f4f4rf4rfftg PDF
f4f4rf4rfftg PDF
S. PURWANINGSIH *), SUTIARTI **), A. SUKAHAR **)& IGP BADJRA SEDEMEN **)
*) Sekarang di Balai Penelitian dan Pengembangan Mikrobiologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi - LIPI, Bogor
**) Staf Pengajar, Fakultas Biologi - UGM, Yogyakarta
ABSTRACT
ngan lidi kira-kiia sebesar biji kacang hijau dan di- HASIL DAN PEMBAHASAN
aduk sampai rata di dalam larutan tersebut bagian Dari hasil pemeriksaan didapatkan dua jenis Ne-
yang kasar dihilangkan. Diperiksa di bawah mikros- matoda usus yaitu: Ascaris lumbricodes dan Tri-
kop. Hasil pemeriksaan yang negatip diperiksa lagi cluris trichlure, tidak didapatkan telur cacing tam-
dengan met ode Faust, yaitu dengan cara mengambil bang karena jenis tanah di daerah tersebut merupa-
tinja sebesai biji kacang tanah (lebih kurang 1 kan tanah liat, hal ini sesuai dengan pendapat Bel-
gram), ditambah 10 bagian air ledeng. Suspend disa- ding (1952), yang menyatakan, bahwa Prevalensi
ring dengan kain kasa, ditampung dalam tabung, infeksi cacing tambang banyak didapatkan di
sentrifuge sebanyak 10 cc, disentrifuge selama 45- daerah yang tanahnya berongga dan mengandung
60 detik dengan kecepatan 2300 rpm. Cairan di atas banyak bahan organik seperti humus, sedangkan di
dibuang, ditambah Zn SO4: BJ 1,18 sampai tiga sen- daerah yang tanahnya liat banyak didapatkan Pre-
timeter di bawah mulut tabung. Disentrifuge selama valensi infeksi Ascaris lumbricoides.
45-60 detik, didiamkan selama 2 menit. Dengan
Prevalensi infeksi A. lumbricoides pada pen-
menggunakan 5se /diambil bahan dari permukaan- duduk yang pekerjaannya membuat gerabah dan
nya dan dibuat preparat dengan satu tetes larutan bertani lebih besar dibandingkan dengan penduduk
lugol pada gelas benda. Diperiksa di bawah mikros- yang pekerjaannya pegawai negeri (Tabel 1). Hal
kop. Hasil pemeriksaan yang positip dilakukan ini disebabkan karena penduduk yang pekerjaannya
penghitungan telur cacing dengan metode Stoll, membuat gerabah dan bertani lebih sering bersen-
yaitu dengan cara gelas Stoll diisi dengan Na OH se- tuhan dengan tanah, sehingga kesempatan terkena
banyak 56 cc, ditambah tinja sampai volumenya infeksi lebih b«sar daripada penduduk yang peker-
60 cc,kemudian ditambah 8 butir gelas bead dan di- jaannya pegawai negeri, hal ini sesuai dengan pen-
tutup dengan prop sampai homogen, suspensi di- dapat Noerhajati (1978) yang menyatakan bahwa,
ambil 0,15 cc, dituang kedalam gelas benda, telur segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan
dalam sediaan dihitung. Untuk tinja normal, jumlah tanah, memberi kemungkinan terjadinya infeksi
telur per gram: X = 100 X N/gram tinja, untuk tin- oleh cacing yang cara penularannya melalui tanah.
ja setengah encer, jumlah telur per gram tinja : X = Prevalensi infeksi T. trichiura pada penduduk yang
200 X N/gram tinja, sedangkan untuk tinja yang pekerjaannya membuat gerabah yang paling besar,
encer, jumlah telur per gram tinja : X = 300 X N sedangkan penduduk yang bertani prevalensinya
gram tinja. Di mana X = jumlah telur per gram tinja. paling rendah. Prevalensi infeksi campuran oleh A.
Tabel 1. Prevalensi infeksi Nematoda usus pada penduduk desa Bentangan, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten. Jawa Tengah menurut perbedaan pekerjaan.
hitnbricoides dan T. trichiura pada penduduk yang Ditinjau dari perbedaan umur (Tabel 3), preva-
pekerjaannya membuat gerabah adalah yang paling lensi infeksi A. lumbricoides yang paling besar
besar, sedangkan pada penduduk yang pekerjaan- pada golongan umur 1 0 - 1 9 tahun, dan yang
nya pegawai negeri adalah yang paling kecil. Sete- paling kecil pada golongan umur 2 0 - 1 9 tahun.
lah dilakukan uji statistik ternyata tidak ada perbe- Prevalensi infeksi T. trichiura yang paling besar
daan yang bermakna. Ini berarti perbedaan peker- pada golongan umur 1 - 9 tahun, dan yang
jaan tidak mempengaruhi besar kecilnya prevalensi paling kecil pada golongan umur 30 - 3 9 tahun.
infeksi A. lumbricoides dan T. trichiura. Prevalensi infeksi campuran oleh A. lumbricoides
Perbandingan macam infeksi menunjukkan, dan T. trichiura yang paling besar pada golongan
bahwa prevalensi infeksi tunggal lebih besar dari umur 1 0 - 1 9 tahun, dan yang paling kecil pada
prevalensi infeksi campuran. Ini berarti bahwa golongan umur 30 - 39 tahun. Setelah dilakukan
penduduk desa setempat sudah menunjukkan kea uji statistik ternyata tidak ada perbedaan yang
daan lingkungan dan kehidupan perorangan yang bermakna. Ini berarti perbedaan umur tidak mem
baik, hal ini sesuai dengan pendapat Priyatna pengaruhi besar kecilnya prevalensi infeksi campur-
(1978) yang menyatakan, bahwa prosentase infeksi an oleh A. lumbricoides dan T. trichiura.
tunggal lebih besar dari infeksi campuran, maka Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa yang terin-
keadaan lingkungan dan kehidupan perorangan feksi A. lumbricoides yang intensitas infeksinya
sudah baik. sangat ringan lebih besar dibandingkan dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa besarnya preva- yang intensitas infeksinya berat, sedangkan yang
lensi infeksi A. lumbricoides pada laki-laki jumlah- terinfeksi T. trichiura hanya didapatkan yang in-
nya lebih kecil dibandingkan pada perempuan, tensitasnya sangat ringan dan ringan, begitu juga
tetapi prevalensi T. trichiura pada laki-laki berjum- infeksi campuran oleh A. lumbricoides dan T.
lah lebih besar dibandingkan pada perempuan. Pre- tribiura.
valensi infeksi campuran oleh A. lumbricoides dan Tabel 5 menunjukkan, bahwa Prevalensi infeksi
T. trichiura pada laki-laki berjumlah lebih besar A. lumbricoides diperoleh paling banyak pada
dibandingkan pada perempuan. Setelah dilakukan kepekatan tinja padat, begitu juga Prevalensi infeksi
uji statistik ternyata tidak ada perbedaan yang T. trichiura. Prevalensi infeksi campuran oleh A.
bermakna. Ini berarti perbedaan jenis kelamin ti- lumbricoides dan T. trichiura pada kepekatan tinja
dak mempengaruhi besar kecilnya prevalensi in- lunak didapatkan lebih besar dibandingkan dengan
feksi campuran oleh A. lumbricoides dan T. tri- kepekatan tinja padat. Setelah dilakukan uji statis-
chiura. tik ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna.
Tabel 2. Prevalensi infeksi Nematoda usus pada penduduk desa Bentangan, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten. Jawa Tengah menurut perbedaan jenis kelamin.
Tabel 4. Prevalensi infeksi Nematoda usus pada penduduk desa Bentangan, Kecamatan Wonosari.
Kabupaten Kiaten, Jawa Tengah menurut perbedaan intensitas infeksinya.
Tabel 5. Prevalensi infeksi Nematoda usus pada penduduk desa Bentangan, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Kiaten, Jawa Tengah menurut perbedaan kepekatan tinja.
CROSS, J.H, 1970. Survey of Human Intestinal OEMIJATI. S, 1980. Masalah penyakit parasit
and Blood Parasites in Boyolali, Central Java, di Indonesia. Symposium pelayanan kesehatan,
Indonesia. South East Asian Journal Trop. Med Yogyakaita. : 107 — 109.
Pub Health. : 354 - 360. PRIYATNA, S, SUTANTO. B.V, MUDIHARDI.
FAUST, E.C. & RUSSEL. P.T. 1964. Clinical E, & KUSWARDOYO, 1978. PrevalensiInfeksi
Parasitology. Len & Febinger. Philadelphia. : cacing usus pada Murid-murid Sekolah Dasar
330 - 383. di Pedesaan kecamatan Tanggulangin. M, Ked
HADI, S, 1981. Statistik. Yayasan Peneibitan. Surabaya. : 73 - 79.
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada SUYOKO. S. MUSFIROH, SUTARTI & NOER-
Ybgyakarta. : 315 - 341. HAJATI. S, 1980. Prevalensi parasit usus pada
NOERHAJATI, S, 1972. Penyakit Infeksi Caring Panti Asuhan di Yogyakarta. B.I. Ked Gadjah
yang banyak terdapat dalam masyarakat di Mada. : 1 - 6.
Indonesia. Symposium tentang Community Me-
dicina. Yogyakarta, : 53 - 56.
NOERHAJATI. S, 1978. Beberapa segi infeksi
cacing tambang di Yogyakarta, Indonesia. De-
sertasi untuk memperoleh derajat DOKTOR
dalam ilmu Kedokteran pada Universitas Ga-
d/ah Mada. : 13 - 54.