Anda di halaman 1dari 10

Implementasi Kebijakan Pengendalian Persebaran Virus HIV & AIDS Pasca Penutupan

Lokalisasi: Studi Implementasi Kebijakan Pengendalian di Dupak Bangunsari Surabaya


I Gusti Agung Bagus Angga P, Cinda Felicia, Binti Azizatun Nafi’ah1

Abstrak
Program pencegahan persebaran virus HIV di Kota Surabaya lebih difokuskan pada lokalisasi.
Program pencegahan di lokalisasi yang telah ada yaitu promosi dan pencegahan dengan ARV
secara rutin pada populasi kunci (seperti penjaja seks perempuan, waria, dan gay). Namun saat ini
lokalisasi di Surabaya satu per satu telah ditutup oleh pemkot Surabaya, seperti lokalisasi dupak
bangunsari dan tambaksari pada 21 desember 2012 dan lokalisasi terbesar Dolly pada 18 juni 2014.
Penutupan lokalisasi menyebabkan tidak terkendalinya virus dalam satu area populasi. Akibatnya,
sistem surveillance sulit diterapkan. Tiadanya lokalisasi membuat data surveillance menjadi tidak
akurat dan sulit mengintervensi sehingga target tidak tercapai. Jika target tidak tercapai, epidemi
infeksi menular seksual dan HIV tidak bisa dikendalikan.Walaupun begitu, lokalisasi Dupak
Bangunsari telah dapat meminimalisir penyebaran virus HIV pasca penutupan lokalisasi dengan
promosi berkesinambungan, program ARV berkelanjutan, dan penguatan lingkungan. Dalam
penelitian ini, peneliti akan meneliti implementasi kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS yang
mengacu Perda Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2013, khususnya tahap promosi dan pencegahan
penyebaran virus HIV dan AIDS. Penelitian ini menentukan eks lokalisasi Dupak Bangunsari
sebagai studinya. Hal ini dilatarbelakangi adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan mantan
pelaku lokalisasi dalam hal promosi dan pencegahan penyebaran virus HIV. Penelitian ini
merupakan tipe penelitian kualitatif dengan menggunakan in depth interview dalam pengumpulan
data. Dari sisi pengimplementasian kebijakan pengendalian virus HIV/AIDS di beberapa wilayah
eks lokalisasi di Surabaya, implementsai kebijakan ini sudah mengalami sedikit kemajuan, hal ini
terlihat dari menurunnya jumlah penderita AIDS di Surabaya dalam rentang waktu satu tahun

Keywords: HIV AIDS, pencegahan, virus, puskesmas

1.1 Pendahuluan sendiri bernama Human Immunodeficiency


Acquired Immunodeficiency Syndrome Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
atau Acquired Immune Deficiency Syndrome memperlemah kekebalan pada tubuh
(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala manusia. Orang yang terkena virus ini akan
dan infeksi (sindrom) yang timbul karena menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus- penanganan yang telah ada dapat
virus lain yang mirip yang menyerang spesies memperlambat laju perkembangan virus,
lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya namun penyakit ini belum benar-benar bisa

1
Peneliti adalah mahasiswa Universitas Airlangga. Berdomisili di Jalan Gubeng Kertajaya 10 No. 6 Gubeng,
Surabaya. Email: anggaklimpit@gmail.com.

1
disembuhkan. Di Indonesia, penyakit ini Jawa Timur menduduki peringkat
telah berstatus epidemi. Di temukan pertama kedua terbanyak dengan 16.253 penderita
kali tahun 1987, hingga tahun 2004 HIV. Hal ini tidak mengherankan akan
berkembang menjadi 2.682 orang dari 25 memicu kekhawatiran nantinya epidemi HIV
provinsi. kian menjalar ke seluruh lapisan usia. Di
Grafik 1. Jumlah HIV dan AIDS yang Kota Surabaya sendiri hingga saat ini Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan yang
dilaporkan Tahun 2013
tertinggi di Jawa Timur (Jatim), yaitu
mencapai 5.575 penderita (Surabaya Post,
2014). Hal itu menjadi alasan pentingnya
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
tentang Pencegahan HIV/AIDS di Kota
Pahlawan ini.
Pencegahan HIV/AIDS di Kota
Surabaya saat ini telah menjadi program
komprehensif yang diatur dalam perda nomor
4 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV
Sumber: Laporan Situasi Perkembangan HIV&AIDS di dan AIDS. Sesuai pasal 7 perda nomor 4
Indonesia 2013, Kementerian Kesehatan
tahun 2013, langkah-langkah upaya
penanggulangan HIV dan AIDS
Grafik di atas menunjukkan bahwa dilaksanakan melalui pendekatan promosi,
peningkatan penderita HIV meningkat tajam pencegahan, pengobatan, dan perawatan dan
pada tahun 2010 sebesar 120,47% dan tahun lingkungan. Promosi dan pencegahan
2013 sebesar 34,98%. Seluruh provinsi menjadi proses utama dalam memutus mata
memiliki kontribusi penyumbang penderita rantai persebaran virus HIV.
HIV&AIDS. Kontributor utama DKI Jakarta, Program pencegahan persebaran
kemudian disusul Jawa Timur, serta diurutan virus HIV di Kota Surabaya lebih difokuskan
ketiga Papua. pada lokalisasi. Program pencegahan di
Tabel 1. Jumlah Inveksi HIV yang lokalisasi yang telah ada yaitu promosi dan
Dilaporkan Provinsi sampai dengan pencegahan dengan ARV secara rutin pada
Desember 2013 populasi kunci (seperti penjaja seks
perempuan, waria, dan gay). Namun saat ini
lokalisasi di Surabaya satu per satu telah
ditutup oleh pemkot Surabaya, seperti
lokalisasi dupak bangunsari dan tambaksari
pada 21 desember 2012 dan lokalisasi
terbesar Dolly pada 18 juni 2014. Penutupan
lokalisasi menyebabkan tidak terkendalinya
virus dalam satu area populasi. Akibatnya,
sistem surveillance sulit diterapkan.
Surveillance yang dilakukan secara periodik
Sumber: Laporan Situasi Perkembangan HIV&AIDS di akan mendapatkan data yang akurat jika
Indonesia 2013, Kementerian Kesehatan mereka terlokalisasi. Tiadanya lokalisasi

2
membuat data surveillance menjadi tidak pengendalian penyebaran virus HIV&AIDS
akurat dan sulit mengintervensi sehingga pasca penutupan lokalisasi di Surabaya.
target tidak tercapai. Jika target tidak Sedangkan manfaat praktis yang didapat
tercapai, epidemi infeksi menular seksual dan yaitu temuan dalam penelitian ini dapat
HIV tidak bisa dikendalikan.Walaupun memberikan output berupa rekomendasi
begitu, lokalisasi Dupak Bangunsari telah kebijakan pemeritah pusat maupun daerah
dapat meminimalisir penyebaran virus HIV dalam mengendalikan persebaran virus
pasca penutupan lokalisasi dengan promosi HIV&AIDS. Masyarakat diharapkan mampu
berkesinambungan, program ARV ikut berpartisipasi dalam pengendalian virus
berkelanjutan, dan penguatan lingkungan. HIV&AIDS.
Dalam penelitian ini, peneliti akan
meneliti implementasi kebijakan II. TINJAUAN PUSTAKA
penanggulangan HIV dan AIDS yang 2.1 Implementasi Kebijakan
mengacu Perda Kota Surabaya Nomor 4 Implementasi merupakan salah satu tahap
Tahun 2013, khususnya tahap promosi dan dalam proses kebijakan publik. Biasanya
pencegahan penyebaran virus HIV dan implementasi dilaksanakan setelah sebuah
AIDS. Penelitian ini menentukan eks kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang
lokalisasi Dupak Bangunsari sebagai jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian
studinya. Hal ini dilatarbelakangi adanya aktivitas dalam rangka menghantarkan
kegiatan-kegiatan yang melibatkan mantan kebijakan kepada masyarakat sehingga
pelaku lokalisasi dalam hal promosi dan kebijakan tersebut dapat membawa hasil
pencegahan penyebaran virus HIV. Kegiatan sebagaimana yang diharapkan (Gaffar, 2009:
tersebut disambut baik oleh warga yang
295). Implementasi kebijakan dipengaruhi
terlibat sehingga menjadi berkesinambungan.
oleh beberapa variabel dan masingmasing
variabel tersebut saling berhubungan satu
1.2 Rumusan Masalah
sama lain.
Berdasarkan uraian latar belakang
Dalam pandangan Edward III (1980),
masalah diatas maka rumusan masalah yang
dibahas adalah “Bagaimana implementasi implementasi kebijakan mempunyai 4
kebijakan pengendalian penyebaran virus variabel yaitu pertama komunikasi.
HIV&AIDS pasca penutupan lokalisasi di Implementasi kebijakan mensyaratkan
Dupak Bangunsari?” implementor mengetahui apa yang harus
1.3 Tujuan Penelitian dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
Tujuan dari penelitian ini adalah sasaran kebijakan harus ditransmisikan
menjelaskan implementasi kebijakan kepada kelompok sasaran sehingga akan
pengendalian penyebaran virus HIV&AIDS mengurangi distorsi implementasi. Semakin
pasca penutupan lokalisasi di Dupak tinggi pengetahuan kelompok sasaran atas
Bangunsari program maka akan mengurangi tingkat
1.4 Manfaat Penelitian penolakan dan kekeliruan dalam
Penelitian ini memiliki manfaat teoritis mengaplikasikan kebijakan (Indiahono,
yaitu diharapkan mampu memberikan 2009).
gambaran mengenai implementasi kebijakan

3
Kedua, Sumber Daya. Walaupun isi membangun teori atau pola pengetahuan
kebijakan sudah dikomunikasikan secara tertentu), atau berdasarkan perspektif
jelas dan konsisten, tetapi apabila partisipatori (misalnya: orientasi terhadap
implementor kekurangan sumberdaya untuk politik, isu, kolaborasi, atau perubahan), atau
melaksanakan, implementasi tidak akan keduanya. Penelitian ini menggunakan tipe
berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat kualitatif deskriptif karena mendeskripsikan
berwujud sumberdaya manusia maupun Kebijakan Pengendalian Persebaran Virus
HIV&AIDS Pasca Penutupan Lokalisasi.
sumberdaya finansial (Subarsono, 2005).
3.2 Lokasi Penelitian
Ketiga, disposisi. Disposisi adalah watak
Lokasi penelitian ini di Dupak
dan karateristik yang dimiliki oleh
Bangunsari Kelurahan Moro, Krembangan,
implementor seperti komitmen, kejujuran,
Kota Surabaya. Wilayah ini adalah eks
sifat demokratis. Apabila implementor lokalisasi yang telah ditutup pada 21
memiliki disposisi yang baik maka dia akan Desember 2012. Selain di puskesmas Dupak,
dapat menjalankan kebijakan dengan baik peneliti juga ke Dinas Kesehatan Kota
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat Surabaya.
kebijakan. Ketika implementor memiliki 3.3 Teknik Pengumpulan Data
sikap atau perspektif yang berbeda dengan Agar pengumpulan data dan informasi
pembuat kebijakan maka proses berjalan efektif dan efisien dilakukan dengan
implementasi kebijakan juga menjadi tidak tiga tahapan yaitu wawancara mendalam,
efektif (Subarsono, 2005). observasi dan dokumentasi. Pelaksanaan
Keempat, struktur birokrasi. Struktur pengumpulan data di lapangan diatur melalui
organisasi yang bertugas strategi sebagai berikut, (a) penentuan
mengimplementasikan kebijakan memiliki informan secara purposif (untuk informan
pengaruh yang signifikan terhadap kunci) dan snow ball untuk pengembangan
informan, (b) mewawancarai informan, (c)
implementasi kebijakan. Salah satu dari
membuat catatan, (d) mengajukan pertanyaan
aspek struktur yang penting dari setiap
deskriptif dan struktural, (e) melakukan
organisasi adalah adanya prosedur operasi
analisis wawancara, (f) membuat analisis
yang standar (SOP atau standard operating domain, (g) menemukan tema-tema berkaitan
procedures). SOP menjadi pedoman bagi dengan Program Pemerintah Surabaya, dan
setiap implementor dalam bertindak. (h) menuliskan laporan penelitian..
3.4 Teknik Pemeriksaan Keabsahan
III. METODE PENELITIAN Data
3.1 Tipe Penelitian Pemeriksaaan keabsahan data pada
Penelitian ini adalah penelitian penelitian ini digunakan teknik triangulasi
kualitatif. Menurut Creswell (2003), sumber data, dilakukan dengan: (a)
pendekatan kualitatif adalah pendekatan membandingkan data hasil pengamatan dan
untuk membangun pernyataan pengetahuan hasil wawancara, (b) membandingkan apa
berdasarkan perspektif-konstruktif yang dikatakan orang di depan umum dengan
(misalnya, makna-makna yang bersumber apa yang dikatakan secara pribadi, (c)
dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial membandingkan keadaan dalam perspektif
dan sejarah, dengan tujuan untuk seseorang dengan pendapat dan pandangan

4
orang lain, (d) membandingkan hasil Surabaya yang positif terinfeksi virus Human
wawancara dengan isi dokumen. Immuno Deficiency Virus dan Acquired
3.5 Teknik Pengolahan Data Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).
Teknik pengolahan data yang Penemuan korban baru ini lebih banyak di
digunakan adalah teknik pengolahan data wilayah eks protitusi.
kualitatif. Seluruh hasil pengamatan dan Dengan demikian, perlu adanya
wawancara mendalam dibuatkan transkrip. pengendalian persebaran virus HIV/AIDS
Transkrip adalah uraian dalam bentuk tulisan khususnya di daerah-daerah yang merupakan
yang rinci dan lengkap mengenai apa yang eks lokalisasi dan hot spot hiburan malam.
Dinas Kesehatan mengungkapkan ada tujuh
dilihat dan didengar baik secara langsung
kecamatan di Surabaya yang merupakan
maupun dari hasil rekaman. Untuk
kantung penyebaran virus HIV/AIDS.
wawancara mendalam, transkrip harus dibuat
Ketujuh kecamatan tersebut diantaranya
denga enggunakan bahasa sesuai hasil adalah Kecamatan Benowo, Semampir,
wawancara (bahasa daerah, bahasa asing, Krembangan, Pabean Cantikan, Sawahan,
bahasa khusus, dan lain-lain). Rungkut dan Wonokromo. Maraknya bisnis
3.6 Teknik Analisa Data. hiburan malam di daerah-daerah tersebut
Penelitian ini menggunakan teknik menjadikan angka penderita HIV/AIDS di
analisis data kualitatif mengikuti Miles dan Surabaya mengalami tren peningkatan tiap
Huberman (1992:15-21). Analisis ini terdiri tahunnya.
dari tiga alur yaitu: (a) reduksi data, yang Pada tahun 2012 berdasarkan data
diartikan sebagai proses pemilihan, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, ada 752
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, kasus, diantaranya ada 418 orang di Surabaya
pengabstrakan dan transformasi data kasar mengidap HIV dan 300 orang yang
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di menderita penyakit AIDS. Setahun
berikutnya, tepatnya pada tahun 2013 terjadi
lapangan, (b) Penyajian data dilakukan
peningkatan jumlah kasus penderita
dengan menggunakan bentuk teks naratif, (c)
HIV/AIDS.
penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh
Menurut data dari Dinas Kesehatan,
dilakukan pemaparan serta interpretasi secara ada 754 kasus dimana diantaranya adalah
mendalam. sebanyak 501 orang mengidap HIV dan 253
orang menderita AIDS. Kebalikan dengan
IV. Hasil Yang Dicapai jumlah penderita HIV, jumlah penderita
4.1 Implementasi kebijakan pengendalian AIDS dari tahun 2012 hingga tahun 2013
penyebaran virus HIV&AIDS pasca mengalami penurunan sebanyak 47 orang.
penutupan lokalisasi di Dupak Bangunsari Sedangkan sampai pada bulan Juli tahun
Kota Surabaya menjadi kota dengan 2014 lalu tercatat sudah muncul 281 kasus
tingkat persebaran virus yang masyarakat yang mengidap HIV/AIDS di
mengkhawatirkan. Merujuk pada data dari Surabaya dengan rincian 171 HIV dan 110
Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Timur, AIDS. Kesemua penemuan kasus tersebut
per 1 Desember 2014, Kota Surabaya masih lebih banyak terdapat di wilayah yang
menjadi penyumbang tertinggi HIV/AIDS di merupakan eks lokalisasi dan prostitusi.
Jawa Timur. Tercatat ada 2.028 orang warga

5
Pembentukan perda tersebut tahun 2013.
Grafik 4.1. Data Jumlah Penderita Kota Surabaya agak sedikit lamban dalam hal
HIV/AIDS di Kota Surabaya Tahun 2012 pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
Pertengahan tahun 2014 daripada daerah kabupaten/kota lain di Jawa
Timur. Pemkot Surabaya menerbitkan Perda
Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS. Di Jawa
Timur sendiri sudah ada 7 (tujuh) perda, 1
(satu) peraturan gubernur (pergub), dan 1
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2014
(satu) peraturan walikota (perwali). Perda-
Pasca penutupan lokalisasi di Dupak perda tersebut hanya copy-paste dengan
Bangunsari, tidak ada jaminan bahwa jumlah pasal-pasal yang normatif. Sama halnya
masyarakat yang menderita HIV/AIDS di dengan Perda AIDS Kota Surabaya sama
Surabaya akan mengalami penurunan. Selain sekali tidak ada pasal yang konkret untuk
karena tempat hiburan malam yang hingga menanggulangi HIV/AIDS, terutama untuk
saat ini tetap beroperasi, ditambah lagi mencegah insiden infeksi HIV baru pada
dengan ditutupnya lokalisasi Dupak laki-laki dewasa melalui hubungan seksual
Bangunsari pada tahun 2012 lalu semakin dengan pekerja seks komersial (PSK).
memperbesar peluang menyebarnya virus Dari hasil penggalian informasi kepada
HIV/AIDS ke wilayah-wilayah lain. tokoh masyarakat dan warga sekitar eks
Kendati telah resmi ditutup oleh walikota lokalisasi Dupak Bangunsari, dapat diperoleh
hampir dua tahun yang lalu. Dupak informasi bahwa paska penutupan lokalisasi
Bangunsari tidak serta merta sepi dari Dupak Bangunsari, sejumlah tindakan
aktivitas hiburan malam. Pemilik wisma di intervensi telah diambil oleh pemerintah kota
daerah ini ternyata mengubah wisma mereka Surabaya untuk mencegah dampak negatif
menjadi tempat hiburan malam untuk berkelit penutupan lokalisasi terhadap warga sekitar.
dari peraturan pemerintah kota yang sampai Salah satu intervensi yang ditempuh oleh
sejauh ini memang hanya menutup wisma- pemerintah kota Surabaya adalah melakukan
wisma di Dupak Bangunsari dan tidak pada pembinaan dan pelatihan keterampilan
tempat hiburan malam seperti rumah musik, kepada warga yang terkena dampak dari
cafe, maupun tempat-tempat karaoke. Saat kebijakan ini. Pembinaan dan pelatihan
ini di Dupak Bangunsari saja terdapat 10 ditujukan agar warga setempat dapat
rumah musik, semuanya masih aktif. Yang melanjutkan hidupnya setelah keluar dari
bekerja di rumah musik tersebut adalah para dunia prostitusi. Selain pembinaan dan
mantan wanita harapan dan mucikari. pelatihan keterampilan, pemerintah kota
Mereka belum bisa lepas dari dunia malam Surabaya menempuh kebijakan intervensi
karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa lain yakni menyelenggarakan pembangunan
mereka lakukan. (fasilitas dan prasarana) di wilayah bekas
Surabaya merupakan kota metropolis lokalisasi Dupak Bangunsari. Menurut warga
yang lamban dalam penanggulangan HIV yang berhasil tim kami mintai keterangan,
dan AIDS. Kota Surabaya menjadi daerah ke- selama ini pemerintah kota Surabaya baru
74 yang membentuk Peraturan Daerah melakukan pembuatan paving. Selain itu,
(Perda) tentang penanggulangan HIV/AIDS. warga sekitar mengatakan bahwa pemerintah

6
kota Surabaya telah menyelenggarakan mengenai upaya-upaya penanggulangan
pembukaan rumah kreatif, pengadaan virus HIV/AIDS, dari wawancara mendalam
penerangan jalan umum, sebagian warga terhadap petugas kesehatan di Puskesmas
mengatakan adanya pembangunan pasar Dupak ternyata seluruh petugas kesehatan
sosial, dan ada pembangunan irigasi, dan belum sepenuhnya mengetahui detail isi
Bapak H. Khoiron, seorang tokoh masyarakat peraturan daerah tersebut. Akan tetapi, pada
di Bangunsari, mengatakan ada prinsipnya mereka telah melaksanakan
pembangunan lain-lain yang bersifat mikro. pelbagai program penanggulangan
Lebih lanjut, berdasarkan keterangan dari penyebaran virus HIV/AIDS seperti klinik
Bapak H. Khoiron dan Ibu Hj. Khoiron, reproduksi untuk pemeriksaan rutin para
sekalipun lokalisasi telah ditutup, namun hal wanita tuna usila, klinik ini bertugas untuk
tersebut belum sepenuhnya “meredupkan” melaksanakan pengecekan terhadap
aktivitas di Bangunsari. kemungkinan infeksi menular seksual yang
Saat ini masih ada beberapa tempat dibawa oleh wanita tuna susila tersebut.
hiburan seperti karaoke yang buka. Tempat Program lainnya seperti penggalakan
hiburan seperti ini menjalankan praktek penggunaan kondom untuk wanita tuna susila
berbagai praktek terselubung karena tidak dan alat suntik steril bagi pengguna Narkoba
ada ijin dari Pemkot Surabaya. Hal inilah juga kerap dilaksanakan Puskesmas Dupak.
yang semestinya diantisipasi oleh Pemerintah Pengimplementasian langkah-langkah
Kota Surabya melalui Dinas Kesehatan. tersebut oleh Puskesmas Dupak
Bahwa bahaya penyebaran virus HIV & menggandeng para tokoh masyarakat dan
AIDS masih mengkhawatirkan sekali pun tokoh agama, mengingat resistensi dari
lokalisasi telah ditutup. Perlu ada kebijakan kelompok sasaran amat kuat. Untuk program
kesehatan dari pemerintah guna menekan yang bersifat teknis, pemenuhan kebutuhan
penyebaran virus HIV & AIDS sehingga reagen terutama terhadap ibu hamil di sekitar
tidak menyebar ke daerah sekitar eks- eks lokalisasi juga meningkat setiap
lokalisasi Dupak Bangunsari. tahunnya, pemenuhan reagen ini termasuk
Dari hasil wawancara mendalam terhadap program preventif.
petugas kesehatan di Puskesmas Dupak, dr. Dengan demikian, seorang wanita yang
Osna memaparkan bahwa tindakan ternyata sudah mengidap HIV tidak akan
penanggulangan penyebaran virus menularkan virus tersebut kepada anak dalam
HIV/AIDS pasca penutupan lokalisasi telah janinnya. Sedangkan program pengobatan
rutin dilaksanakan oleh Pemerintah Kota seperti rehabilitasi juga sudah dilaksanakan.
Surabaya. Program-program preventif wajib Hal ini terbukti dari masih aktifnya kelompok
seperti program Aku Bangga Aku Tahu kerja (Pokja) yang bertugas untuk melakukan
(ABAT) untuk siswa/siswi kelas 3 SMP dan terapi terhadap Orang dengan HIV/AIDS
SMA serta sosialisasi mengenai penyakit ini (ODHA) di kawasan eks lokalisasi Dupak
ke sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerja Bangunsari. Pokja ini nanti anggotanya akan
Puskesmas telah rutin dilaksanakan oleh mendampingi satu ODHA dan bertugas
seluruh Puskesmas yang ada di Surabaya memberikan dukunga moril sampai
meskipun frekuensi kegiatannya masih perlu memeriksakan kesehatan ODHA.
ditingkatkan lagi. Mengenai Peraturan Dari hasil analisis data dan kutipan
Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2013 wawancara mendalam, diperoleh kesimpulan

7
sementara bahwa implementasi kebijakan penganggulangan virus HIV/AIDS itu
penanggulangan HIV/AIDS di Kota sendiri, yakni Perda Nomor 4 Tahun 2013.
Surabaya sepenuhnya mengacu kepada Uniknya, meski tidak mengetahui secara
peraturan daerah (Perda) Nomor 4 Tahun detail pengenai Perda tersebut, para tenaga
2013. Setiap Puskesmas melaksanakan upaya kesehatan di Puskesmas Dupak telah
pencegahan (preventif) dan pengobatan melaksanakan langkah-langkah preventif dan
(kuratif) dalam memerangi persebaran virus kuratif terhadap persebaran virus
HIV/AIDS utamanya di wilayah eks- HIV//AIDS. Jadi tanpa mereka sadari, upaya
lokalisasi. pencegahan dan pengobatan terhadap
Di Puskesmas Dupak sendiri yang penyakit yang disebabkan oleh virus
lokasinya berdekatan dengan eks-lokalisasi HIV/AIDS telah mereka lakukan kendati
Dupak Bangunsari telah melaksanakan mereka sendiri tidak mengetahui adanya
upaya-upaya pencegahan penyebaran virus Perda yang mengatur hal tersebut.
HIV/AIDS sekaligus memberikan pelayanan Kemudian terkait, teori implementasi
pengobatan terhadap mantan wanita harapan kebijakan dari Edward III (1980) yang
yang masih tinggal di Dupak dan ibu-ibu menjelaskan dalam proses implementasi
rumah tangga yang berpotensi mengidap kebijakan ada 4 (empat) hal yang
virus HIV/AIDS agar tidak menular kepada memengaruhi berjalannya sebuah program
anak mereka. atau kebijakan, yakni Sumber Daya,
Upaya lainnya yang ditempuh oleh Disposisi, Komunikasi dan Struktur
Puskesmas Dupak guna mempersempit Birokrasi.
penyebaran virus adalah dengan Dari aspek sumber daya, dalam rangka
melaksanakan program sosialisasi kesehatan mengimplementasikan kebijakan
bertajuk Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) ke penanggulangan penyebaran virus
sekolah-sekolah (SMP dan SMA) yang ada di HIV/AIDS di Surabaya, pemerintah kota
wilayah kerja Puskesmas Dupak. Dengan telah menyediakan sumber daya yang
program rutin tahunan tersebut diharapkan memadai mulai dari alokasi dana yang
siswa-siswi memiliki pengetahuan terkait cenderung mengalami peningkatan tiap
pola penyebaran virus HIV/AIDS dan tahunnya untuk memerangi penyebaran virus
penyebab seseorang bisa mengidap penyakit HIV/AIDS (wawancara dengan Ibu Osna,
yang disebabkan oleh virus tersebut. Akan Mei 2015), ketersediaan tenaga kesehatan
tetapi sangat disayangkan frekuensi yang cukup dan berkompeten ditambah
pelaksanaan program ini masih sangat dengan adanya dukungan dari relawan yang
minim, yakni sebanyak dua kali dalam mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan
setahun. Hal ini tentu tidak bisa berjalan Kelompok Kerja (Pokja) HIV/AIDS yang
maksimal dan belum sepenuhnya mampu dibentuk oleh Puskesmas menjadi modal
mengakomodir banyaknya jumlah sekolah di berharga bagi Pemerintah Kota Surabaya
wilayah kerja Puskesmas Dupak. dalam upaya memerangi virus HIV/AIDS di
Hal lainnya yang peneliti temukan di wilayah eks lokalisasi.
lapangan adalah masih minimnya Sementara itu dari segi disposisi, menurut
pengetahuan pegawai Puskesmas Dupak hasil interpretasi pada saat analisis data
terhadap peraturan atau payung hukum dari primer (wawancara) diperoleh makna bahwa,
Pemkot Surabaya terkait kebijakan sikap aparatur (disposisi) yang dalam hal ini

8
para tenaga kesehatan dan pengambil sebagaimana yang peneliti temukan saat
kebijakan di Dinas Kesehatan telah menggali informasi di Puskemas Dupak.
menunjukkan komitmen yang serius dalam Sedangkan dari sisi struktur birokrasi juga
upaya penanggulangan persebaran virus sudah mendukung pelaksanaan kebijakan
HIV/AIDS. Hal ini diperkuat dengan adanya penanggulangan virus HIV/AIDS. Dari hasil
Perda Nomor 4 Tahun 2013 yang interpretasi kutipan wawancara dengan dr.
menghimbau pemerintah dan masyarakat Osna, diperoleh informasi bahwa Dinas
serta pihak swasta bertanggung jawab Kesehatan Kota Surabaya telah memiliki sub
terhadap pencegahan penularan dan bidang yang menanggulangi penyakit
penyebaran HIV dan AIDS (Pasal 9). Selain menular seksual seperti virus HIV/AIDS.
itu, dalam Perda tersebut disebutkan bahwa Kemudian dari keterangan informan juga
pemerintah daerah wajib menyediakan dikatakan bahwa selama proses implementasi
sarana dan prasarana pengobatan HIV dan kebijakan penanggulangan virus HIV/AIDS
AIDS yang jumlahnya memadai, mudah para tenaga kesehatan tidak pernah
didapat, bermutu dan terjangkau. mengalami kendala berarti dari birokrasi.
Dari aspek komunikasi, menurut hasil Red tape dalam birokrasi tidak pernah
analisis interpretasi yang peneliti lakukan mereka jumpai karena adanya kesamaan visi
sejauh ini pola komunikasi dari Dinas dan misi dalam upaya mempersempit
Kesehatan ke Puskesmas Dupak terjalin penyebaran virus HIV/AIDS.
dengan baik dan komprehensif. Menurut
keterangan dari dr.Osna, pihak Dinas V. Penutup
Kesehatan Kota Surabaya intens dalam 5.1 Kesimpulan
memonitoring perkembangan upaya-upaya Dari sisi pengimplementasian
penanggulangan penyebaran virus kebijakan pengendalian virus HIV/AIDS di
HIV/AIDS (Wawancara tanggal 9 Mei beberapa wilayah eks lokalisasi di Surabaya,
2015). Hal ini secara langsung sudah implementsai kebijakan ini sudah mengalami
dibuktikan validitasnya oleh peneliti dengan sedikit kemajuan, hal ini terlihat dari
menghubungi beberapa Puskesmas di menurunnya jumlah penderita AIDS di
Surabaya seperti Puskesmas Pucang, Surabaya dalam rentang waktu satu tahun,
Puskesmas Gebang Putih serta Puskesmas dari tahun 2012 hingga 2013 ada penurunan
Sememi I bahwa seluruh tenaga kesehatan di jumlah penderita dari 300 orang penderita
Puskesams yang ada di Kota Surabaya telah AIDS menjadi 253 orang pada tahun 2013.
mendapat insruksi yang jelas terkait upaya- Kendati tidak mengalami penurunan yang
upaya penanggulangan virus. signifikan, hal tersebut menunjukkan betapa
Dengan kata lain, komunikasi dalam upaya yang Pemkot Surabaya lakukan sudah
rangka implementasi kebijakan mulai menumbuhkan hasil. Tentunya masih
penanggulangan virus telah dilaksanakan banyak pekerjaan rumah yang harus
secara terarah dan jelas yang bisa diselesaikan oleh Pemkot Surabaya dalam
menghindari ambiguitas dan kesesatan mengendalikan persebaran HIV/AIDS
informasi. Hanya saja hal in belum didukung kedepannya. Perlu ada anggaran rutin dan
dengan pengetahuan tenaga kesehatan di fasilitas pendukung sebagaimana yang
Puskesmas terhadap Perda yang mengatur dituntut oleh LSM-LSM yang perduli akan
kebijakan penanggulangan virus tersebut HIV/AIDS sehingga jumlah penderita

9
penyakit ini dapat ditekan dari tahun ke terhadap laki-laki dewasa dan wanita dewasa
tahun. Faktor komunikasi antar SKPD juga untuk tidak menularkan HIV.
menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan
mengingat pengendalian HIV/AIDS tidak Daftar Pustaka
cukup hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian
Dibutuhkan koordinasi yang matang antara Kualitatif. Cetakan keduapuluh dua.
pemerintah dengan LSM , pihak swasta dan Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
tentunya masyarakat.
5.2 Saran Neuman, W. L. 2003. Social Research
Kebijakan pengendalian HIV/AIDS Method: Qualitative and Quantitative
memerlukan kemitraan yang luas, mengingat Approaches. Boston. MA: Allyn and
populasi penderita umumnya tersembunyi Bacon
(hidden population). Peran LSM dibutuhkan
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy:
dalam mencegah penularan HIV, tanpa
Dinamika Kebijakan-Analisis dan
meminggirkan peran kepemimpinan
Manajemen Kebijakan. Jakarta: Elex
pemerintah dalam menempatkan program
Media Komputindo, kelompok
atau kebijakan pengendalian HIV/AIDS
Gramedia.
sebagai salah satu agenda yang perlu
diprioritaskan. Pemerintah harus melakukan Laporan Situasi Perkembangan HIV&AIDS
intervensi langsung berupa program yang di Indonesia 2013, Kementerian
konkret dan sistematis berupa intervensi Kesehatan.
Laporan Situasi Perkembangan HIV&AIDS
di Indonesia 2013, Kementerian
Kesehatan.

10

Anda mungkin juga menyukai