Anda di halaman 1dari 3

RESUME LAPORAN KEUANGAN ENTITAS SYARIAH (LKES)

Pada bab ini, akan dibahas dua submateri terkait dengan laporan keuangan entitas syariah,
yakni karakteristik kualitatif dari laporan keuangan syariah, dan unsur laporan keuangan entitas
syariah. Sebelum membahas kedua submateri tersebut, alangkah baiknya jika kita menelusuri
apakah entitas syariah itu.

Entitas Syariah
Secara kebahasaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, entitas merupakan satuan yang
berwujud, sedangkan syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti “jalan yang dapat ditempuh
air.” Dari kedua pengertian tadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa entitas syariah merupakan
satuan atau unit usaha yang memiliki wujud, serta menjalankan kegiatan ekonomi berdasarkan
syariat islam dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi tanpa melupakan esensi
utama syariat islam, yakni berupaya mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Syariah


Pada laporan keuangan, terdapat sebuah unsur yang sangat penting dan harus ada di setiap
laporan keuangan, karena tanpa unsur tersebut informasi dalam laporan keuangan tidak akan
memiliki manfaat sama sekali. Unsur tersebut adalah karakteristik kualitatif. Karakteristik
kualitatif sendiri memiliki empat macam unsur pokok sebagai berikut.
1. Relevan
Relevansi dalam informasi sangatlah penting karena pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pengguna informasi umumnya didasarkan pada informasi yang didapat.
Selain untuk mengambil keputusan, informasi juga berfungsi untuk membantu entitas
syariah dalam memperkirakan hal-hal yang mungkin terjadi atau muncul di masa depan
(yang bersifat prediktif atau dapat diperkirakan). Tak hanya itu, informasi juga
membantu evaluasi terhadap perkiraan atau perencanaan yang dibuat di masa lampau
dan telah dilaksanakan atau telah terjadi.
Dalam kaitannya dengan laporan keuangan syariah, informasi yang terdapat pada
laporan keuangan syariah seperti posisi keuangan, kinerja perusahaan, dll. umumnya
dipakai sebagai acuan dalam memperkirakan kinerja dan posisi keuangan di masa
depan, serta digunakan sebagai dasar untuk membuat perencanaan dan pengambilan
keputusan yang mempengaruhi kondisi perusahaan di masa mendatang.
Relevansi informasi sendiri dipengaruhi oleh dua faktor dari informasi, yakni hakikat
informasi dan materialitas informasi. Hakikat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
merupakan intisari atau inti dari suatu hal. Jadi, hakikat informasi adalah suatu hal yang
merupakan intisari dari informasi tersebut. Adapun materialitas merupakan tingkat
signifikansi informasi terhadap pengguna informasi. Artinya, material tidaknya suatu
informasi dilihat dari seberapa besar pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh pengguna informasi. Jika pengaruh dari suatu informasi terhadap
keputusan yang diambil pengguna informasi cukup signifikan, maka informasi tersebut
dapat dikategorikan sebagai informasi yang material, dan begitu pula sebaliknya.
2. Dapat dipahami
Kemudahan untuk dipahami oleh pengguna informasi merupakan salah satu kualitas
penting dari informasi. Dalam kaitannya dengan laporan keuangan syariah, entitas
syariah sebagai pengguna informasi perlu memiliki pemahaman dan pengetahuan yang
memadai terkait dengan aktivitas ekonomi, bisnis, akuntansi, serta pemahaman
mengenai ekonomi berbasis syariah. Hal ini disebabkan penyusunan laporan keuangan
syariah sendiri telah disusun berdasarkan standar akuntansi syariah yang telah
ditetapkan, sehingga informasi yang terdapat di dalamnya dianggap mudah dipahami.
Oleh karena itu, penggunanya-lah yang harus menyesuaikan diri agar mampu
memahami informasi di dalam laporan keuangan tersebut.
3. Keandalan atau Reliabilitas
Informasi, agar berguna bagi penggunanya, haruslah memiliki sifat reliable atau dapat
diandalkan. Keandalan di sini dapat diartikan sebagai bebas dari kesalahan material dan
informasi yang menyesatkan, serta disajikan secara wajar dan jujur sehingga dapat
diandalkan penggunanya. Ada lima unsur dalam reliabilitas, yakni penyajian yang
jujur, kesesuaian substansi, netralitas, pertimbangan sehat, dan kelengkapan.
Penyajian yang jujur dapat dimaknai sebagai penyajian informasi yang
menggambarkan hal-hal yang harus disajikan secara jujur. Dalam kaitannya dengan
laporan keuangan syariah, segala hal yang berkaitan dengan transaksi ataupun peristiwa
lainnya harus disajikan secara jujur dalam laporan keuangan syariah. Meskipun dalam
pelaksanaannya mungkin terdapat penyajian yang dirasa kurang jujur karena kesulitan
mengidentifikasi transaksi atau peristiwa lainnya, hal tersebut masih dapat ditoleransi.
Kesesuaian substansi diperlukan saat melakukan pencatatan transaksi ataupun peristiwa
lain. Hal ini bertujuan agar penyajian yang jujur dapat terlaksana. Selain intu,
penyesuaian dengan substansi dan realita ekonomi dilakukan karena transaksi atau
peristiwa lainnya tidak selalu konsisten dengan bentuk hukum.
Dalam penyajian informasi, dalam hal ini laporan keuangan, netralitas harus
diutamakan dan tidak boleh bergantung pada kepentingan pihak tertentu, sehingga
reliabilitas informasi tetap terjaga.
Penyusunan laporan keuangan terkadang menghadapi ketidakpastian peristiwa atau
keadaan tertentu yang menimbulkan ketidakpastian, seperti ketertagihan piutang yang
diragukan. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan pertimbangan sehat dalam
mengungkapkan hal-hal meragukan seperti di atas dalam laporan keuangan. Hal ini
dikarenakan pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian, sehingga
pengungkapan hal-hal yang meragukan dapat dilakukan dengan kesalahan minimal.
Kelengkapan informasi dalam laporan keuangan menjadi salah satu tolak ukur
reliabilitas laporan keuangan. Jika informasi di dalamnya tidak lengkap, maka laporan
keuangan tersebut dianggap irrelevan dan tidak dapat diandalkan.
4. Komparabel atau dapat dibandingkan
Salah satu sifat dasar dari informasi adalah komparabel, artinya dapat dibandingkan
dengan informasi-informasi lainnya yang sejenis. Jika melihat topik pembahasan, yakni
laporan keuangan syariah, justru pengguna-lah yang harus dapat mengidentifikasi,
menganalisis dan membandingkan laporan keuangan syariah. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, hal ini disebabkan penyusunan laporan keuangan syariah dilakukan
dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pengguna harus
mampu mengkomparasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan laporan keuangan
syariah. Namun, entitas syariah sebagai penyedia informasi juga harus menyediakan
informasi keuangan yang lengkap dan komparatif, sehingga pengguna lebih mudah
dalam membandingkannya.

Unsur-unsur Laporan Keuangan Syariah


Struktur laporan keuangan mencakup tiga hal berikut:
1. Laporan keuangan syariah, sebagaimana disebutkan dalam karakteristik di atas,
meliputi hal-hal berikut:
a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersil
b. Laporan posisi keuangan
c. Laporan arus kas
d. Laporan laba rugi
e. Lapoan perubahan ekuitas
2. Adapun komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial yakni:
a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
b. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.

Berbagai unsur di atas memerlukan subklasifikasi menurut hakekat atau fungsinya agar
memudahkan proses identifikasi. Berikut subklasifikasinya:
a. Posisi keuangan – berkaitan dengan aset, kewajiban, ekuitas, dan dana syirkah
temporer.
b. Aset – merupakan sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa lampau dan mengharapkan dapat memperoleh manfaat ekonomi
masa depan.
c. Kewajiban – hutang entitas sekarang yang muncul sebagai akibat peristiwa lampau
serta penyelesaiannya menimbulkan arus keluar sumber daya dari entitas syariah.
d. Dana syirkah temporer – dana yang diterima sebagai investasi berjangka dimana entitas
berhak mengelola dan menginvestasikannya secara bagi hasil sesuai kesepakatan.
e. Ekuitas – hak residual atas aset entitas syariah setelah pengurangan oleh kewajiban dan
dana syirkah temporer.
f. Kinerja – umumnya pengukuran kinerja dilakukan dengan melihat laba serta
menjadikan laba patokan untuk ukuran yang lain, seperti imbalan investasi.
g. Penghasilan – meliputi pendapatan maupun keuntungan, serta muncul dalam
pelaksanaan akitivitas entitas syariah umumnya.
h. Beban – kerugian ataupun biaya yang timbul karena pelaksanaan aktivitas entitas
syariah umumnya.

Anda mungkin juga menyukai