Anda di halaman 1dari 12

VOL. 3, NO.

1,
ISSN: 2476-9703
OKTOBER 2017

Journal homepage: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna

Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua (Child Abuse)

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Penulis: Indonesia
Lu'luil Maknun Pendahuluan: Artikel ini betujuan untuk menjelaskan
fenomena kekerasan terhadap anak dalam pengasuhan
Dosen Prodi Penddikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, orang tua yang mengalami stres. Metode: Tulisan ini
Universitas Islam Negeri Syarif merupakan hasil dari kajian pustaka yang berkaitan
Hidayatullah Jakarta, dengan tindakan kekerasan terhadap anak. Hasil: Setiap
Indonesia
orang perlu pemahaman tentang jenis-jenis kekerasan
Email: terhadap anak, faktor-faktor yang mempengaruhi
maknun@uinjkt.ac.id munculnya tindakan kekerasan terhadap anak, pemerintah,
___________________________ orang tua, dan masyarakat harus bekerjasama dalam
menekan tindakan kekerasan terhadap anak.
Kata Kunci:

Child abuse
English
Orang tua stres; Introduction: This article aims to explain the phenomenon
Madrasah Ibtidaiyah of child abuse in the care of parents who are
experiencing stress. Method: This paper is a literature
Halaman: 66-77 review related to child abuse. Result: Everyone needs an
understanding of the types of child abuse, the factors that
influence the emergence of child abuse, the government,
parents, and the community should work together in
suppressing acts of child abuse.

1. PENDAHULUAN amanah yang harus dijaga, diasuh, dan

Anak adalah anugerah yang dididik oleh orang tua sehingga menjadi

didambakan setiap pasangan suami, bahkan generasi penerus bangsa yang memberikan

tidak sedikit pasangan suami istri yang rela manfaat bagi orang lain dan mendoakan

melakukan berbagai upaya untuk orang tuanya.

memperoleh anak. Anak juga merupakan


67 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017

Namun, pada berbagai kasus dewasa yang seharusnya menjadi naungan

ternyata masih ditemukan orang tua yang ternyaman, keselamatan dan perkembangan

melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka terancam.

anaknya. Anak yang sesungguhnya masih Perlakuan tindakan kekerasan

belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang terhadap anak yang dilakukan oleh orang

tinggi kerap dianggap anak yang nakal dan dewasa, yang seharusnya menjaga dan

membangkang. Orang tua yang tidak melindungi keamanan dan kesejahteraanya

memiliki pemahaman yang baik tetang fase disebut child abuse. Arisandy (2009)

perkembangan anak menyikapi ini dengan mengemukakan bahwa, U.S Departement of

memberikan hukumkan fisik dan verbal Health, Education and Wolfare memberikan

pada anak dengan harapan agar anak definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik

tersebut tidak mengulangi kesalahannya. atau mental, kekerasan seksual

Misalnya, Liputan6.com mewartakan dan penelantaran terhadap anak dibawah

tentang lima anak yang ditelantarkan usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang

pasangan suami istri UP (45) dan NS (42) yang seharusnya bertanggung jawab

sehingga anak tersebut harus menjalani terhadap kesejahteraan anak, sehingga

pemeriksaan fisik di Rumah Sakit Polri keselamatan dan kesejahteraan anak

Kramat Jati. Mereka diperiksa oleh dokter terancam.

spesialis anak dan hasilnya, 3 anak terkena Sedangkan menurut Fakih M (2003)

infeksi dan memerlukan terapi yang dikutip oleh Widiastuti, pengertian

(Liputan6.com, Jakarta 2017). kekerasan terhadap anak (child abuse) adalah

Sungguh ironis sekali, di saat semua bentuk perlakuan menyakitkan

seluruh dunia berupaya membela hak dan secara fisik ataupun emosional,

menyelamatkan anak dari tindak kekerasan penyalahgunaan seksual, pelalaian,

di luar rumah, seperti kekerasan seksual, eksploitasi komersial atau eksploitasi lain,

penculikan, penjualan anak untuk yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata

eksploitasi sampai fenomena bullying, ataupun potensial terhadap kesehatan anak,

ternyata di rumah mereka sendiri; tempat kelangsungan hidup anak, tumbuh

yang seharusnya menjadi tempat teraman, kembang anak, atau martabat anak, yang

dan oleh orang tua mereka sendiri; orang dilakukan dalam konteks hubungan
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77 68

tanggung jawab, kepercayaan, atau mencubit, menjewer buah hatinya hanya

kekuasaan. karena kesal, misalnya saat anak tidak

Jadi, child abuse adalah suatu tindak menurut, tantrum, berkelahi dengan

kekerasan yang dilakukan oleh orang teman, dan sebagainya. Padahal yang

dewasa yang seharusnya bertanggung seharusnya dihadapi adalah emosi

jawab terhadap keamanan dan orang tua itu sendiri, bukan anak yang

kesejahteraannya, baik itu kekerasan fisik masih belajar. Saat dihinggapi rasa

maupun mental yang berakibat pada marah orang tua tidak menyadari akibat

kerusakan/ kerugian lahir dan batin, dan dari perbuatannya. Misalnya

dikhawatirkan akan berpengaruh pada menyebabkan anak luka, sakit,

tumbuh kembang anak di masa depannya. menangis bahkan trauma. Jika sudah

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,


2. PEMBAHASAN orang tua baru menyesal dan saat itu
Bentuk-bentuk Tindakan Child Abuse mungkin sudah terlambat.
Jenis-jenis tindak kekerasan yang b. Kekerasan Psikologis
dikategorikan sebagai child abuse di dalam Kekerasan psikologis meliputi perilaku
keluarga adalah sebagai berikut. yang ditujukan untuk mengintimidasi
a. Kekerasan Fisik dan menganiaya, mengancam atau
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan menyalahgunakan wewenang,
yang mengakibatkan atau mungkin membatasi keluar rumah, mengawasi,
mengakibatkan kerusakan atau sakit mengambil hak asuh anak-anak,
fisik seperti menampar, memukul, merusak benda-benda anak,
memutar lengan, menusuk, mencekik, mengisolasi, agresi verbal dan
membakar, menendang, ancaman penghinaan konstan (Unicef, 2000: 2).
dengan benda atau senjata, dan Azevedo & Viviane (2008: 68)
pembunuhan (Unicef, 2000: 2). mengklasifikasikan bentuk kekerasan
Terkadang orang tua tidak mampu psikologis pada anak, yaitu
menahan emosi saat anak membuat sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.1
marah. Banyak orang tua yang berikut.
69 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017

Tabel 2.1 Klasifikasi Kekerasan Psikologis pada Anak Menurut Azevedo & Viviane

KLASIFIKASI CONTOH PERILAKU

Indifference (tidak peduli) Tidak berbicara kepada anak kecuali jika perlu, mengabaikan

kebutuhan anak, tidak merawat, tidak memberi

perlindungan dan kurangnya interaksi dengan anak.

Humiliation (penghinaan) Menghina, mengejek, menyebut nama-nama yang tidak

pantas, membuat mereka merasa kekanak-kanakan,

menentang identitas mereka, martabat dan harga diri anak,

mempermalukan dan sebagainya.

Isolation (mengisolasi) Menjauhkan anak dari teman-temannya, memutuskan

kontak anak dengan orang lain, mengurung anak sendiri dan

sebagainya.

Rejection (penolakan) Menolak atau mengabaikan kehadiran anak, tidak

menghargai gagasan dan prestasi anak, mendiskriminasi

anak.

Terror (teror) Menimbulkan situasi yang menakutkan bagi anak, rasa

khawatir dan sebagainya.

Jika diperhatikan, tidak berbicara Baik itu Humiliation (penghinaan),

kepada anak ternyata termasuk pada isolation (mengisolasi), rejection (penolakan),

kekerasan (child abuse). Kesibukan orang maupun terrors (terror), merupakan

tua mencapai karir menyita waktu dan kekerasan pada anak yang harus

membuat intensitas orang tua dan anak dihentikan. Jika Kak Seto Mulyadi

berkurang. Perkembangan teknologi dan mengungkapkan bahwa angka kekerasan

social media mengalihkan perhatian orang pada anak di Indonesia lebih kecil daripada

tua justru di saat anak sedang di Inggirs, bukan berarti wajah parenting di

membutuhkan perhatian. Dari teori di atas, Indonesia sudah lebih mapan, akan tetapi

kurangnya interaksi dengan anak termasuk karena masyarakat Inggris sudah berani

pada kekerasan dengan jenis indifference melapor jika ada temuan orang tua yang

(tidak peduli). melakukan tindak kekerasan kepada


Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77 70

anaknya. Namun di Indonesia, masyarakat Sinclair (1998) juga mengklasifikasi-

enggan melapor terlebih lagi jika orang tua kan kekerasan psikologis pada anak yang

tersebut merasa berhak mendidik anaknya dipaparkan pada tabel berikut ini:

dengan gaya pengasuhannya sendiri Klasifikasi Kekerasan Psikologis

dengan dalih menegakkan disiplin dan lain pada Anak Menurut Sinclair (1998) adalah

sebagainya. sebagai berikut.

Tabel 2.2 Klasifikasi Kekerasan Psikologis

KLASIFIKASI CONTOH PERILAKU

Ancaman dan : Mengancam untuk membunuh atau melukai anak, mengatakan masa lalu

Teror anak yang buruk dan mengancam untuk merusak barang-barang yang

disenangi anak dan sebagainya.

Verbal : Mengatakan kata-kata kasar atau kata-kata yang tidak anak sukai,

membentak, dan mencaci maki. Seperti bodoh, nakal, anak tak berguna

dan sebagainya.

Pemaksaan : Memaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan anak,

melakukan tindakan yang tidak pantas, mencuci piring dengan lidah dan

sebagainya.

Emosi : Menyangkal emosi anak, tidak memberi perhatian, menciptakan rasa

takut dan khawatir.

Kontrol : Membatasi kegiatan anak, menghilangkan kesenangan anak, merampas

kebutuhan dasar anak seperti tidur, makan, bermain dan sebagainya.

Penyalahgunaan : Menyalahgunakan kepercayaan, menyembunyikan informasi, merasa

dan Pengabaian selalu benar, tidak mendengarkan, tidak menghormati, tidak menanggapi

dan sebagainya.

Ancaman dan teror, membentak menciptakan rasa takut, merampas

(verbal), memaksakan kehendak orang tua kebutuhan anak, dan tidak mendengarkan

kepada anak, tidak memberi perhatian, anak adalalah tindakan-tindakan yang


71 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017

berakibat pada psikologis anak. Anak akan secarapa psikis anak akan trauma,

mengalami semacam depresi, merasa cemas minder dan tentu saja akan berakibat

(anxiety), merasa takut seolah ada yang pada menurunnya rasa percaya diri

selalu mengancam, PTSD (Post Trumatic anak. Hal ini kan sangat berpengaruh

Syndrome), memiliki kepercayaan diri pada motivasi, minat belajar dan

rendah (Self-Esteem) dan lain sebagainya. prestasi anak.

c. Kekerasan Seksual d. Kekerasan Ekonomi

Kekerasan seksual seperti aktifitas seks Kekerasan ekonomi meliputi tindakan

yang dipaksa melalui ancaman, seperti penolakan dana, penolakan

intimidasi atau kekuatan fisik, memaksa untuk berkontribusi finansial, penolakan

perbuatan seksual yang tidak makanan dan kebutuhan dasar, serta

diinginkan atau memaksa berhubungan mengontrol akses ke perawatan

seks dengan orang lain (Unicef, 2000: 2) kesehatan dan pekerjaan (Unicef, 2000).

Kekerasan seksual mungkin saja dialami Kekerasan ekonomi seperti tidak

oleh anak di dalam lingkungan keluarga dipenuhinya kebutuhan makanan dan

sendiri. hemat saya, ketika anak gizi yang baik, menghambat

mengenal seks tanpa edukasi dan pengoptimalan tumbuh kembang anak,

otaknya menjadi rusak karena anak menderita gizi buruk, dan sulit

kecanduan pornografi, juga termasuk fokus.

kekerasan. Jika kekerasan seksual yang Dalam kaitannya dengan fase-fase

dialami hingga terjadi pelecehan perkembangan anak, Unicef meneliti

seksual, maka secara fisik anak akan keumuman bentuk kekerasan yang

mengalami gangguan fungsi reproduksi, terjadi pada anak sesuai tingkatan

berpotensi mengidap HIV/AIDS, usianya. Berikut adalah bentuk-bentuk

sex disorder, gangguan rahim, dan kekerasan yang ditampilkan pada tabel
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77 72

Tabel 2.3 Bentuk-Bentuk Kekerasan pada setiap Fase Anak (Unicef. 2000)

FASE BENTUK KEKERASAN

Pralahir Aborsi dan risiko janin ketika mengalami pemukulan fisik.

Bayi Pembunuhan anak, kekerasan fisik, psikologis dan seksual.

Pernikahan dini, kekerasan alat genital, inses, kekerasan fisik, psikologis dan
Anak
seksual.

Pemerkosaan, inses, pelecehan seksual di lingkungan sosial, dijadikan

Remaja wanita penghibur, kehamilan paksa, perdagangan remaja, pembunuhan,

pelecehan psikologis.

Anak-anak terancam tindak syndrome, trauma karena perceraian,

kekerasan sejak pra lahir, masa bayi, masa kehilangan, faktor ekonomi, kegagalan

anak-anak hingga masa remaja. Orang yang bersosialisasi, korban KDRT dan lain

seharusnya melindungi justru menjadi sebagainya.

pelaku. Walaupun tidak dapat dibayangkan Orang tua yang tidak dapat

bagaimana mungkin orang tua sendiri mengontrol dan mengendalikan emosi saat

melakukan jenis-jenis kekerasan di atas, memarahi anak adalah mereka yang

namun pada kenyataannya banyak terjadi. memiliki luka batin, gangguan kejiwaan

Tindakan ini dipicu oleh stress, beban dan mengalami stress, oleh karena itu

mental dan ketidak mampuan orang tua mereka disebut juga parental produced stresss.

mengendalikan emosi. Anak yang mendapat perlakuan

Parental produced stress dan faktor yang kasar dari orang tua yang stress

melandasinya kemungkinan besar akan tumbuh menjadi

Parental produced stress adalah orang orang tua yang stress pula. Mata rantai ini

tua yang memiliki gangguan kejiwaaan atau harus diputus. Baik anak yang mengalami

tekanan mental, bisa dikarenakan kekerasan child abuse maupun orang tua yang menjadi

yang dialami pada masa lalu, memiliki parental produced stress sama-sama

tingkat kecemasan tinggi, perfeksionis, membutuhkan bantuan. Sampai saat ini,

mengalami babyblues atau postpartum fenomena yang terjadi adalah masyarakat


73 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017

menyalahkan orang tua yang stress dan pengasuhan orang tua, peran orang tua,

bersamaan dengan itu masyarakat juga masyarakat dan pemerintah dalam

membiarkan kekerasan terhadap anak menyikapi permasalahan ini.

seolah tabu mencampuri urusan rumah Beberapa faktor penyebab orang tua

tangga orang lain. memproduksi stress akan dipaparkan

Orang tua yang menjadi parental sebagai berikut :

produced stress sendiri malu untuk mencari a. Pernikahan dini; menikah terlalu muda

bantuan. Melampiaskan emosi pada anak membuat pasangan suami istri tidak

atau sebaliknya; mengabaikan kebutuhan memiliki kemantapan dalam biduk

anak merupakan tindak kekerasan yang pernikahan. Biasanya karena pergaulan

harus dihentikan. Pencegahan kekerasan bebas dan hamil diluar nikah, mereka

terhadap anak merupakan tugas bersama, dipaksa menjadi orang tua yang

bukan hanya orang tua, namun juga seluruh immature. Terlebih jika stigma

elemen masyarakat dan pemerintah. masyarakat terlanjur memberi label

Komisi perlindungan anak 2016 buruk pada orang tua dan anak itu

mencatat 4.494 atau sekitar 19,4 % kasus sendiri. orang tua yang belum matang

kekerasan anak dalam pengasuhan. 1.881 masih ingin merasakan kebebasan,

atau sekitar 8,5% kasus kesehatan dan sehingga belum dapat bertanggung

Napza. 958 atau sekitar 3,4 % kasus agama jawab terhadap kesejahteraan anak.

dan budaya, 2.435 atau sekitar 11 % kasus b. Kurangnya ilmu parenting; orang tua

pendidikan. 1.709 atau sekitar 7,7 % kasus yang tidak siap menjadi ‘orang tua’

pornografi dan cyber crime. 1.306 atau adalah mereka yang tidak memahami

sekitar 5,9 % kasus trafficking dan fase perkembangan anak, kebutuhan

eksploitasi dan sisanya 7.698 atau sekitar anak, pola tingkah laku anak dan tidak

34% kasus anak berhadapan dengan dapat mengendalikan emosi saat anak

hukum. (KOMNAS ANAK, 2017). membuat marah. pola asuh yang salah,

Berdasarkan data di atas, penulis memungkinkan penegakkan disiplin

merasa perlu melakukan sebuah kajian dan internalisasi nilai-nilai dilakukan

guna mengetahui penyebab terjadinya tanpa memerhatikan psikologis anak.

kasus kekerasan terhadap anak dalam


Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77 74

c. Masalah ekonomi, orang tua yang orang tua dari kehidupan mereka

memeliki beban ekonomi cenderung adalah suatu penyiksaan. Orang tua

mengabaikan kebutuhan anak, bahkan single parent memiliki tanggung jawab

banyak pula orang tua yang sekaligus luka batin yang sangat besar.

mengksploitasi anak untuk memenuhi Anak broken home biasanya mencari jati

kebutuhan keluarga. diri melalui pergaulan, minuman keras

d. Konflik keluarga; konflik keluarga dan narkoba.

menyisakan beban mental tersendiri h. Kegagalan bersosialisasi, kegagalan

bagi orang tua, bisanya karena ada berkomunikasi dengan lingkungan

konflik dalam keluarga istri atau suami hingga menghambat sosialisasi dengan

merasa terbebani secara psikologis sekitar membuat orang tua merasa

sehingga tidak dapat mengendalikan terisolasi. Anak menjadi korban dengan

emosi, termasuk saat menghadapi anak. tidak boleh berteman, bermain, keluar

e. KDRT, kekerasan akan berbuah rumah dan lain sebagainya.

kekerasan, istri yang dianiaya oleh i. Sakit fisik, sakit fisik terkadang

suami akan sulit merasa bahagia, dan membuat orang tua mudah marah.

juga akan sulit memberikan Apalagi jika penyakit tersebut telah

kebahagiaan bagi anak-anaknya. dialami cukup lama.

f. Trauma/luka batin, jika salah satu dari j. Sakit psikis, seperti baby blues syndrome,

orang tua mengalami musibah atau post partum depression, bipolar dan lain

kehilangan, belum bisa berdamai sebagainya membuat orangtua tidak

dengan kenyataan, maka kemungkinan dapat mencintai anak seutuhnya.

orang tua tersebut akan lebih emosional Sehingga banyak juga diberitakan

dan irrasional. Sehingga akan sulit seorang ibu tega membunuh anak-

membedakan mana tindakan yang anaknya.

benar dan mana tindakan yang

berlebihan.

g. Perceraian, perceraian adalah neraka

bagi anak-anak. Memisahkan salah satu


75 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017

Hukuman bagi Pelaku Child Abuse di melanggar pasal di atas (pelaku

Indonesia kekerasan/peganiayaan) ditentukan dalam

Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Pasal 80 UU 35/2014:

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan (1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Anak (“UU Perlindungan Anak”)
76C, dipidana dengan pidana penjara
sebagaimana yang telah diubah oleh paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam)
bulan dan/atau denda paling banyak
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
tentang Perubahan Atas Undang-Undang rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
pada ayat (1) luka berat, maka pelaku
Anak (“UU 35/2014”) yang menyatakan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
bahwa setiap anak selama dalam
paling banyak Rp100.000.000,00
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud
mana pun yang bertanggung jawab atas
pada ayat (2) mati, maka pelaku
pengasuhan, berhak mendapat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan/atau
perlindungan dari perlakuan:
denda paling banyak
a. diskriminasi; Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan
seksual; sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) apabila yang
c. penelantaran;
melakukan penganiayaan tersebut
d. kekejaman, kekerasan, dan Orang Tuanya.
Undang-undang dan pasal yang
penganiayaan;
menjelaskan tentang kekerasan pada anak
e. ketidakadilan; dan
diakhiri dengan penjelasan yang sangat jelas
f. perlakuan salah lainnya.
yakni ; hukuman ditambah sepertiga dari
Selanjutnya, pasal tentang ketentuan apabila yang melakukan
penganiayaan anak ini diatur khusus dalam kekerasan adalah orang tuanya sendiri.
Pasal 76C UU 35/2014 yang berbunyi:

Setiap Orang dilarang menempatkan,


membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan
Kekerasan terhadap Anak.
Sementara, sanksi bagi orang yang
Kekerasan terhadap Anak yang dilakukan oleh Orang Tua..., Oleh: Lu’luil Maknun: 60-77 76

Peran orang tua, masyarakat, dan kekerasan terhadap anak di lingkungan

Pemerintah sekitar.

Orang tua sebagai orang yang paling Adapun peran pemerintah dalam

bertanggung jawab terhadap anaknya harus menekan terjadinya kasus kekerasan

melakukan beberapa hal berikut untuk terhadap anak adalah sebagai berikut:

menghindari tindakan child abuse, yaitu: a. Memberikan penyuluhan bagi

a. Orang tua harus selalu belajar dan pasangan suami istri yang akan

mengupdate ilmu parenting. menikah tentang pentingnya ilmu

b. Orang tua harus belajar menerima komunikasi dengan pasangan dan

taqdir/kenyataan hidup, memaafkan edukasi tentang ilmu parenting.

masa lalu dan optimis pada masa depan b. Menindak tegas pelaku kekerasan

c. Membuat link-community untuk terus terhadap anak melalui jalur hukum.

saling menggali dan memperdalam

ilmu pengasuhan anak yang baik


3. PENUTUP
d. Mencintai anak sepenuhnya,
Kekerasan terhadap anak dalam
mendukung, melindungi, menjadi
keluarga kerap dilakukan oleh orang tua
sahabat bagi anak
yang sedang mengalami stres. Bentuk
Masyarakat sebagai lingkungan
kekerasan terhadap anak dapat dibagi
yang dekat dengan diri siswa juga harus
menjadi empat yaitu: kekerasan fisik,
berperan serta dalam menciptakan suasana
kekerasan psikologis, kekerasan seksual dan
dan kawasan yang kondusif terhadap anak,
kekerasan ekonomi. Faktor penyebab orang
yaitu:
tua memproduksi stres antara lain,
a. Peka terhadap lingkungan jika
pernikahan dini; kurangnya ilmu parenting;
menemukan kasus kekerasan terhadap
masalah ekonomi, konflik keluarga; KDRT,
anak yang dilakukan oleh orang tuanya
trauma/luka batin, perceraian, kegagalan
sendiri.
bersosialisasi, sakit fisik, sakit psikis, seperti
b. Melaporkan kepada pihak yang
baby blues syndrome, post partum depression,
berwajib jika mendapati kasus
bipolar, dan hal lain yang membuat
77 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, No. 1, Oktober 2017

orangtua tidak dapat mencintai anak [5] Komisi Perlindungan Anak, 2017,
online,
seutuhnya.
(http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-
Hukum bagi pelaku Child Abuse di data/data-kasus-per-tahun/data-kasus-
berdasarkan-klaster-perlindungan-anak-
Indonesia Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang
2011-2016), diakses pada 13 Oktober
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan 2017

Anak (“UU Perlindungan Anak”) [6] Komisi Perlindungan Anak, online,


sebagaimana yang telah diubah oleh (http://www.kpai.go.id/hukum/undang-
undang-republik-indonesia-nomor-35-
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tahun-2014-tentang-perubahan-atas-
tentang Perubahan Atas Undang-Undang undang-undang-nomor-23-tahun-2002-
tentang-perlindungan-anak/) diakases
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan pada 12 Agustus 2016
Anak.
[7] Berita online. http://news.liputan6.com/
read/2235214/3-dari-5-anak-yang-
ditelantarkan-di-cibubur-terkena-infeksi.
RUJUKAN
Diakses pada 27 oktober 2017.
[1] Arisandy, Takesi, dkk, 2009, Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Child Abuse,
Departemen Kesehatan r. Ipoltekkes
depkes palangka raya jurusan
keperawatan (online) .
(https://www.scribd.com/doc/175485413/
Askep-Anak-Dengan-Child-Abuse)
diakses pada 12 Agustus 2016

[2] Fakih M, penyunting. Buku panduan


pelatihan deteksi dini dan
penatalaksanaan korban child abuse and
neglect. Jakarta: IDI-UNICEF, 2003. h. 1-
77

[3] Unicef. Domestic Violence Againts Women


and Girl, 2000.

[4] Purnama Rozak, Kekerasan Anak dalam


Rumah Tangga Persfektif Hukum Islam,
Jurnal, Studi Gender “SAWWA” volue 9
no 1, oktober 2013, Online,
(http://journal.walisongo.ac.id/index.ph
p/sawwa/article/view/665/603) diakses
pada 13 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai