Anda di halaman 1dari 5

pelepasan volume urin >3 L/24 jam, dan sangat encer <300 mOsm/kg

Epidemiologi

1. 1 kasus per 25.000 penduduk,

2. presentasi antara laki-laki dan wanita sama

3. tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kelompok etnis.

System umpan balik osmo reseptor


Etiologi

DI terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan penyebabnya:

1. Diabetes Insipidus Sentral (tersering)

Penurunan jumlah vassopresin (ADH) itu sendiri karena kegagalan sintesis atau penyimpanan.

• Primer (Jarang di Perawatan Kritis), malformasi dari hipotalamus-hipofisis, defek kongenital atau
idiopatik.

• Sekunder (Terbanyak di Perawatan Kritis), kerusakan dari sistem hipotalamus-hipofisis oleh


trauma, infeksi, pembedahan, neoplasma primer, dan keganasan.

2. Diabetes Insipidus Nefrogenik

Ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk merespon dari sirkulasi ADH

3. Diabetes Insipidus Psikogenik (bentuk langka)

komsumsi minuman lebih dari 5L/hari (hipotonis berkepanjangan)  resistensi ADH oleh ginjal

manifestasi klinik

Manifestasi utama DI adalah sebagai berikut:

1. Poliuria: Volume urin harian relatif konstan untuk setiap pasien namun sangat bervariasi antara
pasien (3-20 L)

2. Polydipsia

3. Nokturia

(Khardori, 2017)

Diagnosis DI

1. Osmolalitas urin menurun <200 mOsm/kg

2. Tes ADH (vasopresin)

a. Kurangnya ADH mengindikasikan adanya DI sentral/nefrogenik

b. DI nefrogenik tidak terpengaruh pada kadar ADH jika masalah tidak berhubungan dengan
kurangnya jumlah ADH

3. MRI pada otak atau kelenjar hipofisis

Penatalaaksanaan DI

1. Rehidrasi jika ada dehidrasi/hipovolemia

• min 2 jalur IV line uk. besar/pada jalur sentral

• cairan hipotonis (5% larutan dekstrose, 0,45% salin)


• koreksi hipernatremia, tp tidak secara cepat

• Jumlah air yang diminum oleh pasien harus dihitung

• Monitor output urin (60% dari total BB (kg) adalah air)

• Monitor EKG scr intensif (pengecekan adanya takikardia, disritmia)

• Evaluasi ABC dasar jika pasien terjadi hipotensi

2. Rencanakan pemberian ADH (vasopresin)

• Penggunaan demopresin asetat, namun pemberian ADH yang berlebihan dapat mengakibatkan
hipertensi dan gejala penyakit jantung, efek samping lainnya ialah kram perut dan peningkatan
peristalsis.

3. Tindakan penyeimbangan elektrolit, berfokus pada hipernatremia

• Hipernatremia harus segera diselesaikan dengan pemberian hidrasi yang cepat.

4. Identifikasi dan kelola faktor presipitasi

Setelah dehidrasi dapat dikendalikan, maka upaya selanjutnya ialah untuk mengidentifikasi penyebab
dari DI. Jika tidak dapat ditentukan pada pemeriksaan awal maka lakukan tes deprivasi air dan tes ADH.
Diagnosa penyerta dapat diperlukan jika kemungkinan terdapat penyakit tambahan yang timbul akibat
DI.

5. Penatalaksanaan DI nefrogenik (ketidaksensitifan terhadap ADH) dengan farmakologi

• Tiazid (mis, hidroklortiazid (HCTZ)) + diet rendah natrium adalah terapi utama untuk DI
nefrogenik untuk mengurangi kehilangan air dari urin.

• Chlorclopamide menstimulasi pelepasan ADH dan mefasilitasi ginjal untuk berespon pada ADH

• Amiloride hydrochloride (diuretik hemat kalium) adalah pilihan medikasi untuk terapi pada DI
nefrogenik yang dipicu oleh pengaruh obat-obatan litium.

• NSAID seperti indomethacin digunakan sebagai terapi tambahan untuk DI nefrogenik

Diagnose keperawatan yang lazim muncul nanda

1. Kekurangan volume cairan tubuh b.d. kegagalan mekanisme regulasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia

3. Gangguan pola tidur b.d. nocturia.

4. Kecemasan b.d. perkembangan penyakit

5. Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi.

Pendidikan kesehatan

Fase Akut
1. Jelaskan rasional penerimaan unit perawatan kritis

Pada klien diabetes insipidus terjadi pengeluaran urin yang sangat banyak sekali (>3L/hari) dan dengan
konsentrasi urin <300mOsm/kg. Jika tidak ditangani dengan baik DI dapat mengakibatkan dehidrasi
berat, gejala-gejala neurologis mulai dari kebingungan, kegelisahan, kejang dan bahkan koma
dikarenakan ketidakseimbangan kadar elektrolit tubuh. Oleh karena itu pemantauan secara intensif
diperlukan pada klien dengan DI.

Predischarge

1. Kaji pengetahuan awal

2. Pengukuran intake dan output cairan

3. Berat jenis urin

4. Penyebab diabetes insipidus

5. Proses penyakit diabetes insipidus

6. Informasi nutrisi untuk mencegah konstipasi dan diare

7. Medikasi: jelaskan tujuan, efek samping, dosis, dan bagaimana cara penggunaannya

8. Tanda dan gejala yang dilaporkan pada petugas kesehatan terlatih

Edukasi klien dan keluarga mengenai proses penyakit dan bagaimana hal tersebut menyebabkan
haus, kencing berlebihan, dan keseimbangan cairan untuk mendorong klien untuk bekerjasama dalam
perawatan dan menurunkan perasaan keputusasaan.

Discharge Planning

Pada discharge planning klien dijelaskan apa yang harus klien lakukan untuk perawatan dirumah
nantinya dan saat follow up

1. Pengobatan

• Obat diberikan untuk menurunkan jumlah pengeluaran urin

• Penggunaan obat harus sesuai saran dokter, jikalau ada efek samping seperti alergi, dsb 
dokter

2. Follow up

• Pada saat kontrol, klien mungkin perlu dilakukan tes darah dan urin untuk melihat
perkembangan pengobatan

3. Timbang BB setiap hari

4. Minum air sesuai saran dan cairan seperti apa yang baik untuk anda (tinggi kalium, atau
rendah natrium, dsb)

5. Konsultasikan kepada petugas kesehatan jika:


• Adanya mulut kering, bibir pecah-pecah, kelelahan dibanding biasanya, pusing, penglihatan
kabur

6. Segera pergi ke IGD jika:

• Merasakan haus terus menerus, hingga terbangun karena haus, pipis berlebihan dengan warna
sangat jernih, penurunan BB setiap hari tanpa alasan, merasa lemas sekali, bingung, bahkan
kejang

Anda mungkin juga menyukai