Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
hukum mendel. Talasemia pertama kali dijelaskan oleh cooley ( 1925 ) yang
Gen Talasemia sangat luas tersebar dan kelainan ini diyakini merupakan
penyakit genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah
– daerah perbatasan laut medeterania, sebagian besar Afrika Timur Tengah, sub
benua India dan Asia Tenggara. Dari 3 % sampai 8 % orang Amerika keturunan
Italia atau Yunani dan 0,5 dari kulit hitam Amerika membawa Gen untuk
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
adanya sama sekali sintesis satu atau lebih rantai globin yang merupakan
kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu atau lebih rantai globin α, β
ataupun rantai globin lainnya sehingga terjadi delesi total atau parsial gen globin
dan substitusi, delesi atau insersi nukleotida.5 Defek bersifat kuantitatif dimana
sintesis rantai globin normal menjadi kurang atau tidak ada, tapi ada juga mutasi
2. Epidemiologi
ditemukan di Asia Timur, Asia Tenggara, Cyprus, Yunani, Turki dan Sardinia.8
Pakistan, Asia Tenggara, Rusia Selatan dan Cina.9,10 Di Cyprus dan Yunani lebih
3. Etiologi
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah
dalam limpa dan hati. Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi DNA
pada gen sehingga produksi rantai Alfa atau Beta dari hemoglobin berkurang.
berkurang , peningkatan absorbis besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak
4. Klasifikasi Thalasemia
Talasemia beta
gambaran darah hipokrom dan
5. Patofisiologi
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe).
Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi
akan tertinggal di dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal
dalam tubuh digunakan untuk membentuk sel darah merah baru 13.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak
itu menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (liver). Jumlah zat besi
yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi
suplai darah merah dari transfusi darah. Penumpukan zat besi ini, bila tidak
dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat merusak jantung, hati, dan
organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian 13.
6. Manifestasi Klinis
klinis.
– Gangguan tumbuh kembang anak
– Riwayat keluarga
– Hepatosplenomegali
Bayi baru lahir dengan talasemia beta mayor tidak anemia gejala awal
pucat mulanya tidak jelas. Biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama
kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah
akhir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik tumbuh kembang masa anak
akan terhambat. Anak tidak nafsu makan , diare, kehilangan lemak tubuh dan
dapat disertai demam berulang akibat anemia berat dan lama biasanya
pada tulang yang menetap yaitu terjadinya bentuk muka mongloid/face cooley
pigmentasi kulit , koreng pada tungkai , dan batu empedu. Pasien menjadi peka
terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan
retikulosit dalam darah meningkat. Kadar besi dalam serum meninggi dan daya
ikat serum terhadap besi menjadi rendah dapat mencap nol. Hemoglobin
7. Diagnosis
I. Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh
kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya
- Pucat
- Gangguan pertumbuhan
1. Darah tepi :
- Retikulosit meningkat.13
8. Tatalaksana
Hingga sekarang talasemia belum ada obat yang bisa menyembuhkanya. Satu
adalah lewat transfusi darah. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah
( < 10 gr % ) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah serta pucat.
mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan kelasi besi yaitu desferioksamin
secara 1.m atau 1.v . Indikasi desferal untuk diagnosa penimbunan besi yang
patologis dengan dosis awal 0,5 – 1 mg / hari diberikan dalam 1 – 2 inj. i. m atau
i.v. 2
Obat pendukung seperti vitamin c dianjurkan diberi dalam dosis kecil (100 –
pada pasien talasemia. Khususnya pada yang jarang mendapat transfusi darah .
fungsi limpa dalam sistem imun tubuh telah dapat diambil alih oleh organ limfoid
lain. 11
9. Pencegahan
Upaya pencegahan dilakukan dengan cara:
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan kelahiran bayi homozigot dari pasangan suami istri dengan talasemia
heterozigot. Salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengna sperma
berasal dari donor yang bebas talasemia . Kelahiran kasus homozigot terhindar
tetapi 50 % dari anak yang lahir adalah carier seperti ibunya sedangkan 50 %
provokatus.12
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : EZ
Alamat : Bangko
Anamnesis
Keluhan Utama
fragmentosit (+), anisositosis, poikilositosis, sel target (+), tear drop cell
Pasien anak ke-1 dari 2 bersaudara, lahir spontan, cukup bulan (38 – 39
minggu), BBL lupa , PBL lupa, langsung menangis kuat.
Riwayat imunisasi dasar lengkap.
Pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal.
Higiene dan sanitasi lingkungan kurang baik.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Sadar
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 37° C
Pernafasan : 24 x/menit
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 33 kg
Status gizi : BB/U = 75%
TB/U = 95,3%
BB/TB = 88,5%
Gizi baik
- Sianosis : tidak ada
- Edema : tidak ada
- Anemis : ada
- Icterus : tidak ada
hiperemis
Paru
- Inspeksi : normochest, retraksi dinding dada tidak ada, simetris kiri
= kanan (statis dan dinamis)
- Palpasi : Fremitus kiri = kanan
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : vesikuler, tidak terdapat rhonki dan wheezing
Jantung
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb : 5,9 gr/dl Trombosit : 138.000/mm3
Gambaran darah tepi : poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
3. Diagnosis
Thalasemia
4. Tatalaksana
IKA Kronis
- Transfusi PRC 3 kolf 200 cc
Follow up (Kronis) :
13/02/2017
S/ demam tidak ada, sesak tidak ada.
O/ KU kesadaran HR RR T
Sedang sadar 91x 23x 36,8
Mata : konjungtiva anemis, tidak ikterik
Thorax : retraksi (-), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : distensi (-), BU (+) Normal
Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Thalasemia
P/ -
14/02/2017
S/ demam tidak ada, sesak tidak ada.
O/ KU kesadaran HR RR T
Sedang sadar 81x 20x 36
Mata : konjungtiva anemis, tidak ikterik
Thorax : retraksi (-), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : distensi (-), BU (+) Normal
Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Thalasemia
P/ -
15/02/2017
S/ demam tidak ada, sesak tidak ada.
O/ KU kesadaran HR RR T
Sedang sadar 79x 24x 36,2
Mata : konjungtiva anemis, tidak ikterik
Thorax : retraksi (-), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : distensi (-), BU (+) Normal
Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Thalasemia
P/ - Transfusi PRC 2 Kolf 200cc
16/02/2017
S/ demam tidak ada, sesak tidak ada.
O/ KU kesadaran HR RR T
Sedang sadar 82x 23x 36,3
Mata : konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik
Thorax : retraksi (-), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : distensi (-), BU (+) Normal
Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Thalasemia
P/ Transfusi PRC 1 Kolf 200cc
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki usia 12 tahun telah dirawat di IKA Kronik RSUP
Thalasemia.
4 tahun. Penyebab pucat tersering pada biasanya disebabkan oleh karena kurang
gizi, adanya zat beracun atau patogen, faktor keturunan (genetik) seperti penyakit
kelainan darah seperti thalassemia dan hemofilia, penyakit Hodgkin atau kanker
penyerapan zat besi, seperti asam fitat, asam oksalat dan tannin yang banyak
terdapatnya parasit di dalam tubuh (cacing tambang dan cacing pita). Penyebab
pucat pada pasien ini bisa disebabkan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
Pada penderita kekurangan darah merah bisa terjadi anemia. Dampak lebih lanjut,
sel-sel darah merahnya akan cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga
sejak usia 4 tahun terutama ketika beraktifitas dan demam, mempunyai riwayat
mendapat transfusi darah 6 bulan yang lalu ketika dirawat dengan Hb=6g/dL dan
perut tampak membesar sejak 6 bulan yang lalu. Gejala ini merupakan gejala yang
diagnosis.
umum sakit sedang, anak masih tampak pucat. Dari pemeriksaan fisik tampak
infeksi bakteri, misalnya penyakit sifilis atau endocarditis, infiltrasi sel-sel kanker
ke limfa pada kanker darah (seperti leukemia) dan limfoma (seperti penyakit
Hodgkin), sirosis dan kondisi lain yang berkaitan dengan organ hati, berbagai
jenis hemolitik anemia, yaitu kondisi yang menyebabkan hancurnya sel darah
tekanan atau pembekuan yang terjadi pada pembuluh darah limpa, atau hati.
dihancurkan oleh limpa dan hati dengan bantuan makrofag sehingga semakin
banyak eritrosit abnormal maka kerja limpa akan semakin berat. Hal inilah yang
antara 2-8%. Pada gambaran darah tepi pada pasien ini ditemukan poikilositosis,
tear drops sel dan target sel dimana gambaran ini sering ditemukan pada pasien
thalasemia.
pasien ini diatas 10g/dL. Untuk bisa bertahan hidup, penderita talasemia
memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk
menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya lebih dari 10 gr/dL Pengidap penyakit
Thalasemia juga harus melakukan transfusi darah setiap dua atau tiga minggu
1. Hasan Rosepno. Anemia Hemolitik dalam : Hasan Rosepno buku kuliah Ilmu
kesehatan anak . Edisi 4 Jakarta : Balai penerbit FKUI , 1985. H : 444 – 49.
Arvin AM, Ilmu kesehatan anak Nelson, editor edisi Bahasa Indonesia : A. Samik
Wahab. Edisi 15. Vol 2 Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC, 2000. H : 1708 –
12.
J, 59: 330-333.
Simadibrata, M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
A., Glader, B., List, A.F., Means, R.T., Paraskevas, F, Rodgers, G.M.
Elsevier.
83-88.
1146.
10. Cousens, N.E., Gaff, C.L., Metcalfe, S.A., Delatycki, M.B. 2010. Carrier
11. Mansjoer Arif Talasemia dalam : Mansjoer Arif. Kapita selekta kedokteran
penyakit dalam jilid 2 Jakarta : Balai penerbit FKUI 1990 H : 417 – 25.