Disusun oleh:
030.13.168
Pembimbing :
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing,
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan izin-
Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Laporan kasus ini
disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD Budhi Asih
Jakarta.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dr. Santi Andiani, Sp.B yang telah
membimbing penyusun dalam mengerjakan laporan kasus ini, serta kepada seluruh dokter yang
telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD Budhi
Asih Jakarta. Dan juga ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di kepaniteraan
ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun.
Penyusun sadar laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun
harapkan. Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi kita semua.
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
NIM : 030.13.168
IDENTITAS PASIEN
A. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Os memiliki riwayat hipertensi terkontrol, Diabetes terkontrol dan riwayat Stroke2 bulan
yang lalu.
Riwayat Kebiasaan :
Os saat ini sudah tidak bekerja, tidak ada riwayat mengangkat benda berat dan batuk
lama.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tekanan darah : 163 / 70 mmHg
Suhu : 37,0˚C
Status Generalis
Telinga : normotia, liang telinga lapang, reflex cahaya membran timpani (+/+), secret (-/-)
tonsil T1-T1,tenang.
Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba, KGB tidak teraba pembesaran
Thorax :
Inspeksi :
Palpasi :
– Pergerakan nafas kiri dan kanan simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
– Vocal fremitus kanan = kiri
– Ictus cordis setinggi ICS 5 1cm medial linea midclavicularis kiri
Perkusi :
Auskultasi :
Inspeksi :
Auskultasi:
Perkusi :
Palpasi :
– dinding perut : tidak terdapat nyeri tekan seluruh regio abdomen, massa (-
), defens muskular (+)
- Hati : tidak teraba
- Limpa : tidak teraba
- Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-), Shifting
dullness (+)
Daerah Inguinal
Look : Terdapat benjolan di inguinal dextra. Benjolan berwarna sama dengan kulit
sekitar yang turun sampai ke scrotum berbentuk lonjong dengan batas
tidak tegas. (Valsava maneuver)
Ekstremitas
– Atas : akral hangat (+/+), oedem (-/-),
– Bawah : akral hangat (+/+), oedem (-/-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Kimia Klinik
– Elektrolit
Kesimpulan :
D. RESUME
Laki- laki, 72 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan yang hilang timbul yang
progresif dan sedikit nyeri (skala 2) pada daerah inguinal kanan sejak 9 tahun SMRS.
Sekarang turun ke scrotum dextra. Tanda- tanda obstruksi usus (-). Pasien sadar dan
tanda-tanda vital stabil. Pemeriksaan fisik generalis dalam batas normal. Status lokalis
pada inguinal dextra, pada inspeksi dengan valsava maneuver tampak benjolan yang
turun sampai ke scrotum berwarna sama dengan kulit berbentuk lonjong dengan batas
tidak tegas, pada auskultasi tidak terdengar suara bising usus pada benjolan, pada palpasi
didapatkan perabaan lunak dan licin, nyeri tekan positif, finger test (+). Pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk persiapan operasi, laboratorium dan foto toraks dalam batas
normal.
E. DIAGNOSA KERJA
G. PENATALAKSANAAN
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting untuk terapi
operatif ari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi relative dari saraf,
pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.
a. Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4
cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internaldan
eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot
cremaster,pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus
genitofemoralis,ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis
.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal.Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus
dibagiansuperficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan
ligamentumlacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh
fasciatransfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis
inguinalilsadalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun
bedah.
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral daritrigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati
trigonumHesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul
lateraldari trigonum adalah hernia indirect.
c.
3.2 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isiperut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan
yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan
3.3 Epidemologi
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia ingunalis lateralis (indirek) dan hernia ingunalis medialis (direk) dimana
hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis.
Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita pada
hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di
amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000 hernia
umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih
sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.
Meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan wanita adalah sama, insiden hernia
femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalagan pria, karena secara
keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita
3.7 Diagnosis
A. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan
tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
b. Palpasi
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam
skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit
skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus
diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri
pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang
lebih baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral
masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan
digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan
lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki
oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam
kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan
batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang
menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien
berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan
tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia
dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalamiobstruksi usus (hernia inkarserata)
3.8 Diagnosis banding
Adapun diagnosis banding dari hernia scrotalis seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
3.9 Penatalaksanaan
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena potensinya menimbulkan
komplikasi inkarserasi atau strangulasi lebih berat dibandingkanr esiko yang minimal dari
operasi hernia (khususnya bila menggunakan anastesilocal). Khusus pada hernia femoralis,
tepi kanalis femoralis yang kakumeningkatkan resiko terjadinya inkarserasi
Teknik Operasi
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat dikelompokkan dalam
4 kategori utama :
Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kelompok 2 : Open Posterior Repair
Kelompok 3 : Tension-free Repair with Mesh
Kelompok 4 : Laparascopic
3.10 Komplikasi
3.11 Prognosis