Latar Belakang
Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi
infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas
atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis.
Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli
seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak
diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah.
Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan
dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis,
sinusitis, dan faringitis.
Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai
mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi
saluran napas dapat terjadi sepanjang tahun, meskipun beberapa infeksi lebih
mudah terjadi pada musim hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
infeksi saluran napas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang
kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi. Faktor
lingkungan meliputi belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban,
pengelolaan sampah, limbah, pemukiman sehat hingga pencemaran air dan
udara.Perilaku masyarakat yang kurang baik tercermin dari belum terbiasanya
cuci tangan, membuang sampah dan meludah di sembarang tempat. Kesadaran
untuk mengisolasi diri dengan cara menutup mulut dan hidung pada saat bersin
ataupun menggunakan masker pada saat mengalami flu supaya tidak menulari
orang lain masih rendah.
Tujuan
R/ Alpara Tab no X
S 3 dd 1 Tab
R/ Dexa Tab no X
S 3 dd 1 tab
R/ Cefadroxyl Caps no X
S 2 dd 1 tab
S 3 dd 1 tab
Nomor SIP ✔
Nomor telepon -
Alamat dokter -
Paraf ✔
3. Pasien
Nama Pasien ✔
Alamat -
Umur -
Berat badan -
Jenis Kelamin -
2. Dexametason
Bentuk sediaan : Kaplet
Dosis obat : dewasa 3 x sehari 1 kaplet, anak-anak 3 x sehari ½ kaplet
Dosis maksimal : 0.5 – 10 mg/hari
3. Cefadroxyl
Bentuk sediaan : kapsul
Dosis obat : Oral, dewasa 1 – 2 gram / hari dalam dua dosis terbagi
Dosis maksimal : -
4. Salbutamol Tab 2mg
Bentuk sediaan : Tablet
Dosis Obat: dewasa 3 – 4 x 4 mg / hari. Anak 0.05 – 0.1 mg/kgBB/kali setiap
6 – 8 jam
Dosis Maksimal: -
Pertimbangan Klinis
2.1.2.1 Ketepatan Indikasi dan Dosis
a. Alpara
Komposisi : parasetamol 500 mg, dekstrometorfan hbr 15 mg,
klorfeniramin maleat 2 mg, fenilpropanolamin hidro-
klorida 12.5 mg.
Indikasi : meringankan influenza yang disertai gejala demam,
pilek, bersin, sakit kepala dan batuk..
Dosis lazim : dewasa 1 -2 tablet 3 kali sehari
Dosis yang : 3 x sehari 1 tab
diberikan
Farmakologi : parasetamol atau asetaminofen adalah obat
analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun panas)
yang populer dan digunakan untuk menurunkan demam,
meredakan sakit kepala, dan nyeri atau sakit ringan. Obat
ini sering dikombinasikan dengan obat-obatan lain dalam
pengobatan flu dan common cold. .
Phenylpropanolamine adalah obat yang bertindak sebagai
agonis reseptor alfa-adrenergik dan reseptor beta-
adrenergik. Obat ini digunakan sebagai dekongestan atau
melegakan hidung tersumbat dengan cara menyusutkan
pembuluh darah (vena dan arteri) di sinus, hidung, dan
saluran nafas. Namun obat ini memiliki efek
meningkatkan tekanan darah. Chlorpheniramine Maleate
atau CTM adalah obat golongan antihistamin yang
berguna untuk meredakan gejala-gejala alergi seperti
hidung gatal, berair, bersin-bersin, dan mata berair.
Selain digunakan sebagai kombinasi dalam obat flu,
secara tunggal CTM dapat mengatasi gatal-gatal dan
bentol pada kulit akibat alergi. Namun obat ini memiliki
efek samping mengantuk. Dextromethorphan HBr atau
DMP adalah obat batuk kering atau antitusif yang bekerja
menekan refleks batuk. Untuk batuk jangka panjang dan
juga batuk yang mengeluarkan dahak tidak dianjurkan
untuk menggunakan obat ini. Karena reflek batuk
berguna untuk mendorong dan mengeluarkan dahak dari
saluran pernapasan..
Kontraindikasi Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu bahan obat
ini
Pasien dengan gangguan jantung.
Pasien dengan diabetes mellitus.
Pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat.
.
Dosis lazim : Dewasa 0.75-9 mg per harinya, 3 x sehari 1 kaplet,
anak-anak 3 x sehari ½ tablet
Dosis yang : 3 x sehari 1 tablet
diberikan
Farmakologi : dexamethasone merupakan kortikosteroid adrenal
sintetis. Dexamethasone memiliki efek glukokortikoid
yang poten. Dexamethasone dapat melewati membran sel
dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid di
sitoplasma. Kompleks antara dexamethasone dan reseptor
glukokortikoid ini dapat berikatan dengan DNA sehingga
terjadi modifikasi transkripsi dan sintesis protein.
Akibatnya, infiltrasi leukosit terhambat, mediator
inflamasi terganggu, dan edema jaringan berkurang.
Kontraindikasi jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif terhadap salah satu komponen obat ini.
Pasien dengan penyakit tekanan darah tinggi, depresi
atau gangguan mental, infeksi herpes pada mata,
gangguan otot, TBC, diabetes, penyakit ginjal, gagal
jantung, radang lambung, glaukoma atau katarak,
penggumpalan darah, osteoporosis, gangguan tiroid,
penyakit hati. Pasien penderita hipertensi parah,
penyakit jantng, diabetes mellitus, dan gangguan
fungsi hati yang parah tidak boleh menggunakan obat
ini.
a. Cefadroxyl
Komposisi : cefadroxil
Indikasi : infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran udara
(termasuk saluran hidung, sinus, dan tenggorokan)
seperti sinusitis, brokitis, dan pneumonia.
Infeksi bakteri pada telinga, hidung, atau tenggorokan,
misalnya otitis media, faringitis, dan tongsilitis.
Infeksi pada kulit atau jaringan lunak,
misalnya abses, selulitis, mastitis, erisipelas.
Infeksi bakteri pada ginjal misalnya pielonefritis.
Infeksi bakteri pada saluran kemih.
Infeksi kandungan.
Infeksi bakteri tulang seperti osteomielitis.
Infeksi bakteri sendi seprti septic arthritis.
Dosis lazim : Oral, dewasa 1-2 gram per hari dalam dua dosis terbagi
Anak 30-50 mg/kg per hari dalam satu dosis atau terbagi
dalam dua dosis, dapat diberikan hingga maksimal 100
mg/kg per hari
Efek samping : Reaksi alergi, Mual, muntah, sakit perut, diare ringan,
Otot kaku, Nyeri sendi, Perasaan gelisah atau hiperaktif,
Rasa yang tidak biasa atau tidak enak pada mulut, Gatal-
gatal ringan atau ruam kulit, Diare berupa cairan atau
darah, Demam, menggigil, nyeri, gejala flu, Pendarahan
atau lebam yang tidak biasa, Kejang, Kulit yang pucat
atau menguning, urin yang berwarna gelap, demam,
kebingungan atau keletihan, Jaundice (kulit dan mata
yang menguning), Demam, kelenjar yang membengkak,
ruam dan gatal, nyeri sendi, atau perasaan sakit pada
umumnya, sakit tenggorokan, dan sakit kepala dengan
lepuhan pada kulit, mengelupas, ruam berwarna merah,
Perasaan haus yang meningkat, kehilangan nafsu makan,
pembengkakan, peningkatan berat badan, kesulitan
bernapas, buang air lebih sedikit dari biasanya atau tidak
sama sekali
Dosis lazim : Dewasa (>12 tahun) : 2-4 mg, 3-4 kali sehari.
Dosis dapat dinaikan secara berangsur.
Untuk lansia diberikan dosis awal yang lebih rendah.
Dosis yang : 3 x sehari 1 tab
diberikan
Farmakologi : Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif
merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot
bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi
AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil
siklase. Efek utama setelah pemberian peroral adalah
efek bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi
otot bronkus., salbutamol bekerja lebih lama dan lebih
aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil
maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus
pada pasien dengan penyakit jantung atau tekanan darah
tinggi.
.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap salbutamol
Efek samping : ada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor
halus pada otot skelet (biasanya pada tangan), palpitasi,
kejang otot, takikardia, sakit kepala dan ketegangan. efek
ini terjadi pada semua perangsangan adrenoreseptor beta.
Vasodilator perifer, gugup, hiperaktif, epitaksis
(mimisan),susah tidur.
Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten yaitu otitis yang
menetap 6 hario setelah menggunakan antibiotika . adalah memulai
kembali antibiotika dengan memilih antibiotika yang berbeda dengan
terapi pertama.