“Morbili”
Tingkat: II-C
Disusun Oleh:
Kelompok 12 :
a. Elsa Andriyani Septia R (34403015280
b. Nur Halimah (34403015304)
c. Tantri Ayu Lestari (34403015322)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya Saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Morbili ”. Dan
juga kami berterima kasih pada Ibu Ns. Pancaningsih S.Kep.,M.Kes selaku Dosen mata
kuliah Keperawatan Anak Akademi Keperawatan Jayakarta yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
ii
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................... 22
BAB 1V PENUTUP...................................................................................... 34
3.5 Saran......................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa
Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam
bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran
pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna
merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.
Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak,
sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum muncul
ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.1,2 Campak timbul karena
terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak program imunisasi campak
dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini kembali meningkat.4,6 Di
Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 147 kasus sejak awal
Januari hingga awa. Februari 2015.
Di Indonesia, kasus campak masih banyak terjadi dan tercatat peningkatan jumlah
kasus yang dilaporkan pada tahun 2014.4 (Jurnal RS. Hosana Medika Lippo Cikarang,
2016)
2. Rumusan Masalah
a. Menjelaskan Pengertian Morbili
b. Menjelaskan Etiologi Morbili
c. Menjelaskan Gejala Klinis Morbili
d. Menjelaskan Epidemiologi Morbili
e. Menjelaskan Patofisiologi Morbili
f. Menjelaskan Pathogenesis Morbili
g. Menjelaskan Komplikasi Morbili
h. Menjelaskan Pencegahan Morbili
i. Menjelaskan Reaksi KIPI
j. Menjelaskan Tatalaksana
k. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang
3. Tujuan Penulisan
a. Mampu Menjelaskan Pengertian Morbili
b. Mampu Menjelaskan Etiologi Morbili
c. Mampu Menjelaskan Gejala Klinis Morbili
d. Mampu Menjelaskan Epidemiologi Morbili
e. Mampu Menjelaskan Patofisiologi Morbili
f. Mampu Menjelaskan Pathogenesis Morbili
g. Mampu Menjelaskan Komplikasi Morbili
h. Mampu Menjelaskan Pencegahan Morbili
i. Mampu Menjelaskan Reaksi KIPI
j. Mampu Menjelaskan Tatalaksana
k. Mampu Menjelaskan Pemeriksaan penunjang
l. Mampu Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Terkait Morbili
1. Pengertian
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi & Rita Yuliani, 2010)
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh infeksi
virus umumnya menyerang anak yang ditandai dengan 3 stadium yaitu kataral
(prodomal), erupsi, dan konvalensi. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh infeksi
virus umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri
dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus: (1) stadium masa tunas
berlangsung kira-kira 10-12 hari. (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk
yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring
dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam
mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul
didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam
dan mengelupas. (Sumarmo, 2015)
Kesimpulannya, morbili atau campak adalah penyakit infeksi virus yang sangat
menular dengan ditandai dengan 3 stadium: Stadium kataral, stadium erupsi, dan
stadium konvalensi.
2. Etiologi
Virus morbili yang berasal dari secret saluran pernafasan, darah, dan urine dari
orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet
dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20 hari, dimana periode yang
sangat menular adalah hari pertama hingga hari ke 4setelah timbulnya rash (pada
umumnya pada stadium kataral) (Suriati & Rita, 2010)
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbilivirus, family Paramyxoviridae. Virus ini dari family yang sama dengan virus
parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA tunggal yang
diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak memiliki 6 struktur protein
utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel
penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein
3. Gejala klinis:
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium:
A Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal
yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke3 atau 4 dari masa
prodromal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis,
gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza.
B Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya timbul adalah
koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan
palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau
eritema yang berbentuk macula-papula disertai dengan naiknya suhu badan.
Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bengkak. Ruam kemudian akan
menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah
pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang
berakhir dalam 2-3 hari.
C Stadium konvalensi
4. Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapatkekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6
bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga bayi dapat
menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang
dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita
penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus: bila ia
menderita morbili pada trimester 1, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir
rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
1.
Paramyxoviridae Mengendap Saluran
Morbili Virus pada Organ Cerna | 5
Keperawatan Anak: Morbili
Epitel
Masuk Sel Nafas Saluran Hiperplasi
Napas Jaringan
Kulit
Ditangkap Oleh
Makrofag
Reflek Batuk
Diare
Dehidrasi
Ketidakseimbangan
Cairan & Elektrolit
Intake Nutrisi
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan
Tubuh
Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada
permukaan konjungtiva. Infeksi terjadi di sel epitel dan virus
bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat
pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial regional dan
kemudian menyebar
5-7 Viremia sekunder
7-11 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas
11-14 Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ
tubuh lain
15-17 Viremia berkurang dan menghilang
Sumber: Halim (2016). Jurnal Campak pada Anak vol.43 no.3
6. Komplikasi
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga data
terjadi energi (uji berkulin yang semula positif berubah menjadi negative). Keadaan
ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut,
ensefalitis, bronkopneumonia.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus,
Streptopcoccus, Stayphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematin
bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energy protein, penderita penyakit
menahun (missal tuberculosis ), leukemia, dan lain lain. Oleh karena itu pada keadaan
tertentu perlu dilakukan pencegahan.
Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia,
gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis.
Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang
menderita morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin
virus morbili hidup (ensefalitis morbili akut), pada penderita yang sedang mendapat
7. Pencegahan
Imunisasi aktif
Ini dilakukan dengan pemberian “Live attenuated measles vaccine“. Mula-mula
digunakan strain Edmonston B, tetapi karena “strain” ini menyebabkan panas tinggi
dan eksantem ada hari ketujuh sampai hari kesepuluh setelah vaksinasi, maka strain
Edmonston B diberikan bersama-sama dengan globulingama pada lengan yang lain.
Sekarang digunakan starin Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan globulin-
gama. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut
mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan vaksin
morbili tersebut pada anak berumur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan
Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja atau sebagai vaksin
measles- mumps- rubella (MMR)
Di Indonesia digunakan pula vaksin morbili buatan perum biofarma yang terdiri
dari virus morbili yang hidup dan sangat dilemahkan, strain Scwarz dan ditumbuhkan
dalam jaringan janin ayam dan kemudian di beku- keringkan. Tiap dosis dari vaksin
yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1.00 TCID50 dan
neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Terjadi
anergi terhadap tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila seseorang telah
mendapat immunoglobulin atau transfuse darah maka vaksinasi dengan vaksin
morbili harus ditangguhkan sekurang – kurangnya 3 bulan. Vaksin ini tidak boleh
diberikan kepada anak dengan infeksi saluran pernafasan akut atau infeksi akut
lainnya yang disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik, anak yang sedang
diberi pengobatan intensif dengan obat imunosupresif
Imunisasi pasif
Baik diketahui bahwa morbili yang perjalanan penyakitnya diperingan dengan
pemberian globulin- gama dapat mengakibatkan ensefalitis dan penyebaran proses
tuberculosis. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)
8. Reaksi KIPI
REAKSI KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-
vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari 5-6
sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5%
resipien, yang timbul pada hari ke 7 sampai 10 sesudah imunisasi dan berlangsung 2-4
hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan gangguan system saraf pusat, seperti
ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko kedua efek samping tersebut
dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di antara 1.000.000 dosis vaksin.
Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada penelitian mencakup 6000
anak berusia 1-2 tahun berupa malaise, demam, atau ruam 1 mingu setelah imunisasi
dan berlangsung 2-3 hari (Soegijanto, 2011).
Vaksinasi MMR dapat menyebabkan efek samping demam, terutama karena
komponen campak. Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami demam >39,4oC
setelah imunisasi MMR. Reaksi demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari
setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi, dapat
terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada
<1/1.000.000 dosis (Soegijanto, 2011).
9. Tatalaksana
Menurut Halim dalam Jurnal Campak pada Anak (2016):
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam),
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi
sebagai imunomodulator yang meningkatkan respon antibody terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi diare dan
pneumonia. Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai
berikut:
a. 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
b. 100.000 IU pada anak umur 6-11 bulan
Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum, sekresi
nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas.
Pada pemeriksaan serologi dengan cara hematglutination inhibition tesdan
compelement fiksatior tes akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3
hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon individu, keluarga,
dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual dan potensial, dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menutunkan, membatasi,
mencegah dan merubah status kesehatan pasien.
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan pasien. Diagnose keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan pasien yang nyata( actual ) dan
kemungkinan yang terjadi. Dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan yang bisa ditemukan pada pasien dengan morbili adalah
sebagai berikut (Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma, 2015) meliputi :
1. Ketidakefektifsn bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Resiko kekurangan volume cairan
4. Hipertermia
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Prinsip-
prinsip melakukan asuhan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta
memberikan penjelasan untuk setiap tindakan yang telah diberikan ke pasien.
Pelaksaan bertujuan untuk mengatasi masalah dan diagnose keperawtatan kolaborasi,
dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan memfasilitasi koping.
Seorang anak laki-laki berumur 5 bulan datang ke rumah sakit dibawa keluarganya dengan
keluhan demam 39oC sejak 2 hari yang lalu, perawat melakukan pengkajian: Nadi 130 x/menit,
Tekanan darah 120/70 mmhg, RR 40x/menit mengalami muntah, lebih dari 5 kali, muntah
terutama sehabis minum susu. Muntahan yang keluar berupa air yang bercampur susu, nafsu
makan menurun. Diseluruh tubuh anak muncul ruam-ruam makulopapular eritematosa
distribusi merata seluruh tubuh dan tampak jelas pada belakang telinga dan terasa gatal, mata
terlihat merah (konjungtivitis ) terlihat bercak putih kelabu pada molar bagian bawah, anak
juga mengalami batuk yang terdengan bunyi grok-grok, dan pilek. BAK dan BAB encer
pasien tampak rewel, keadaan sadar penuh (komposmentis). Kelenjar getah bening membesar
disekitar leher.
1. Pengkajian
A. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Keluarga pasien mengeluh 1. Nadi 130 x/menit, tekanan darah
anaknya demam 39c sejak 2 hari 120/70 mmhg, RR 40x/menit
yang lalu 2. Pasien mengalami muntah lebih
2. Ibu pasien mengatakan anaknya dari 5 kali setelah minum susu
muntah sehabis minum susu 3. Muntahan yang keluar berupa air
3. Ibu pasien mengatakan nafsu dan susu
makan anak menurun 4. Nafsu makan pasien menurun
5. Diseluruh tubuh anak muncul
ruam-ruam makulopapular
eritematosa
6. Terlihat bercak putih kelabu pada
molar bagian bawah
7. Mata terlihat merah
8. BAB dan BAK pasien terlihat encer
9. Pasien terlihat gatal pada bagian
belakang telinga
10. Pasien terlihat rewel
11. Pasien mengalami batuk yang
B. Analisa Data
Data Subjektif/ Data Problem Etiologi
Objektif
DS : - Ketidakefektifan bersihan Mucus berlebihan
DO : jalan napas
1. Pasien mengalami
batuk yang
terdengar grok-
grok dan pilek
DO:
1. Suhu 39oC
2. Pasien mengalami
muntah lebih dari 5
kali setelah minum
susu
DO:
1. Pasien mengalami
muntah lebih dari 5
kali setelah minum
susu
2. Muntahan yang
keluar berupa air
dan susu
3. BAB dan BAK
pasien terlihat
encer
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan mucus
berlebihan yang dibuktikan dengan Pasien mengalami batuk yang terdengar grok-
grok dan pilek.
b. Hipertermi yang berhubungan dengan penyakit yang dibuktikan dengan pasien
sudah demam 2 hari, suhu 39oC.
c. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imunodefisiensi yang
dibuktikan dengan diseluruh tubuh anak muncul ruam-ruam makulopapular
eritematosa distribusi merata seluruh tubuh dan tampak jelas pada belakang
telinga dan terasa gatal, terlihat bercak putih kelabu pada molar bagian bawah,
mata terlihat merah (konjungtivitis ) terlihat bercak putih kelabu pada molar
bagian bawah
08.30 b) Mengompres seluruh tubuh pasien dengan spon hangat dengan hati-hati
RS: Ibu pasien mengatakan sudah mengompres seluruh tubuh bayinya Zr. Elsa
dengan air hangat
RO: -
08.35 2. Manajemen cairan Zr. Halimah
a. Memberikan cairan (ASI) 180-210ml (5-6 kali sehari)
RS: Ibu pasien mengatakan sudah memberikan ASI 2 kali pada pagi ini
RO: Pasien diberikan ASI setelah dilakukan terapi inhalasi
10.40 RS: -
RO: Suhu 37,5oC
3 1. Pengecekan kulit
14.00 a. Memonitor warna dan suhu kulit Zr. Tantri
RS: -
RO: Kulit pasien terlihat pucat dan akral teraba hangat
c. Memeriksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan, Zr. Elsa
15.00 kehangatan ekstrim, edema dan drainase
RS: Keluarga pasien mengatakan benjolan di leher
RO: Terdapat benjolan kelenjar getah bening pada leher pasien
O:
Sekret dapat keluar dan mengurangi hambatan jalan napas
RR: 38xmnt, pasien tidak terpasang oksigen nasal kanul
Suhu 38,5oC, RR 38xmnt
Tidak ada suara grok-grok
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kelola pemberian nebulizer ultrasonik, sebagaimana mestinya
2. Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya
3. Monitor suhu, nadi, status pernapasan dengan tepat
4. Monitor suara paru-paru
2 S Zr. Tantri
- Ibu pasien mengatakan sudah kompres seluruh tubuh bayinya dengan air hangat
O:
- Pasien diberikan ASI setelah dilakukan terapi inhalasi
- Ibu pasien terlihat memberikan ASI kepada pasien
- Suhu pasien menjadi 37,5oC RR 35 x/menit, nadi 130 x/menit
O:
Kulit pasien terlihat pucat dan akral teraba hangat
Diseluruh tubuh anak muncul ruam-ruam makulopapular eritematosa distribusi merata
seluruh tubuh dan tampak jelas pada belakang telinga dan terasa gatal, mata terlihat
merah (konjungtivitis ) terlihat bercak putih kelabu pada molar bagian bawah
Terdapat benjolan kelenjar getah bening pada leher pasien
2. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengetahui penyakit morbili serta masalah yang
ditimbulkannya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Halim, Ricky Gustian. 2016. Jurnal Campak Pada Anak Vol.43 no.3. RS Hosana Medica Lippo
Cikarang
Kemenkes RI Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2010. Panduan Manajemen Suplementasi
Vitamin A
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction
Soegijanto S, Salimo H. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI
Sri, Rezeki S. Hadinegoro. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi kelima. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Sumarmo S. 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Suriadi & Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung
Setyo