Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rettania Lorenza Hamrizal

No BP : 1611311022

Topik : Perbedaan lama penyembuhan luka perineum ibu nifas dengan dan tanpa anestesi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2008: 157). Pada kehamilan
dan persalinan dapat terjadi perlukaan pada alat-alat genital walaupun yang paling sering
terjadi ialah perlukaan ketika persalinan. Perlukaan alat genital pada kehamilan dapat terjadi
baik pada uterus, serviks, maupun vagina; sedangkan pada persalinan disamping pada ketiga
tempat di atas perlukaan dapat juga terjadi pada vulva dan perineum. Derajat luka dapat
ringan hanya berupa luka lecet saja sampai yang berat berupa terjadinya robekan yang luas
disertai perdarahan yang hebat (Prawirohardjo, 2011: 323).
Perlukaan jalan lahir dapat pula terjadi oleh karena memang disengaja seperti pada
tindakan episiotomi. Tindakan untuk mencegah terjadinya robekan perineum yang luas dan
dalam disertai pinggir yang tidak rata, dimana penyembuhan luka akan lambat atau
terganggu. Luka insisi yang lurus (rata) lebih mudah diperbaiki dan lebih cepat sembuh
dibanding luka laserasi yang robekannya tidak teratur serta tidak terkendali. Seperti halnya
insisi pada bagian tubuh lainnya, luka jahitan robekan (episiotomi) mungkin tidak mau
merapat. Faktor predisposisi keadaan ini mencakup daya kesembuhan yang buruk seperti
defisiensi gizi dan adanya infeksi. Tingkatan robekan juga dapat mempengaruhi
penyembuhan. Hampir dari 90% pada proses persalinan banyak yang mengalami robekan
perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi (Oxorn, 2010: 458). Oleh karena itu adanya
laserasi perineum ini diperlukan adanya penjahitan dengan baik, jika tidak dijahit dengan
baik maka akan menyebabkan lapangnya perineum dan pada ruptura perineum komplet dapat
terjadi inkontinensia alvi. Secara estetispun kemaluan menjadi kurang baik (Mochtar, 1998:
112). Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostatis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan
menjadi tempat potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi
atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sedikit mungkin jahitan
untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis (JNPK-KR Depkes RI, 2008: 177).
Setelah melakukan studi pendahuluan di BPM Maranatha Kab. Madiun pada tanggal 11 Mei
2014, melalui wawancara dengan bidan. Pada bulan Januari-Mei telah didapatkan 22
persalinan yang dilakukan penjahitan perineum tanpa lidokain 1%. Berdasarkan pernyataan
bidan, pada 22 ibu nifas yang dilakukan penjahitan luka perineum tanpa lidokain 1% tersebut
ditemukan luka jahitan perineum sembuh pada hari ke 5-6 post partum. Sedangkan di RSUD
Kota Madiun pada bulan Januari-Mei, peneliti melakukan wawancara dengan bidan kepala
ruang di ruang nifas. Menyebutkan bahwa pada 37 ibu nifas yang dilakukan penjahitan luka
perineum dengan lidokain 1% tersebut ditemukan luka jahitan perineum sembuh pada hari ke
6-7 post partum. Dampak dari penggunaan
lidokain 1% sendiri adalah merangsang sistem saraf pusat menyebabkan kegelisahan dan
tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik, mungkin pula terjadi perlambatan
penyembuhan luka, oedema atau efek nekrosis (Jordan, 2003: 89).

Anda mungkin juga menyukai