Anda di halaman 1dari 8

Larutanreagensia ialah suatu larutan yang dibuat untuk digunakan sebagai pereaksi

pengenal. Larutan reagensia untuk uji karbohidrat adalah pereaksi yang digunakan untuk
mengetahui adanya karbohidrat. Misalnya larutan Molisch, digunakan dalam uji Molisch
pada penentuan wol dan karbohidrat. Larutan Benedict, digunakan untuk menentukan
glukosa, demikian pula dengan reagen Tollen dan juga Millon. Dalam bab ini akan
dijelaskan satu persatu, serta bagaimana cara menyiapkannya.

Reagen Molisch
Reagen Molisch digunakan dalam uji Molisch (Molisch berasal dari nama ahli botani
Austria, yaitu Hans Molisch) ialah suatu ujikimia yang sensitif untuk mengetahui adanya
karbohidrat, berdasarkan pada dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat untuk
menghasilkan aldehid, yang berkondensasi dengan dua molekul fenol (biasanya alfa-
naftol, meskipun fenol lain (misalnya resorsinol, timol) juga memberikan hasil berwarna),
yang menghasilkan suatu senyawa berwarna merah atau ungu.

Pembuatan Larutan Molisch


Reagensia ini terdiri dari alfa-naftol dan alkohol atau kloroform. Reagen ini
digunakan untuk uji wol dan karbohidrat. Reagen ini mudah dibuat di laboratorium. Cara
membuatnya, larutkan 5 gram alfa-naftol dalam 100 ml alkohol atau kloroform.

Prosedur Uji
Larutan uji ini dikombinasikan dengan sejumlah kecil reagen Molisch (α-naftol
dilarutkan dalam etanol atau kloroform) dalam sebuah tabung reaksi. Setelah bercampur,
sejumlah kecil asam sulfat pekat dengan perlahan ditambahkan melalui dinding ke dalam
tabung reaksi yang dimiringkan, tanpa pengadukan, yang membentuk suatu lapisan di
dasar tabung. Reaksi dikatakan positif jika ditunjukkan oleh penampilan cincin ungu pada
antarmuka antara lapisan asam dan lapisan uji.

Reaksi
Semua karbohidrat – monosakarida, disakarida, dan polisakarida – akan
memberikan reaksi positif, dan asam nukleat dan glikoprotein juga memberikan reaksi
positif, karena semua senyawa tersebut akhirnya terhidrolisis menjadi monosakarida oleh
asam mineral kuat. Pentosa kemudian terhidrasi menjadi furfural,sedangkan heksosa
terhidrasi menjadi 5-hidroksi-metilfurfural. Salah satu dari aldehida ini, jika ada, akan
berkondensasidengan dua molekul naftol untuk membentuk produk berwarna ungu,
seperti yang digambarkan di bawah ini dengan contoh glukosa.

Reagen Benedict
Reagen Benedict (juga disebut larutan Benedict) ialah suatu reagen kimia yang
dinamakan berdasarkan nama ahli kimia Amerika, yaitu Stanley Rossiter Benedict.
Reagen Benedict digunakan sebagai satu uji atas adanya gula reduksi. Ini meliputi
semua monosakarida dan banyak disakarida, termasuk laktosa dan maltosa.Bahkan lebih
umum, uji Benedict akan mendeteksi adanya aldehid, dan alfa-hidroksi-keton, termasuk
yang terjadi sebagai keton tertentu. Jadi, meskipun ketosa fruktosa bukan suatu glua
reduksi langsung, namun ia merupakan suatu alfa-hidroksi-keton, dan memberikan uji
positif karena ia diubah menjadi aldosa glukosa dan mannosa oleh basa dalam reagen ini.
Tembaga sulfat dalam larutan Benedick bereaksi dengan gula reduksi. Larutan
Benedik dapat digunakan dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada gula dalam
suatu zat seperti glukosa dalam pati lamo atau pati akar lalang.
Reagen Benedict mengandung ion tembaga(II) (Cu2+) biru yang direduksi menjadi ion
tembaga(I) (Cu+). Ini diendapkan sebagai tembaga(I) oksida berwarna merah yang tidak
larut dalam air. Reagen Benedict memberikan suatu uji kuantitatif untuk gula reduksi
bersama dengan uji kuantitatif. Warna dari endapan yang diperoleh memberikan satu ide
tentang kuantitas gula yang ada dalam larutan. Suatu endapan kehijauan menunjukkan
konsentrasi sekitar 0,5%; endapan kuning konsentrasi 1%; jingga menunjukkan
konsentrasi 1,5% dan merah menunjukkan konsentrasi 2% atau lebih tinggi.
Pembuatan Larutan Benedict
Satu liter reagen Benedict dapat dibuat dari 100 gr natrium karbonat anhidrat, 173
gr natrium sitrat dan 17,3 gr tembaga(II) sulfat mentahidrat. Larutan ini sering digunakan
di tempat larutan Fehling.
Cara membuatnya, dengan bantuan pemanasan, larutkan 173 gr natrium sitrat dan
100 gr natrium karbonat anhidrat dalam 800 ml Akuades. Saring dan encerkan sampai
volume larutan 850 ml. Larutkan pula 17,3 gr CuSO4.5H2O dalam 100 ml akuades (bila
perlu dipanaskan). Bila larutan di atas sudah dingin, dengan perlahan-lahan tambahkan
larutan CuSO4 tersebut ke dalam larutan campuran karbonat dan sitrat. Kemudian
encerkan dengan akuades hingga 1 liter.

Uji Kimia
Untuk menguji atas adanya monosakarida dan gula reduksi disakarida dalam
makanan, sampel makanan dilarutkan dalam air, dan tambahkan sedikit reagen
Benedict. Panaskan dalam penangas air, biasanya selama 4–10 menit, larutan ini akan
membentuk warna biru (bila tidak mengandung glukosa), hijau, kuning, jingga, merah, dan
kemudian merah bata atau coklat (jika mengandung glukosa tinggi. Perubahan warna
akan signifikan dengan adanya glukosa. Disakarida umum laktosa dan maltosa dideteksi
secara langsung oleh reagen Benedict, karena masing-masing mengandung satu glukosa
dengan mereduksi bagian aldehid bebas, setelah isomerisasi.
Sukrosa(gula meja) mengandung dua gula (fruktosa dan glukosa) bergabung melalui
ikatan glikosidat mereka dengan cara demikian mencegah glukosa berisomerisasi
menjadi bentuk aldehid, atau fruktosa menjadi bentuk alfa-hidroksi-keton. Dengan
demikian, sukrosa bukan gula reduksi, karena tidak bereaksi dengan reagen Benedict.
Secara tak langsung sukrosa meng-hasilkan hasil positif dengan reagen Benedict asalkan
dipanaskan dengan asam sulfat encer sebelum uji tersebut, meskipun setelah perlakuan
ini ia tidak lagi menjadi sukrosa.
Kondisi asam dan panas memutuskan ikatan glikosida dalam sukrosa melalui
hidrolisis. Produk dekomposisi sukrosa adalah glukosa dan fruktosa, keduanya dapat
dideteksi dengan reagen Benedict, seperti yang dijelaskan di atas.
Kanji tidak bereaksi atau bereaksi sangat sedikit dengan reagen Benedict, karena
relatif kecil jumlah bagian gula reduksi, yang terjadi hanya pada akhir rantai karbohidrat.
Inositol (mio-inositol) adalah karbohidrat lain yang meng-hasilkan uji negatif.
Reagen Benedict dapat digunakan untuk uji atas adanya glukosa dan urin. Glukosa
ditemukanterdapat dalam urin merupakan indikasi diabetes mellitus. Setelah gula
pereduksi terdeteksi dalam urin, uji lebih lanjut harus dialami untuk memastikan gula apa
yang terdapat. Hanya glukosa merupakan indikasi diabetes.

Eksperimen Pengamatan Gangguan


Zat dalam air + 3 ml larutan
Benedict, kemudian didih-kan
Endahpan merah/hijau/kuning diperoleh. Gula reduksi, misalnya adanya glukosa.
selama beberapa menit dan
biarkan dingin.
Zat dalam air + 3 ml Larutan
Benedict, kemudian didihkan
Larutan tetap jernih atau sedikit biru. Gula reduksi tidak ada.
selama beberapa menit dan
biarkan dingin.

Reagen Kuantitatif
Reagen Benedict kuantitatif digunakan untuk menentukan berapa banyak adanya
gula reduksi. Larutan ini membentuk seperti endapan putih yang lebih baik dari endapan
merah dan juga dapat digunakan dalam titrasi. Titrasi ini harus diulang dengan larutan
glukosa 1% bukan sampel untuk kalibrasi.

Larutan Fehling
Larutan Fehling ialah suatu larutan yang digunakan dalam uji kimia untuk
membedakan antara karbohidrat larut dalam air dan gugus fungsional keton, dan sebagai
suatu uji untuk monosakarida. Uji ini dikembangkan oleh ahli kimia Jerman Herman von
Fehling pada tahun 1849.

Pembuatan Larutan Fehling


Larutan Fehling selalu dibuat segar di laboratorium. Larutan ini semula dibuat
sebagai dua larutan yang terpisah, yang dikenal dengan Fehling A dan Fehling B. Fehling A
adalah larutan encer berwarna biru dari tembaga(II) sulfat, sedang Fehling B adalah
larutan jernih dari kalium natrium tartrat encer (jugas dikenal sebagai garam Rochelle)
dan basa kuat (biasanya natrium hidroksida).
Volume yang sama dari dua campuran dicampurkan untuk memperoleh larutan final
Fehling, yang berwarna biru gelap. Dalam campuran akhir ini, ion tartrat encer dari khelat
garam Rochelle yang terlarut dengan ion Cu2+ dari tembaga(II) sulfat yang terlarut,
sebagai ligan bidentat memberikan kompleks bis-tartrato-kuprat(II)4- seperti yang
ditunjukkan di bawah ini. Ion tartrat, dengan mengomplekskan tembaga mencegah
pembentukan Cu(OH)2 dari reaksi CuSO4.2H2O dan NaOH yang ada dalam larutan.
Jadi cara membuat larutan ini adalah:
Larutan Fehling A: Timbang 69,3 gr kupri sulfat hidrat CuSO4.5H2O dan larutkan
dalam 1 liter akuades. Supaya larutan menjadi jernih tambahkan 1 tetes atau 2 tetes
H2SO4 pekat.. Perbandingan dapat diperbesar atau diperkecil.

Larutan Fehling B: Timbang 346 gr Kalium-Natrium-Tartrat dan 100 gr NaOH larutkan


dalam 1 liter akuades (perbandingan dapoat diperbesar atau diperkecil). Bila akan
digunakan Fehling A + Fehling B dalam volume yang sama.

Kegunaan Larutan Fehling


Fehling dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu senyawa mengandung
karbonil aldehid atau keton. Kompleks bistartratokuprate(II) dalam larutan Fehling
merupakan bahan pengoksidasi dan reagen aktif dalam uji tersebut.

Senyawa yang akan diuji ditambahkan ke larutan Fehling dan campuran ini
dipanaskan. Aldehida yang teroksidasi, memberikan hasil yang positif, namun keton tidak
bereaksi, kecuali mereka adalah alfa-hidroksi–keton.
Kompleks bistartratokuprat(II) mengoksidasi aldehid pada satu anion karboksilat,
dan dalam proses ion tembaga(II) dari kompleks ini direduksi menjadi ion tembaga(I).
Oksida tembaga(I) yang merah kemudian mengendap dari campuran reaksi, yang
menunjukkan hasil positif, yaitu reaksi redoks telah berlangsung (ini adalah hasil positif
yang sama dengan larutan Benedict).Sebuah hasil yang negatif apabila tidak terjadi
endapan merah; ini penting untuk diperhatikan bahwa Fehling tidak akan bekerja dengan
aldehid aromatik; sehingga reagen Tollens harus digunakan.
Uji Fehling dapat digunakan sebagai uji generik untuk monosakarida. Hal ini akan
memberikan hasil positif untuk monosakarida “aldosa” (karena gugus aledehida dapat
dioksidasi) tetapi juga untuk monosakarisa “ketosa”, karena mereka diubah menjadi
aldosa oleh basa dalam reagen tersebut, dan kemudian memberikan hasil positif. Untuk
alasan ini, reagen Fehling kadang-kadang disebut sebagai uji umum untuk monosakarida.
Reagen Fehling dapat digunakan untuk menunjukkan glukosa dalam urin, sehingga
mendeteksi diabetes. Penggunaan lainnya adalah dalam pemecahan pati untuk
mengubahnya menjadi sirup glukosa dan maltodekstrin untuk mengukur jumlah gula
pereduksi, sehingga dapat mengungkapkan setara dekstrosa (DE) dari gula pati.
Asam format (HCOOH ─ asam metanoat) juga memberikan hasil uji Fehling yang
positif, karena ia juga berfungsi seperti uji Tollens dan Benedict. Ini karena ia dapat
dioksidasi dengan mudah menjadi CO2 dan air.

Keamanan
Natrium hidroksidaadalah kaustik pada konsentrasi tinggi dan tindakan pencegahan
harus diambil seperti untuk tidak melakukan kontak langsung dengan NaOH. Tembaga (II)
sulfat juga beracun jika tertelan.

Reagen Tollens
Reagen Tollens ialah reagen kimia yang paling umum digunakan untuk menentukan
apakah suatu senyawa mengandung karbonil yang adalah aldehida dan keton. Ini
biasanya adalah perak nitrat amoniakal, tetapi juga dapat berupa campuran lain, asalkan
adanya kompleks perak(I)diamina. Reagen ini dinamakan sesuai dengan penemunya, ahli
kimia Jerman Bernhard Tollens.
Uji positif dengan reagen Tollens dihasilkan dengan pengendapan unsur perak dari
larutan, sebenarnya pada permukaan dalam dari tabung reaksi, yang menghasilkan
“cermin perak” yang karakteristik dan mudah diingat di atas permukaan tabung reaksi
sebelah dalam.
Aldehida akan menjadi positif dalam uji Tollens dan benda seperti cermin akan
terbentuk.

Pembuatan di Laboratorium
Reagen ini tidak tersedia secara komersial karena daya tahannya tidak lama; reagen
ini harus disiapkan secara segar di laboratorium. Cara pembuatannya meliputi dua tahap.
Pertama beberapa tetes NaOH encer ditambahkan kepada sejumlah perak nitrat encer.
Dalam larutan ini, ion Ag+ dari perak nitrat encer terdapat dalam bentuk terhidratkan
sebagai kompleks [Ag(H2O)4]+, yaitu ion tetraaquasilver(I). Ion OH– dari NaOH bereaksi
dengan ion Ag+ untuk menghasilkan perak oksida, Ag2O. Ini tidak larut, dan mengendap
dari larutan sebagai zat padat coklat. Natrium nitrat encer juga dihasilkan dalam
campuran sebagai hasil-samping. Ini kemudian membentuk:

2 AgNO3 (aq) + 2 NaOH (aq) → Ag2O (s) + 2 NaNO3 (aq) + H2O (l)

Pada tahap selanjutnya, ammonia encer ditambahkan hingga semua dari perak(I)
oksida) yang berwarna coklat terlarut. Pada titik ini campuran akan jernih, dan sekarang
ada ion perak encer yang terdapatsebagaikompleks [Ag (NH3)2]+ dalam campuran, yang
merupakan komponen utama dari reagen Tollens. Natrium hidroksida direformasi pada
akhir persiapan. NaOH terbentuk kembali pada sediaan akhir.
Ag2O (s) + 4 NH3 (aq) + 2 NaNO3 (aq) + H2O (l) →

2Ag(NH3)2NO3 (aq) + 2 NaOH (aq)

Atau, amonia encer dapat ditambahkan secara terus– menerus langsung ke larutan
perak nitrat.Pertama kali, perak oksida akan terbentuk dan mengendap, tetapi karena
larutan ammonia lebih banyak ditambahkan endapan melarut dan larutan menjadi jernih
karena terbentuknya diamminesilver(I). Pada titik ini penambahan ammonia harus
dihentikan. Ini barangkali metoda yang lebih baik karena lebih sedikit reagen yang
terlibat. Penyaring-an reagen sebelum digunakan membantu untuk mencegah hasil positif
palsu.

Cara membuat larutan Reagen Tollens sebagai berikut:

Larutan-I: Campurkan 7 mL NH3 (aq) 27% dengan aquadest, hingga volume larutan
menjadi 100 mL.

Larutan-II: 20 mL larutan AgNO3 5%.

Larutan-III: 10 tetes NaOH 10%.

Lalu Larutan-II dan III dicampurkan; setiap 2 mL Larutan-II ditambahkan 1 tetes


Larutan-III, sehingga terjadi endapan abu-abu (campuran-IV). Kemudian ditambahkan
Larutan-I ke dalam campuran-IV, namun jangan sampai berlebih. Hasil ini disebut Reagen
Tollens. Digunakan untuk uji aldehida dan gula pereduksi.

Penggunaan Analitik
Setelah ini telah dipastikan bahwa ada gugus karbonil pada molekul organik
menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin (juga dikenal sebagai pereaksi Brady atau 2,4-
DNPH), reagen Tollens dapat digunakan untuk menentukan apakah senyawa ini keton
atau aldehida. Yang penting, ada hal khusus di mana reagen Tollens akan memberikan
hasil positif untuk keton, jika keton merupakan keton alfa-hidroksi, maka reagen Tollens
akan bereaksi.

Pengujian didasarkan pada premis bahwa aldehida lebih mudah teroksidasi


dibandingkan dengan keton, hal ini karena karbon yang mengandung karbonil
dalam aldehida memiliki satu hidrogen yang terikat. Kompleks diamminesilver(I) dalam
campuran adalah zat pengoksidasi dan merupakan reaktan penting dalam reagen Tollens.
Uji ini umumnya dilakukan dalam tabung reaksi dalam penangas air hangat.

Pada uji positif, kompleks diamminesilver(I) mengoksidasi aldehida menjadi ion


karboksilat dan dalam proses ini direduksi menjadi unsur perak dan ammonia encer.
Unsur perak yang meng-endap dari larutan, sebenarnya pada permukaan dalam tabung
reaksi, yang memberikan “cermin perak” yang karakteristik.
Ion karboksilat pada pengasaman akan memberikan hubungannya dengan asam
karboksilat. Asam karboksilat tidak terbentuk secara langsung di tempat pertama karena
reaksi berlangsung di bawah kondisi basa.Persamaan ion untuk seluruh reaksi
ditunjukkan di bawah ini. R adalah gugus alkil.
[Ag(NH3)2]+ (aq) + e− → Ag (s) + 2 NH3 (aq)
RCHO (aq) + 3 OH− → RCOO− + 2 H2O + 2 e−
Hasil negatif untuk uji ini tidak mengendapkan perak yang terbentuk ketika karbonil
yang diuji ditambahkan. Keton akan memberikan hasil negatif karena keton tidak dapat
dioksidasi dengan mudah. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada
karbon karbonil, artinya keton tidak dapat dengan mudah dioksidasi—kecuali aldehida,
yang mengandung atom hidrogen ini.
Reagen Tollens juga satu uji untuk alkuna dengan ikatan rangkap-tiga pada posisi-1.
Endapan kuning dari logam asetilida terbentuk dalam kasus ini.
Baik reagen Tollens maupun reagen Fehling juga memberi-kan hasil positif dengan
asam format (asam metanoat – HCOOH), yang teroksidasi sepenuhnya menjadi air dan
CO2.
Dalam patologi anatomi, perak nitrat ammoniakal digunakan dalam Fontana-
Masson Stain, yang merupakan satu teknik noda perak yang digunakan untuk mendeteksi melanin,
argentaffin dan lipofuscin dalam bagian jaringan. Melanin dan chromaffin lainnya mereduksi perak nitrat
untuk logam perak.

Pada Pembentukan Cermin Perak


Reagen Tollens juga digunakan untuk menerapkan cermin perak pada perangkat
kaca (glassware), misalnya di dalam labu vakum yang berisolasi. Sekitar 500 mL larutan
disiapkan, jauh lebih banyak dibandingkan yang akan dibuat untuk penggunaan analitik.
Ini kemudian diperkenalkan ke permukaan kaca bersih yang menjadi cermin dan larutan
mereduksi menggunakan larutan glukosa. Untuk kualitas tinggi menyelesaikan
permukaan kaca dibersihkan menggunakan asam pengoksidasi untuk menghilang-kan
semua jejak senyawa organik dan permukaan kaca pra-perlakuan dengan timah (II)
klorida encer.

Uji Tollens untuk Pentosa


Uji ini yang lain dipercaya atas reaksi furfural dengan floglusinol yang menghasilkan
senyawa berwarna dengan absorp-tivitas molar yang tinggi.

Keamanan
Reagen ini harus dibuat segar dan disimpan dalam wadah kaca gelap dan
berpendingin. Reagen ini hampir tahan sampai 24 jam bila disimpan dengan cara ini.
Setelah uji telah dilakukan, campuran yang dihasilkan diasamkan dengan asam encer
sebelum dibuang. Kewaspadaan adalah untuk mencegah pembentukan perak nitrida
yang sangat eksplosif.***

Anda mungkin juga menyukai