Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bronchiolitis adalah infeksi saluran pernapasan paling serius yang dididapat
bayi berusia di bawah 12 bulan. Penyakit ini menyebabkan peradangan
bronchiolitis yaitu saluran udara terkecil di dalam paru-paru.
Bronchiolitis disebabkan virus. Pada sebagian besar kasus, virus ini disebut
virus syncytial pernapasan. Mereka yang berisiko tinggi terkena penyakit ini
adalah bayi yang baru lahir prematur dan mengidap penyakit paru-paru atau bayi
dengan penyakit jantung bawaan. Sekitar 90 persen penderita adalah bayi yang
berusia di bawah sembilan bulan. Bronchiolitis merupakan penyakit yang jarang
terjadi pada anak yang berusia di atas 12 bulan. Biasanya, kondisi ini terjadi di
musim dingin.
Tanda-tanda atau symptom awal infeksi ini mirip dengan pilek seperti
mengalir, demam ringan, mudah sakit dan tidak nafsu makan. Setelah beberapa
hari, penderita mengidap batuk kering disertai suara serak dan kesulitan
bernapas yang semakin meningkat. Napas bayi terdengar berbunyi mendecit
dan sulit bernapas, sering menarik napas pendek sehingga dinding dada dan
tulang rusuk terlihat. Gangguan pernapasan ini bisa mempengaruhi pola nafsu
makan.
Gejala-gejala yang lebih mengkhawatirkan adalah tahap-tahap dimana bayi
berhenti bernapas selama lebih dari sepuluh detik dalam satu kesempatan.
Gejala ini disebut recurrent apnea. Bayi menjadi mudah mengantuk dan bibirnya
mulai membiru.
Bronchiolitis ringan dapat diatasi di rumah dengan minum sirup yang
mengandung paracetamol untuk demam dan mengatasi rasa gelisah. Beri
minum air putih sebanyaknya untuk menghindari dehidrasi. Pemberian antibiotik
tidak dian(urkan karena tidak memberikan manfaat. Meski dokter umumnya
merekomendasikan obat bronchodilator untuk membantu kelancaran
pernapasan. Bayi-bayi yang mengidap bronchiolitis yang lebih parah harus

1
dirawat di rumah sakit. Biasanya, penderita diberikan oksigen yang lembab
melalui selang udara ke hidung atau headbo atau pada beberapa kasus parah,
melalui ventilasi buatan. Virus Respiratory Syncytial (RSV) adalah virus yang
menyebabkan terjadinya infeksi pada paru dan saluran napas. Virus ini sering
sekali menyerang anak-anak, biasanya seorang anak yang berusia 2 tahun
biasanya sudah pernah terinfeksi oleh virus ini. RSV juga dapat menginfeksi
orang de asa.
Pada orang de asa dan anak-anak yang berusia lebih tua dan dalam keadaan
sehat, tanda-tanda dan gejala RSV sama persis dengan gejala selesma. Hal ini
menyebabkan terjadinya infeksi RSV yang seripa pada bayi dan anak-anak.
Serangan RSV yang parah menyebabkan perlunya perawatan di rumah sakit,
teruma untuk bayi kurang dari 3 bulan, anak-anak dengan kondisi kesehatan
tertentu seperti pengidap penyakit jantung atau paru-paru dan anak-anak yang
terlahir prematur. Infeksi RSV juga dapat menyebabkan penyakit serius pada
orang dewasa yang berusia lanjut dan orang dewasa yang mengidap penyakit
pada jantung dan paru-paru. Bila kita bertindak secara hati-hati dan rasional
maka kita dapat mencegah penyebaran virus RSV.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi fisiologi bronkilitis?
2. Apa definisi bronkilitis?
3. Apa etiologi dari bronkiolitis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari bronkilitis ?
5. Apa Manifestasi klinis dari bronkiolitis ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari bronkiolitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari bronkilitis?
8. Bagaimana Komplikasi ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari bronkiolitis ?

2
C. TUJUAN PENULISAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari dan memahami tentang penyakit bronkiolitis yang
berhubungan dengan system respirasi.
2. Tujuan Khusus
 Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien bronchiolitis.
 Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
klien bronchiolitis.
 Dapat membuat perencanaan pada klien bronchiolitis.
 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan pada klien bronchiolitis.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi
Bronkiolitis adalah suatu kondisi terjadi terutama pada umur kurang dari 6
bulan dan didahului dengan gejala pilek yang diikuti oleh batuk iritatif serak,
sukar bernafas, dan tidak mau makan. (Insley, 2005).
Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering
diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6
bulan. (Ngastiyah, 2005).
Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran
nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan
insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer, 2000).

B. Patofisiologi
Infeksi oleh virus berturut-turut menyebabkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan akut bagian atas (ISPA-A) dengan gejala coryza dan batuk,
kemudian setelah menimbulkan kelainan yang ringan pada bronchus akhirnya
menyebabkan infeksi pada bronchioli. Kelainan terjadi diduga disebabkan oleh
peristiwa alergi (reaksi antigen-antibodi dengan RSV sebagai antigen) disamping
oleh karena infeksi virus sendiri. Kelainan terjadi sering bersifat ringan atau
berat. Pada kelainan yang ringan hanya terjadi oedema, infiltrasi sel, dan
eksudai yang ringan yang pada umunya hanya mengakibatkan obstruksi partikel
terbatas.
Pada kelainan berat, disamping pada kelainan diatas terjadi pula nekrosis
mukosa yang mengakibatkan lebih banyak obstruksi total yang meliputi daerah
yang lebih luas. Disamping itu nekrosa yang terjadi mengakibatkan pula daya
tahan lokat saluran pernafasan menurun yang selanjutnya sangat memudahkan
terjadi infeksi sekunder oleh bakteri yang selankjutnya lagi mengakibatkan
pembentukkan sekresi yang meningkat.

4
Berbagai kelainan ini akhirnya dapat mengakibatkan hipoksmia tanpa
ataunpun dengan hiperkarbia. Apabila tidak terjadi perbaikkan maka anak akan
jatuh kedalam kegagalan pernafasan.

C. Anatomi fisiologi
a) Anatomi saluran nafas (Anonymous, 2009)
ANATOMI SALURAN NAFAS

b) Organ-organ Pernafasan :
 Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara.
 Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat didasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah
depan ruang tulang leher. Terdapat epiglottis yang berfungsi menutup
laring pada waktu menekan makanan.
 Laring (pangkal tenggorok)

5
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakea dibawahnya.
 Trakea (batang tengkorak)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C).
Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan
benda-benda asing yang masuk bersama-sama udara. Percabangan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.

 Bronkus (cabang tenggorokan)


Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V.
 Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
yang endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90 meter persegi,
pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.

D. Fisiologi Saluran Nafas


Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung
oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2 sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu
mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran,
mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke
paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli.
Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara kedalam
paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis
pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi
atau bernafas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi

6
membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan
oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut
dengan perfusi atau pernafasan internal.

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali
bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh
otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla
oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari
nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke


dalam jaringan-jaringan dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi
dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. Stadium kedua
adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik
dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi
kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu
respirasi sel dimana metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi dan karbon
dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan
dikeluarkan oleh paru-paru. (Hidayat, 2006).

E. Etiologi
Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncytial virus
(50%). Penyebab lainnya ialah para influenza virus, mycoplasma pneumonial,
adenovirus. (Mansjoer, 2006)

F. Tanda dan Gejala


Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari biasanya tanpa disertai kenaikan

7
suhu atau hanya subfebris. Anak mulai mengalami sesak nafas, makin lama
makin hebat. Pernafasan dangkal atau cepat disertai dengan serangan batuk.
Terlihat juga pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan
suprasternal, anak menjadi gelisah dan cyanosis. Pada pemeriksaan terdapat
suara perlusi hipersonor, ekspirasi memanjang disertai dengan mengi
(wheezing). Ronchi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir
ekspirium atau pada permulaan ekspirium. Pada keadaan yang berat sekali,
suara pernafasan hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi hampir
total. Selain itu bronkiolus dapat menyebabkan cyanosis dan tidak dapat makan.
(Ngastiyah, 2005)

Menurut Ngastiyah (2006) Komplikasi Bronkiolitis :

Bronkiolitis biasanya dapat menimbulkan komplikasi yaitu atelektasis hipoksia


dan gangguan asam basa (asidosis metabolik, alkalosis respiratorik dan asidosis
respisatorik).

G. Pemeriksaan Diagnostik (Mansjoer, 2006)


a. Foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis

b. Pemeriksaan darah, Hb dan Ht meningkat

c. Analisis gas adalah hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis


metabolik atau respiratorik.

H. Penatalaksanaan Medis (Mansjoer, 2006)


 Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda
hipoksemia seperti : gelisah dan cyanosis.
 Cairan intravena (NFD), biasanya diperlukan campuran dektrose 10% :
NaCl 0,9% = 3:1 + KCl 10 meq/500 ml cairan.
 Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi :
1) Bronkiolitis community base (Ampisilin 100 mg/kg BB/hari,
letoramfenikol
75mg/kg BB/hari)

8
2) Bronkiolitis hospital base (Safatoksin 100 mg/kg BB/hari, Amikasin 10-
15 mg/kg BB/hari
 Steroid
 Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental

9
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkiolitis
I.I Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada. Pengkajian adalah dasar utama dari proses
keperawatan. Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan data,
penganalisaan data, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien, Bronkiolitis


adalah : tanda-tanda distres pernafasan (nafas cepat, dyspnea, tarikan dada,
cuping hidung, cyanosis) selama fase akut, selain itu data yang bisa didapat
pada pasien bronkiolitis yaitu : data subyektif seperti : orang tua mengeluh
anaknya sesak nafas, batuk, bernafas dengan cepat (takipnea), tidak mau
makan dan orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Data
obyektif didapat data cyanosis, batuk-batuk, nafas cuping hidung, demam ringan,
bernafas dengan cepat (takipnea, wheezing, ronchi, retraksi otot dada) pada
pemeriksaan darah Hb dan Ht meningkat, foto rontgen menunjukkan hiperinflasi
dan atelektasis.

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon


aktual/potensial terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan.

Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan


menurut (Doengoes, 2000 dan Lynda Juall, 2000).

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya


produksi lendir.
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif, berhubungan dengan meningkatnya
sekresi sekret.
3) Kekuragan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang
tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya
intake.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

10
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme anoreksia
6) Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
tentang kesehatan anak.
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
perawatan anaknya

I.II Perencanaan Keperawatan


Perencanaan perawatan diawali dengan menentukan prioritas bardasarkan
Ancaman kehidupan dan kesehatan menurut Griffth – Kenney Christensen
(Wartonah, 2006). Maka dari itu ditemukan prioritas yaitu :

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya


produksi lendir.
2) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya sekresi
sekret.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang
tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya
intake.
4) Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme, anoreksia.
6) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai perawatan anaknya.
Rencana perawatan adalah penetapan intervensi untuk mengurangi
menghilangkan dan mencegah masalah Keperawatan. Rencana keperawatan
dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan (Doenges, 2000)

 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan


meningkatnya produksi lendir.
 Auskultasi area paru

11
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan.

 Auskultasi bunyi nafas (frekuensi dan kedalaman pernafasan, penggunaan


otot bantu dan pergerakan otot.

Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal, dispnea dan gerakan dada tidak


simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan dinding dan
cairan paru.

 Observasi keabu-abuan menyeluruh dan cyanosis pada jaringan hangat


seperti daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah.
Rasional : Menunjukkan hipoksemia sistemik

 Beri posisi semi fowler/tinggikan kepala tempat tidur sesuai kebutuhan


toleransi pasien.
Rasional : Meningkatnya ekspansi dada maksimal membuat mudah
bernafas yang meningkatnya kenyamanan pasien.
 Kaji toleransi aktivitas
Rasional : Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas tanpa dispnea berat, takikardia dan disritmia.
 Observasi Vital sign terutama nadi
Rasional : Takikardi takipnea dan perubahan pada tekanan darah
terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis.
 Kolaborasi, awasi seri GDA/Nadi Oksimetri
Rasional : Hipoksemia ada berbagai derajat, tergantung pada jumlah
obstruksi jalan nafas, fungsi kardiopulmonal dan ada /
tidaknya syok.

 Kolaborasi Pemberian oksigen


Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.

 Bersihan Jalan Nafas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya


sekresi skret/lendir.

12
Tujuan : Jalan nafas efektif

Intervensi :

 Auskultasi area paru


Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan.

 Auskultasi bunyi nafas kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan


pergerakan dada.

Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak


simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan dinding
dada dan cairan paru.

 Observasi vital sign terutama respirasi tiap 4 jam.


Rasional : Membantu mengetahui perkembangan pasien

 Beri posisi fowler / semi fowler sesuai kebutuhan toleransi pasien


Rasional : Memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada.

 Kolaborasi dalam pemeriksaan DL tiap hari


Rasional : Mengetahui perkembangan kondisi pasien

 Berikan minuman air hangat


Rasional : Air hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

 Delegatif atau kolaboratif dalam pemberian obat bronkodilator sesuai


indikasi
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan
memobilisasi sekret.

 Kekurangan volume cairan berhubungan


Tujuan : cairan adekuat

Intervensi :
13
 Kaji perubahan vital
Rasional : Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan
laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi.

 Observasi tanda-tanda dihidrasi yaitu tugor kulit, kelembaban membran


mukosa.
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan.

 Memonitor intake dan output cairan


Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan
dan kebutuhan penggantian.

 Berikan cairan parenteral


Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko
dehidrasi.

 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan : temperatur tubuh dalam batas normal (36-37oC)

Intevensi :

 Memonitori suhu tubuh tiap 6 jam.


Rasional : Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan
laju metabolik.

 Tingkatan intake cairan supaya adekuat


Rasional : peningkatan pemberian cairan menurunkan peningkatan
suhu tubuh.

 Beri kompres hangat


Rasional : menurunkan suhu tubuh lewat vasodilatasi dan
pemindahan panas dari tubuh keluar tubuh.

 Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai program


Rasional : DIgunakan sebagai alat penurun panas.

14
 Perubahan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap
infeksi.
Tujuan : Nutrisi anak adekuat

Intervensi :

 Identifikasi penyebab anoreksia


Rasional : pilihan intervensi tergantung penyebab masalah.

 Beri makanan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat


Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat untuk kembali

 Kaji kemampuan anak untuk makan


Rasional : mengetahui kemampuan anak dalam menghabiskan
makanan yang diberikan.

 Observasi masukan makanan tiap hari


Rasional : mengetahui masukan kalori atau kualitas kekurangan
asupan makanan.

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi mal nukomsumsi


makanan

 Delegatif dalam pemberian cairan IVFD


Rasional : Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang


kesehatan anak
Tujuan : cemas berkurang

Intervensi :

 Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan orang tua tentang penyakit dan
perawatan anaknya.

15
Rasional : Mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menggunakan
pengetahuan.

 Beri HE tentang keadaan dan cara perawatan anaknya.


Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan
keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

 Beri motivasi atau dorongan pada keluarga


Rasional : Meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan
keputusan dan mencegah ansietas berhubungan dengan
ketidaktahuan

 Libatkan keluaraga dalam perawatan pasien


Rasional : Kelurga mengetahui cara perawatan pasien serta keluarga
kooperatif.

 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan


Rasional : Informasi dapat meningkatkan koping keluarga membantu
menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.

 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


mengenai perawatan anaknya
Tujuan : keluarga tahu tentang penyakit anaknya

Intervensi :

 Kaji tingkat pengetahuan orang tua, tentang penyakit dan perawatan anak.
Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan orang tua
mengenai penyakit dan perawatan anak.

 Beri HE tentang keadaan cara perawatan pasien


Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan
keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
diketahui.
16
Rasional : keluarga bisa memperoleh informasi yang lebih jelas.

 Lakukan evaluasi setelah memberi penjelasan pada keluarga.


Rasional : mengetahui apakah keluarga sudah benar-benar mengerti
tentang penjelasan yang diberikan.

I.III Pelaksanaan Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Implementasi adalah tahap ketiga dari proses
keperawatan dimana rencana keperwatan dilaksanakan, melaksanakan /
aktivitas yang lebih ditentukan.

I.IV Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah : proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Setelah melaksanakan tindakan
keperawatan maka hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan rencana
tujuan yaitu :

1. Pertukaran gas adekuat


2. Jalan nafas efektif
3. Cairan adekuat
4. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37oC)
5. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
6. Ansietas berkurang / hilang
7. Orang tua paham tentang perawatan anaknya.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronchiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus, yang
menyebabkan obstuktif akut jalan nafas dan penurunan pertukaran gas
dalamalveoli.(CDP_ContinuingProfessionaldevelopmentDokterIndonesia,diunduh
:kamis,29juli 2010).
Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang
merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan
oleh infeksi virus. Bronkiolitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah
2 tahun.

B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi diharapkan
untuk para pembaca untuk lebih mengembagkannya lagi. Jadikan makalah ini
sebagai perimbangan pengembangan dari penyakit yang telah dibahas diatas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Bronchiolitis. Diperoleh Tanggal 25 Juni 2009, dari http :// id.
Wikipedia.org/wiki/Bronchilitis.

Astawa, G.S. (2008) .Keperawatan Anak [Diktat kuliah] .Denpasar : STIKES BALI.

Carpenito, L. J. (2000). Diagnosa Keperawatan. (Edisi 6). Jakarta : EGC.

Dongoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi 3). Jakarta : EGC.

Hidayat, A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta: Salemba Medika.

Insley, J.( 2005). Vade – mecum pediatric . Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3). Jakarta : Media


Aesculapius.

Ngastiyah. (2005). Keperawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Wartonah. (2006).Kebutuhan Dasar manusia.Jakarta : Salemba Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai