Anda di halaman 1dari 13

BAB III

HYDROTHERMAL
PENJELASAN, MACAM-MACAM, DAN CONTOHNYA

3.1. Hydrothermal
Hidrotermal berkaitan dengan air panas yang biasa dipakai dalam
pembentukan logam melalui pemanasan (dengan cairan panas yang naik dari
magma yang mendingin). mineral yang terbentuk di lingkungan hidrotermal
adalah hasil presipitasi dari larutan air panas. Pada pelepasan material lama
dan pengendapan material baru menjadi ciri aktivitas hidrotermal, serta banyak
mineral pembentuk proses yang melibatkan solusi, termasuk pelapukan dan
diagenesa. Hidrotermal merupakan suatu proses pembentukan mineral yang
terjadi disekitar sumber dari panas bumi didalam kulit bumi yang terjadi akibat
adanya injeksi dari magma terhadap air dengan kata lain terjadi pelarutan oleh
magma sisa yang bercampur dengan air tanah sehingga mengalami
pengkristalan.
Ada beberapa situasi geologi yang dinamis di mana air "dingin" menjadi
panas. Air di atas sekitar 50oC dianggap sebagai cairan hidrotermal. Dalam
beberapa situasi, pemanasan dilakukan pada suhu di atas titik kritis H2O
(374oC untuk H2O murni). Karakteristik air yang berubah sama saat itu, jadi
suhu tinggi H2O lebih tepat disebut sebagai fase air. Air terjebak dalam ruang
pori akumulasi sedimen dan dalam mineral hidrat dan bantalan-hidroksil dari
akumulasi sedimen dipanaskan selama penimbunan di cekungan sedimen.
Salah satu petunjuk datang dari mata air panas dan cairan fumarole. Di
sejumlah tempat fluida ini hadir mengendapkan sejumlah kecil mineral bijih
logam. Dan kesimpulannya sangat rasional bahwa mineral bijih tersebut sama
dengan lepisn endapan yang ada dibawah permukaan bumi. Pada mata air
panas mineral bijih diendapkan dari suati larutan, pada fumarrole ia
mengkristal bersamaan denga keluarnya gas. Bukti – bukti kuat menunjukan
bahwa mineral bijih diendapkan dari cairan atau larutan superkritikal lebih

14 Universitas Sriwijaya
15

banyal dari[ada gas. Khususnya untuk meyakinkan observasi bahwa di banyak


tempat endapan, mineral telah tergantikan oleh mineral karbonat atau mineral
silica. Mengartikan bahwa karbinat dan silica telah tergerakan oleh larutan
pembentuk bijih, dan pembawaan mineral oleh gas telihat sukar. Pada endapan
dimana asosiasi mineral mengindikasikan temperature yang rendah dari suatu
formasi. Transport logam dan pemilihan kelompok mineral dalam gas sangat
tidak mungkin sekali.

●Proses Hidrotermal
1.Dihasilkan oleh presipitasi larutan air panas (hidrothermal).
2.Larutan hidrotermal bisa berupa air magmatik, air meteorik atau air
magmatik bercampur dengan air meteorik.
3.Misalnya: kalsit terbentuk melalui 2 tahap secara berulang-ulang:
(1) pelarutan Ca2+ dan CO32- ke dalam larutan
(2) presipitasi (kristalisasi) kalsit (CaCO3) dari larutan.

Lingkungan aktivitas hidrotermaldapat dikelompokkan berdasarkan proses


pembentukan kumpulan mineralnya:
(1) Fumarol
(2) Mataair panas
(3) Ekshalasi bawah air
(4) Bawah permukaan dangkal,
(5) Volkanik endomagmatik,
(6) Subvolkanik.

(1) Lingkungan fumarol: mineral terbentuk oleh proses: (a) sublimasi dari
pendingan gas volkanik, (b) sublimasi dari pendinginan gas volkanik yang
bercampur dengan udara, dan (c) pada permukaan batuan volkanik.

(2) Lingkungan mataair panas banyak dijumpai didekat gunungapi aktif atau
geotermal. Contoh mineralnya: sinabar, emas, silika, belerang (solfatara), dll.

Universitas Sriwijaya
16

(3) Lingkungan ekshalatif bawah air, terjadi dibawah laut (submarine


exhalative), misalnya white smokers menghasilkan mineral kalsium sulfat dan
silika koloid; sedangkan black smokers mengandung mineral sulfida yang
kalau ekonomis menjadi endapan VMS.

(4) Lingkungan bawah permukaan dangkal, dikenal dalam geologi ekonomi


sebagai lingkungan epitermal. Lingkungan ini menghasilkan endapan-endapan
yang ekonomis, seperti emas, perak, seng, dan timbal.

(5) Lingkungan volkanik endomagmatik adalah lingkungan hidrotermal


vesicles, vesicular cavities, amygdules. Lingkungan ini banyak menghasil
mineral zeolit, tembaga murni, ametis.

Gambar 3.1 Hidrotermal

3.2. Pengertian Geothermal


Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan
sebagai sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana
panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat

Universitas Sriwijaya
17

penampungan panas (heat sink). Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi
(heat source) menuju permukaan bumi (heat sink).

Gambar 3.2 Penampang Bumi

Proses penghantaran panas pada sistem panas bumi melibatkan fluida termal yang
bisa berupa batuan yang meleleh, gas, uap, air panas, dan lain-lain. Dalam
perjalanannya, fluida termal yang berupa uap dan atau air panas dapat tersimpan
dalam suatu formasi batuan yang berada diantara sumber panas dan daerah
tampungan panas. Formasi batuan ini selanjutnya dikatakan sebagai reservoir.
Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air panas
dikatakan sebagai sistem hydrothermal. Sistem ini sering berasosiasi dengan pusat
vulkanisme atau gunung api di sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung api
lebih mendominasi sistem hidrotermal, maka dikatakan sebagai sistem vulkanik
hidrotermal (volcanic hydrothermal system). Sistem panas bumi dapat berada
pada daerah bermorfologi datar (flat terrain) dan dapat pula berada pada daerah
bermorfologi curam (step terrain). Di Indonesia, sistem panas bumi yang umum
ditemukan adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme
pada daerah bermorfologi step terrain.
Selain sistem hidrotermal, terdapat pula jenis lain dari sistem panas bumi,
seperti: hot dry rock system, geopressured system, heat sweep system.

3.3. Komponen–Komponen Sistem Panas Bumi


Komponen sistem panas bumi yang dimaksud di sini adalah komponen-
kompenen dari sistem panas bumi jenis hidrotermal, karena sistem inilah yang

Universitas Sriwijaya
18

paling umum ditemukan di Indonesia. Sistem hidrotermal didefenisikan sebagai


jenis sistem panas bumi dimana transfer panas dari sumber panas menuju
permukaan bumi adalah melalui proses konveksi bebas yang melibatkan fluida
meteorik dengan atau tanpa jejak fluida magmatik. Fluida meteorik contohnya
adalah air hujan yang meresap jauh ke bawah permukaan tanah.
Komponen-komponen penting dari sistem hidrotermal adalah: sumber panas,
reservoir dengan fluida termal, daerah resapan (recharge), daerah luahan
(discharge) dengan manifestasi permukaan.

1. Sumber Panas
Sepanjang waktu panas dari dalam bumi ditransfer menuju permukaan bumi dan
seluruh muka bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun
begitu, di beberapa tempat energi panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah
besar dan melebihi jumlah energi panas per satuan luas yang rata-rata ditemui.
Gunung api merupakan contoh dimana panas terkonsentrasi dalam jumlah besar.
Pada gunung api, konsentrasi panas ini bersifat intermittent yang artinya sewaktu-
waktu dapat dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api. Berbeda dengan
gunung api, pada sistem panas bumi konsentrasi panas ini bersifat kontinu.
Namun demikian, pada kebanyakan kasus, umumnya gunung api baik yang aktif
maupun yang dormant, adalah sumber panas dari sistem panas bumi. Hal ini
ditemui di Indonesia dimana umumnya sistem panas buminya adalah sistem
hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung api. Dalam
hal ini, gunung api menjadi penyuplai panas dari sistem panas bumi di dekatnya.
Oleh karena gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu sistem
panas bumi, maka daerah yang berada pada jalur gunung api berpotensi besar
memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi (di atas 225 Celcius). Itulah kenapa
Indonesia yang dikenal berada pada jalur cincin api (ring of fire) diklaim memiliki
potensi panas bumi atau geothermal terbesar di dunia.
Daerah lain yang berpotensi menjadi sumber panas adalah: daerah dengan tekanan
litostatik lebih besar dari normal (misal pada geopressured system), daerah yang
memiliki kapasitas panas tinggi akibat peluruhan radioaktif yang terkandung di
dalam batuan, daerah yang memiliki magmatisme dangkal di bawah basemen.

Universitas Sriwijaya
19

Namun pada kasus-kasus ini, intensitas panasnya tidak sebesar panas dari gunung
api.

2. Reservoir
Reservoir panas bumi adalah formasi batuan di bawah permukaan yang mampu
menyimpan dan mengalirkan fluida termal (uap dan atau air panas). Reservoir
biasanya merupakan batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik.
Porositas berperan dalam menyimpan fluida termal sedangkan permeabilitas
berperan dalam mengalirkan fluida termal.
Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang tinggi
dengan pH mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada fluida
reservoir jika dibandingkan dengan air meteorik (air hujan) namun di saat
bersamaan memiliki isotop deuterium yang sama atau mendekati air meteorik,
adanya lapisan konduktif yang menudungi reservoir tersebut di bagian atas, dan
adanya gradien temperatur yang tinggi dan relatif konstan terhadap kedalaman.
Reservoir panas bumi bisa saja ditudungi atau dikelilingi oleh lapisan batuan yang
memiliki permeabilitas sangat kecil (impermeable). Lapisan ini dikenal sebagai
lapisan penudung atau cap rock. Batuan penudung ini umumnya terdiri dari
minera-mineral lempung yang mampu mengikat air namun sulit meloloskannya
(swelling). Mineral-mineral lempung ini mengandung ikatan-ikatan hidroksil dan
ion-ion seperti Ka dan Ca sehingga menyebabkan lapisan tersebut menjadi sangat
konduktif. Sifat konduktif dari lapisan ini bisa dideteksi dengan melakukan survei
magneto-tellurik (MT) sehingga posisi lapisan konduktif ini di bawah permukaan
dapat terpetakan. Dengan mengetahui posisi dari lapisan konduktif ini, maka
posisi reservoir dapat diperkirakan, karena reservoir panas bumi biasanya berada
di bawah lapisan konduktif ini.

3. Daerah Resapan (Recharge)


Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut
bergerak menjauhi muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah resapan
bergerak menuju ke bawah permukaan bumi.

Universitas Sriwijaya
20

Dalam suatu lapangan panas bumi, daerah resapan berada pada elevasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan elevasi dari daerah dimana sumur-sumur produksi
berada. Daerah resapan juga ditandai dengan rata-rata resapan air tanah per tahun
yang bernilai tinggi.
Menjaga kelestarian daerah resapan penting artinya dalam pengembangan suatu
lapangan panas bumi. Menjaga kelesatarian daerah resapan berarti juga menjaga
keberlanjutan hidup dari reservoir panas bumi untuk jangka panjang. Hal ini
karena daerah resapan yang terjaga dengan baik akan menopang tekanan di dalam
formasi reservoir karena adanya fluida yang mengisi pori di dalam reservoir
secara berkelanjutan. Menjaga kelestarian daerah resapan juga penting artinya
bagi kelestarian lingkungan hidup. Sehingga dari sini dapat dikatakan juga bahwa
pengembangan panas bumi bersahabat dengan lingkungan.

4. Daerah Discharge dengan Manifestasi Permukaan


Daerah luahan (discharge area) merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di
tempat tersebut bergerak menuju muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di
daerah luahan akan bergerak menuju ke atas permukaan bumi. Daerah luahan
pada sistem panas bumi ditandai dengan hadirnya manifestasi di permukaan.
Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak di permukaan bumi yang
menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar
kemunculannya.
Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct discharge) seperti
mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas (vapor) yang keluar
melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya berubah
menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola sering kali
menimbulkan bunyi bising.
Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah
beruap (steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar
secara intermittent seperti pada manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara
tersembunyi seperti dalam bentuk rembesan di sungai.
Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul pada sistem-sistem
panas bumi di Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming ground, warm

Universitas Sriwijaya
21

ground, kolam lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara adalah
uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S,
CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan
tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan
karena adanya reaksi antara batuan tersebut dengan fluida panas bumi.

Gambar 3.3 Mata air panas sebagai salah satu bentuk manifestasi panas bumi.

Gambar 3.4 Seepage yang muncul di danau sebagai bentuk lain dari manifestasi
panas bumi.

Universitas Sriwijaya
22

Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hydrothermal


yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150‐225oC). Pada dasarnya sistim panas bumi
jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber
panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi
karena gaya apung (bouyancy).
Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak
kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka
akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan
air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak
ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi
sirkulasi air atau arus konveksi. Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah
permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di
permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan
lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana
beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan
oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panas bumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya
perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan‐ rekahan
yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke
permukaan. Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida
utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau
sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem
dominasi uap.
Sistim dominasi uap
merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya
mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa
airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan

Universitas Sriwijaya
23

air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah


reservoir dominasi uapnya.
Sistim dominasi air
merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana
reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun “boiling”
sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang
mempunyai temperatur dan tekanan tinggi. Dibandingkan dengan temperatur
reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa
mencapai 3500C. Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990)
membedakan sistim panasbumi menjadi tiga, yaitu:
1. Sistim panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.
2. Sistim/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida bertemperatur antara 1250C dan 2250C.
3. Sistim/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida bertemperatur diatas 2250C.
Sistim panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi
fluida yaitu sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan
sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga
entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah
fungsi dari temperatur. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan klasifikasi sistim
panas bumi yang biasa digunakan.

Tabel 1. Klasifikasi sistem panas bumi yang sering di gunakan

Universitas Sriwijaya
24

3.4. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal)


Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal
yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150‐225oC). Pengalaman dari lapangan‐lapangan
panas bumi yang telah dikembangkan di dunia maupun di Indonesia menunjukkan
bahwa sistem panas bumi bertemperatur tinggi dan sedang, sangat potensial bila
diusahakan untuk pembangkit listrik. Potensi sumber daya panas bumi Indonesia
sangat besar, yaitu sekitar 27500 MWe , sekitar 30‐40% potensi panas bumi
dunia.
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir
panasbumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut
dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi
panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga
dihasilkan energi listrik.

Gambar 3.5 PLTU dan PLTP

Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida
dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan
pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator,
sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan
dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.

Universitas Sriwijaya
25

Gambar 3.6 Separator

Apabila sumberdaya panasbumi mempunyai temperatur sedang, fluida panas


bumi masih dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan menggunakan
pembangkit listrik siklus binari (binaryplant). Dalam siklus pembangkit ini, fluida
sekunder ((isobutane, isopentane or ammonia) dipanasi oleh fluida panasbumi
melalui mesin penukar kalor atau heat exchanger. Fluida sekunder menguap pada
temperatur lebih rendah dari temperatur titik didih air pada tekanan yang sama.
Fluida sekunder mengalir ke turbin dan setelah dimanfaatkan dikondensasikan
sebelum dipanaskan kembali oleh fluida panas bumi. Siklus tertutup dimana
fluida panas bumi tidak diambil masanya, tetapi hanya panasnya saja yang
diekstraksi oleh fluida kedua, sementara fluida panas bumi diinjeksikan kembali
kedalam reservoir.

Gambar 3.7 Skema kerja PLTU

Universitas Sriwijaya
26

Masih ada beberapa sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi lainnya
yang telah diterapkan di lapangan, diantaranya: Single Flash Steam, Double Flash
Steam, Multi Flash Steam, ,Combined Cycle, Hybrid/fossil–geothermal
conversion system.

Gambar 3.8 Skema Geothermal

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai