menanggung jasa

audit tersebut. Hal ini dapat menyebabkan ketergantungan antara pihak

klien dengan auditor untuk membuat suatu perikatan yang lama dan

membuat hubungan auditor dengan klien semakin dekat, dan karena itulah

diperlukan sikap independensi bagi auditor dan melakukan rotasi wajib

auditor agar auditor bisa mempertahankan sikapnya.

2. Kualitas Audit

Audit merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu

perusahaan karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan

perusahaan. Audit merupakan proses untuk memberikan informasi yang

akurat mengenai aktivitas ekonomi suatu perusahaan. Audit dilaksanakan

oleh pihak yang kompeten, profesional, dan tidak memihak atau dapat

dipengaruhi oleh pihak lain, yang disebut auditor. Auditor mempunyai

peranan yang sangat penting dalam dasar pengambilan keputusan hasil

audit (Kurnia, Khomsiyah dan Sofie, 2014)

Menurut Halim (2008) laporan keuangan yang berguna bagi

pembuatan keputusan adalah laporan keuangan yang berkualitas. Oleh

sebab itu, kualitas audit merupakan hal yang sangat penting untuk

dihasilkan oleh auditor dalam melakukan pengauditan.

Christiawan (2002) mengungkapkan bahwa kualitas audit ditentukan

oleh dua hal yaitu independensi dan kompetensi. Berdasarkan definisi

diatas, maka kesimpulannya adalah seorang auditor dalam menemukan

16
pelanggaran atau salah saji harus memiliki kompetensi serta sikap

kecermatan dan kehati-hatian profesional. Seorang auditor harus

mempunyai kemampuan pemahaman dan keahlian teknis. Sementara itu,

melaporkan pelanggaran klien merupakan sikap independensi yang harus

dimiliki oleh auditor.

Manajemen atau klien akan puas jika audit yang dilakukan oleh

akuntan publik memiliki kualitas yang baik. Terdapat 7 kualitas audit yang

berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan klien, yaitu (1) atribut

pengalaman melakukan audit, (2) atribut memahami industri klien, (3)

atribut responsif terhadap kebutuhan klien, (4) atribut pemeriksaaan sesuai

dengan standar umum audit, (5) atribut komitmen kuat terhadap kualitas

audit, (6) atribut keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan dan (7)

atribut melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat (Christiawan, 2002).

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana

auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya

dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya

tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan

publik yang relevan (Arisinta, 2013).

SPAP (2013), Standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus

dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan

teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga

menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

17
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya

dengan cermat dan seksama (due professional care).

Valen dan Rifa (2012) mendefinisikan kualitas audit adalah hal

terpenting dalam kehandalan dan kebenaran laporan keuangan. Semakin

tinggi kualitas audit maka akan semakin tinggi tingkat kepercayaan

terhadap laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2013), bahwa kualitas audit

yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang

kompeten dan orang yang independen. Auditor yang kompeten adalah

auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan

melaksanakan prosedur audit yang benar serta memahami dan

menggunakan metode penyampelan yang benar. Sebaliknya auditor yang

independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara

independen melaporkan pelanggaran tersebut. Probabilitas auditor akan

melaporkan adanya pelanggran atau independensi auditor tergantung pada

tingkat kompetensi mereka.

Menurut Himawan dan Emarila (2010) kualitas audit adalah proses

pemeriksaan sistematis sistem mutu yang dilakukan oleh auditor mutu

internal atau eksternal atau tim audit. Dari pengertian kualitas audit diatas

dapat disimpulkan bahwa seorang auditor dituntut untuk memberikan

pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh

manajemen dalam bentuk laporan audit yang berkualitas dengan

mempertahankan berbagai atribut kualitas audit.

18
Kualitas merupakan merupakan profesionalisme kerja yang harus

benar-benar dipertahankan oleh akuntan publik profesional. Independen

sangat penting dimiliki oleh auditor dalam menjaga kualitas audit dimana

akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik diatas

kepentingan manajemen atau kepentingan auditor sendiri dalam membuat

laporan auditan. Hasil audit yang berkualitas dapat mempengaruhi citra

dari Kantor Akuntan Publik sendiri, dimana kualitas audit yang

mengandung kejelasan informasi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh auditor atas laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan standar

auditing (Hartadi, 2012).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit

adalah kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya

dalam mengaudit dan melaporkan laporan keuangan dengan sebaik

mungkin dan bertanggung jawab pada kepercayaan masyarakat. Dan

kualitas audit juga dapat dilihat dari orang yang melaksanakan audit

apakah auditor tersebut kompeten dan independen.

3. Fee Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2012) menyatakan bahwa fee audit

berpengaruh terhadap kualitas audit yaitu sebagai berikut anggota KAP

tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang

dapat berkibat pada independensinya.

Hay dan Davis (2002), menemukan bahwa fee audit merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit selain faktor reputasi

19
akuntan publik, ukuran dari kantor akuntan publik, professionalisme

akuntan publik, keanggotaan pada organisasi profesi dan pendidikan

akuntan publik.

Meurut Rosnidah (2010), menyatakan bahwa jasa audit merupakan

salah satu faktor untuk memilih tingkatan kualitas audit. Di Indonesia

hubungan antara kualitas audit dan biaya jasa audit dilihat dari hasil biaya

jasa audit menentukan kualitas audit yang dilakukan oleh KAP.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa fee audit

merupakan biaya atau imbalan yang diberikan klien kepada akuntan publik

sebagai imbalan jasa yang diberikan akuntan publik berupa jasa audit. fee

audit yang lebih tinggi maka kualitas audit yang diterima juga akan lebih

baik.

4. Rotasi Auditor

Rotasi audit merupakan pergantian kantor akuntan publik dimana

akuntan publik di Indonesia hanya dapat mengaudit laporan keuangan

perusahaan maksimal tiga tahun berturut-turut (Siregar, 2011).

Dengan adanya kasus Enron yang melibatkan KAP internasional Artur

Andersen (AA) maka di Indonesia dilakukan peraturan tindakan

pergantian auditor secara wajib. Penerapan ketentuan tentang adanya rotasi

mandatory ini dengan tujuan supaya dapat meningkatkan independensi

auditor baik secara tampilan maupun secara fakta. Rotasi mandatory ini

diharapkan dapat berpengaruh signifikan pada praktik pengauditan yang

dilakukan oleh seorang auditor dengan menjaga sikap independensi (Giri,

2010).

20
Untuk menjaga sikap independen sebagai auditor maka perusahaan

wajib untuk melakukan rotasi audit. Rotasi audit adalah peraturan

perputaran auditor yang harus dilakukan oleh sebuah entitas. Hal itu

menyebabkan Pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002 tentang

“Jasa Akuntan Publik” dimana telah direvisi dalam KMK Nomor

359/KMK.06/2003. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan

dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Indonesia Nomor

17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Pasal 3 ayat 1 dalam

peraturan tersebut menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas

laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik

paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang

Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Atas

keputusan tersebut maka perusahaan harus melakukan pergantian auditor

dan Kantor Akuntan Publik setelah terdapatnya jangka waktu yang telah

ditentukan oleh peraturan tersebut. Diharapkan juga dapat

mempertahankan suatu independensi auditor agar kualitas yang dicapai

menjadi maksimal.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa rotasi audit adalah peraturan untuk menjaga sikap independen dari

auditor agar kualitas audit yang di dapat maksimal dan tidak terjadi

kecurangan antara pihak satu dengan pihak lainnya.

21
5. Ukuran Perusahaan Klien

Ukuran perusahaan klien merupakan besarnya ukuran sebuah

perusahaan yang dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan

kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi

pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar

aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak

penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar

kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam

masyarakat (Wijayani dan Januarti, 2011).

Perusahaan yang lebih kecil kurang diperhatikan oleh pemegang

sahamnya, menandakan kurangnya informasi dan pengawasan yang lemah.

keadaan seperti ini sangat kondusif untuk lebih memperlihatkan pengaruh

peran informasi dan pengawasan audit. Oleh karena itu, dampak dari

kualitas audit yang lebih tinggi akan lebih besar bagi perusahaan-

perusahaan kecil, sedangkan bagi perusahaan besar peningkatan kualitas

audit tidak begitu berpengaruh karena mereka memiliki kualitas

pengendalian yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et

al., 2010).

22
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa ukuran perusahaan klien merupakan tolak ukur yang dapat

menggambarkan apakah perusahaan tersebut besar atau kecil dilihat dari

beberapa cara, antara lain seperti total aktiva, nilai pasar saham, log size,

dan lain-lain. Terdapat 3 kelompok ukuran perusahaan yaitu perusahaan

besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan

yang besar mempunyai aktiva yang besar pula sehingga kepastian untuk

prospek bisnisnya lebih terpercaya dan cenderung memilih KAP yang

besar untuk mendapatkan kualitas audit yang lebih baik dibanding ukuran

perusahaan yang kecil yang dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang

rendah untuk prospek perusahaan dalam waktu jangka panjang dan

cenderung memilih ke KAP yang kecil kerena untuk menekan cost tetapi

kualitas audit yang di dapat juga baik tapi tidak sebanding dengan KAP

besar.

B. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang

berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.

23
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian


(Tahun) Persamaan Perbedaan Hasil
1 Blandon and Bosch (2013) Audit Partner Tenure and Variabel Kualitas Variabel Auditor Penelitian
Audit Quality Audit, Audit Independen dan
Tenure. Opini WTP. Hasil penelitian
menunjukan audit
tenure dalam
jangka waktu yang
panjang dapat
merusak
indepedensi auditor
sehingga dapat
menurunkan
kualitas audit.
Dalam penelitian
ini mendukung
adanya rotasi audit
yang bisa menjaga
independensi
auditor dan dapat
meningkatkan
Bersambung pada halaman selanjutnya
kualitas auditor.

24
No. Penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
(Tahun) Persamaan Perbedaan Penelitian
2 Margi Kurniasih dan Abdul Pengaruh Fee audit, Audit Variabel Fee Variabel Ukuran Variabel fee audit
Rohman (2014) Tenure, Rotasi Audit audit, Audit Perusahaan Klien. dan rotasi audit
Terhadap Kualitas Audit. Tenure, Rotasi Periode yang berpengaruh positif
audit dan Kualitas digunakan 2008- terhadap kualitas
Audit. 2012. audit, sedangkan
audit tenure
berpengaruh negatif
terhadap kualitas
audit.

Bersambung pada halaman selanjutnya

25
No. Penelitian Metode Penelitian Hasil
Judul Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan Penelitian
3 Ni Made Dewi Febriyanti dan I Pengaruh Masa Perikatan Variabel Masa Variabel Ukuran Hasil menunjukkan
Made Mertha Audit, Rotasi KAP, Ukuran Perikatan Audit, KAP dan Periode bahwa masa
(2014) Perusahaan Klien, dan Rotasi KAP, yang digunakan perikatan audit,
Ukuran KAP pada Kualitas Ukuran 2009-2012. rotasi kap, ukuran
Audit. Perusahaan Klien kap tidak
dan Kualitas berpengaruh
Audit. signifikan terhadap
kualitas audit.
Sedangkan, ukuran
perusahaan klien
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
Bersambung pada halaman selanjutnya

26
No. Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
(Tahun) Persamaan Perbedaan Penelitian
4 Winda Kurnia, Khomsiyah, Pengaruh Kompetensi, Variabel Kualitas Variabel Hasil menunjukkan
Sofie Independensi, Tekanan Audit. Kompetensi, bahwa Kompetensi,
(2014) Waktu, dan Etika Auditor Independensi, Independensi,
terhadap Kualitas Audit. Tekanan Waktu, Tekanan Waktu,
dan Etika dan Etika Auditor
Auditor. signifikan terhadap
Kualitas Audit.
Bersambung pada halaman selanjutnya

27
Penelitian Metode Penelitian
Hasil
No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun) Penelitian

5 Octaviana Pengaruh Kompetensi, Variabel Audit Fee Variabel Hasil menunjukkan


Arisinta (2013) Independensi, Time Budget dan Kualitas Kompetensi, bahwa Kompetensi,
Pressure, dan Audit Fee Audit. Independensi dan Independensi , Time
Terhadap Kualitas Audit Time Budget Budget Pressure,
Pada Kantor Akuntan Publik Pressure. dan Audit Fee
di Surabaya. berpengaruh
terhadap kualitas
audit. Pengaruh
yang ditimbulkan
bersifat positif.
Oleh karena itu
baik Auditor
maupun Kantor
Akuntan Publik
(KAP) diharapkan
dapat meningkatkan
Kualitas Auditnya.
Bersambung pada halaman selanjutnya

28
Metode Penelitian
No. Penelitian Hasil
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun) Penelitian

6 Abdul Hamid Pengaruh Tenure KAP dan Variabel Tenure Variabel Ukuran Hasil menunjukkan
(2013) Ukuran KAP Terhadap dan Kualitas KAP. bahwa KAP dengan
Kualitas Audit Audit. masa perikatan 3
tahun tidak lebih
berkualitas dari
pada KAP dengan
masa perikatan
kurang dari 3
Tahun dan KAP
Big Four lebih
berkualitas dari
pada KAP non Big
Four.
Bersambung pada halaman selanjutnya

29
No. Penelitian Metode Penelitian Hasil
Judul Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan Penelitian
7 Malem Ukur Tarigan Pengaruh Kompetensi, Etika, Variabel Fee Audit Variabel Hasil menunjukkan
dan Primsa Bangun dan Fee Audit Terhadap dan Kualitas Kompetensi, bahwa KAP dengan
Susanti (2013) Kualitas Audit Audit. Etika. masa perikatan 3
tahun tidak lebih
berkualitas dari
pada KAP dengan
masa perikatan
kurang dari 3 Tahun
dan KAP Big Four
lebih berkualitas
dari pada KAP non
Big Four.

Bersambung pada halaman selanjutnya

30
Metode Penelitian
No. Penelitian Hasil
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun) Penelitian

8 Ida Mayasari Pengaruh Profesionalisme Variabel Masa Variabel Hasil menunjukkan


(2013) Auditor dan Masa Perikatan Perikatan Audit Profesionalisme bahwa
Audit Terhadap Kualitas dan Kualitas Auditor. profesionalisme dan
Audit Audit. masa perikatan
audit memiliki
pengaruh terhadap
kualitas audit.
9 Sofyana dan Gatot Imam Analisis Pengaruh Praktik Variabel Rotasi Periode yang Hasil menunjukkan
Nugroho Rotasi Audit dan Masa Audit, Masa digunakan bahwa rotasi
(2012) Pemberian Jasa Audit Pemberian Jasa 2010 - 2012. auditor, rotasi KAP,
Terhadap Kualitas Audit Audit dan Kualitas masa pemberian
Audit. jasa audit oleh
auditor dan masa
pemberian jasa
audit
Bersambung pada halaman selanjutnya

31
Metode Penelitian
No. Penelitian Hasil
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun) Penelitian

oleh auditor dan


masa pemberian
jasa audit oleh KAP
secara simultan
berpengaruh
terhadap kualitas
audit. Sedangkan
rotasi auditor rotasi
KAP, masa
pemberian jasa
audit oleh auditor
dan masa
pemberian jasa
audit oleh KAP
secara parsial tidak
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.

Bersambung pada halaman selanjutnya

32
Metode Penelitian
No. Penelitian Hasil
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun) Penelitian

10 Bambang Hartadi (2012) Pengaruh Fee Audit, Rotasi Variabel Fee Variabel Reputasi Hasil menunjukkan
KAP dan Reputasi Auditor Audit, Rotasi Auditor. bahwa fee audit
Terhadap Kualitas Audit Audit dan Kualitas berpengaruh
Audit. terhadap kualitas
audit sedangkan
rotasi auditor dan
reputasi auditor
tidak berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
Bersambung pada halaman selanjutnya

33
Metode Penelitian
No. Penelitian Hasil
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun) Penelitian

11 Daud M.T. Sinaga dan Prof. Dr. Analisis Pengaruh Audit Variabel Audit Variabel Ukuran Hasil menunjukkan
H. Imam Ghozali Tenure, Ukuran KAP dan Tenure, Ukuran KAP. bahwa ukuran KAP
(2011) Ukuran Perusahaan Klien Perusahaan Klien dan ukuran
Terhadap Kualitas Audit dan Kualitas perusahaan klien
Audit. Berpengaruh
terhadap kualitas
Audit

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

34
NO Nama (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Penelitian

Persamaan Perbedaan
12 (Mironiuc and Robu Empirical study on Audit Fee
2012) the analysis of the
influence of the
audit fees and non
audit fees ratio to
the fraud risk

13 (Rahmina and Agoes Influence of auditor Audit Fee


2014) independence, audit
tenure, and audit fee
on audit quality of
members of capital
market accountant
forum in Indonesia

14 (Rusmanto and Factors influencing Audit Fee


Waworuntu 2015) audit fee in
Indonesian Publicly
Listed Companies
applying GCG

15 (Salleh and Jasmani Audit rotation and Audit Rotasi


2014) audit report
empirical evidence
from Malaysian
PLCs over the
period of ten years

16 (Baader and Krcmar Reducing false Fraud


2018) positives in fraud
detection
Combining the red
flag approach with
process mining
17 (Petraşcu and Tieanu The Role of Internal Fraud
2014) Audit in Fraud
Prevention and
Detection

18 (Xie, Cai, and Ye Abnormal Audit Audit Fee


2010) Fees and Audit
Opinion – Further
Evidence from
China’s Capital
Market

19 (Zhao and Zhang The Association Audit


2008) between Audit Quality
Business Scale
Advantage and
Audit Quality of
Asset Write-downs

20 (Duréndez Gómez- THE Audit


Guillamón and Maté GEOGRAPHICAL Quality
Sanchez-Val 2012) FACTOR IN THE
DETERMINATION
OF AUDIT
QUALITY

21 (Furiady and Kurnia The effect of work Audit


2015) experiences, Quality
competency,
motivation,
accountability and
objectivity towards
audit quality

22 (Sarwoko and Agoes Empirical study on Audit Fee


2014) the analysis of the
influence of the
audit fees and non
audit fees ratio to
the fraud risk

36
C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar 2.2.

Pengaruh Fee Audit, Rotasi Audit dan Ukuran Perusahaan


Klien terhadap Kualitas Audit

Adanya Persaingan Pelayanan Jasa Akuntan Publik dalam Menarik Klien


dan Juga Banyaknya Kasus Pelanggaran yang Terjadi

Kurang Efektifnya Sikap Independensi dalam Menjalankan Tugasnya


dan Tidak Menaati Peraturan

Basis Teori: Agency Theory

Variabel Independen

1. Fee Audit (X1) Kualitas


2. Rotasi Audit (X2) Audit (Y)
3. Ukuran Perusahaan
Klien (X3)

Model Analisis:
Regresi Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran

37
D. Hipotesis

1. Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Rohman (2014)

mengungkapkan bahwa biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan

kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan

estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses

audit dapat meningkatkan kualitas audit.

Berdasarkan penelitian Arisinta (2013), audit fee berpengaruh

terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan karena audit fee yang lebih

tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan audit fee yang lebih rendah. Terdapat intensif bagi auditor untuk

melakukan apapun untuk menjaga kliennya agar tidak ganti auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan dan Suganti (2013),

mengungkapkan bahwa auditor mendapatkan fee dari perusahaan klien

yang diaudit. Disatu sisi auditor harus bertindak independen memberikan

opininya tapi di sisi lain auditor juga memperoleh imbalan atas jasa yang

diberikan dari klien tempat dia mengaudit. Dan penelitian ini berpengaruh

terhadap kualitas audit dikarenakan semakin tinggi fee audit yang dimiliki

auditor maka semakin tinggi pula kualitas auditor.

Dalam melakukan audit, perusahaan harus memberikan fee audit yang

besar karena fee audit sangat berpengaruh terhadap kualitas audit nantinya

dibandingkan fee audit yang rendah.

38
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan

Rohman (2014), Arisinta (2013) dan Tarigan dan Susanti (2013) maka

diduga bahwa fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga

dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1: Fee audit

berpengaruh terhadap kualitas audit.

2. Pengaruh Rotasi Auditor terhadap Kualitas Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Rohman (2014), bahwa

rotasi audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini

disebabkan kerena pengaruh rotasi audit memiliki pengaruh yang lebih

besar terhadap kualitas hasil auditan independen. Hubungan signifikasi

antara rotasi auditor KAP dengan kualitas audit yang terkait dengan

laporan auditan, hal ini menyimpulkan bahwa kebijakan mendukung rotasi

memiliki efek positif pada kualitas laporan auditan karena memungkinkan

untuk pendekatan yang dapat menyegarkan dan mengembalikan

kepercayaan publik terhadap fungsi audit.

39
Menurut Febriyanti dan Mertha (2014), bahwa rotasi audit tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian menurut

Sofyana dan Nugroho (2012) bahwa rotasi auditor tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan oleh indepedensi

auditor, rotasi auditor yang diterapkan suatu KAP tidak diikuti dengan

rotasi seluruh anggota tim audit yang bekerja dilapangan atau di klien

secara langsung, kurangnya kepedulian pelaku pasar terhadap pergantian

auditor, dan tim auditnya masih baru, sehingga pengalaman auditnya

masih rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartadi (2013), bahwa rotasi audit

tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan pasar

sebenarnya tidak terlalu peduli apakah auditor yang menyatakan opini

pada laporan keuangan tahunan tersebut pernah di rotasi audit atau tidak.

Rotasi audit harus dilakukan agar kualitas audit dapat lebih baik dan

kepercayaan publik terhadap KAP atau auditor semakin terjaga. Apabila

tidak melakukan rotasi auditor makan kepercayaan publik akan menurun

dan kualitas audit tidak dapat diandalkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan

Rohman (2014), Febriyanti dan Mertha (2014), Sofyana dan Nugroho

(2012) dan Hartadi (2013) diduga bahwa rotasi audit berpengaruh terhadap

kualitas audit. Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Ha2: Rotasi audit berpengaruh terhadap kualitas audit.

40
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit

Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal

ini dikarenakan semakin besar suatu perusahaan, maka perusahaan akan

menerapkan kualitas audit yang bagus (Hartadi, 2013).

Febriyanti dan Mertha (2014), menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal iini disebabkan semakin besar

perusahaan, semakin meningkat pula agency cost yang terjadi. Sehingga

perusahaan berukuran besar akan cenderung memilih jasa auditor besar

yang profesional, independen, dan bereputasi baik untuk menghasilkan

kualitas audit yang lebih baik.

Ukuran perusahaan sangat berpengaruh terhadap kualitas audit, karena

ukuran perusahaan yang besar menginginkan kualitas audit yang lebih baik

oleh karena itu perusahaan ini menyewa KAP yang independen dan

profesional.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartadi (2013) dan

Febriyanti dan Mertha (2014) maka diduga bahwa ukuran perusahaan

klien berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga dalam penelitian ini

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Ukuran perusahan klien berpengaruh terhadap kualitas audit.

41
Daftar Pustaka
Baader, Galina, and Helmut Krcmar. 2018. “Reducing False Positives in Fraud Detection:
Combining the Red Flag Approach with Process Mining.” International Journal of
Accounting Information Systems, no. July 2016: 1–16.
https://doi.org/10.1016/j.accinf.2018.03.004.
Duréndez Gómez-Guillamón, Antonio Luis, and Mariluz Maté Sanchez-Val. 2012. “The
Geographical Factor in the Determination of Audit Quality.” Revista de Contabilidad 15
(2): 287–310. https://doi.org/10.1016/S1138-4891(12)70046-8.
Furiady, Olivia, and Ratnawati Kurnia. 2015. “The Effect of Work Experiences,
Competency, Motivation, Accountability and Objectivity towards Audit Quality.”
Procedia - Social and Behavioral Sciences 211: 328–35.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.042.
Mironiuc, Marilena, and Ioan-Bogdan Robu. 2012. “Empirical Study on the Analysis of the
Influence of the Audit Fees and Non Audit Fees Ratio to the Fraud Risk.” Procedia -
Social and Behavioral Sciences 62: 179–83.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.028.
Petraşcu, Daniela, and Alexandra Tieanu. 2014. “The Role of Internal Audit in Fraud
Prevention and Detection.” Procedia Economics and Finance 16 (May): 489–97.
https://doi.org/10.1016/S2212-5671(14)00829-6.
Rahmina, Listya Yuniastuti, and Sukrisno Agoes. 2014. “Influence of Auditor Independence,
Audit Tenure, and Audit Fee on Audit Quality of Members of Capital Market
Accountant Forum in Indonesia.” Procedia - Social and Behavioral Sciences 164
(August): 324–31. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.083.
Rusmanto, Toto, and Stephanus Remond Waworuntu. 2015. “Factors Influencing Audit Fee
in Indonesian Publicly Listed Companies Applying GCG.” Procedia - Social and
Behavioral Sciences 172: 63–67. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.336.
Salleh, Kalsom, and Hazlina Jasmani. 2014. “Audit Rotation and Audit Report: Empirical
Evidence from Malaysian PLCs over the Period of Ten Years.” Procedia - Social and
Behavioral Sciences 145: 40–50. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.06.009.
Sarwoko, Iman, and Sukrisno Agoes. 2014. “An Empirical Analysis of Auditor’s Industry
Specialization, Auditor’s Independence and Audit Procedures on Audit Quality:
Evidence from Indonesia.” Procedia - Social and Behavioral Sciences 164 (August):
271–81. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.077.

42
Xie, Zanchun, Chun Cai, and Jianming Ye. 2010. “Abnormal Audit Fees and Audit Opinion
– Further Evidence from China’s Capital Market.” China Journal of Accounting
Research 3 (1): 51–70. https://doi.org/10.1016/S1755-3091(13)60019-2.
Zhao, Ziye, and Bin Zhang. 2008. “The Association between Audit Business Scale
Advantage and Audit Quality of Asset Write-Downs.” China Journal of Accounting
Research 1 (1): 51–81. https://doi.org/10.1016/S1755-3091(13)60005-2.

43

Anda mungkin juga menyukai