Anda di halaman 1dari 7

BAB VII

BATUBARA

7.1. Pendahuluan
Sebagai salah satu bahan galian dari alam, batubara mempunyai
heterogenitas, dan kompleksitas yang tinggi.Beberapa pakar telah mencoba
memberikan definisi batubara yaitu:
1) Spackman (1958 ): Batubara adalah suatu benda padat karbonan
berkomposisi maseral tertentu.
2) The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963) : Batubara
adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa
tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi
dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi,
dari dangkal sampai dalam.
3) Thiessen (1974) : Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks,
terdiri dari bermacam-macam unsur kimia atau merupakan benda padat
organik yang sangat rumit.
4) Achmad Prijono, dkk. (1992) : Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon
padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas
oksigen dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan yang berlangsung
sangat lama.
Dari beberapa sumber diatas, dapat dirangkum suatu definisi yaitu:
Batubara adalah berupa sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat yang
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara
biokimia, kimia dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada
tekanan serta temperatur tertentu pada kurun waktu yang sangat lama

50 Universitas Sriwijaya
51

7.2. Komposisi Batubara


Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam
dengan komposisi yang cukup kompleks. Bahan organik utamanya yaitu
tumbuhan yang dapat ditengarai berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur
kayu, spora, pollen, damar, dan lain-lain.Selanjutnya bahan organik tersebut
mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan
perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup
oleh endapan lainnya.Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk
batubara, yaitu:
1) Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/
dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari karbon
padat (Fixed Carbon), senyawa hidrokarbon, total Sulfur, senyawa
Hidrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2) Non Combustible Material, yaitu hahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umurnnya terdiri dan
senyawa anorganik (Si02, A1203, Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20,
K20 dan senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil) yang akan
membentuk abu dalam batubara. Kandungan non combustible material ini
umumnya tidak diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara, dengan bantuan faktor fisika dan
kimia alam, cellulosa (C49H7O44) yang berasal dan tanaman akan mengalami
perubahan menjadi Lignite (C70H5O25), Subbituminous (C75H5O20),
Bituminous (C80H5O15) atau Anthracite (C94H3O3).
Untuk proses pembatubaraan fase lanjut dengan waktu yang cukup lama
atau dengan bantuan pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang
terbentuk akan bertambah sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi.
Pada fase ini unsur Hidrogen yang terikat pada molekul air yang terbentuk akan
menjadi semakin sedikit.
Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan
ditemukannya cetakan tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam
penyusunannya batubara diperkaya dengan berbagai macam polimer organik yang

Universitas Sriwijaya
52

berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dll. Namun komposisi dari polimer-
polimer ini bervariasi bergantung pada spesies dari tumbuhan penyusunnya.

7.3. Jenis – jenis batubara


Dari tinjauan beberapa senyawa dan unsur yang terbentuk pada saat proses
coalification, maka secara umum dikenal beberapa rank batubara yaitu:
1) Peat/ gambu, (C60H6O34) dengan sifat :
a. Warna coklat
b. Material belum terkompaksi
c. Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
d. Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah
e. Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi
f. Sangat mudah teroksidasi
g. Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.
2) Lignit/ brown coa, (C70OH5O25 ) dengan ciri :
a. Warna kecoklatan
b. Material terkornpaksi namun sangat rapuh
c. Mempunyai kandungan air yang tinggi
d. Mempunyai kandungan karbon padat rendah
e. Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
f. Mudah teroksidasi
g. Nilai panas yang dihasilkan rendah.
3) Subbituminous (C75OH5O20) - Bituminous (C80OH5O15) dengan ciri :
a. Warna hitam
b. Material sudah terkompaksi
c. Mempunyai kandungan air sedang
d. Mempunyai kandungan karbon padat sedang
e. Mempunyai kandungan karbon terbang sedang
f. Sifat oksidasi rnenengah
g. Nilai panas yang dihasilkan sedang

Universitas Sriwijaya
53

4) Antrasit (C94OH3O3) dengan ciri :


a. Warna hitam mengkilat
b. Material terkompaksi dengan kuat
c. Mempunyai kandungan air rendah
d. Mempunyai kandungan karbon padat tinggi
e. Mempunyai kandungan karbon terbang rendah
f. Relatif sulit teroksidasi
g. Nilai panas yang dihasilkan tinggi.

7.4. Grade Batubara


Mutu (grade) adalah : nilai keadaan sesuatu berdasarkan sifat fisik, kimia
dan mekanik. Khusus untuk batu bara, mutu atau kualitas ditentukan dari dua
faktor utama, yaitu jenis (type) peringkat (rank) batu bara tersebut.
1) Jenis (type) batu bara
Ditentukan dari komponen /komposisi batu bara yang trdiri dari maseral
(vitrinit, liptinit dan inertinit) dan mineral pembentuk seperti : lempung, sulfida,
silika dan karbonat.
Dipengaruhi oleh jenis tumbuhan pembentuk dan lingkungan
pengewndapan dimana bati bara tersebut terdapat. Dalam perkembangannya,
berlangsung proses kimia dan biokimia.]
2) Peringkat batubara
Berhubungan erat dengan tingkat pematangan batu bara ( pembatubaraan
/coalification).Dipengaruhi oleh salah satu atau gabungna dari temperatur, tekanan
dan waktu. selama perkembangannya, hanya terjadi proses fisika berupa
pemadatan. Parameter yang umum dipergunakan untuk menentukan peringkat
batubara antara lain adalah nilai kalor, kandungan air, karbon total dan reflektansi
vitrinit.

Universitas Sriwijaya
54

7.5. Komponen Penentuan Kualitas Batubara


1) Kimia
a. Proksimat: kadar air, abu, zat terbang, karbon terlambat
b. Ultimat: karbon, hidrogen, nitrotgen,sulfur,oksigen
c. Nilai kalor
d. Komposisi Abu
e. Titik leleh abu
2) Fisik
a. True spesicif graviti
b. Hardgrove grindability index
c. Free swelling index
d. Gray king
3) Nilai kalor
Energi yang diperoleh pada proses pembakaran batubara dia akibatkan
oleh terjadinya reaksi eksotermis dari senyawa hidrokarbon dengan
oksingen.Material lain yang akan mengalami proses perubahan kimia pada proses
pembakaran adalah nitrogen,sulfur dan mineral yang terkandung dadlam
batubara.Namun reaksi kimia dari komponene-kompenen terseabut bersifat
endotermis sehingga akan mengulangi jumlah total energi yang tersedia.

7.6. Maseral
Maseral merupakan komponen dasar dari batubara(sama dengan mineral-
mineral dalam batuan anorganik). Maseral diklasifikasikan menjadi 3 grup yaitu :
Vitrinit,lictinit dan inertinit
1) Vitrinit berasal dari jaringan kayu dan kulit kayu, dibawah mikroskop
cahaya tembus berwarna merah orange,dib awah cahaya pantul berwarana
abu-abu
2) Liptinit berasal dari senyawa yang bersifat resin/berlemak (kulit ari,spora
dan tepung sari,ganggang). Berwarna kuning-kuning muda dalam acahaya
tembus dan abu-abu dalam acahaya panytul
3) Inertinit berasal dari perubahan kayu dan jaringan2 lainnya,berwarna
coklat dalam cahaya tembus dan abu2 muda dalam cahaya pantul.

Universitas Sriwijaya
55

7.7. Sistem Klasifikasi ASTM


Tabel 2. Sistem Klasifikasi ASTM

Class Group Fixed Volatile Calorific Value Limits


Carbon Matter BTU per pound (mmmf)
% Limits, %
, dmmf , dmmf
≥ Les Great ≤ ≥ Less Agglomerat
s er Tha ing
Tha Than n Character
n
I. 1.Meta-anthracite 9 2 Non-
Anthraci 8 agglomerati
te 2.Anthracite 9 98 2 8 ng
2
3.Semianthracite 8 92 8 1
C 6 4

II. 1.Low volatile 7 86 14 2


Bitumin bituminous coal 8 2 Commonly
ous 2.Medium volatile 6 78 22 3 Agglomerat
bituminous coal 9 1 ing
3.High 69 31 140
volatile A bitumin 00
ous coal
4.High 130 140
volatile B bitumin 00 00
ous coal
5.High 115 130 Agglomera
volatile C bitumin 00 00 ting
ous coal
105 115
00 00

III. Sub- 1.Subbituminous 105 115


Bitumin A coal 00 00 Non-
ous 2.Subbituminous B 950 105 agglomerati
coal 0 00 ng
3.Subbituminous C 830 950
coal 0 0
IV. 1.Lignite A 630 830
Lignite 0 0
1.Lignite B 630
0
Sumber : Annual Book of ASTM Standard

Universitas Sriwijaya
56

Sistem klasifikasi ASTM digunakan secara ektensif di Amerika Utara dan


beberapa Negara di dunia. Sistem klasifikasi ASTM dikelompokan berdasarkan
hierarki, segi komersial, rank untuk batu bara tunggal, mengikutsertakan batu bara
dari semua rank, sederhana, mudah diingat karena menggunakan nama bukan
sandi, mudah dimengerti, dan mudah digunakan. Dua parameter yang digunakan
untuk mengklasifikasikan batu bara menurut rank, yaitu fixed carbon (dmmf)
untuk batu bara dengan rank tinggi dan gross calorific value (dmmf) untuk batu
bara rank rendah. Klasifikasi seluruhnya diperlihatkan dalam tabel 1.1 dengan
satuan SI yang merupakan modifikasi dari aslinya (Standard ASTM D 388-1984)
Tumpang tindih antara dua parameter rank yang terjadi pada kelas
bituminous. Jadi, aturannya adalah bahwa batu bara dengan fixed carbon 69%
atau lebih diklasifikasikan menurut nilai ini tanpa memandang calorific value.
Batu bara dengan fixed carbon antara 86% dan 92%, jika menggumpal
diklasifikasikan dalam low volatile bituminous group, walaupun pada
kenyataannya menurut fixed carbon-nya batu bara tersebut harus diklasifikasikan
ke dalam golongan semiantrasit. Sistem klasifikasi ini tidak berlaku untuk semua
batu bara. Batu bara kaya liptinit, kaya inertinit, dan sapropelic yang telah
teroksidasi atau lapuk, tidak termaksuk dalam klasifikasi ini. Parameter klasifikasi
dipilih untuk mencerminkan pasar batu bara yang penting saat klasifikasi ASTM
ini dibuat, yaitu pembakaran dan kokas sehingga belum mencakup proses yang
dewasa ini penting seperti likuifaksi dan gasifikasi serta dampak lingkungan.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai