Skrip Si
Skrip Si
Oleh:
Syarifatul Muniroh
15630047
kepada
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
Usulan Penelitian
Pembimbing
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya Indonesia merupakan salah satu satu warisan yang harus dilestarikan,
salah satunya batik. Batik merupakan karya seni rupa yang dapat ditemukan pada kain
dengan motif khas tertentu dan telah menjadi icon pakaian adat. Seiring
berkembangnya fashion, batik menjadi salah satu trend fashion di kancah internasional
batik. Industri batik di Indonesia ditemukan dalam jumlah besar terutama di wilayah
mengalami pertumbuhan hingga 17,28 persen pada periode triwulan IV 2017. Produksi
batik dianggap telah menguasai pasar dunia sehingga mampu menjadi penggerak bagi
perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari capaian ekspor batik pada 2017 sebesar
USD 58,46 juta dengan negara tujuan meliputi Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Terdapat tiga macam cara dalam proses pembuatan batik, yaitu batik tulis, batik
cap, dan batik printing/sablon. Batik tulis merupakan proses pembuatan batik dengan
cara tradisional yaitu dengan ditulis/dilukis. Terdapat pola tersendiri dalam melukis
batik, yaitu menggunakan pensil yang selanjutnya dilukis dengan canting yang diisi
dengan malam/lilin. Setelah pola terlukis dengan lilin, dilanjutkan dengan proses
pewarnaan batik. Proses pewarnaan ini menggunakan jenis pewarna tekstil, yaitu naftol
dan indigosol. Terdapat varian warna naftol dan indigosol, diantaranya blue black,
remazol red, remazol blue, golden yellow, dan lain-lain. Zat pewarna tekstil maupun
batik digolongkan menjadi; zat warna nitroso, nitro, azo, stilbene, diphenyl, methane,
Proses pewarnaan batik menghasilkan banyak polutan yang disebabkan oleh zat
warna tekstil yang digunakan. Polutan tersebut diantaranya polutan senyawa organik,
anorganik, maupun logam. Senyawa organik dan anorganik dapat terbentuk dari
pencampuran bahan dasar pewarna tekstil dengan jenis pembangkit warna. Salah satu
zat pembangkit warna yang berbahaya yaitu azo. Senyawa azo (R─N═N─R’) bila
terlalu lama berada di lingkungan, akan menjadi sumber penyakit karena bersifat
karsinogenik dan mutagenik, Senyawa organik merupakan salah satu polutan dalam zat
warna batik yang bersifat non-biodegradable, sehingga perlu dicari solusi efektif untuk
pencampuran zat warna tekstil dengan jenis kain dan faktor lingkungan, termasuk
tempat yang digunakan dalam proses pewarnaan. Logam-logam yang terbentuk dalam
terlebih dahulu. Limbah hasil pewarnaan tersebut diukur berdasarkan parameter COD
Suspended Solid), TDS (Total Dissolved Solid), dan logam. Baku mutu air limbah yang
Senyawa organik dalam air limbah dapat diketahui dengan parameter BOD dan
COD. Sementara senyawa anorganik dalam air limbah diketahui dengan parameter
TSS dan TDS. Terdapat data hasil penelitian yang dilakukan oleh Said tahun 2011 pada
karakteristik air limbah industri tekstil di Yogyakarta. Karakteristik air limbah tersebut
Tabel 1.2 Karakteristik air limbah hasil pewarnaan dari industri tekstil di Yogyakarta
Parameter Satuan Konsentrasi
BOD mg/L 1184-1215
COD mg/L 1572-1612
TSS mg/L 475-550
Krom Total Pt. Co 3,27
Warna mg/L 6,0-6,8
Sumber: Said (2011)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Said pada 2011 menunjukkan bahwa
karakteristik air limbah industri batik di Yogyakarta tidak sesuai atau melebihi baku
mutu standar. Polutan dalam air limbah meliputi senyawa organik, anorganik, dan
logam kromium. Polutan yang berbahaya salah satunya yaitu logam kromium. Logam
tersebut merupakan logam toksik yang terdapat dalam air limbah sehingga dapat
menyebabkan keracunan jika terpapar. Tingkat keracunan krom pada manusia diukur
melalui kadar krom dalam urin. Toksisitas logam kromium terbesar yaitu dalam
keadaan valensi 6 atau kromium heksavalen (Cr6+). Hal tersebut karena jari-jari atom
yang dimiliki pada keadaan valensi 6 lebih kecil daripada kromium dalam keadaan
yang mempunyai muatan ion lebih kecil. Kromium heksavalen digolongkan sebagai
Selain terdapat dalam industri tekstil, kromium heksavalen dapat ditemui dalam
industri pelapisan logam, industri penyamakan kulit, bahan peledak, maupun industri
fotografi. Keadaan oksidasi kromium yang paling stabil di lingkungan adalah +3 dan
+6. Kromium dalam bentuk heksavalen sangat mudah larut dalam air, bersifat toksik
oksidasi Cr (III) menjadi Cr (VI). Tingkat oksidasi pada ion logam transisi tidak
ditemukan dalam keadaan larutan pada valensi lebih dari +3. Tingkat oksidasi logam
Cr mulai dari -4 hingga +6. Bentuk molekul pada tingkat oksidasi -4 adalah tetrahedral,
logam (oksigen, florin, klorin, dan lain-lain) maupun anion poliatom (seperti nitrat,
sulfat, dan lain-lain). Sebagian besar senyawa kromium ditemukan dalam keadaan
warna cerah, seperti kromium sulfat yang mana membentuk Cr (III) berwarna hijau,
barium kromat yang membentuk warna lemon, atau timbal kromat yang membentuk
warna jingga.
Terdapat beberapa metode dalam mengurangi kadar logam Cr (VI) dalam air
limbah antara lain menggunakan metode adsorpsi. Metode adsorpsi merupakan metode
dalam beberapa tahun terakhir adalah magnetit dan asam humat. Magnetit (Fe3O4)
Magnetit merupakan salah satu jenis dari fasa mineral oksida besi yang mudah
struktur kimia Fe-O-Fe2O3 dimana satu bagian adalah wustite (FeO) dan bagian lainnya
Material tersebut memliki struktur krista; kubik-spinel yang tersusun dari ion-
ion oksigen, Fe2+, dan ion-ion Fe3+ dan termasuk ke dalam bahan ferrimagnetik.
Magnetit memiliki karakteristik berwarna hitam, berkilauan seperti logam sampai tidak
mengkilap, tidak tembus cahaya, berbentuk butiran atau serbuk seperti granula yang
bisa mencapai ukuran nano sampai 0.003 mikron (Vlack, 1995). Magnetit dapat
disintesis menggunakan larutan Fe2+ dan larutan Fe3+ yang dipanaskan pada suhu 600C
dan keringkan selama 3 jam (Kustomo, 2016). Kelebihan magnetit antara lain
permukaannya luas dan memiliki kapasitas adsorpsi yang besar untuk menghilangkan
logam-logam berat serta mudah dalam proses pemisahan logam berat karena dapat
tanah gambut. Senyawa organik tersebut mempunyai gugus fungsi yang didominasi
oleh gugus karbonil, hirdroksil (-OH) dan karboksil (-COOH) (Koesnarpadi, 2015).
Asam humat diisolasi dari tanah gambut menggunakan pelarut NaOH dan dipisahkan
dengan sentrifugasi. Karakteristik utama asam humat sebagai bagian dari fraksi organik
oleh sebagian besar gugus-gugus fungsional asam humat yang mengandung atom
oksigen seperti COOH, fenolat, enolat, OH alkoholat dan C=O (Rahmawati dan Sri,
dengan senyawa humat terjadi pada sejumlah besar sisi aktif dengan afinitas yang
berbeda. Interaksi ion logam divalent maupun trivalent dengan asam humat atau asam
pembentukan ikatan hidrogen atau jembatan air, interaksi elektrostatik atau pertukaran
ion, ikatan koordinasi dan melalui struktur cincin. Pembentukan ikatan melalui
interaksi yang lebih lama terjadi apabila sisi aktif yang mengikat logam dengan kuat
merupakan inovasi baru dalam bidang penelitian mengenai adsorpsi. Adsorpsi logam
berat dengan Fe3O4-AH merupakan penelitian yang tidak banyak dilakukan. Hal
tersebut menjadi salah satu tujuan dilakukan penelitian mengenai adsorpsi logam berat,
terutama logam berat Cr (VI) dalam limbah cair industri batik. Penggunaan adsorben
Fe3O4-AH dalam mengurangi kadar logam Cr (VI) tidak banyak dilakukan. Limbah
yang digunakan sebagian besar berupa limbah sintetik. Dalam penelitian ini dilakukan
penurunan kadar Cr (VI) menggunakan limbah asli yang diambil dari salah satu industri
B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat ditentukan batasan masalah
1. Limbah yang digunakan merupakan limbah yang diambil dari Industri Ksmpung
2. Asam humat yang digunakan merupakan asam humat hasil dari isolasi tanah
gambut Sumatera.
3. Parameter limbah yang digunakan yaitu kadar TSS (Total Suspended Solid) dan
logam Cr (VI).
antara lain:
2. Berapa pH optimum yang dihasilkan dalam adsorpsi ion logam Cr (VI) dari limbah
industri batik?
D. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui pH optimum yang dihasilkan dalam adsorpsi ion logam Cr (VI) dari
E. Manfaat Penelitian
2. Mampu menjadi referensi dalam mengurangi kadar logam Cr (VI) dalam air
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
(VI) dalam limbah industri dengan berbagai metode. Metode yang digunakan antara
Metode adsorpsi merupakan metode paling efektif, sederhana, dan mudah dilakukan,
sehingga metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam penurunan ion
logam. Adsorpsi logam Cr (VI) yang telah banyak dilakukan yaitu menggunakan
lempung bentonite, karbon aktif, dan kitosan. Penurunan kadar logam Cr (VI) dalam
limbah yang telah digunakan dalam beberapa penelitian sebelumnya biasanya berupa
limbah sintetik. Khususnya dalam limbah industri tekstil yang tidak kerap dilakukan
menggunakan limbah asli, biasanya limbah yang digunakan yaitu limbah industri
Penelitian yang dilakukan oleh Moo Yel Lee, et.al. pada 2004 di Tokyo
polimer surfaktan dengan penurunan yang diperoleh yaitu 180 mg/g pada pH 5,3.
Pujiati, Sri (2016) melakukan penelitian mengenai pemanfaatan arang aktif
ampas kopi sebagai adsorben logam Cr pada limbah cair batik. Penelitian tersebut
menunjukkan tingkat penurunan kadar kromium total (Cr) pada setiap perlakuan
berbeda. Tingkat penurunan terbesar yaitu terjadi pada kelompok perlakuan ketiga (P3)
yaitu limbah cair batik yang diberi arang aktif ampas kopi sebanyak 2 gr dan hanya
kesetimbangan dan kinetika adsorpsi dari Cr (VI) pada limbah sintetis dengan
kinetika adsorpsi Cr (VI) mengkikuti first order equation untuk massa liumpur aktif
kering 0,5 gram, Pseudo dan Ritchie second order untuk massa lumpur aktif kering 1
Penelitian dilakukan oleh Kumari, et. al. (2014) mengenai adsorpsi logam
Menunjukkan hasil penelitian bahwa pH optimum yang dicapai dalam adsorpsi Cr6+
dan Pb2+ adalah 4.0 dan 5.0. adsorpsi dilakukan pada variasi temperature 25, 35, dan
450C. Kapasitas adsorben Fe3O4 dalam adsorpsi logam Cr6+ dan Pb2+ adalah 9 dan 9
mg/g. Interaksi antara adsorben dengan adsorbat terjadi akibat protonasi atau
deprotonasi dari pH adsorbat. Sementara pada adsorben terdapat pHpzc (pH adsorbat <
tersebut, asam humat yang melapisi magnetit potensial untuk mereduksi Cr(VI)
menjadi Cr(III). Gugus fungsi yang terdapat pada Asam Humat bereaksi membentuki
Nilai K-edge EXAFS menunjukkan bahwa Cr (III) pada Cr dengan material HA-Fe3O4
mempunyai 6 atom oksigen yang berikatan secara octahedral dengan panjang ikatan
larutan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada adsorpsi Cr (VI) oleh HA-Fe3O4
pada kondisi larutan asam (pH 4) lebih efektif dibandingkan pada adsorpsi Cr(VI)
kondisi larutan basa (pH 10). Hal tersebut disebabkan adanya interaksi elektrostatik
B. Hipotesis Penelitian
Cr(VI) menggunakan HA-Fe3O4 pada berbagai kondisi pH, yaitu pH 4, 7, dan 10. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada adsorpsi Cr (VI) pada kondisi asam (pH
4) lebih efektif dibandingkan pada adsorpsi Cr(VI) kondisi larutan basa (pH 10). Hal
Adsorpsi logam Cr(VI) oleh HA-Fe3O4 akan mencapai pH optimum pada kondisi
pH asam.
dan Pb (II) dari limbah cair industri batik menggunakan Fe3O4 dengan berbagai kondisi
dalam adsorpsi Cr6+ dan Pb2+ adalah 4.0 dan 5.0. Kapasitas adsorben Fe3O4 dalam
adsorpsi logam Cr6+ dan Pb2+ adalah 9 dan 9 mg/g dengan konsentrasi Cr+6 pada limbah
sebelum adsorpsi adalah 8.2 mg/L. setelah dilakukan adsorpsi menggunakan Fe3O4,
konsentrasi Cr6+ menjadi 2.8 mg/L. Adsorpsi logam Cr (VI) mempunyai efektivitas
rata-rata 75%.
Hipotesis 2:
Adsorpsi logam Cr (VI) dalam limbah cair industri batik menggunakan Fe 3O4-