Anda di halaman 1dari 5

1.

Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam suatu


medium.

http://storage.jak-
stik.ac.id/students/paper/penulisan%20ilmiah/20498185/Bab%202.pdf?token=6f8bcf34567
dbc4d09e22a899ba154dc91900ba6|1321896874#PDFP

Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan
mengikuti gerak sinusoide.

http://id.wikipedia.org/wiki/Gelombang

Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada
gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya.
Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah
dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan
satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak
yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik.

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-gelombang-dan-jenis-macam-
gelombang-transversal-longitudinal

2. Gambar parameter gelombang

Parameter gelombang:

- Depth(d) : kedalaman perairan dihitung dari sea water level.


- H(high) : tinggi gelombang.
- A(amplitudo) : jarak simpangan terjauh dari sea water level.
- L(length) : panjang gelombang.
- C(celerity) : cepat rambat gelombang.
- η(eta) : elevasi muka air.
- T(periode) :waktu yang dibutuhkan untk melakukan satu gelombang, dari
puncak ke puncak berikutnya.
3.
Lintasan partikel pada perairan dalam:
- Lintasan partikel air pada perairan dangkal berentuk lingkaran.
- Semakin kebawah, jari jari lintasan partikel semakin berkurang secara
eksponensial.
- Pada kedalaman tertentu jari jari lintasan sama dengan nol, hal ini berarti bahwa
pada kedalaman tertentu tdak ada pengaruh gelombang lagi.

Lintasan partikel pada perairan menengah:


- Pada perairan menengah lintasan partikel air berbentuk elips.
- Dengan betambahnya kedalaman sumbu mayor dan sumbu minor semakin
berkurang.

Lintasan partikel pada perairan dangkal:


- Pada perairan dangkal lintasan partikel berbentuk elips.
- Semakin kebawah, sumbu mayor lintasan tetap, tetapi sumbu minornya
berkurang.
- Didasar perairan, sumbu mayornya tetap dan sumbu minornya sama dengan nol.
- Sehingga didasar perairan lintasan partikel berbentuk seperti garis lurus, lintasan
partikel inilah yang berperan dalam transport sedimen.
4. Mekanisme terbentuknya gelombang oleh angin:
- Diatas laut yang tenang, bertiup angin.
- Pada awalnya terbentk gelombang-gelombang kecil yang disebut ripples/riak.
- Dengan adanya riak atau ripples maka berperan dalam membentuk kekasaran
muka air laut, dimana hal ini dapat membantu dalam transfer energi dari angin.
- Karena angin tetap berhembus, maka gelombang menjadi lebih panjang dan
memiliki tinggi yang semakin besar.
- Angin yang berhembus terus menerus dapat mengakibatkan kesetimbangan
antara energi angin dan energi yang diserap oleh gelombang di laut,
kesetimbangan ini disebut dengan Fully Developed Sea.
5. Berdasarkan kedalaman relatif, gelombang dapat dibagi menjadi:
- Gelombang perairan dangkal atau gelombang panjang, yaitu gelombang yang
memiliki nilai d/L<0,05.
- Gelombang perairan mennengah, yaitu gelombang yang memiliki nilai d/L antara
0,05 hingga 0,5.
- Gelombang perairan dalam, yaitu gelombang yang memiliki nilai d/L >0,5.
6. Berdasarkan pada periode, gelombang dapat dibagi menjadi:
- Gelombang kapiler, yaitu gelombang yang memiliki periode <0,1 detik.
- Gelombang ultragravitasi, yaitu gelombang yang memiliki periode antara0,1
hingga 1 detik.
- Gelombang gravitasi, yaitu gelombang yang memiliki periode antara 1 hingga 30
detik.
- Gelombang infra gravitasi, yaitu gelombang yang memiliki nilai periode 30 hingga
300 detik.
- Gelombang periode panjang, yaitu gelombang yang memiliki nilai periode antara
5 menit hingga 12 jam.
- Gelombang pasang surut, yaitu gelombang yeng memiliki periode antara 12 jam
hingga 24 jam.
- Gelombang trans tidal, yaitu gelombang yang memiliki periode lebih dari 24 jam.

7. Persamaan dispersi gelombang :


𝜎 2 = 𝑔𝐾 tanh 𝐾𝑑
2𝜋
𝜎=
𝑇
2𝜋
𝜎=
𝐿
d = Kedalaman
𝐿
𝐶=
𝑇
𝐿
= 2𝜋
𝑇
2𝜋
1
= 𝐾
1
𝜎
1 𝜎
= .
𝐾 1
𝜎
=
𝐾
𝜎 𝜎 2 √𝑔𝐾 tanh 𝐾𝑑
𝐶= = =
𝐾 𝐾 𝐾

𝑔𝐾 tanh 𝐾𝑑
=√
𝐾2

𝑔 tanh 𝐾𝑑
=√
𝐾

𝑔
𝐶 = √ tanh 𝐾𝑑
𝐾

Pendekatan Hiperbolik perairan dangkal


𝑔
𝐶 = √ tanh 𝐾𝑑
𝐾
𝑔
𝐶 2 = tanh 𝐾𝑑
𝐾
𝑔
𝐶 2 = 𝐾𝑑
𝐾
𝐶 = √𝑔𝑑
Semakin dalam suatu perairan, Semakin besar kecepatan rambat gelombang.

Pendekatan hiperbolik perairan dalam


𝑔
𝐶 = √ tanh 𝐾𝑑
𝐾
𝑔
𝐶 2 = tanh 𝐾𝑑
𝐾

𝑔
𝐶2 = .1
𝐾
8. Pendekatatan hiperbolik untuk rumus tersebut yaitu dengan mengabaikan faktor
kesalahan maka kita gunakan rumus pada kedalaman relative tadi yaitu

 Perairan dangkal d<0,05 L maka:


 Sin h kd = kd
 Cos h kd = 1
 Tan h kd = kd
 Perairan menengah d>0,5 L maka:
 Sin h kd = 0,5 exp kd
 Cos h kd = 0,5 exp kd
 Tan h kd = 1
9. Lo= g. 122
2
10. Adapun profil gelombang cnoidal ini sudah lama dikenal. Berdasarkan Sarpkaya
(1981), teori gelombang cnoidal dikembangkan pertama kali oleh Korteweg dan de
Vries pada tahun 1895 secara intuitif. Karakteristik gelombang pada teori Korteweg
dan de Vries dinyatakan dengan fungsi eliptis Jacobian cn karena itu disebut sebagai
teori gelombang cnoidal. Selanjutnya Laitone pada tahun 1961 dan Chappelear pada
tahun 1962 melakukan pendekatan ke dua dan ke tiga. Pengembangan berikutnya
dilakukan oleh Fenton pada tahun 1979 dan masih banyak peneliti lain yang
mengembangkan teori gelombang cnoidal berdasarkan persamaan Korteweg dan de
Vries hingga tahun 1985.
Prospek aplikasi dari karakteristik deformasi gelombang sinusoidal ini adalah pada
perencanaan breakwater tenggelam, dimana breakwater dapat direncanakan untuk
mendeformasikan gelombang sinusoidal menjadi gelombang cnoidal dengan tinggi
gelombang ± 1/2 dari tinggi mula-mula yang berprofil sinusoidal.
(http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/8.-Syawaluddin-Vol.18-No.2.pdf)

Anda mungkin juga menyukai