Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penyusun:
FRANS sugiyana
UNIKA Musi Charitas Palembang
A. PENGANTAR
Pancasila adalah dasar Negara Indonesia dan sekaligus ciri kepribadian bangsa
Indonesia. Mahasiswa adalah warga milik dan kebanggaan bangsa dan negara yang
harus dijadikan sebagai subyek, karena usianya yang masih muda dan potensi
keilmuannya yang memungkinkan mampu memperjuangkan nilai-nilai Pancasila,
demi proses pengembangan kepribadian bangsa kita.
Pendidikan Nasional Indonesia telah tertuang dalam GBHN tahun 1998 yang
arah kebijaksanaannya adalah: “Pendidikan nasional yang berdasarkan pada
kebudayaan bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia,
mengembangkan manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, memiliki
pengetahuan keahlian dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian
yang mantap dan mandiri, menumbuhkan dan mepertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan, wawasan keunggulan, kesetiakawanan sosial,
kesadaran pada sejarah bangsa dan memiliki sikap menghargai jasa para pahlawan
serta berorientasi ke masa depan”.
B. KOMPETENSI DASAR:
5. Memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa guna menggalang persatuan
Indonesia.
C. POKOK BAHASAN:
D. PERLENGKAPAN:
1. Laptop dan LCD
2. Sebuah Cerita (berjudul: Eksklusif – Diskriminatif)
3. Kertas kerja.
E. DURASI:
F. METODE:
1. Naratif
2. Tanyajawab
G. LANGKAH PEMBELAJARAN
a. Kompetensi yang harus dicapai dan materi pokok yang akan dipelajari dalam
Pendidikan Pancasila.
b. Metode pembelajaran yang akan dipakai, tentang penilaian, tugas-tugas, ujian, tata
tertib belajar
d. Panduan ringkas tentang visi – misi dan landasan pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi.
2. Pada 20 menit kedua, setiap mahasiswa memperkenalkan dirinya secara singkat dengan
menyebutkan: nama, agama, suku, tantangan hidup yan dihadapi dalam masyarakart.
Jika jumlah mahasiswa diatas 50 orang, bisa digunakan dengan cara dosen yang
memanggil mahasiswa sesuai daftar absensi.
Tujuan perkenalan: Agar mahasiswa menyadari bahwa mereka hidup dalam kenyataan
yang memiliki banyak perbedaan, ibarat di masyarakat yang pluralitas.
3. Pada 15 menit ketiga, Dosen mengajak mahasiswa untuk membahas sebuah cerita
berjudul: “Eksklusif – Diskriminatif”. Cerita ini mempunyai pesan agar semua orang
dapat hidup dengan cara pandang tidak eksklusif dan diskriminatif.
Tujuan pembahasan cerita: Agar mahasiswa menyadari diri dan mampu memahami
orang lain, bahwa perbedaan kadang secara tidak disadari sudah tertanam dalam
pendidikan keluarga, maka harus ada sikap baru yang bisa merubah cara memandang
orang lain yang berbeda, apalagi orang yang dianggap lebih lemah.
5. Pada 30 menit berikutnya, dosen menjelaskan tentang visi – misi Pendidikan Pancasila
dan membahas tentang: landasan pendidikan Pancasila: Historis, Kultural, Yuridis,
Filosofis.
Tujuan penjelasan: Agar mahasiswa semakin memahami visi – misi dan landasan
belajar Pancasila, sehingga mereka merasa bangga dan semakin bersemangat untuk
mempelajari Pancasila. Dan diharapkan mahasiswa semakin kritis terhadap cara hidup
masyarakat dengan membandingkannya berdasarkan falsafah Pancasila.
6. Pada 10 menit terakhir, mahasiswa diberi kesempatan untuk membuat rumusan singkat
dengan pertanyaan: “Mengapa Anda belajar Pancasila?”. Rumusan yang dibuat ini
sekaligus merupakan sebuah refleksi visi belajar Pancasila di Perguruan Tinggi.
Tujuan refleksi: Agar mahasiswa mempunyai komitmen terhadap Pancasila, yang harus
dibanggakan dan harus dipelajari dalam kehidupan.
H. REFLEKSI:
1. Seperti telah ditetapkan pada bagian depan, refleksi dilakukan secara tertulis, satu paket
dengan pembuatan kesimpulan.
2. Refleksi pada pertemuan ini berkenaan dengan kesadaran dan kesanggupan untuk
mencintai kenyataan bahwa “semua orang adalah sesamanya dalam pluralitas”,
sedangkan refleksi kedua merupakan penyadaran akan pentingnya mempelajari
Pancasila secara benar dan dalam semangat kebhinnekaan. Sehingga mampu mencapai
pemaknaan terhadap “Jati Diri sebagai bangsa Indonesia yaitu manusia yang
Pancasilais, yang siap hidup dan berkembang kepribadiannya dalam keberagaman di
tengah masyarakatnya”.
3. Refleksi yang kemudian diikuti dengan perumusan rencana aksi (ketetapan diri)
memiliki dua manfaat.
I. BACAAN:
Bacaan 1:
Judul:
“Eksklusif – Diskriminatif”
Ada sebuah kisah lawas yang sangat menyentuh hati. Secara ringkas kisah itu
bercerita tentang seorang pemuda yang pergi berperang untuk waktu yang sangat panjang.
Tahuan berganti tahun perang punusai dan meninggalkan amat banyak korban. Ia hendak
pulang ke tengah keluarga di kampong halamannya dan menyempatkan diri untuk
menelpon kedua orang tuanya.
Betapa senang hati kedua orang tuanya mendengar kabar gembira ini. Tetapi si
anak bercerita bahwa ia akan membawa rekannya yang wajahnya rusak, kehilangan satu
mata, telinga dan salah satu kaki dan tangannya terkena serangan mortar di peperangan.
Diluar dugaan kedua orang tuanya menolak kalau ia mau membawa orang cacat yang
dalam bayangan mereka sangat mengerika itu.
Waktu pun berlalu dan pada suatu hari kedua orang tua itu mendapat pesan agar
mengontak kantor polisi setempat. Mereka pun segera mengontaknya dan polisi
memberitakan bahwa ada seorang pemuda cacat dengan ciri-ciri yang persis dijelaskan
oleh anaknya tentang temannya. Pemuda tadi ditemukan telah bunuh diri dan didapati
dalam kartu identitas bahwa pemuda itu adalah anak mereka. Keduanya meratap saat
mengetahui ternyata yang diceritakan anaknya tentang temannya yang cacat itu adalah
dirinya sendiri. Nasi sudah menjadi bubur dan penyesalan sama sekali tiada gunanya.
Harus diakui bahwa sejak kecil kita diajari agar berhati-hati dalam pergaulan.
Karena itu tanpa sadar kita teramat biasa membangun pola hidup pergaulan yang selektif,
membatasi diri pada mereka-mereka yang kita anggap nyaman untuk hidup kita. Tanpa
tersadari juga pola pergaulan dan hidup yang diskriminatif. Kita tidak suka dan cenderung
menjalin relasi yang hanya akan merepotkan bahkan mengganggu hidup kita. Wajar dan
manusiawi bila hal itu terjadi dan kita lakoni.
Mungkin tidak seekstrim dalam kisah tersebut pola kita berelasi dengan sesame.
Namun apabila anak-anak kita sejak dini dibiasakan hidup secara eksklusif, tidaklah
mustahil ia akan bertumbuh menjadi pribadi yang diskriminatif dalam pergaulan hidupnya.
Padahal kita semua sangat tahu bahwa Tuhan menghendaki semua manusia hidup
dalam harmoni justru di tengah pelbagai perbedaan sebagai kekayaan hidup.
Semoga kita semua dimampukan menjadi pribadi yang inklusif, terbuka dan tidak
alergi terhadap pelbagai macam perbedaan. Semoga kita dijauhkan dari sikap hidup dan
pola membangun relasi yang eksklusif dan diskriminatif.
Dikutip dari:
Buku: Setetes Embun Surgawi
Oleh: RP. R Agung Suryanto, OFM
Bacaan 2:
a. Landasan Historis
b. Landasan Kultural
Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan bangsa itu sendiri. Bangsa yang tidak memiliki
pandangan hidup, adalah bangsa yang tidak memiliki kepribadian dan jati diri
sehingga bangsa itu mudah terombang-ambing dari pengaruh yang berkembang dari
luar negerinya. Kepribadian yang lahir pada dirinya sendiri akan lebih mudah
menyaring masuknya nilai-nilai yang datang dari luar, sehingga dapat memperkukuh
nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri bangsa itu sendiri. Sebaliknya, apabila
bangsa itu menerima kepribadian dari bangsa luar, tentu akan mudah terpengaruh dari
nilai-niali yang belum teruji kebenarannya sehingga dapat menghilangkan jati diri
dari bangsa itu sendiri.
c. Landasan Yuridis
d. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara harus menjadi sumber bagi segala
tindakan para penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan yang
berlaku dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan
kehidupan bangsa yang memasuki globalisasi, bangsa Indonesia harus tetap memiliki
nilai-nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang
menjiwai pembangunan nasional dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan
pertahanan keamanan.
J. Bacaan anjuran: