Anda di halaman 1dari 24

BAB III

BATUAN SEDIMEN

3.1 PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN

Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi,
kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf hanya
tersingkapsekitar 25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sediment
mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di
permukaan bumi. Fosil dapat pula dijumpai pada batua sediment dan mempunyaiarti penting
dalam menentukan umur batuan dan lingkungan pengendapan. Batuan Sedimen adalah batuan
yang terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain yang sudah mengalami
sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi.
Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosidan
transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi
transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.

3.2 PROSES PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh kekuatan-
kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina angina serta proses
litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang
relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula
sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses diagnosi sehingga batuan-
batuan lunak tadi akan menjadi keras.

Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sediment selama
terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material
sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan
kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu
perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya
larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 35 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
zat ini mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O).
adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun hewan.

Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik mempunyai satu
sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan. Disamping sedimen-sedimen di atas,
adapula sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar mengandung bahan-bahan
tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil
penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran matahari, ataupun
kikisan angin. Batuan yang demikian disebut eluvium dan alluvium jika dihanyutkan oleh air,
sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapisdan pada awalnya diendapkan secara
mendatar. Lapisan-lapisan ini tebalnya berbedabeda dari beberapa centimeter sampai
beberapa meter. Di dekat muara sungai endapan-endapan itu pada umunya tebal, sedang
semakin maju ke arah laut endapan-endapan ini akan menjadi tipis(membaji) dan akhirnya
hilang. Di dekat pantai, endapan-endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan
ke arah laut kita temukan butir yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen
itu disebabkan oleh beda butir batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai akan
ditemukan batupasir, lebih ke arah laut batupasir ini berganti dengan batulempung, dan lebih
dalam lagi terjadi pembentukkan batugamping(Katili dan Marks).

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 36 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
3.3 PENGGOLONGAN DAN PENAMAAN

Gambar 3.1 Penggolongan Batuan Sedimen

A. Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali rombakan
batuan asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen yang lebih
tua. Melaui proses pelapuak, baik mekanik maupun kimiawi, tererosi, tertransportasi
dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami diagenesa.

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 37 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
B. Batuan Sedimen Non Klastik

Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme.

3.4 PEMER1AN BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Pemerian batuan sedimen klastik meliputi :

A. Warna
Warna pada batuan sedimen mempunyai arti yang penting karena mencerminkan
komposisi butiran penyusun batuan sedimen dan dapat digunakan untuk
menginterpretasikan lingkungan pengendapan. Warna batuan merah menunjukan
lingkungan oksidasi, sedangkan warna batuan hitam atau gelap menunjukan
lingkungan reduksi. Secara umum warna pada batuan sedimen dipengaruhi oleh :
a) Warna mineral pembentuk batuan sedimen, contoh : bila mineral pembentuk
batuan sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih
(misal batupasir quartz arenite).
b) Warna matrik atau semen, contoh : bila matriks/semen mengandung oksida
besi, maka batuan akan berwarna coklat kemerahan.
c) Warna material yang meyelubungi (coating material), contoh : batupasir
kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau
d) Derajat kehalusan butir penyusunnya, contoh : pada batuan dengan komposisi
sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya akan cenderung lebih gelap.
B. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir
serta susunannya ( Pettijohn, 1975 ).
1. Ukuran Butir ( Grain Size )
Adalah suatu ukuran yang menyatakan besar atau kecilnya butiran pada batuan
sedimen, yang mana pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar butir
yang disampaikan oleh (Wentworth, 1922), seperti di bawah ini:

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 38 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
Tabel 3.1. Ukuran butir pada batuan Sedimen (Wentworth, 1922)

Nama Butiran
Ukuran Butir (mm)
Indonesia Inggris

> 256 Bongkah Boulder

64 – 256 Berangkal Couble

4 – 64 Kerakal Pebble

2–4 Kerikil Gravel

1–2 Sangat Kasar Very Coarse

0.5 – 1 Kasar Coarse

0.25 – 0.5 Pasir Sedang Sand Medium

0.125 – 0.25 Halus Fine

0.06 – 0.125 Sangat Halus Very Fine

0.004 – 0.06 Lanau Silt

< 0.004 Lempung Clay

2. Pemilahan ( Sorting )
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan sedimen.
Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
- Tepilah Baik (well sorted), Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar
butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
- Terpilah Buruk (poorly sorted), merupakan kenampakan pada batuan sedimen
yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil
atau bahkan bongkah.
- Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan
pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 39 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 3.2 Derajat sortasi

3. Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran
pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi:

Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua butiran permukaannya
 cembung (Equidimensional).

Membundar (Rounded), Pada umumnya  butiran memiliki permukaan bundar,
 ujung-ujung dan tepi butiran cekung.

Agak Membundar (Subrounded),Permukaan butiran umumnya datar dengan
 ujung-ujung yang membundar.

 (Sub Angular), Permukaan butiran datar dengan ujung-ujung
Agak Menyudut
 yang tajam.

Menyudut  (Angular), Permukaan kasar dengan ujung-ujung butiran runcing
dan tajam.

Gambar 3.3 Kebundaran


4. Kemas ( Fabric )
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir pada batuan sedimen. Batuan
sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar butir dan
sebaliknya batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa banyak ruang atau
rongga antar butir yang cenderung tertutup yang memilki ukuran butir pasir halus

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 40 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
hingga lempung karena pada ukuran tersebut cenderung sekali memiliki ruang antar
butiran.
5. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volume total
batuan (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat diuji dengan meneteskan cairan
(air) ke dalam batuan. Istilah yang dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap
air), porositas sedang (di antara baik-buruk), dan porositas buruk (batuan tidak
menyerap air). Jenis-jenis porositas : intergranular, microporosity, dissolution dan
fracture (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Jenis – Jenis Porositas


C. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energy
pembentuknya. Studi Struktur paling baik dilakukan di lapangan (Pettijhon, 1975 ).
Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme
pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain : perlapisan, gelembur
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah Proses sedimentasi, sebelum atau setelah diagenesa.
Menunjukkan keadaan lingkungan pengendapanmya. Contoh : Struktur sedimen
sekunder antara lain : Cetak beban, cetak suling dll.

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 41 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Struktur organik antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan
dan lain-lain.

Struktur batuan sedimen yang terpenting adalah perlapisan. Struktur ini umum
terdapat pada batuan Sedimen Klastik yang terbentuknya disebabkan beberapa
faktor antara lain:

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan


adalah :
 
 Adanya perbedaan warna mineral.
 
 Adanya perbedaan ukuran besar butir.
 
 Adanya perbedaan komposisi mineral.
 
 Adanya perubahan macam batuan.
 
 Adanya perubahan struktur sedimen.
 
Adanya perubahan kekompakan.

Macam - Macam Perlapisan :

1. Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam ( Pettijohn & Potter, 1964 ) atau
ketebalan lebih dari 120 cm. ( Mc. Kee & Weir, 1953 )
2. Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
3. Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk
dari suspensi tanpa energi mekanis.
4. Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada
arah vertikal.

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 42 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
5. Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas
atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas
arus yang berubah-ubah.

Gambar 3.5 Bentuk – Bentuk lapisan Sedimen

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 43 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
Tabel 3.2 Pembagian lapisan berdasarkan ketebalannya (Mc. Kee&Weir, 1953)

D. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau
fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat
berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan bahan semen yang lazim adalah :
 
 Semen karbonat (kalsit dan dolomit).
 
 Semen silika (kalsedon, kuarsa).
 
 Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderit).


Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen  umumnya
tidak hadir karena tidak adanya rongga antar butiran.

3.5 PEMERIAN BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK

Pemerian batuan sedimen Non Klastik didasarkan pada :

A. Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktifitas
organisme. Macam-macamnya :
a. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil.

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 44 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
b. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik,
bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
d. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut.
f. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
g. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
h. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya
adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral
karbonat.
i. Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi
oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat
berupa kalsit maupun kuarsa.
j. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.
B. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi :
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya menggunakan
skala (Wenthworth, 1922) dengan modifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.3. Pemerian Batupasir dari skala (Wentworth, 1922)

Nama Butir Besar Butir (mm)

Berbutir kasar >2

Berbutir sedang 1/16 ± 2

Berbutir halus 1/256 ± 1/16

Berbutir sangat halus < 1/256

b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non klastik).

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 45 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
c. Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat.

3.6 BATUAN SEDIMEN KARBONAT

Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat


lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat

kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986). Bates & Jackson (1987)
mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral
karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut
definisi Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95
%. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping.

Batuan karbonat terbentuk oleh proses sedimentasi organik, sedimentasi mekanis,


sedimentasi kimiawi atau kombinasi dari proses-proses tersebut. Batuan karbonat yang
terbentuk oleh proses sedimentasi organik (kumpulan cangkang moluska, alga, foraminifera,
coral, dll) akan menghasilkan batugamping terumbu; oleh proses sedimentasi mekanis (hasil
rombakan batuan karbonat yang terbentuk lebih dahulu) akan menghasilkan batugamping
klastik atau kalkarenit; oleh proses sedimentasi kimiawi (dolomitisasi) akan menghasilkan
batugamping yang kaya dolomit (dolostone); oleh proses sedimentasi organik dan mekanis
akan menghasilkan batugamping bioklastik; oleh proses sedimentasi organik dan kimiawi
akan menghasilkan batugamping oolit; oleh proses sedimentasi mekanis dan kimiawi akan
menghasilkan batugamping kristalin.

Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping (limestone) dan dolomite
(dolostone). Suatu batuan karbonat disebut batugamping (limestone) bila tersusun oleh kalsit
≥90% dan disebut dolomite (dolostone) bila tersusun oleh dolomit ≥90% (Boggs, 1987).

Batuan karbonat terutama terbentuk di lingkungan laut dangkal (supratidal – subtidal)


seperti batugamping terumbu. Selain itu, dapat juga terbentuk di laut dalam sebagai endapan
pelagik atau turbidit seperti chalk dan cherty limestone, dan terbentuk di danau dan pada
tanah (soil) seperti caliche (vadose pisoid) (Tucker, 1982)

Dalam praktikum, akan disajikan klasifikasi sebagai berikut :

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 46 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
A. Batugamping Klastik
Adalah Batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali rombakan batu
gamping asal. Contoh : Kalsirudit, Kalkarenit, Kalsilutit.
B. Batugamping Non Klastik
Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme dan umum monomineralik.
Dapat dibedakan berdasarkan :

Hasil biokimia : bioherm, biostorm
 
Hasil larutan kimia : travertin, tufa.


Hasil replacement : batu gamping fosfat, batu gamping dolomit, batu

gamping silikat, dll.

3.7 PEMERIAN BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK A.


Struktur
Struktur batuan sedimen karbonat klastik sama dengan batuan sedimen
klastik. B. Tekstur
Tekstur pada batuan sedimen karbonat klastik sama dengan batuan sedimen
klastik yaitu, ukuran butiran, pemilahan, kebundaran butiran, kemas, abrasi, kontak
antar butiran. Namun ada sedikit perbedaan dalam pembagian ukuran butirnya.

Tabel 3.4 Ukuran Butir Batuan Sedimen Karbonat Klastik

Nama butir Ukurun butir (mm)

Rudite >1

Arenit 0,062 ±1

Lutite < 0,062

C. Komposisi dan Komponen Batuan Karbonat


Komposisi dari batuan sedimken karbonat klastik dapat dibagi menjadi menurut
Komposisi Kimia Mineral dan Komponen pembentuk batuan tersebut

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 47 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
1. Komposisi kimia/mineral batuan karbonat
Aragonit CaCO3 (ortorombik) : hasil presipitasi langsung dari air laut secara
kimiawi atau berasal dari proses biogenic
(ganggang hijau), bentuk serabut, dan tidak
stabil.
Kalsit CaCO3 (heksagonal) : mineral lebih stabil, berbentuk hablur yaang
baik/spar, kalsit bila diberi alizarin red
menjadi merah.
 
 High-Mg Calcite : kandungan MgCO3
≥4%, terbentuk pada daerah yang
 hangat

Low-Mg Calcite : kandungan MgCO3
 <4%, terbentuk pada daerah yang dingin

Dolomit CaMg(CO3)2 (heksagonal) : berbentuk belah ketupat, tidak bereaksi

dengan alizarin red, kebanyakan hasil
dolomitisasi dari kalsit
 
 Magnesit MgCO3 (heksagonal) : biasanya berasosiasi dengan evaporit
 
 Siderit FeCO3 (heksagonal)
 
 Ankerite Ca(Fe,Mg)(CO3)2 (heksagonal)

2. Komponen pembentuk batuan karbonat


Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non
skeletal grain, skeletal grain, matrix, dan cement.
1) Non Skeletal Grain, terdiri dari :
a. Ooid dan Pisolid
Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang
mempunyai satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan
mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran
kuarsa. Ooid memliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran
> 2 mm disebut pisoid.

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 48 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 3.6 Ooid dan Pisolid
b. Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
meruncing yang tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internaL Ukuran
dari peloid antara 0,1 - 0,5 mm.

Gambar 3.7 Peloid


c. Pellet
Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips
dengan komposisi CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari
organisme.
d. Agregat dan Interklas
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat
yang tersemen bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung
akibat material organik. Sedangkan intraklas ialah fragmen dari sedimen
yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat
pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal flat.

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 49 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 3.8 Komponen Butiran Non-Skeletal
2) Skeletal Grain
Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri
dari seluruh mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro.
Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam
batugamping.

Gambar 3.9 Komponen Butiran Skeletal


3) Lumpur Karbonat atau micrite
Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping
hadir sebagai butir yang sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 50 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
dari 4 um. Micrite dapat mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh
mosaik mikrospar yang kasar.
4) Semen atau Sparit
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran
dan mengisi rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks.
Semen dapat berupa kalsit, silika, sulfat atau oksida besi.

3.8 PEMERIAN BATUAN SEDIMEN KARBONAT NON KLASTIK

Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen Non Klastik lainnya hanya saja
dalam jenis batuan memakai Karbonat Non Klastik.

3.9 KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT

1. Klasifikasi Grabau (1904)


Grabau mengklasifikasikan batugamping berdasarkan ukuran butir menjadi 5 yaitu :
 
 Calcirudite : batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir (>2 mm).

 
Calcarenite : batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16 - 2
mm).
 
 Calcilutite : batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir (<1/16 mm).

 : batugamping hasil presipitasi kimiawi seperti batugamping
Calcipulverite
 kristalin.

Batugamping organik : batugamping hasil pertumbuhan  organisme secara
 insitu seperti batugamping terumbu dan stromatolite.
2. Klasifikasi Folk (1962)
Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite dan sparite serta jenis
allochem yang dominan, Folk mengklasifikasikan batugamping menjadi 4 yaitu :
batugamping tipe I allochemical rocks dengan sparry calcite cement, batugamping tipe
II allochemical rocks dengan microcrystalline calcite matrix (allochemical >10%),
batugamping tipe III orthochemical rocks (allochemical ≤10%), dan batugamping tipe
IV autochthonous reef rocks. Batas ukuran butir yang digunakan Folk untuk
membedakan antara allochem dan micrite adalah 4 micron (lempung).

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 51 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 3.10 Klasifikasi Folk (1962)
3. Klasifikasi Dunham (1962)
Dunham mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur pengendapan (yaitu
derajat perubahan tekstur pengendapan, komponen asli terikat atau tidak terikat selama
proses pengendapan, tingkat kelimpahan antara butiran dan lumpur karbonat) menjadi 5
yaitu : mudstone, wackestone, packstone, grainstone dan boundstone, sedangkan
batugamping yang tidak menunjukan tekstur pengendapan disebut crystalline carbonate.
Batas ukuran butir yang digunakan Dunham untuk membedakan antara butiran
dan lumpur karbonat adalah 20 micron (lanau kasar).Klasifikasi batugamping yang
didasarkan pada tekstur pengendapan dapat dihubungkan dengan fasies terumbu dan
tingkat energi yang bekerja sehingga dapat untuk menginterpretasikan lingkungan
pengendapan.

Gambar 3.11 Klasifikasi Dunham (1962)

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 52 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
Embry & Klovan mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur
pengendapan dan merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham yaitu dengan
menambahkan kolom khusus pada kolom boundstone, menghapuskan kolom
crystalline carbonate dan membedakan prosentase butiran yang berdiameter ≤2 mm
dari butiran yang berdiameter >2 mm, ukuran butir ≥0,03-2 mm dan ukuran lumpur
karbonat <0,03 mm.
Embry & Klovan mengklasifikasikan batugamping menjadi 2 kelompok
yaitu batugamping autochthon dan batugamping allochthon.

Gambar 3.12 Klasifikasi Menurut Embry & Klovan (1971)

3.10 DIAGENESA BATUAN KARBONAT

A. Lingkungan Diagenesis
 
 Diagenesis di bawah air laut : laut dangkal, bagian laut dalam

 / freskwater diagenesis : diatas muka air tanah, di bawah
Meteoric diagenesis
 muka air tanah
B. Lingkup Dan Proses Diagenesis
 
 Lingkup diagenesis : pengisian pori, lithifikasi, neomorphisme dan pelarutan
 
 Proses diagenesis

1. Pengisian pori dengan mikrit/lumpur karbonat


2. Mikritisasi oleh gangang
3. Pelarutan
4. Sementasi
5. Polimorfisme

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 53 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
6. Rekristaliasi
7. Pengubahan/penggantian
8. Dolomitisasi
9. Silisifikasi

 perekatan antar butir batuan akibat adanya proses pelarutan
Sementasi : proses
dan pembatuan

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 54 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
Nama Batuan : Nama Batuan : Nama Batuan :
Breksi/Konglomerat/ Kalkarenit/Kalsirudit/Kalsilutit RijangBatubara/Batugamping
kristalin, dll
Batupasir/Batulempung/
Batulanau, dll

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 55 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
CONTOH DESKRIPSI

BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Warna : Coklat

Struktur : Laminasi

Tekstur : - Ukuran Butir : Pasir – Kerakal (0.125 – 64 mm)

- Derajat Pembundaran : Angular


- Derajat Pemilahan : Terpilah Buruk
- Kemas : Terbuka

Komposisi : - Fragmen : Lithic Andesit

- Matrik : Kuarsa
- Semen : Silika

Nama Batuan : Breksi Monomik

CONTOH DESKRIPSI

BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik

Warna : Hitam

Struktur : Masif

Tekstur : Amorf

Komposisi : Monomineralik Carbon

Nama Batuan : Batubara

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 56 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
CONTOH DESKRIPSI

BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik

Warna : Kuning

Struktur : Masif

Tekstur : - Ukuran Butir : Rudite ( >2 mm)

- Derajat Pembundaran : Angular


- Derajat Pemilahan : Terpilah Buruk
- Kemas : Terbuka

Komposisi : - Allochem : Skeletal

- Mikrit : Klasit
- Sparit : Karbonat

Nama Batuan : Batugamping Bioklastik

CONTOH DESKRIPSI

BATUAN SEDIMEN KARBONAT NON KLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Non Klastik

Warna : Coklat

Struktur : Masif

Tekstur : Amorf

Komposisi : Monomineralik Karbonat

Nama Batuan : Travertine

PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN 57 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI

Anda mungkin juga menyukai