Crepp TRANSLET

Bab 2
Tergantung waktu (tingkat-dependent) perilaku batuan
2.1 PENGANTAR
respon jangka panjang dan stabilitas struktur teknik rock seperti

terowongan, di bawah-tanah bukaan, lereng dan aset budaya batu buatan
telah menerima perhatian besar sejak awal kali. Selanjutnya, stabilitas
tambang ruang dan pilar selama eksploitasi dan setelah meninggalkan juga
menjadi perhatian besar (Mottahed & Szeky, 1982; Doktan, 1983). Ada
banyak penyebab yang mempengaruhi respon jangka panjang dan stabilitas
seperti loading berkelanjutan dengan atau tanpa beban tambahan yang
dihasilkan dari berbagai sumber peledakan, getaran mesin dan gempa bumi,
pembekuan dan pencairan, pelapukan karena tindakan fisik dan kimia dari
cairan meresap.
Proyek-proyek pembuangan limbah nuklir di negara memanfaatkan
energi nuklir dan / atau senjata nuklir memerlukan pertimbangan rentang
waktu yang sangat panjang setidaknya 10.000 tahun untuk penilaian respon
dan stabilitas fasilitas pembuangan bawah tanah di batu. Khususnya, proyek
pembuangan limbah nuklir melibatkan interaksi yang sangat kompleks
fenomena termal, hidrologi, difusi dan mekanik.
Sebagian besar aset budaya dari peradaban sebelumnya adalah struktur
yang terbuat dari berbagai batu. Memburuknya aset budaya karena
penyebab alami adalah masalah serius yang harus ditangani. Selain agen
atmosfer dan cairan meresap, bongkar berkelanjutan jangka panjang
menyebabkan deformasi dan ketidakstabilan aset-aset budaya.
Dalam Geo-ilmu, itu juga diketahui bahwa kesalahan dan kerak acara
tanggapan merayap seperti bumi. Beberapa sejarah kasus dari San Andreas
dan kesalahan Utara Anatolian didokumentasikan dengan baik. Tanggapan
deformasi kerak sebelum 2003 Miyagi-Hokubu gempa di Jepang sangat
mirip dengan apa yang diamati dalam percobaan merayap. Ada juga banyak
studi eksperimental pada creep dan relaksasi perilaku batuan kerak di
bawah rezim suhu yang berbeda.
perilaku tergantung waktu dari batuan eksperimental telah dipelajari
sejak awal kali (lihat buku oleh Jaeger & Cook (1979) dan Cristescu &
Hunsche (1998) untuk rincian). Studi eksperimental ekstensif dilakukan
pada halida (rocksalt atau garam karang dan kalium) karena mereka telah
dianggap batu penyegelan yang baik untuk penahanan dan pembuangan
limbah nuklir. Percobaan terutama dilakukan pada garam batu dikenai
merayap kondisi pembebanan di bawah rezim suhu konstan yang berbeda
(yaitu Wawersik, 1983; Hunsche, 1992). Hampir semua percobaan
dilakukan di bawah kondisi pembebanan uniaksial dan / atau triaksial tekan.
Dalam beberapa percobaan, proses penyembuhan garam batu juga
dipelajari.
6 Waktu-ketergantungan dalam mekanika batuan dan rekayasa batuan
karakteristik Creep batuan sangat penting untuk menilai jangka panjang

stabil-ity dari struktur teknik rock. Serangkaian percobaan untuk
karakteristik creep batuan lunak dilakukan oleh penulis di Universitas
Tokai dan Toyota Nasional Col-lege Teknologi menggunakan kompresi
uniaksial, creep Brasil dan kesan metode pengujian creep. Penulis
melaporkan hasil percobaan yang dilakukan pada Oya tuff. Kemudian
serangkaian studi numerik dilakukan untuk menyelidiki bidang tegangan-
regangan diinduksi di setiap jenis teknik eksperimental dan korelasi
mungkin mereka. Pada bagian akhir dari laporan tersebut, beberapa contoh
pemanfaatan karakteristik creep batuan lunak untuk menilai kinerja jangka
panjang dan stabilitas struktur teknik batu disajikan dan dibahas.
Untuk tergantung waktu atau karakteristik tingkat tergantung dari
batuan, ada metode yang berbeda seperti eksperimen tingkat tergantung
selain tes merayap. Dalam arti yang sebenarnya, ada beberapa korelasi
antara dua jenis ini dari eksperimen seperti yang dibahas dalam karya
Aydan & Nawrocki (1998).
2.2 PERILAKU CREEP DAN PENGUJIAN TEKNIK
Percobaan merayap sering digunakan untuk menentukan kekuatan

tergantung waktu dan / atau tergantung waktu deformasi modulus batuan.
Hal ini sering menyatakan bahwa creep batu tidak terjadi kecuali tingkat
beban / stres melebihi nilai ambang tertentu, yang kadang-kadang
didefinisikan sebagai kekuatan jangka panjang dari batu (Ladanyi, 1974;
Bieniawski, 1970). Namun, percobaan yang dilakukan pada batuan beku
(yaitu granit, gabro dll) balok oleh Ito (1991) selama tiga dekade
menunjukkan bahwa respon merayap pasti terjadi bahkan di bawah tingkat
stres yang sangat rendah. Nilai ambang disarankan oleh Ladanyi (1993)
mungkin berhubungan dengan inisiasi dilatancy strain volumetrik seperti
digambarkan pada Gambar 2.1. Inisiasi dilatancy umumnya sesuai dengan
40-60% dari stres
Elastis Pengerasan 1.0
STRES TINGKAT AT dilatancy

Softening MORTIR
Menga BERAPI
lir 0,8 metamorf
sp
kanka
SEDIMEN
Mene
sy
n
0,6
INISIASI
0,4
aksial
Saring Lateral
Regang 0,2
E Ee
lc Ep Es an
0.0 100 200 300 400

Uniaksial TEKAN KEKUATAN
(MPa)
Gambar 2.1 Ilustrasi nilai ambang batas untuk pelebaran dan eksperimental
hasil untuk batuan yang berbeda (diatur dari Aydan et al., 1993,
1994).
Tergantung waktu (tingkat-dependent) perilaku
batuan
tingkat dan propagasi fraktur cenderung menjadi tidak stabil ketika tingkat
stres diterapkan melebihi tingkat 70-80% dari kekuatan deviatorik utama
untuk negara stres yang diberikan (Aydan et al, 1994;. Hallbauer et al,
1973.). Oleh karena itu, perilaku di bawah ambang batas pada umumnya
sesuai dengan perilaku visko-elastis. ambang batas Creep menurut Ladanyi
(1974) sesuai dengan respon elasto-visko-plastik dan seharusnya tidak
mungkin untuk mendapatkan sifat visco-elastis langsung dari respon
diukur.
Tanggapan merayap mengakhiri kegagalan secara umum dibagi
menjadi tiga tahap seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. tahap ini
didefinisikan sebagai tahap creep primer, sekunder dan tersier. Tahap
sekunder tampaknya menjadi respon linear dalam waktu (tetapi dalam arti
sebenarnya, itu bukan respon linear). Di sisi lain, tahap tersier adalah tahap
di mana regangan meningkat secara eksponensial mengakibatkan kegagalan
perilaku creep. Pemodelan tahap ini dalam hukum konstitutif merupakan
aspek yang sangat sulit karena juga tergantung pada kondisi batas.
2.2.1 Laboratorium perangkat pengujian creep

Aparat untuk tes merayap dapat dari jenis kantilever atau beban / jenis
perpindahan dikendalikan. Meskipun rincian dari setiap mesin uji mungkin
berbeda, fitur dari aparat untuk tes merayap dijelaskan di sini.
(A) Perangkat pengujian tipe Cantilever

Aparat kantilever-jenis telah digunakan dalam tes merayap sejak awal kali
(yaitu Serata et al, 1968;. Akagi, 1976; Farmer, 1983; Ito & Akagi, 2001)
(Gambar 2.3). Hal ini dalam praktek aparat paling stabil untuk tes merayap
karena tingkat beban dapat dengan mudah disimpan konstan dengan waktu.
Pembatasan terbesar dari aparat jenis ini adalah tingkat beban yang berlaku,
yang tergantung pada panjang lengan kantilever dan osilasi selama
penerapan beban. The kantilever-jenis aparat memanfaatkan tuas multi-arm
mengatasi pembatasan batas beban (Okada, 2005, 2006). osilasi adalah
masalah teknis lain yang harus ditangani oleh produsen perangkat merayap.
Jika kenaikan beban secara manual dilakukan melalui menempatkan
deadweights di beberapa perangkat pengujian creep,
Gambar 2.2 Saring dan laju regangan respon dari percobaan merayap pada
Oya tuff (Jepang).
Gambar 2.3 Contoh dari jenis kantilever aparat merayap: (a) lengan
tunggal kantilever dan (b) multi-tuas.
Deformasi dan regangan pengukuran dapat diambil dalam beberapa

cara. Pendekatan sederhana adalah dengan memanfaatkan beberapa
LVDTs. Ketika percobaan triaksial creep dilakukan, LVDTs dapat tetap ke
sampel dan dimasukkan ke dalam triaksial cham-ber. Dalam kasus seperti
itu, tindakan pencegahan khusus yang diperlukan untuk pengukuran yang
akurat dari perpindahan. pengukur regangan dapat digunakan; Namun, alat
pengukur regangan menempel ke sampel dituntut untuk mampu mengukur
regangan selama jangka waktu yang panjang tanpa debonding apapun.
Untuk lateral yang deformasi atau strain pengukuran, sensor diametral atau
melingkar digunakan.
(B) Beban perpindahan dikendalikan aparat /

Memuat sistem pengujian adalah mesin uji servo dikendalikan yang mampu
menerapkan beban konstan tinggi ke sampel (Gambar 2.4). Aspek yang
paling penting dari ini experi-ment adalah untuk menjaga tekanan aksial
sangat tinggi yang bekerja pada konstan sampel, yang akan memerlukan
pemantauan terus menerus dari beban dan penyesuaian otomatis (yaitu
Peng, 1973). Beban yang diterapkan ke sampel dipertahankan untuk
dalam±1% dari beban tertentu. Deformasi atau strain pengukuran diukur
dengan cara yang sama seperti pada tipe kantilever percobaan merayap.
Getaran yang terkait dengan operasi kecepatan tinggi loop tertutup konstan
adalah masalah keprihatinan.
Ada juga benar aparat pengujian triaksial (pemuatan dilakukan secara
independen dalam tiga arah pada sampel kubik atau prismatik) untuk
melakukan tes merayap di bawah kondisi stres triaksial benar (Serata et al,
1968;.. Adachi et al, 1969). tiga pokok
batuan
aktuator linier
load cell dalam

triaksial
sel
Batin
beban
Bingkai
sel
Rol mesin tulis aksial

LVDT
Batu
Pelat dasar
actuator
Diametral
LVDT
Mem
batasi
inlet
fluida
(Cm)
0 10 20 30
Gambar 2.4 Load / perpindahan dikendalikan aparat (dari Ishizuka et al.,
1993).
tekanan dapat dikontrol secara independen di aparat pengujian triaksial

tersebut. teknologi baru membuat tes tersebut akan dilakukan lebih mudah.
tes Creep bawah langsung kondisi tegangan geser pada batu,
diskontinuitas dan antar-wajah juga dilakukan dengan menggunakan sistem
bongkar servo-control (yaitu Amadei & Curran, 1982; Aydan et al, 1994,
2016;.. Voegler et al, 1998; Larson & Wade, 2000). Gambar 2.5
menunjukkan multi-tujuan mesin dinamis geser-pengujian dengan
kemampuan untuk melakukan tes merayap di bebatuan, diskontinuitas dan
interface di Universitas Ryukyu. Perangkat ini awalnya dikembangkan
untuk tes langsung geser merayap konvensional dan tes geser siklik dan
baru-baru ini ditingkatkan untuk melakukan pengujian geser dinamis
(Aydan et al., 1994, 2016).
2.2.2 tes laboratorium merayap

(A) kompresi uniaksial tes merayap
tes Creep pada Oya tuff dilakukan oleh Ito & Akagi (2001) di bawah
kondisi kering diplot pada Gambar 2.7. Sebagaimana dicatat dari Gambar
2.6, beberapa tanggapan mengakhiri dengan kegagalan sementara yang lain
menjadi asimtotik ke tingkat ketegangan tertentu, tergantung pada
Gambar 2.5 Multi-purpose geser-pengujian mesin dengan kemampuan

untuk melakukan tes merayap di bebatuan, diskontinuitas dan
interface di Universitas Ryukyu dinamis.
Gambar 2.6 kompresi uniaksial respon creep Oya tuff dalam kondisi kering
(dimodifikasi dari Ito & Akagi 2001).
Rasio diterapkan stres (SR), yang didefinisikan sebagai rasio tegangan

diterapkan terhadap kekuatan jangka pendek. Tanggapan mengakhiri
kegagalan secara umum dibagi menjadi tiga tahap seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.2. Transisi dari tahap utama ke tahap sekunder dan dari
tahap sekunder untuk tahap tersier umumnya ditentukan dari deviasi dari
laju regangan menurun secara linear atau meningkatkan diplot dalam ruang
waktu logaritmik. Secara umum, itu harus, bagaimanapun, perlu dicatat
bahwa data regangan harus merapikan sebelum interpretasinya. derivasi
langsung data regangan yang mengandung tanggapan aktual serta suara
elektronik dapat menghasilkan hasil yang sama sekali berbeda.
Ketika batu memiliki kemampuan penyerapan air, kekuatan mereka
cenderung menurun com-dikupas dengan itu dalam kondisi kering (yaitu
Aydan, 1993; Aydan & Ulusay 2002, 2013). Khususnya, kekuatan batuan
lunak seperti tufa menurun drastis dan kekuatan
batuan
1
1
Gambar 2.7 Tanggapan dari awalnya kering sampel tuff kemudian jenuh
dari Zelve (b5) selama tes kompresi merayap uniaksial (diatur dari
Ito et al., 2008).
pengurangan umumnya lebih besar dari 60%. Dalam beberapa kasus,

batuan lunak mungkin hancur pada penyerapan air dan reduksi kekuatan
yang dihasilkan bisa sampai 100%. peneliti Sev-eral meneliti efek saturasi
pada tes merayap kompresi uniaksial (yaitu Ito et al, 2008;. Okubo & Chu,
1994; Okubo et al, 2005;.. Aydan et al, 2013). Gambar 2.7 menunjukkan
contoh respon creep sampel tuff dari Zelve, Cappadocia (Turki). Sampel
awalnya dikenakan loading creep pada tingkat sekitar 16% dari kuat tekan
uniaksial di bawah kondisi kering. Sampel sepenuhnya jenuh 40 menit
setelah dimulainya tes merayap. Rasio stres menjadi sekitar 95% dari kuat
tekan uniaksial dalam kondisi jenuh. Sebagai rasio stres meningkat, sampel
gagal sekitar 190 menit setelah saturasi.
Pengaruh suhu pada respon creep berbagai batuan diselidiki oleh
berbagai peneliti (yaitu Shibata et al, 2007;. Okada, 2005, 2006; Cristescu
& Hunsche, 1998; Hunsche & Hampell, 1999). Hal ini juga diketahui
bahwa kekuatan batu menurun dengan suhu (yaitu Handin, 1966; Shimada,
1993; Hirth & Tullis, 1994; Brace & Kohlstedt, 1980). Gambar 2.8
menunjukkan plot respon selama tes kompresi merayap uniaksial pada Oya
tuff dan waktu kegagalannya ditentukan pada temperatur yang berbeda.
Sebagaimana dicatat dari gambar, respon creep dipercepat dan jangka
panjang kekuatan batuan dari Oya tuff menurun.
(B) triaksial tes merayap kompresi

kompresi triaksial percobaan merayap sangat terbatas dibandingkan dengan
percobaan kompresi merayap uniax-ial karena kecanggihan peralatan dan
biaya. Namun demikian, ada beberapa upaya untuk melakukan tes tersebut
(yaitu Serata et al, 1968;. Lockner & Byerlee, 1977; Waversik, 1983;
Masuda et al, 1987;. Okada, 2005; Ito et al, 1999.). Asalkan sudut geser
tidak menilai tergantung, rasio stres di bawah triaksial tes kompresi
merayap didefinisikan dalam analogi dengan yang di tes kompresi merayap
uniaksial sebagai:
S σ1 - σ3
R 2c cos φ+ (σ1 + σ3) Φ (2.1)
= sin
(Sebuah)
0,6
T = 80 C
qmerayap/ qu = 0,88 T=
0,5 40 C
qmerayap/ qu
T = 60 C = 0,91
(%)
eSe
bua
qmerayap/ qu = 0.84
h
0,4
0,3
T = 24 C
qmerayap/ qu = 0,88
0,2
(B)
0,1
0 150 300 450 600
t (Min)
rasio
stres
1.0
0,9
T = 24, 40, 60 ° C
0,8
T (°
C)
0,7
24 T=
80 °
40 C
0,6 60
80
0,5
10-2 10-1 100 101 102 103 104 105 106
waktu kegagalan (min.)
Gambar 2.8 (A) respon Creep dari Oya tuff dan (b) Hubungan antara rasio
tegangan dan waktu kegagalan pada berbagai suhu (diatur dari
Shibata et al., 2007).
di mana c, φ, σ1 dan σ3adalah kohesi, sudut geser dan maksimum

diterapkan dan Confin-ing tekanan, masing-masing. Jika sudut geser adalah
tingkat tergantung, rasio tegangan deviatorik yang diterapkan untuk
kekuatan deviatorik digunakan sebagai rasio stres. Namun, hasil experi-jiwa
mengkonfirmasi bahwa tingkat ketergantungan dari sudut geser diabaikan
menurut Aydan & Nawrocki (1998).
Gambar 2.9 dan 2.10 menunjukkan respon merayap di bawah stres
membatasi dari 2 MPa dan waktu kegagalan tes kompresi merayap di
bawah kedua lingkungan kompresi uniaksial dan triaksial. Sangat menarik
untuk dicatat bahwa kecenderungan keseluruhan yang diperoleh dalam tes
merayap triaksial pada dasarnya mirip dengan tes kompresi merayap
uniaksial terlepas dari tekanan keliling.
batuan
1
3
Gambar 2.9 respon creep pada tekanan keliling dari 2 MPa.
Gambar 2.10 waktu kegagalan creep Oya tuff uniaksial dan triaksial tes
kompresi merayap (diatur dari Ito et al, 1999;.. Shibata et al,
2007;. Akai et al, 1979).
(C) tarik Brasil tes merayap

Tidak banyak studi tentang perilaku creep tarik batuan menggunakan tes
merayap Brasil. Namun, rock dapat dikenakan tegangan tarik di alam
seperti tebing dengan erosi kaki dan lapisan atap di atas bukaan bawah
tanah digali di batuan sedimen. Aydan et al. (2011, 2013), Agan et al.
(2013) dan Ulusay et al. (2013) baru-baru ini melaporkan beberapa tes
merayap Brasil pada sampel tuff. Kekuatan tarik spesimen dihitung dengan
menggunakan rumus berikut terkenal:
2 P
σt
= π Dt (2.2)
Gambar 2.11 respon merayap Brasil SN1-W3 sampel.
di mana P adalah beban pada kegagalan, D adalah diameter benda uji (mm),
t adalah ketebalan benda uji diukur pada pusatnya (mm). Strain nominal
sampel uji tarik Brasil dapat diberikan sebagai (lihat Hondros, 1959; Jaeger
& Cook, 1979; untuk rincian)
π σ δ
t
εt = dengan
2 1 - 4 (1 - ν) E εt = D (2.3)
di mana δ adalah perpindahan lurus ke arah pembebanan.
Jika rasio Poisson batu tidak diketahui, adalah wajar untuk memilih
rasio Poisson sebagai 0,25. Dengan demikian, rumus yang diberikan di atas
dapat disederhanakan dengan bentuk berikut (yaitu Aydan et al., 2011)
σt
ε
t = 0.82 E (2.4)
Di sini kita mengutip beberapa hasil eksperimen dari Ito et al. (2008)
dan Aydan et al. (2011). Diameter sampel adalah 46 mm dan ketebalan
mereka berkisar antara 14 dan 25 mm. Semua sampel mengalami merayap
tingkat pembebanan pada periode yang dipilih dari waktu di bawah kondisi
kering. Setelah mencapai tingkat pembebanan ultimate, sampel jenuh.
Gambar 2.11 menunjukkan beberapa respon diukur dari sampel dalam
eksperimen merayap Brasil pada Oya tuff. Oya tuff sampel berjumlah SN1-
W3 diuji di bawah kondisi penuh jenuh pada rasio stres 87%. Sebagaimana
dicatat dari angka-angka, emisi akustik terjadi pada setiap kenaikan beban,
secara bersamaan.
(D) geser langsung tes merayap

Langsung tes merayap geser di batu, diskontinuitas dan interface juga
cukup langka. Amadei & Curran (1982) dilakukan tes merayap geser
langsung pada diskontinuitas batuan. Tes geser langsung oleh Aydan et al.
(1994, 2016), Voegler et al. (1998), Larson & Wade (2000) dapat dihitung
selain tes awal yang dilakukan oleh Amadei & Curran (1982). Kami
menyajikan hasil eksperimen oleh Aydan et al. (1994) yang dilakukan pada
bahan antarmuka dan grouting dalam sistem batu jangkar. Gambar 2.12
menunjukkan
batuan
1
5
Gambar 2.12 Langsung uji rayapan geser pada antarmuka tendon-nat.
Gambar 2.13 Tanggapan bahan grouting diukur selama uji geser merayap
langsung di berbagai rasio stres.
langsung merayap percobaan geser pada antarmuka tendon-nat di bawah

tegangan normal dari 2 MPa. Rasio stres adalah sekitar 95%. Respon
keseluruhan mirip dengan kompresi uniaksial dan triaksial dan tes merayap
Brasil.
Gambar 2.13 menunjukkan tanggapan creep grouting bahan batu
jangkar sys-tems diuji di bawah kondisi geser langsung. Perpindahan
seketika awal yang dikurangkan dari respon perpindahan untuk setiap rasio
stres. Demikian pula, perpindahan merayap meningkat sebagai rasio
tegangan menjadi lebih tinggi.
(E) percobaan Impression merayap

eksperimen kesan merayap relatif mudah untuk melakukan dan kapasitas
peralatan beban-ing relatif kecil dibandingkan dengan percobaan merayap
konvensional. Isu kritis dengan teknik ini adalah definisi dari ketegangan
dan stres, yang dapat dikaitkan dengan percobaan merayap konvensional.
Ada beberapa usulan tentang cara mengkorelasikan eksperimen kesan
merayap ke eksperimen merayap konvensional, yang dirangkum dalam
Tabel 2.1 (yaitu Hyde et al, 1996;. Timoshenko & Goodier, 1970; Sastry,
2005; Rassouli et al, 2010;. Aydan et al., 2011). Jika beban yang diterapkan
diasumsikan
tabel 2.1 korelasi diusulkan antara percobaan merayap

kesan dan kompresi uniaksial percobaan
merayap konvensional.
Kete
Meneka gang
Referensi nkan an
1 δ
Hyde et al., 1980 σ = ηp ε =β · D

=D = 4E
Timoshenko & Goodier, δ π ν2(1
) -
1970 p ε p
=D = 2E
δ 1+ ν
Aydan et al., 2008 p ε p
harus sama, semua persamaan di Tabel 2.1 menyiratkan bahwa sesuai strain
akan lebih kecil sehingga perilaku plastik akan terjadi pada tingkat
pembebanan yang lebih tinggi.
Pemuatan dalam tes merayap kesan dicapai melalui bobot mati dan /
atau jack hidrolik. Gambar 2.14 menunjukkan dua contoh dari perangkat
kesan pengujian creep. Indenters mungkin memiliki bentuk yang berbeda.
Mousavi et al. (2008), Rassouli et al. (2010) dan Aydan et al. (2011, 2012,
2013) mungkin pelopor pertama untuk memanfaatkan teknik indeks ini
dalam mekanika batuan dan rekayasa rock. Mousavi et al. (2008) dan
Rassouli et al. (2010) dimanfaatkan indenters silinder datar berakhir.
Diameter lebih adalah 3 mm. Aydan et al. (2008, 2011) juga menggunakan
indentor memiliki diameter mulai dari 1 sampai 3 mm. Mereka
menyimpulkan bahwa indentor dengan diameter 3 mm lebih disukai, yang
sesuai dengan kesimpulan Mousavi et al. (2008) dan Rassouli et al. (2010).
Aydan et al. (2012,
Hasil eksperimen disajikan dalam ayat ini menggunakan perangkat yang
ditunjukkan pada Gambar 2.14 (a) dengan indentor datar berakhir dengan
diameter 3 mm. Perangkat ini mampu beban merangsang, yang merupakan
10 kali beban yang diterapkan pada ujung lengan. Perangkat ini dilengkapi
dengan transduser perpindahan dan sensor emisi akustik. Namun, sistem
pengukuran potensial listrik dapat dimasukkan dalam sistem pemantauan
dalam kondisi kering. Gambar 2.15 menunjukkan hasil tes merayap kesan
pada sampel tuff Oya dilambangkan Wez-4 di bawah kondisi jenuh.
Kekuatan jenuh Oya tuff adalah sekitar 40-50% dari yang di bawah kondisi
kering dan tingkat menghasilkan diharapkan akan lebih dari 14 MPa.
Respon menjadi stabil setelah tekanan nominal yang diterapkan 12,2 MPa.
Namun, sampel gagal ketika tekanan diterapkan adalah 21 MPa.
Sebuah merayap percobaan kesan dilakukan pada sampel rocksalt dari
Tuzköy di wilayah Cappadocia Turki. Jangka pendek dan jangka panjang
sifat rocksalt ini diselidiki oleh Ozkan et al. (2009) dan Öz¸sen et al. (2014)
di bawah uniaksial uji rayapan com-pression. Jangka pendek Rata-rata
kekuatan uniaxial tekan garam batu Tuzköy sekitar 26,5 MPa. Gambar 2.16
menunjukkan respon yang diperoleh dari uji rayapan IMPRES-sion.
Tingkat beban berangsur-angsur meningkat pada langkah ke 85 MPa.
Dalam tiga langkah terakhir, amplitudo beban menurun menjadi 28 MPa
pertama dan meningkat ke level des-ignated lebih besar dari keadaan
sebelumnya. Telah dicatat bahwa pemulihan elastis itu sangat kecil dan
perilaku rocksalt hampir visco-plastik. Setelah bongkar di
Tergantung waktu (tingkat-dependent) perilaku batuan 17
Gambar 2.14 Dua contoh perangkat kesan merayap.
Gambar 2.15 Kesan respon creep jenuh sampel tuff Oya

dilambangkan Wez-4.
Gambar 2.16 Respon dari Tuzköy Rocksalt selama uji kesan
merayap.
Gambar 2.17 Dilihat dari Tuzköy RockSalt sampel selama dan setelah tes
kesan.
akhir tes, lubang melingkar diamati sebagai akibat dari deformasi

permanen.
Selain itu, beberapa patah tulang radial sekitar lubang terbentuk (Gambar
2.17).
(F) kekuatan jangka panjang dari batu dan korelasi antara berbagai tes
merayap
Kekuatan batuan umumnya diasumsikan pengerasan jenis. Namun, hal ini
juga diketahui bahwa kekuatan jangka panjang (σSebuah(T)) dari batuan
berkurang dengan waktu dan dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut
Aydan et al. (1996)
σSebuah(T) *
= α + (1 - α) e-b(t -1) (2.5
σ
bersama )
Aydan & Nawrocki
(1998)
σSebuah(T)
=1- b ln (t*)
σ
bersama (2.6
)
Aydan et al. (2011) mengusulkan fungsi berikut, yang menggabungkan

kedua fungsi di atas
σSeb = α + (1 -
uah( α) t* (2.7)
T)
σ
ber
sam 1 + β (t* -
a 1)
dimana
α : Kekuatan dinormalisasi utama dari rock,
τ: Durasi kekuatan jangka pendek
(σbersama) Uji b: empiris konstan dan
t* = t .
τ
batuan
1
9
Gambar 2.18 Perbandingan waktu kegagalan berbagai eksperimen merayap

dan hubungan empiris oleh Aydan et al. (1996, 2011) dan Aydan
& Nawrocki (1998).
Gambar 2.18 membandingkan waktu kegagalan sampel yang diuji di

Brasil, kesan dan uniaxial percobaan kompresi merayap di bawah kondisi
kering dan jenuh. Dari hasil percobaan, sangat menarik untuk dicatat bahwa
jika rasio tegangan tetap sama, waktu kegagalan sampel kering dan jenuh
sangat dekat satu sama lain. Selanjutnya, kali kegagalan sampel yang diuji
di bawah kompresi uniaksial dan percobaan merayap Brasil juga mirip
dengan eksperimen kesan merayap.
2.3 RATE-KETERGANTUNGAN OF ROCKS DAN PENGUJIAN
2.3.1 pengujian rendah tingkat batuan

Sampel diperoleh dari Ürgüp dan Avanos (Özkonak Underground City)
diuji di bawah tingkat regangan yang berbeda di laboratorium mekanika
batuan dari Nagoya University. Beberapa hasil tes ditunjukkan pada
Gambar 2.19. Tes pada sampel yang diperoleh dari Derinkuyu kota bawah
tanah masih terus. Seperti yang terlihat dari gambar, tampaknya bahwa
kekuatan dan deformasi modulus Cappadocia tufa penurunan sebagai laju
regangan dikenakan pada sampel menurun. Hasil ini cukup mirip dengan
yang dilaporkan dalam mekanika batuan literatur (Aydan & Nawrocki,
1998). Namun demikian, tes lebih lanjut dengan berbagai laju regangan
lebih besar dirasakan diperlukan untuk mendapatkan hasil yang konklusif.
2.3.2 pengujian tingkat tinggi batuan

The Hopkinson Pressure Bar teknik Pengujian diusulkan oleh Hopkinson
pada tahun 1914 sebagai cara untuk mengukur stres propagasi pulsa di
sebuah bar logam (Gambar 2.20). Kolsky disempurnakan teknik Hopkinson
dengan menggunakan dua bar Hopkinson dalam seri, yang sekarang
dikenal sebagai bar split-Hopkinson, untuk mengukur stres dan ketegangan,
menggabungkan kemajuan dalam osiloskop sinar katoda dalam
hubungannya dengan unit kondensor listrik untuk merekam
10
Urgup Tuff
Strain Avanos Tuff Laju
Ting 5 regangan
kat 6.3 × 10-5/
3,0 × min
105 1,4 × 10-5/
N(MPa)
2,8 ×
MENEK (MP
105 4 min
ANKAN a)
1,6
105×
2,5 ×
M
K
A
N
K
A
E
E 2
8 105
1,4 × 3
AKSIAL
6 105
AKSIA
4
1
2 0,
L
1. 0 2 0,4 0,6 0,8 1.0

0 0,3
0,6 0,9 2 AKSIAL
AKSIAL STRAIN (%)
STRAIN (%)
Gambar 2.19 kurva tegangan-regangan dari tufa Cappadocia di bawah
tingkat regangan yang berbeda.
strain 1 2
gage
L
(Typ.)
V
strike V1 V2
Kejadia Pemanca
r n r
bar bar bar
Contoh
Gambar 2.20 Sebuah ilustrasi sederhana dari split-Hopkinson Bar Teknik.
propagasi gelombang tekanan di bar tekanan. Metode ini digunakan untuk

menghalangi-tambang sifat dinamis dari logam awalnya, dan keramik,
polimer, beton dan batu kemudian. Ada beberapa setup khusus teknik ini
untuk kompresi uniaksial, tarik, torsi, tes kompresi Brasil dan triaksial
batuan. Aspek yang paling sulit dari teknik ini adalah penentuan mengejan
yang sebenarnya dan menekankan pada sampel batuan.
Alunan insiden bar dan pemancar diukur untuk menyimpulkan strain

dan tekanan sampel (Gambar 2.21 dan 2.22). Alunan bar insiden terdiri dari
insiden ketegangan pulsa dan tercermin regangan pulsa sedangkan strain
gelombang yang ditransmisikan disebut sebagai ditularkan ketegangan
pulsa. Menekankan bertindak pada antarmuka dari sampel dengan insiden
bar dan pemancar bar diberikan sebagai
E
A
S
E
B
U
σsaya A
(T)= Hs (εsaya (T) + εR(T)) (2.8a)
E
A
S
E
B
U
A
H
σT (T)= s (εT (T)) (2.8b)
Tergantung waktu (tingkat-dependent) perilaku batuan 21
Gambar 2.21 pulsa regangan diukur dalam sampel marmer (dari Yavuz et
al., 2013).
Gambar 2.22 pulsa stres diukur pada sampel marmer dalam percobaan
split-Hopkinson Bar (dari Yavuz et al., 2013).
di mana E, A dan Asadalah modulus elastisitas dan area tempat kejadian bar
dan daerah sampel. Dengan demikian, laju regangan yang bekerja pada
sampel disimpulkan dari hubungan berikut
ε˙ Vp (εsaya (T) - εR(T)- εT (T)) (2.9)

= Ls
Rata-rata ketegangan dan stres dari sampel ke arah dampak yang diberikan
dalam bentuk berikut
= Vpt
(εsaya (T) - εR(T)- εT
ε( (T)) dt Ls 0 (2.10a
T) )
EA
=
(εsaya (T) + εR(T)+ εT (T))
2As
σ( (2.10b
T )
)
Sebagai hubungan berikut ini berlaku antara insiden, dipantulkan dan
ditransmisikan strain dari persamaan keseimbangan dinamis
εsaya (T)+ εR(T)= εT (T) (2.11)

Stres pada sampel secara langsung berkaitan dengan ketegangan
ditransmisikan sebagai berikut
EA
SE
B
U
σ A
(T)= Hs εT (T) (2.12)
(A) Dinamis tes kompresi uniaksial

Percobaan kompresi uniaksial umumnya dilakukan dengan menggunakan
silinder sam-prinsip keuangan. Ketinggian sampel umumnya kurang dari
diameter. Dengan kata lain, rasio aspek seperti tinggi untuk diameter
memperkenalkan efek bentuk menjadi hasil eksperimen. Gambar 2.23
menunjukkan hubungan regangan-stres dinamis berbagai batuan yang
dilaporkan oleh Yavuz et al. (2013) dengan rasio aspek 0,6. Sebagaimana
dicatat dari sosok, strain-stres
Gambar 2.23 hubungan regangan-stres yang diperoleh di bar tes split-
Hopkinson (dari Yavuz et al., 2013).
batuan
2
3
Hubungan menunjukkan elastis-regangan respon pengerasan. perilaku

seperti Namun demikian, perlu dicatat juga disebabkan oleh aspek rasio
sampel.
(B) uji kekuatan tarik Dinamis (Brasil, Notch, celah)

kekuatan tarik dinamis batuan ditentukan dari Uji Brasil, tes baik Semi-
lingkaran Bend atau retak-Chevron berkumai Brasil Test (Gambar 2.24).
Properti kekuatan tarik ditentukan dari hubungan terkenal ditentukan untuk
kasus statis saat menggunakan tekanan ditentukan dari dampak dinamis.
Gambar 2.25 menunjukkan dua contoh tarik pengujian kekuatan batuan
yang dilaporkan oleh Cadoni et al. (2011)
Gambar 2.24 Konfigurasi yang digunakan dalam penentuan kekuatan

tarik.
Gambar 2.25 Hasil tegangan tarik dinamis (dari Cadoni et al., 2011).
(C) Dinamis tes kompresi triaksial

Ada beberapa upaya untuk menentukan sifat kekuatan dinamis di bawah
tekanan membatasi. Namun, eksperimen tersebut sulit untuk melakukan dan
beberapa kompleksitas yang ada dalam penentuan stres dan strain
komponen selama percobaan.
2.4 KORELASI ANTARA RATE-TERGANTUNG

DAN CREEP TES
Definisi laju regangan harus dilakukan dalam rangka pemanfaatan hasil tes
merayap. Tingkat ketegangan dalam tes merayap umumnya bervariasi
dengan waktu dan sangat sulit untuk membuat definisi tersebut. Pada artikel
ini, kita akan mencoba untuk mendefinisikannya sebagai rasio total strain
waktu di mana creep tersier diaktifkan seperti digambarkan pada Gambar
2.26. Selanjutnya, deformasi modulus atau modulus Young didefinisikan
sebagai rasio tegangan aksial yang diterapkan untuk total ketegangan di
mana merayap tersier dimulai seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.6
juga. Meskipun definisi ini terbuka untuk diskusi, kami di sini mencoba
untuk menilai kembali kedua tes merayap dan tes laju regangan dalam
rangka yang sama dengan menggunakan mereka.
Variasi deformasi modulus atau modulus Young dari Cappadocia tufa
sebagai fungsi dari laju regangan ditunjukkan pada Gambar 2.27. Hasil
eksperimen yang sangat tersebar. hamburan jauh lebih jelas dalam hasil tes
laju regangan dibandingkan dengan orang-orang dari tes merayap. Tiga
fungsi dipasang ke hasil eksperimen sebagai mean, lebih rendah dan batas
atas juga ditunjukkan pada Gambar 2.27. Modulus deformasi yang
diperoleh dari tes merayap agak lebih kecil daripada yang diperoleh dari tes
laju regangan. Hal ini mungkin disebabkan karena definisi laju regangan
yang bekerja di bagian ini.
Gambar 2.26 Definisi laju regangan jelas dan deformasi modulus dalam
respon tes merayap.
batuan
2
5
Berikutnya variasi kuat tekan uniaksial dari Cappadocia tuff adalah

inves-tigated. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 2.28. Dari
angka ini, juga memungkinkan untuk membuat pernyataan serupa untuk
kuat tekan uniaksial seperti dalam kasus modulus deformasi. Tiga fungsi
empiris dipasang pada hasil eksperimen sebagai mean, lebih rendah dan
batas atas juga ditunjukkan pada Gambar 2.22.
Aydan & Nawrocki (1998) menyatakan bahwa laju regangan tidak
memiliki efek komentar-mampu pada bentuk fungsi yield. Pernyataan ini
menyiratkan bahwa efek dari tingkat ketegangan pada fungsi yield dapat
ditentukan pada kondisi beban uniaksial, yang menyederhanakan prosedur
eksperimental hingga batas tertentu. Mengambil ini negara-ment ke
rekening, kriteria hasil Mohr-Coulomb terkenal disajikan dalam bentuk
berikut:
f = σ1 - (qσ3 + σc(ε˙))= 0 (2.13)
Gambar 2.27 Variasi deformasi modulus atau modulus Young sebagai

fungsi dari laju regangan.
Gambar 2.28 Variasi kuat tekan uniaksial sebagai fungsi dari laju
regangan.
dimana
q = 1 + φ sin
1 - φ sin
φ : Sudut Gesekan
σc(ε˙): Kuat tekan uniaksial
σ1: Tegangan utama maksimum
σ3: Tegangan utama Minimum
Menggunakan hubungan empiris yang diusulkan untuk nilai rata-rata
yang ditunjukkan pada Gambar 2.23, σc(ε˙) Untuk tufa Cappadocia
diberikan dalam bentuk berikut
σc(ε˙)= 9.8+ 0,42 ln ε˙ (2.14)

dimana ε˙adalah laju regangan dan satuannya adalah ketegangan / menit.
Unit kuat tekan uniaksial adalah MPa. Angka 2,29 dan 2,30 menunjukkan
proyeksi fungsi hasil ini di
Gambar 2,29 Variasi fungsi yield sebagai fungsi membatasi tekanan pada
tingkat regangan yang berbeda.
Gambar 2.30 Variasi fungsi yield sebagai fungsi dari laju regangan pada
tekanan pembatas yang berbeda.
batuan
2
7
ruang tekanan stres membatasi aksial dan tingkat tegangan-regangan aksial

sementara laju regangan dan tekanan keliling bervariasi, masing-masing.
Meskipun fungsi yield sederhana, ia mampu memperhitungkan efek
ketergantungan laju regangan dari fungsi hasil batu.
2,5 PEMODELAN konstitutif
2.5.1 hukum merayap uniaksial

Sebagian besar hukum merayap empiris telah dikembangkan untuk loading
uniaksial. hukum merayap ini umumnya berkaitan dengan tahap sekunder,
yang disebut tahap creep keadaan stabil. Dengan kata lain, tahap ini harus
ditafsirkan sebagai respon visko-plastik bukan respon visko-elastis sebagai
laju creep tergantung pada tingkat stres yang diterapkan.
2.5.1.1 hukum merayap empiris

(A) Tahap pertama: tahap merayap Transient
Berikut hukum merayap diusulkan untuk tahap pertama atau tahap
sementara dari perilaku creep:
εts = bt1 / β (2.15)

di mana B dan β adalah koefisien empiris. Andrade (1910, 1914)
menyarankan nilai β koefisien 3. Data baru pada tuff dilas oleh Ma &
Daeman (2006) menunjukkan bahwa mungkin berkisar antara 1,8-7,8.
Lomnitz (1956, 1957) menyarankan hubungan empiris berikut untuk
tahap merayap sementara:
εts = SEBUAH ln (1+ αt) (2.16)

Fungsi merayap berikut umumnya diadopsi dalam studi kemudian, yang
merupakan modifi-kation hukum Lomnitz sebagai berikut:
εts = SEBUAH + B log (t)+ ct (2.17)

(B) tahap sekunder: Mantap creep keadaan
Sebuah kuasa hukum digunakan untuk uniaksial stabil creep keadaan
ketegangan dan dikenal sebagai hukum Norton
ε = Aσ nt atau ε˙ = Aσ n (2.18)
Biasanya n adalah sekitar 4-5 tetapi dapat berkisar dari sedikit kurang dari
2 sampai 8.
Gambar 2.31 Plot fungsi merayap terpadu.
Sebagai stabil creep keadaan tidak terjadi di bawah nilai ambang stres
diterapkan sehubungan dengan kekuatan jangka pendek, persamaan di atas
harus diganti dengan fungsi berikut menggunakan kurung McCauley:
ε˙ = n
SEB
UAH σctσ - 1 (2.19)
ebS
ua
h
dimana σct adalah ambang stres untuk menginduksi respon creep keadaan
stabil.
(C) tahap Tersier: Accelerated tahap merayap

tahap merayap ketiga (dipercepat merayap) adalah tahap akhir dari perilaku
creep dan diatur oleh kondisi batas diterapkan daripada menjadi properti
material. Dengan kata lain, itu adalah proses aliran. Griggs & Coles (1958)
mengusulkan rumus berikut untuk creep tahap ketiga
εts = SEBUAH + bt2 (2.20)

(D) fungsi Bersatu untuk semua tahap
Aydan et al. (2003) mengusulkan fungsi merayap untuk semua tahap respon
creep, yang memiliki bentuk berikut (Gambar 2.31):
εc = SEBUAH(1- e-t / τ1 )+ B(et / τ2 - 1) (2.21)

2.5.1.2 model rheologi sederhana untuk respon merayap
(A) hukum Newton
Hukum Newton (Gambar 2,32 (b)) adalah linear dan diberikan dalam
bentuk berikut
σ = ηε˙ (2.22)
batuan
2
9
Gambar 2.32 model rheologi sederhana.
Jika hukum ini terintegrasi dari waktu ke waktu, dibutuhkan form berikut
dengan kondisi, yaitu, ε = 0 pada t = 0:
σ
ε = ηt (2.23)
Jika kita berasumsi bahwa laju regangan diberikan dalam bentuk berikut:
ε˙ σ
= η (2.24)
Persamaan di atas dapat ditulis sebagai
ε = ε˙t (2.25)
Ini memiliki kesamaan dengan respon creep-negara yang disebutkan dalam
Bagian 2.4.1.
hukum (b) Maxwell

Substansi dalam hukum Maxwell (Gambar 2,32 (c)) diasumsikan terdiri
dari komponen elastis dan kental terhubung secara serius. Oleh karena itu,
jumlah saring dan turunannya diberikan sebagai
ε = εe + εv dan ε˙ = ε˙e + ε˙v (2.26)

Hubungan konstitutif untuk tanggapan elastis dan kental yang
σ σ
da ε˙v
εe = E n = η (2,27)
Jika σ = σHai untuk t ≥ 0 dan ε = εHai dengan εHai = σHai/ E, Fungsi
di atas menjadi
σ
o σo
ε=E + ηt (2,28)
Persamaan ini juga memiliki kesamaan dengan respon creep-negara yang
disebutkan dalam Bagian 2.4.1.
Hukum (c) Kelvin-Voigt

Substansi hukum Kelvin-Voigt (Gambar 2,32 (d)) diasumsikan komponen
elastis dan kental terhubung secara paralel. Oleh karena itu, stres total
diberikan sebagai
σ = Eε + ηε˙ (2,29)
Jika stres diterapkan σHai di t = 0 dengan ε = 0 dan berkelanjutan setelah itu,
hubungan berikut ini didapat
σ
Ha
i E
dengan
ε = E (1 - e-t/tr ) tr = η (2.30)
Sangat menarik untuk dicatat bahwa respon atas akan sama dengan tahap
merayap sementara. Gambar 2.33 menunjukkan tanggapan merayap
regangan untuk model rheologi sederhana yang berbeda.
(D) Model Generalized Kelvin

Model (Gambar 2,34 (a)) memiliki elemen Hooke dan elemen Kelvin
dihubungkan secara seri fashion. Total strain model ini
ε = εh + εk (2.31)
Hubungan stres setiap elemen yang diberikan sebagai
σ
εh = Eh dan σ = Ekεk + ηε˙k (2,32)

Dengan demikian, satu mendapatkan persamaan berikut
= ˙ - ya + k - ya
σ˙ σ
σ η ε E ε (2.33)
Gambar 2.33 regangan Creep model rheologi sederhana.
batuan
3
1
Jika stres diterapkan σHai di t = 0 dengan ε = 0 dan εe = σHai/ Eh dan
berkelanjutan setelah itu, hubungan berikut ini didapat
σ
H σ
Ha
ai i η
dengan
ε = Eh +Ek (1 - e-t/tr ) tr = E
k (2.34)
Sebagaimana dicatat dari hubungan ini, ketegangan seketika karena respon
elastis dan tahap merayap transient dapat dimodelkan.
(E) Model Zener

Model Zener (Gambar 2,34 (b)) juga dikenal sebagai model solid linear
standar dan itu terdiri dari unsur Hooke dan elemen Maxwell terhubung
satu sama lain secara paralel.
Jumlah stres dapat diberikan dalam bentuk berikut
σ = σh + σm (2.35)
Hukum konstitutif Hooke dan Maxwell elemen yang
σ˙m σm
σ E ε; ε ε ε ; ε ε ε ; ε ; ε (2,36)
h s ˙ = ˙s +
= h = + d ˙d ˙s = Em ˙d = ηm
Dengan demikian, orang dapat dengan mudah
mendapatkan persamaan diferensial berikut
dε 1 E Em 1 dσ Em
dt +ηm · yah em ε = ya em dt + ηm σ (2,37)
+ +
Gambar 2,34 model rheologi kompleks lagi.
Jika stres diterapkan σHai di t = 0 dengan dan εHai = σHai/(Eh + Em) Dan
r
=
Eh - Eh + Em = m EmEh
σ
Ha Em +
i Em deng Eh
ε 1 /
e-t tr an t η (2,38)
Tanggapan merayap akan ditentukan dari model ini melibatkan strain

seketika dan merayap sementara.
Model (f) Burgers

Burger Model (Gambar 2,34 (c)) terdiri dari Maxwell dan Kelvin elemen
terhubung satu sama lain secara seri. Hubungan konstitutif untuk setiap
elemen dapat diberikan sebagai
˙m =
Em
+
ηm = k k + ˙k
σ˙ σ
ε dan σ E ε ηε (2,39)
Total regangan diberikan oleh
ε = εm + εk (2,40)
Jika stres diterapkan σHai di t = 0 dengan ε = 0 dan εm = σHai/ Em dan
σ σ σ
Ha Ha Ha
η
i i i k
E dengan
ε = m +Ek (1 - e-t / tk ) + ηm t tk = Ek (2,41)
Sebagaimana dicatat, model ini dapat mensimulasikan strain seketika
karena respon elastis dan tahap creep keadaan transien dan mantap. Gambar
2.35 menunjukkan dan membandingkan tanggapan merayap regangan
untuk model rheologi yang lebih kompleks yang berbeda.
Gambar 2.35 Merayap tanggapan dari model rheologi yang lebih
kompleks.
batuan
3
3
(G) model Visco-plastik

(1) Bingham Model - Model visco-plastik-elastis sempurna
Visco-plastik model jenis Bingham mengasumsikan bahwa materi
berperilaku elastis di bawah tingkat stres hasil dan visco-plastik di atas
tingkat stres yield diberikan sebagai:
σ
jika σ
ε =E <σHai (2,42)
σ-
σHai σ jika
ε t σ> σ (2,43)
= η +E Hai
Persamaan di atas sesuai dengan materi sempurna visco-plastik jika
σHaicorre-sponds untuk menghasilkan nilai ambang stres. Selanjutnya,
koefisien fluiditas didefinisikan sebagai
1
γ= η (2,44)
(2) Model elastis-visco-plastik jenis pengerasan (tipe Prezyna) Model

elastik visco-plastik jenis pengerasan (Prezyna jenis) (Gambar 2,36)
mengasumsikan bahwa materi berperilaku elastis di bawah tingkat stres
hasil dan visco-plastik di atas σ tingkat stres yieldY diberikan sebagai: Hasil
kekuatan material Visco-plastik dalam kaitannya dengan strain visco-
plastik jenis pengerasan dapat ditulis sebagai
Y = σY + Hεvp (2.45)
Selanjutnya, jumlah regangan diasumsikan sejumlah regangan elastis dan
regangan visco-plastik sebagai
ε = εe + εvp (2,46)
Gambar 2,36 Model elastik visco-plastik.
34 Waktu-ketergantungan dalam mekanika batuan dan
rekayasa batuan Dengan demikian hubungan tegangan-
regangan diberikan dalam bentuk berikut
σp = σ = Eε jika σp <Y (2,47)

σp = σY + Hεvp jika σp > Y (2,48)
Total stres setiap saat dapat ditulis sebagai
σ = σp + σd (2,49)
Komponen kental stres berhubungan dengan laju regangan visco-
plastik sebagai berikut
dεv
p
σd =
Cp dt (2,50)
Dengan demikian, seseorang dapat memperoleh persamaan diferensial
berikut untuk respon visco-plastik
dεvp
σ
= σY + Hεvp + Cp dt (2,51)
Mengganti strain visco-plastik dengan menggunakan total saring dan
regangan elastis dalam persamaan di atas, orang dapat dengan mudah
memperoleh hubungan berikut
1 dε 1 dσ
HEε + Cp E dt = Hσ + E(σ - σY ) + Cp dt (2,52)

Mari kita berasumsi bahwa σ tegangan konstan = σSEBUAH diterapkan dan
dijaga konstan (uji merayap).
Persamaan diferensial di atas direduksi menjadi bentuk berikut:
dε H H 1
E
σSEB saat t
Cp UAH C (σSEBUAH = 0,
dt + E ε = E + p - σY ) ε=
εe =
Solusi dari persamaan diferensial di atas diperoleh sebagai σSEB
berikut UAH/
E.
H 1 1 B
ε = Ce
-
cp + σSEB (σSEBUAH
t
e
n
tuk akhir dari persamaan di atas menjadi
=E + H - (2,53
σSEB (σSEBUA H )
UAH H - σ Y ) C
ε 1 e- p t
(2,54
)
(2,55
)
Gambar 2,37 menunjukkan respon regangan elastis-visco-plastik untuk

pengerasan visco-plastik dan jenis Bingham perilaku visko-plastik.
(3) Model Elasto-visco-plastik jenis pengerasan

Alih-alih menggunakan model elastisitas untuk linear respon (recoverable),
beberapa model rheologi-cal dijelaskan dalam bagian sebelumnya dapat
diadopsi. Untuk non-linear respon (permanen), model yang digambarkan
dapat dimanfaatkan. Sebagai contoh, jika respon linear
batuan
3
5
Gambar 2,37 Tanggapan yang diperoleh dari model elastis-visco-plastik.
dimodelkan menggunakan tipe model Kelvin-Voigt, hubungan berikut akan

berlaku untuk bagian linear (σ <σy)
σ
+
εr = E dan σ = Eεrηε˙r dengan ε = εr (2,56)
Adapun non-linear (permanen) bagian σ ≥ σy, Berikut ini dapat
ditulis
dεp
σ = σY + Hεp +
Cp dt (2,57)
Jumlah regangan diasumsikan terdiri dari linear (recoverable) dan non-

linear komponen (permanen) seperti yang diberikan di bawah ini
ε = εr + εp (2,58)
(H) respon merayap Dinamis jenis Kelvin-Voigt

Aydan (1994, 1997) disajikan respon merayap dinamis batu atau lapisan
dengan menggunakan model Kelvin-Voigt. Sebagian besar fungsi merayap
menganggap bahwa respon elastis mengambil seketika. Sebaliknya Aydan
dianggap persamaan keseimbangan dinamis dan ia menyarankan bahwa
jangka pendek pembebanan dinamis respon harus menghasilkan
karakteristik viskositas linear batuan.
(1) lapisan Visco-elastis dikenai kekuatan tubuh sesaat
Derivasi asli dapat diadopsi dan bentuk akhir dari respon perpindahan di
bagian atas lapisan dengan ketebalan L akan mengambil formulir berikut
untuk akar kompleks karakteristik persamaan diferensial:
ρ
g p
u(T) 1
= 2 · 2
L p q2 1 - e-pt sebab qt + q qt dosa (2,59)
+
Gambar 2,38 respon dinamik dari lapisan visko-elastis dikenai kekuatan

tubuh sesaat.
dimana
η 1
3
2ρgL ρgL
p= 2
dan q = 2 12EρL2 - 9η2
Gambar 2.38 menunjukkan respon dinamis dan statis lapisan dikenai
kekuatan tubuh sesaat.
(2) kompresi uniaksial merayap percobaan

Rincian derivasi dari persamaan untuk respon regangan-stres selama
percobaan kompresi uniaksial disajikan oleh Aydan (1997). Bentuk-bentuk
akhir dari persamaan untuk tanggapan mengambil bentuk berikut untuk
akar kompleks karakteristik persamaan diferensial:
t
T dima
(I) tahap Linear beban 0 ≤ t ≤ THai; σ= H na
kenaikan σHai ai
σH η
ε(T)= e (C1 cos qt+ C2 qt
-pt ai 1 2
[(P + q ) t +
ρL 2
q2)
sin)+ T · (p2 2 2
2p] 2ρL
2
H p=
ai + L
(ii) Memuat tahap konstan (t≥ THai; σ= σHai) :
σHai 1 K
ε(T)= e-pt(C1 cos qt+ C2 qt q2
sin)+ ρL T (p )
2 H· 2 + e
tinggian sampel; ρ: kepadatan; E: modulus elastisitas; η:
viskositas modulus
(2,60
)
(2,61
)
Gambar 2.39 menunjukkan respon tegangan-regangan dari sampel di

bawah kondisi compres-sion uniaksial. Dalam perhitungan, koefisien
viskositas bervariasi. sebagaimana dicatat
batuan
3
7
Gambar 2,39 respon visko-elastis dinamis selama percobaan merayap

uniaksial.
dari gambar, ketika batu adalah murni elastis, respon regangan akan
berosilasi dalam waktu. Oleh karena itu, respon jangka pendek dinamis
mungkin berguna untuk mencirikan sifat-sifat kental sementara batuan,
khususnya.
(3) kekuatan jangka panjang

Kekuatan batu diasumsikan pengerasan ketik pendekatan yang dijelaskan di
atas. Namun, hal ini juga diketahui bahwa kekuatan jangka panjang
(σSebuah(T) dari batuan berkurang dengan waktu dan dinyatakan dalam
bentuk sebagai berikut dan mereka dibandingkan pada Gambar 2,40 untuk
data eksperimen pada Oya tuff:
Aydan et al. (1996)

σSeb
uah(
T) 0,6 0.3e-0,03 (t* -1) (2,62)
= +
σ
bersama
Gambar 2.40 Perbandingan kompresi uniaksial data eksperimen dengan

hubungan empiris.
Aydan & Nawrocki (1998)

σSebuah(T)
= 1 - 0,1 ln (t*) (2,63
σ
bersama )
Dalam catatan ini lain, fungsi berikut diusulkan
σSeb
uah(
T) t* (2,64
σ
ber )
sam *
= 0,6 + 1 + 0,04 (t -
a 0,4 1)
dimana
α : Kekuatan dinormalisasi utama dari batu
τ: Durasi kekuatan jangka pendek
(σbersama) Uji b: empiris konstan dan
t* = t .
τ
2.5.2 hukum konstitutif multi-dimensi
2.5.2.1 hukum konstitutif linier
Ketika batu atau massa batuan berperilaku linier tanpa ketergantungan
tingkat, hukum konstitutif yang paling sederhana adalah hukum Hooke.
Hukum ini ditulis dalam bentuk berikut:
σ
aku j = Dijkl εkl (2,65)
dimana σaku j, εkl dan Dijkladalah stres, ketegangan dan elastisitas
tensor, masing-masing. Jika bahan homogen dan isotropik,
Persamaan. (2,65) dapat ditulis sebagai
σaku j = 2μεaku j + λδaku jεkk (2,66)

batuan
3
9
dimana δaku jadalah Kronecker delta tensor. λ dan μ adalah koefisien Lame,
yang diberikan dalam hal elastisitas (Young) modulus (E) dan rasio Poisson
(ν) sebagai
ev E
ν) 2ν 2 ν
λ = (1 (1 ) ; μ = (1 ) (2,67)
+ - +
Ketika batu atau massa batuan berperilaku linear dengan ketergantungan
tingkat, yang dapat disebut Visco-elastisitas. Salah satu hukum konstitutif
yang paling sederhana adalah Voigt-Kelvin Hukum, yang dapat ditulis
dalam bentuk berikut:
σ
aku j = Dijkl εkl + Cijkl ε˙kl (2,68)
dimana ε˙kl dan Cijkl adalah laju regangan dan viskositas tensor, masing-
masing.
Jika bahan homogen dan isotropik, Persamaan. (2,68) dapat ditulis
dalam analogi
Eq. (2,67) menurut Aydan (1995) sebagai
a λ*
2μ λ k
σak ε ak δ uε 2μ*ε δ ε (2,69)
uj uj kk ˙aku
= + j + j+ aku j ˙kk
koefisien λ* dan μ*dapat disebut koefisien Lame kental. Ada yang berbeda
model visko-elastisitas seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya.
Hukum konstitutif di atas harus diganti dengan setara mereka.
2.5.2.2 perilaku non-linear (elasto-plastisitas

dan elasto-visko-plastisitas)
(A) Elasto-plastisitas
Setiap materi di alam mulai menghasilkan setelah stres atau ketegangan
negara dan batu atau massa batuan tertentu adalah tidak terkecuali. Istilah
yang digunakan untuk menggambarkan perilaku material seperti elastisitas
dan visco-elastisitas digantikan oleh ketentuan elasto-plastisitas atau elasto-
visko-plastisitas secepat perilaku material menyimpang dari linearitas.
Hubungan antara jumlah stres dan ketegangan atau laju regangan tidak
dapat lagi digunakan dan setiap hubungan harus ditulis dalam bentuk
tambahan. Misalnya, jika model plastisitas konvensional digunakan, elasto-
plastik hukum konstitutif antara tambahan stres dan ketegangan tensor akan
mengambil formulir berikut:
σaku j = Depijkl εkl (2,70
)
dimana
∂∂F
G
Dij ∂ σM ∂ Dprk (2,71

mn N σpr l )
Dep Dijkl ∂
ij
kl F Dmn ∂ G
= -h pr
+ ∂ σM N σ∂pr
Derivasi spesifik pers. (2,70) dan (2,71) membutuhkan berikut
Adanya fungsi yield (Mohr-Coulomb, Drucker-Prager dll),

aturan Flow (adanya fungsi potensial plastik),
Kondisi konsistensi Prager ini,

dekomposisi linier dari tambahan regangan tensor ke elastis dan plastik
compo-komponen-, dan
Keberadaan hukum Hooke antara stres tambahan dan strain elastis.
Strain plastik logam umumnya diasumsikan independen dari respon

volume panent-ric dan cukup umum untuk memperkenalkan tegangan
efektif (σe) Dan ketegangan yang efektif (εe) Konsep seperti yang diberikan
di bawah ini
σe
√
= 2 s · s dan εe= ep · ep (2,72)
3
di mana dan e adalah deviatorik stres dan ketegangan deviatorik tensor

diberikan sebagai berikut
tr tr
(σ) (εp)
saya dan ep =
s=σ- 3 εp - 3 saya dengan tr (εp)= 0 (2,73)
Sangat menarik untuk dicatat bahwa stres yang efektif dan ketegangan akan
sesuai dengan orang-orang di negara uniaksial, yaitu,
σe = σ1 dan εe = ε1 (2,74)
Ini adalah kesimpulan yang sangat nyaman bahwa respon non-linear dapat
dievaluasi di bawah negara uniaxial dan dapat dengan mudah diperluas
untuk negara multi-dimensi tanpa pengujian triaksial. Namun, perlu dicatat
bahwa ini hanya berlaku ketika komponen volumetrik dapat diabaikan
dalam perilaku mekanik secara keseluruhan.
(B) elastis-visco-plastisitas
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa bahan diasumsikan elastis sebelum
menghasilkan dan berperilaku dalam cara Visco-plastik berikut unggul.
Dalam evaluasi visco-plastik, ep digantikan oleh evp.
(i) Power-jenis Model

Ketika Norton jenis hukum konstitutif digunakan untuk respon creep,
tingkat regangan visco-plastik (evp = εvp) Dinyatakan sebagai berikut:
dεv σ
e
p q n
∂ σeq
σ
H
∂
dt = ai σ (2,75)
(ii) Perzyna-jenis
hukum elastis-visco-plastik Perznya-jenis yang digunakan untuk
mewakili non-linear ketergantungan tingkat melibatkan plastisitas.
dεvp
dt = λs (2,76)
batuan
4
1
di mana λ adalah koefisien proporsionalitas dan ditafsirkan sebagai

koefisien fluiditas. Parameter ini diperoleh dari percobaan merayap
uniaksial sebagai
ε˙
c
λ (2,77)
=σ
(D) Elasto-visco-plastisitas
Pendekatan lain diusulkan oleh Aydan & Nawrocki (1998), di mana
perilaku material visco-elastis sebelum menghasilkan dan menjadi visco-
plastik setelah menghasilkan. Derivasi dari hukum konstitutif ini
melibatkan berikut:
1) fungsi yield
F(σ, κp, κv)= f (σ)- K(κp, κv)= 0 (2,78)

Perlu dicatat bahwa fungsi yield adalah fungsi dari plastik permanen
dan parameter pengerasan kental (Gambar 3.9).
2) aturan aliran
∂ ∂ ∂
G G G˙
ε λ
p
ε λ
p
∂
d = σ . d˙ = ˙ ∂ σ + λ ∂ σ (2,79)
3) Kondisi konsistensi Prager ini
∂ ∂F∂ ∂F∂
F κp κv
· dσ
∂ ∂ ∂ ∂
dF = σ + κ ε · dεp + κ
∂ ε · dε˙p = 0 (2.80)
p p v ˙p
4) dekomposisi linier dari kenaikan regangan (dε) Dan kenaikan laju
regangan (dε˙) Ke reversibel mereka (dεr) Dan komponen permanen
(dεp)
dε = dεr + dεp; dε˙ = dε˙r + dε˙p (2.81)

5) hukum tambahan Kelvin-Voigt
dσ = Drdεr + Crdε˙r (2,82)
dimana
σ: Stres tensor
ε: Ketegangan tensor
K(κp, κv): Fungsi pengerasan
G: Potensi plastik
λ: Koefisien proporsionalitas
κp: Parameter pengerasan plastik
κv:r Parameter pengerasan kental
dε :r Reversible tambahan regangan tensor
dε˙ : Reversible tambahan laju regangan tensor
dεp: Tetap ketegangan tensor inkremental
dε˙p: Tetap laju regangan tensor inkremental
Dr: Elastisitas tensor
Cr: Viskositas tensor
(·) Menunjukkan dot produk
Dalam formulasi elastis-visco-plastik jenis Perzyna, aturan aliran

diasumsikan dari formulir berikut
∂
G
εp λ
d˙ = ˙ (2,83)
∂ σ
Aturan aliran di atas menyiratkan bahwa setiap tegang plastik adalah
tergantung waktu. Aydan &
Nawrocki (1998) menyarankan formulir berikut:
˙
dε˙p = λ ∂ G
(2,84
)
∂ σ
Aturan ini aliran Aydan & Nawrocki (1998) menunjukkan bahwa fungsi
potensial plastik menyusut (atau memperluas) dalam domain waktu sambil
menjaga bentuk aslinya dalam ruang stres dan peningkatan ketegangan
permanen terdiri dari bagian-bagian mandiri tergantung waktu dan waktu.
Mengganti Persamaan. (2,84) dalam Pers. (2,80) dan menata ulang

persamaan yang dihasilkan menghasilkan berikut
1∂F
hr ∂
dF = p σ · dσ (2,85)
di mana hrp disebut modulus pengerasan dan diberikan secara
khusus sebagai berikut
∂
hrp = - ∂ κp ∂ εp · σ + ∂ κv ∂ εp · ∂ σ (2,86)
∂ ∂
F ∂ κp G ∂ F ∂ κv ∂ G˙
˙
Memasukkan hubungan di atas ke Persamaan. (2.80) dan (2.81)
menghasilkan hubungan konstitutif antara peningkatan permanen saring
dan peningkatan laju regangan permanen dan peningkatan stres sebagai
∂ ∂ ∂ ∂
1 G F 1 G F
hr ∂ ∂ hr ∂
dεp = p σ σ · dσ = p ∂ σ ⊗σ · dσ (2,87)
dε˙p = hrp ∂ σ ∂ σ · dσ = hrp ∂ σ ⊗ ∂ σ · dσ (2,88)
∂ ∂ ∂ ∂
1 G˙ F 1 G˙ F
mana (⊗) denotes the tensor product. The inverse of the relations above
cannot be determined whether the plastic potential function is of associated
or non-associated type. Therefore the following technique is used to
establish the relation between stress
Time-dependent (rate-dependent) behaviour of
rocks
4
3
increment and strain and strain rate increments. Using relations given by
(2.79), (2.80), (2.87) and (2.88), one can write the followings:
r 1∂ ∂ r 1∂ ∂
r G F r G˙ F
dσ = dε − hr ∂ dε˙ − hrp ∂ ∂
D D p ∂ σ σ · dσ + C C σ σ · dσ (2.89)
Taking the dot products of the both sides of the expression above by ∂ F/∂
σ yields
∂ ∂
F F
∂ ∂ · (Drdε) ∂
F σ + σ · (Crdε˙)
r∂ 1∂ r∂
∂ · dσ
σ = 1∂F G F G˙ (2.90)
hr · ∂ hr ∂ · ∂
1 +p ∂ σ D σ +p σ C σ
Substituting the equation above in Eq. (2.82) gives the incremental elasto-
visco-plastic constitutive law as
dσ = Drpdε +
Crpdε˙ (2.91)
where
∂
G ∂F
Drp = Dr Dr ∂ σ ⊗ ∂ σ D r
− · ∂σ + ∂ σ · C ∂σ
hrp + ∂σ D (2.92)
∂ r∂ ∂
F G F r ∂ G˙
r ∂ G˙ ∂ F r
∂
Crp = Cr C σ ⊗∂ σ C (2.93)
− hrp + σ∂ · D ∂
σ +
∂ σ · C ∂σ
∂ r∂ ∂
F G F r ∂ G˙
Figure 2.41 illustrates the elasto-visco-plastic model for one-dimensional

response. Non-linear behaviour requires the existence of yield functions.
These yield func-tions are also called failure functions at the ultimate state
when rocks rupture. For two-dimensional case, it is common to use the
Mohr-Coulomb yield criterion given by:
τ = c + σn tan φ or σ1 = σc + qσ3 (2.94)

where c, φ and σc are cohesion, friction angle and uniaxial compressive
strength. σc and q are related to cohesion and friction angle in the following
form
2c cos + sin
φ 1φ
σ and q (2.95)
sin
c=1 φ = 1 sin
φ
− −
44 Time-dependency in rock mechanics and rock engineering
Figure 2.41 The elasto-visco-plastic model for one-dimensional response.
Since the intermediate principal stress is indeterminate in Mohr-Coulomb

criterion and there is a corner-effect problem during the determination of
incremental elasto-plasticity tensor, the use of Drucker-Prager criterion is
quite common in numerical analyses, which is given by
αI1 + J2 = k (2.96)
where
I1 = σ1 + σ2 + σ3; J2 = 61 ((σ1 − σ2)2 + (σ2 − σ3)2 + (σ3 − σ1)2
Nevertheless, it is possible to relate the Drucker-Prager yield criterion with

the Mohr-Coulomb yield criterion. On π -plane, if the inner corners of the
Mohr-Coulomb yield surface are assumed to coincide the Drucker-Prager
yield criterion, the following relations may be derived
α = √ 2 sin φ ; k = √ 6c cos φ (2.97)

3(3 + sin
φ) 3(3 + sin φ)
In Rock Mechanics, one of recent yield criterion is Hoek-Brown’s criterion
(1980), which is written as
σ1 = σ3 + mσcσ3 + sσc2
(2.98)
where m and s are some coefficients. While the value of s is 1 for intact
rock, the values of m and s change when they are used for rock mass. The
value of m can be
rocks
4
5
Figure 2.42 Comparison of various yield functions (from Aydan, 2008).
related to tensile strength and uniaxial compressive strength of rock

requiring σ1 = 0 and σ3 = −σt as
σc2 −
σt2
m (2.99)
= σcσt
It must be noted this yield criterion cannot be applied to non-cohesive
frictional materials, that is σc = 0 or c = 0.
Aydan (1995) proposed a yield function for thermo-plasticity yielding
of rock as
given by
σ1 = σ3 + [S∞ − (S∞ − σc)e−b1σ3 ]e−b2T (2.100)

where S∞ is ultimate deviatoric strength while coefficients b1, b2 are
empirical con-stants. Figure 2.42 compares the yield functions of Mohr-
Coulomb, Hoek and Brown and Aydan and Figure 2.43 shows the yield
function of Aydan in the space of confining pressure and temperature.
The parameters of yield function given above needs to be modified for
time-dependent behaviour as illustrated in Figure 2.44. As pointed by
Aydan et al. (1994, 2010) and Aydan & Nawrocki (1998), the experimental
results indicate that the time-dependency of the friction angle of rocks is
quite negligible. Therefore, the parameters related to the cohesion of rocks
may only be necessary to be correlated with time-dependency. Empirical
proposals given by Eq. (2.5) to (2.7) may be used for the time-dependency
of cohesion-related parameters. The function below is such an exam-ple
and was used by Aydan et al. (2010) for assessing the long term response of
an underground power house:
c(t
)
co = −
1.0 0.0282 log(t∗) (2.101)
Figure 2.43 3D view of Aydan’s yield function (from

Aydan, 1995).
Figure 2.44 An illustration of long term variation of Mohr-

Coulomb yield criterion.
where
co: cohesion obtained from short term experiment with a duration to,
t∗ = t ,
to
t: time.
rocks
4
7
Figure 2.45 Geometrical illustration of various models.
2.6 CORRELATION BETWEEN COMPRESSION CREEP

TESTS AND IMPRESSION CREEP TESTS
Impression creep experiments are relatively easy to perform and the

capacity of loading equipment is relatively small compared to conventional
creep experiments. Various approaches on the relation between stress and
strain states of impression experi-ments and conventional compression
experiments are summarized and discussed in this section.
2.6.1 Empirical correlations

Hyde et al. (1996) suggested the following empirical relations between the
strain mea-sured in conventional creep tests and indenter with a rectangular
flat end with the use of finite element studies (Figure 2.45(a)):
δ
σ = ηp and ε = βd (2.102)
They analysed various configurations using finite element technique and
concluded that η and β range between 0.43–0.47 and 1.9–2.0 for a stripe-
like flat-end indenters, respectively. Sun & Hyde (2009) suggests 0.892 and
0.448 for the values of η and β for a circular flat-end indenter.
2.6.2 Analytical correlations

The stress and strain field induced in the impression experiments is close to
the compres-sion of the rock under a rigid indenter (Figure 4.1(b)).
Timoshenko & Goodier (1951) developed the following relation for a
circular rigid indentation of elastic half-space problem:
1−
δ π ν2 4F
p with p π (2.103)
D =4 E = D2
where F, ν and E are applied load, Poisson ratio and elastic modulus of
rock. While the displacement distribution is uniform beneath the indenter,
the contact pressure induced by the indenter would not be uniform. Jaeger
& Cook (1969) discussed the initiation of yielding due to compression and
they suggested that the yielding stress level under compression should
correspond to one to two times the uniaxial compressive strength of rock
and the yielding would occur at a depth of the order of the radius of the
indenter.
Aydan et al. (2008) showed that the following relation should exist
between uniaxial compression stress-strain rate (σ − ε) and applied pressure
(p) and nominal strain of indenter with a cylindrical flat-end (εi = δ/D) with
the use of spherical cavity approach:
1+
σ ν p
(2.104)
ε = 2 εi
where ν is Poisson’s ratio of rock and D is the diameter of the indenter. It

should be noted that radial stress and strain of impression experiments are
analogous to stress-strain of uniaxial stress state. As discussed by Aydan et
al. (2008), there may be at least two stress levels for initiating the yielding
of rock beneath the indenter. The first yield stress level would correspond
to twice the tensile strength level of rock and the other one would
correspond to uniaxial compressive strength level. However, the effect of
tensile yielding is generally difficult to differentiate as the deformation
moduli before and after yielding in tension remains fairly the same. The
overall defor-mation modulus may change after yielding at in compression.
The experiments also indicate that the ultimate strength value (pu) cannot be
greater that a stress level given by
sin
pu = 1 φ σc (2.105)
−
The equation above implies that the ultimate strength for a frictionless
cohesive medium would be twice its uniaxial strength or four times its
cohesion. However, it should be noted that this type equation implies that
considerable yielding should take place beneath the indenters. Aydan et al.
(2008) developed following formulas for three different situations of rock
beneath the indenter (Figure 2.46):
Elastic behaviour (pi ≤ 2σt )
u 1+
a ν
p (2.106)
a = 2E i
Radially ruptured (no tension) plastic behaviour (2σt < pi ≤ σc)
1+ 1/
ua ν Rt pi a Rt pi 2 2
p 1 ; ; p σ (2.107)
2
−
a = 2E t a + E Rt a =pt t≤ t
rocks 49
pp
a
pi
Crus
Rc Rt
hed
zone
No
tension
zone
Elastic
zone
Figure 2.46 An illustration of zones formed beneath loading plate and
notation.
Crushed Plastic Behaviour (pi > σc)

u 1+ pc q/2(q Rc = pt 1/2 Rt
a ν Rt Rc Rc pi q/(q−1 Rc pi −1) pc
p 1 ); ; (2.108)
a = 2E t a + 2E a − Rt pc a = pc
Furthermore, the applied pressure is equal to radial pressure on the walls of
spherical body in view of the equivalence of work done by the pressure of
the indenter to that induced by the wall of spherical body on the
surrounding medium as
pp = pi (2.109)
Assuming that the volume of hemispherical body beneath the indenter
remains for a given impression displacement (δ), the outward displacement
(ua) of the hemispherical cavity wall can be easily related to the impression
displacement (δ) as follows
δ = 2ua (2.110)
2.6.3 Numerical studies on correlations between
experimental techniques
Finite element method is best suited for studying stress-strain responses of
various objects under different loading regimes. An axisymmetric finite
element analysis of cylindrical indenter with a diameter of 3 mm under
elastic behaviour was carried out (Figure 2.47(a)). The material properties
on the indenter and rock are given in Table 2.2. The applied pressure on the
indenter was 10 kgf/cm2 (1 MPa) and the top and side of the model were
assumed to be free to move while the central vertical line and bottom of the
model can move vertically and radially, respectively.
Figure 2.47 Finite element models for impression and uniaxial

compression tests.
Table 2.2 Material properties used in

finite element analyses.
Elastic modulus Poisson’s
Material (GPa) ratio
Indenter 200 0.30

Rock 10 0.25
Similarly, the uniaxial compression experiment was analysed using the

axisymmet-ric finite element method. The material properties used in the
finite element analyses are the same as those used in the simulation of the
impression model. The specimen is 12 cm high and 5 cm in diameter
(Figure 2.47(b)). The platen was assumed to be 1 cm thick. One fourth of
the sample is modelled using the symmetric characteristics of the problem.
Figure 2.48 shows the computed deformed configuration, minimum
principal stress contours (tension is assumed to be positive) and maximum
shear stress dis-tribution. The minimum principal stress and maximum
shear stress contours resemble to pressure bulbs as expected. However the
distributions are not uniform just below the indenter. Nevertheless, the
pressure bulbs become spherical beyond a distance
rocks
5
1
Figure 2.48 Computed results from the axisymmetric finite element
analysis for impression test.
Figure 2.49 Computed FEM results for uniaxial compression

experiments.
rocks
5
3
Table 2.3 Computed average impression displacement.

Computed
displacement
(mm
Model )
1.81
FEM 5 10−4
2.20
Eq. (2.103) 9 ×10−4
Eq. (2.106) with Eq. 1.87 ×
(2.110) 5 ×10−4
equivalent to the radius of the indenter. Table 2.3 compares the computed
average dis-placement responses of the indenter from the finite element
analysis and Eqs. (2.102) and (2.106) with (2.110). As noted from Table
2.3, the finite element analysis yields smaller displacement compared to the
theoretical derivations. The reason for the dis-crepancy is due to the
differences in boundary conditions. While the domain is finite in the FEM
analysis, it is a half-space in the derivations of Eqs. (2.103) and (2.106).
Nevertheless, it is interesting to note that Eq. (2.106) yields reasonably
close results to those from the FEM, as the ratio of diameter and length of
the domain is greater than 16 times the indenter radius.
Brazilian test is also carried out to infer the tensile strength of rocks
under com-pression loading. It is theoretically derived that the tensile
strength of rocks can be obtained. Tensile stress induced in a solid cylinder
of rock is given by
2F
σt = π Dt (2.111)
where F, D and t are applied load, diameter and thickness of rock sample,
respectively. The nominal strain of the Brazilian tensile test sample may be
given as (see Hondros, 1959; Jaeger & Cook, 1979 for details)
π σ δ
t
εt =
2 1 − 4 (1 − ν) E with εt = D (2.112)
For most rocks, the formula given above may be simplified to the
following form
σ
t
ε
t = 0.82 E (2.113)
A plane stress finite element analysis was carried out for the Brazilian test.
The proper-ties of rock were the same as those given in Table 2.2. The
properties of the platen were assumed to be those of the aluminium with an
elastic modulus of 70 GPa. Uniform compressive pressure with an intensity
of 20 kgf/cm2 was applied on the platens and boundary conditions are
shown in Figure 2.50.
The maximum tensile stress occurs in the vicinity of the centre of the
sample and its value is 1.08 kgf/cm2. This is slightly greater than the
theoretical estimation of 0.8 kgf/cm2. This is probably due to the slight
difference in the application of load boundary conditions. The radial
displacement of the sample just below the platen is
Figure 2.50 Finite element model for Brazilian tests.
about 0.001 mm, which is almost equal to that estimated from Eq. 2.113.
Therefore, it is possible to determine the elastic modulus besides the tensile
strength of rocks. Furthermore, the strain response in creep experiments
should be similar to those of the uniaxial compression creep experiments
provided that deformability characteristics remain the same under both
tension and compression.
2.7 CREEP EXPERIMENTS ON OYA TUFF
2.7.1 Geology and stability problems of underground

quarries in Oya region
Furthermore, Oya tuff or Oya stone, which is one of the most popular
building stone materials in Japan, has been quarried in the Oya region,
Utsunomiya, Japan. Over 200 underground quarries have been exploited for
more than 120 years and some of those are below residential zone. The Oya
tuff that is quarried at a hilly region nearby Oya town, Utsunomiya City,
Tochighi Prefecture, Japan with an elevation of 200 m (Figure 2.52). It
belongs to Ashio belt and it is a Tertiary formation with the basement rocks
such as chert, sandstone of the Paleozoic era, and the Mesozoic era and
covered with the diluvium of the Quaternary period, the conglomerate layer
and Kanto loam
rocks
5
5
Figure 2.51 Computed FEM results for Brazilian tests.
layer. The Oya tuff was formed under marine environment about 20 million
years ago and has a porous structure and bluish-green pumice in splashed
patterns together with chunks of the clay mineral. Its clay mineral mainly
consists of montmorillonite and zeolite. Oya tuff is a soft rock and it can be
easily excavated. However, it is easily weathered and degraded. Especially
the chunks of clay mineral in Oya tuff are easily washed away.
Underground quarries are exploited using the room and pillar method.
There were 15 large-scale collapses in Oya region since 1946 (Figure 2.53).
Oya tuff contains some swelling clay minerals (Table 2.4) and it is
susceptible to swelling and shrinkage (Figure 5.2). Free swelling strain of
Oya tuff is generally less than 0.6%.
Figure 2.52 Location and geological maps of Oya region (from Aydan et
al., 2006).
2.7.2 Short term physical and mechanical

properties of Oya tuff
Depending upon sedimentation process, the internal structure of Oya tuff
varies. There are basically three different layers of Oya tuff in relation to its
geological past. The grain size of Oya tuff changes and the highest strength
obtained for fine-grain Oya tuff while lowest strength is obtained for coarse
grain type of Oya tuff. Therefore, the scat-tering of material properties is
large as noted from Table 2.5. Furthermore, its strength and deformability
properties change in relation to water content (Figure 2.55). The reduction
of properties (φ) are fitted to the following function proposed by Aydan &
Ulusay (2002):
φ
= φ0 − (φ100 − φ0) S + β(100 − S) (2.114)
where S is saturation ranging between 0 (dry) and 100 (fully saturated). φ0
and φ100 are the normalized values of properties for the saturation values of
0 and 100, respectively.
β is an empirical constant. The value of β is 0.2 for properties shown in
Figure 2.55. A series of short term experiments on Oya tuff samples
were carried out on
samples of Oya tuff, which are also used in creep experiments reported in
this section.
rocks
5
7
Figure 2.53 A view and pillar layout at a large-scale collapse of

underground quarry in Oya region.
Table 2.4 XRD results from the samples of Oya tuff (from Aydan et al.,
2006).
Whole Clay
Rock fraction
Specime
n
Opaque- Feldsp Dolomi Kaoli Illit
Number Quartz CT ar te Clay Smectite n e
Oya 7.3 29.5 4.9 – 33.3
The uniaxial compressive strength and Brazilian tensile strength of Oya tuff
samples are summarized in Table 2.6. Figure 2.56 and Figure 2.57 shows
the multi-parameter responses of Oya samples during a Brazilian test and a
compression test. Figure 2.58 show the responses of during penetration
experiments with an indenter having a diam-eter of 3 mm under dry and
saturated conditions together with estimated responses and
Figure 2.54 Swelling and shrinkage responses of Oya tuff in

relation to water content.
Table 2.5 Mechanical characteristics of dry

tuffs of Oya (from Aydan et al.,
2006).
Parameter Oya
Dry unit weight 13.5–

(kN/m3) 15.7
Saturated unit weight 17.0–
(kN/m3) 17.6
Effective porosity 23.4–
(%) 32.0
Uniaxial compressive strength 5.72–
(MPa) 24.8
Tensile strength 0.82–
(MPa) 1.52
Elastic modulus 0.90–
(GPa) 3.00
0.25–
Poisson’s ratio 0.30
Friction angle (◦ ) 27–39
P-wave velocity
(km/s) 1.6–1.8
S-wave velocity
(km/s)
Thermal conductivity coefficient
(kcal/h m ◦ C) 0.7–1.3
6×
Thermal expansion
coefficient ( 10−6 1/◦ C) 8.0
Hydraulic ×
conductivity ( 10− cm/s)
rocks
5
9
Figure 2.55 Elastic modulus and uniaxial compressive strength reduction in

relation to water content variation (saturation).
Table 2.6 Short term properties of Oya tuff used in creep experiments.
Compressive Tensile Elastic
strength Strength modulus
Condition (MPa) (MPa) (GPa)
Dry 5.89–9.51 0.71–0.94 0.7–1.63

Saturated 2.01–3.98 0.25–0.38 0.34–0.61
Figure 2.56 Multi-parameter response of Oya Tuff during a Brazilian test.

properties from the theory of Aydan et al. (2008) for penetration
experiments. It is also possible to determine the triaxial strength of rocks
using the results of the Brazilian tensile strength experiment and uniaxial
compression experiments. Besides the Mohr-Coulomb yield criterion,
Aydan modified his criterion by relating its parameters to the parameters of
Mohr-Coulomb criterion for isothermal conditions as follows:
τ = c∞ − (c∞ − co)e−σn/b (2.115)

Figure 2.57 Multi-parameter response of Oya Tuff during a uniaxial

compression test.
Figure 2.58 Response of Oya Tuff during a penetration test.
where
σt
b ∞−
=
ln
co c∞
c
Table 2.7 gives the parameters of Mohr-Coulomb and Aydan’s failure

criteria.
Figure 2.59 compares the yield criterion for dry and saturated conditions.
2.7.3 Brazilian tensile creep experiments

A specially designed cantilever type device used for Brazilian creep tensile
creep experi-ments. This system induces loads on samples six times the
load imposed at the cantilever end. Diameter of samples is 46 mm and their
thickness ranges between 14 and 25 mm. The monitoring system involves
the measurement of displacement, acoustic emission
rocks
6
1
Table 2.7 Short term triaxial strength parameters of

Oya tuff used in creep experiments.
Saturat
Dry ed
Paramet Lowe Upp Upp

er r er Lower er
0.7
co (MPa) 0.35 0 0.35 0.7
c∞
(MPa) 12.0 16.0 4.0 8.0
◦
φ( ) 51 55 51 55
4.7
b (MPa) 8.8 10.0 2.7 3
Figure 2.59 Illustration of shear strength of Oya-tuff under dry and
saturated conditions.
counts and electrical potential. The monitoring system operates entirely on

battery-operated monitoring device. Therefore, the experimental set-up can
be easily used under in-situ conditions without any modifications provided
that sufficient protec-tion against vandalism by humans and/or nature is
implemented. Table 2.8 gives the
Table 2.8 Conditions and measured parameters of Brazilian creep

experiments.
1st 2nd 3rd Loading Failure time
loading loading loading period (min)
Sample under
No. (kPa) (kPa) (kPa) (min) saturation
SN1-W3 125 168 335 4306 1278

WE4N-3 156 302 363 5448 6
VS5 82 163 245 11352 8472
SN5E-E 415 – – 1465 3
VL15-B1 135 224 269 4237 1579
VL15-B2 138 231 323 4023 35
(no
WE1S-D 150 250 – 10066 8482 failure)
(no
WEZ-3 227 247 269 22594 19594 failure)
(no
EW4S-5 116 194 256 10500 8700 failure)
Figure 2.60 Brazilian creep response of SN1-W3 sample.
conditions and measured parameters of experiments. All samples were

subjected creep experiments up to a chosen period of time under dry
conditions and then it was fully saturated. Some creep experiments under
dry condition were performed at Toyota National College of Technology.
Figures 2.60 to 2.68 shows the measured responses of samples of Brazilian
creep experiments.
Time-dependent (rate-dependent) behaviour of rocks 63
Figure 2.61 Brazilian creep response of WE4N-3 sample.
Figure 2.62 Brazilian creep response of VS5 sample.
Figure 2.63 Brazilian creep response of SN5E-E sample.
2.7.4 Impressions creep experiments

The device shown in Figure 2.14 has been used for experiments reported in
this section. The diameter of the indenter is 3 mm and the device is of
cantilever type and it is capable of inducing 10 times the applied load at the
end of the arm. The device equipped with a displacement transducer and an
acoustic emission sensor.
Figure 2.64 Brazilian creep response of VL15-B1 sample.
Figure 2.65 Brazilian creep response of VL15-B2 sample.
Figure 2.66 Brazilian creep response of WE1S-D sample.
The monitoring is entirely based on battery-operated loggers as used in

Brazil-ian creep experimental device. Figures 2.69–2.73 shows the
responses mea-sured in impression experiments. Table 2.9 gives the details
of experimental conditions.
Figure 2.67 Brazilian creep response of WEZ-3 sample.
Figure 2.68 Brazilian creep response of EW4S-5 sample.
Figure 2.69 Impression creep response of EW4S-5 sample.
2.7.5 Uniaxial creep experiments

The device shown in Figure 2.6 has been used for experiments reported in
this section. The device is of cantilever type and it is capable of inducing
loads up to 50 kN. The device equipped with a displacement transducer.
Load cell and an acoustic emission
Figure 2.70 Impression creep responses of EW1N-4 sample.
sensor. Figure 2.74 shows the responses measured in uniaxial compression

experiments so far. Table 2.10 gives the details of experimental conditions.
2.7.6 Comparisons of experiments

Figure 2.75 compares the failure time of samples tested in Brazilian,
impression and uniaxial compression creep experiments under dry and
saturated conditions. Although it is difficult to compare the impression
creep experiments, the stress ratio is obtained by dividing the applied stress
condition by 36 MPa. This is a first trial and a short term penetration
experiments under dry and saturated conditions are felt to be necessary for
better comparative results. From experimental results, it is very interesting
to note that if the stress ratio remains same, the failure time of dry and
saturated samples are very close to each other. Furthermore, the failure
times of samples tested under uniaxial compression and Brazilian creep
experiments are also similar. These two important conclusions have strong
implications in practice. This comparison is still preliminary and further
comparisons of experimental results are needed.
Figure 2.71 Impression creep responses of SN4-E sample.
2.8 APPLICATIONS OF THE LONG TERM RESPONSE

AND STABILITY OF ROCK ENGINEERING
STRUCTURES
2.8.1 Abandoned room-pillar mines

One of the main parameters influencing the long term stability of
abandoned mines is the creep strength characteristic of rocks. A series of
creep tests on sandstone samples
Figure 2.72 Impression creep responses of WEZ-4 sample.
obtained from abandoned lignite mines of Mitake town in Gifu Prefecture

of Japan were carried out. The specific of the function (2.63) proposed by
Aydan & Nawrocki (1998) for the long term strength of rocks normalized
by their short term strength is adopted for the long term stability analyses of
abandoned room and pillar mines together with the use of RMR rock
classification system (Aydan et al., 2005).
σ
cl = 1 − 0.0397 ln t (2.116)
σ
c
s ts
rocks
6
9
Figure 2.73 Impression creep response of SN3-D sample.
Table 2.9 Conditions and measured parameters of Impression creep

experiments.
1st 2nd 3rd Failure time
Sample loading loading loading Loading (min)
period under
No. (MPa) (MPa) (MPa) (min) saturation
EW3-4 14.14 28.28 35.35 80 80

EW1N-4 28.28 35.35 – 164 164
SN4-E-1 21.21 – – 3576 585
SN4-E-2 22.4 – – 20084 –
SN3-D 28.28 – – 40 40
WEZ-4-1 14.14 28.28 – 3664 440
WEZ-4-2 14.14 21.21 323 4023 1573
WEZ-4-3 14.14 – – 4200 –
Figure 2.74 Uniaxial creep responses of samples.
Table 2.10 Conditions and measured parameters of uniaxial compression

creep experiments.
1st loading Loading period
Sample No. (MPa) (min) Comment
VU3 6.62 100 failed

Terminated – no
EW4S 4.2 2458 failure
Terminated – no
WE1S 3.0 2130 failure
Figure 2.75 Comparison of failure time of Brazilian creep samples with

that of uniaxial compression creep experiments.
For the simplicity, we will use the tributary area approach for pillar stability
and arching approach for the stability of roof layers in developing our
theoretical equations. The tributary area is simple yet effective method to
assess the overall stability of the pillars. Let us assume that the geometry of
a representative pillar and its overburden load can be modeled as shown in
Figure 2.76(a). From the assumed geometry, it is easy to show that the
average pillar stress is
At At
σp =
ρgH Ap or σp = σV Ap (2.117)
where
ρ : is unit weight of rock
g: is gravitational acceleration
H: Overburden
At : Area supported by pillar
Ap: Area of pillar
σV = ρgH
The long term strength of rock depends upon the level of the sustained
loading with respect to its strength in short term tests. Figure 2.76(b) shows
the computed results for the failure time of pillars with the consideration of
long term strength of pillars. From the results it is inferred that the failure
time would be shorter if the
rocks
7
1
Figure 2.76 Mechanical model and failure time of pillars of abandoned

lignite mine.
Figure 2.77 Mechanical model and failure time of roof of abandoned

lignite mine.
tributary area (excavation ratio) increases. This type of situations may be

observed when the abandoned mines are fully submerged. However, it
should be noted that the long term strength properties for saturated
conditions should be used under such situations. The range probably
corresponds to the actual situation of the abandoned mine that the author
and his group have been investigating (Aydan et al., 2005). For the lower
bound strength range, the stability problems of pillars would occur after 57
years for a typical excavation ratio of 7. The recent collapses of abandoned
lignite mines in the town of Mitake confirm this conclusion.
The stability of roof layers can be checked against various forms of
failure. Although roof layers may crack due to bending stresses, their
ultimate failure would be
governed by arching phenomenon within the roof layers. If the fiber stress
exceeds the compressive strength at the crest of arch within roof layer, the
roof layer will collapse. Under such a condition, the following relation can
be derived (i.e. Aydan, 1989):
2 L 2
ρg
σc = 3 h h (2.118)
where L and h are the span and thickness of roof layer, respectively. The
effect of degradation can be imposed on the thickness of roof layer while
the effect of long term strength can be imposed on the compressive strength
of roof layers.
2.8.2 Abandoned room and pillar quarries of Oya tuff

The quarrying history of Oya tuff is more than 100 years and it became
famous as a building stone following its use in the construction of Imperial
Hotel in Tokyo. The mechanical excavation using chains started in 1952
and the size of quarries become larger as a result. The first caving of the
quarries occurred in 1946 and there were very large scale caving (sinkholes
from 1989 to 1991, which received wide coverage by the mass media. As a
result, Utsunomiya city started long term monitoring of abandoned
underground quarries. Furthermore, these events also resulted in the
increased atten-tion on the long term stability of Oya tuff underground
quarries. The failure of an underground quarry occurred in 1989 in
Sakamoto district of Oya town. The diam-eter of the sinkhole was about 65
m and the overburden thickness was 30 m and the total depth of the
sinkhole was 40 m. The approach explained in the previous section can be
directly used to back-analyse the sinkhole formation. The long term
strength of Aydan & Nawrocki (1998) given by Eq. (2.63) adopted for the
back-analyses. The short term strength of Oya tuff varies. However, it is
assumed to be ranging between 6 and 8 MPa on the basis of experimental
results described in this report. Furthermore, coefficient b is taken as
0.0435. Figure 2.78(a) shows the effect of overburden on the collapse time
of the underground quarry. The failure time is about 30 years for an
overburden depth of 30 m with an excavation ratio of 4. However, the
quarries should be stable against the failure of pillar for shallow depths.
Figure 2.78(b) shows the effect of excavation ratio for overburden depth of
30 m. The computational results indicate that the collapse time may range
between 20–30 years for the given strength range and chosen excavation
ratios.
2.8.3 Man-made natural underground openings in
Cappadocia region
(a) Stability of openings to next to cliffs and in fairy chimneys
Based on the observations of the Aydan et al. (1997, 2008) at Göreme,
Zelve, Ürgüp, and Uçhisar and Ortahisar castles, most of the instabilities
occur as a result of collapse of toes of openings next to cliffs. In such
failures, erosion of the toe by natural agents and decrease in long term
strength of the rock are the main causative factors. In addition, instability
problems were also observed in openings in fairy chimneys. In the model
representing an opening next to the cliff (Fig. 2.79a), it is assumed that the
pillar or wall at the valley side carries the half of the opening. Due to its
conical
rocks
7
3
Figure 2.78 The effect of overburden and excavation ratio on the failure
time of collapsed region of Sakamoto underground quarry in Oya
town.
shape, a fairy chimney is considered as an axially symmetrical rock

structure including a circular opening at its center (Fig. 2.79a). Although
the real stress distributions in these openings are slightly different than
those in these models, it is considered that the approaches used will be
helpful to assess the conditions of the instabilities investigated. The time
dependent safety factor (SF) of the wall next to the cliff and in fairy
chimney is written as follow.
= σcr(t) Aw
SF (2.119) γ H At
where γ , σcr, H, At and Aw are unit weight, creep strength, overburden
height, total area supported and wall area. The area ratios for continuous
wall next to cliff and in cylindrical fairy chimney shown in Figure 6.4a
specifically take the following forms, respectively.
At w
(2.120
Aw = 1 + 2B a)
Figure 2.79 (a) Mechanical models and (b) safety factor variation with
overburden and time for openings next to cliffs and in fairy
chimneys, respectively.
At 1
(2.120b
A = r 2 )
w i
r
1 −0
The creep strength (σcr) in terms of short term strength (σcs) is represented
in the following form for tuffs of Cappadocia region.
t
σcr = σcs 1 − 0.05 ln τ (2.121)
where: t and τ are time and short term test duration, respectively. The
uniaxial com-pressive strength of the rock mass is estimated from the
equation of Aydan et al.
(2014):
σ
c
m RMQR
RMQR + β(100−
σ
ci = RMQR) (2.122)
rocks
7
5
The value of β in equation above can be taken as 6 on the basis of

experimental data from construction sites in Japan (Aydan & Kawamoto,
2000; Aydan et al., 2014). Equation 2.122 can be adopted for the creep
strength versus failure time function and the safety of openings can be
evaluated. Figure 2.79b shows the safety factor of the openings next to
cliffs and in fairy chimneys as a function of time and overburden for
strength properties of tuffs. It is clear from Figure 2.79b that openings next
to cliffs are more likely to fail in long term as compared with those of fairy
chimneys.
(b) Long term stability of Derinkuyu underground city

In the elasto-visco-plastic analyses, the total strain of surrounding rock
mass consists of instantaneous strain due to excavation and creep strain.
εt = εe + εc (2.123)
The instantaneous strain field is obtained from the elastic or elasto-plastic
behaviour of rock mass. The creep strain is obtained from visco-elastic or
visco-elasto-plastic behaviour following the excavation. This mechanical
model can be expressed for linear behaviour in the following form
σ = Deε at the time of excavation (2.124)

σ = Dε + Cε˙ after the excavation (2.125)
This model is fundamentally very similar to the Generalized Kelvin Model
or Zener Model. In the finite element formulation of rock excavations,
multi-dimensional forms of Generalized Kelvin Model or Zener Model are
used. If such a concept is formulated using the finite element method, one
can easily get the following form:
CU˙ + KU = F (2.126)
where
C = BT CBd ; K = BT DBd ; F = NT bd + NT bd
At time zero (excavation), the initial strain field is obtained using the multi-
dimensional elasticity tensors of either Zener or Generalized Kelvin Model
and Eq. (2.38) is integrated over the time domain using one of time-
integrations schemes. When the behaviour deviates from linear visco-
elasticity behaviour, the visco-plastic schemes can be implemented as
described in a textbook by Oven & Hinton (1980).
The models described in previous section for one-dimensional situation
can also be extended to one-dimensional axi-symmetric situations. Figure
2.80 compares the finite-element analysis based on the generalized Kelvin
model with analytical results for one-dimensional axi-symmetric situation
for the shaft of Derinkuyu underground city.
A series of visco-elasto-plastic finite element analyses were carried out
to assess the short and long term stability of a vertical shaft and a hall at the
7th floor of Derinkuyu Underground City (Aydan et al., 2008; Aydan &
Ulusay, 2013). The vertical shaft is still in operation and is used as one of
the ventilation shafts connecting all floors of
Figure 2.80 Comparison of analytical solutions with axisymmetric finite

element solution.
Table 2.11 Physical and mechanical properties used in finite element

analyses.
ρ λ0 µ0 λ µ λ∗ µ∗ φ
GPa GPa (◦
kN/m3 MPa MPa MPa GPa year year )
2
18 121 121 69 69 0.242 0.138 2
Derinkuyu Underground City to the ground surface. The cross-section of

the shaft is circular. Therefore, the problem was treated as an axi-symmetric
problem. The shaft was taken as 37.5 m deep and the hall was at the depth
of 40 m. The vertical stress was assumed to be equivalent to the overburden
and the lateral stress coefficient was taken 0.5 on the basis of initial in-situ
stress predictions (Aydan et al., 1999; Watanabe et al., 1999; Aydan &
Ulusay, 2013). The Mohr-Coulomb yield function was replaced with
Drucker-Prager yield criterion by using the theoretical relations between
two yield criteria while taking into account the strain rate dependency.
Relevant mechanical properties used in the analyses are given in Table
2.11, which were determined from short and long term laboratory tests on
rock samples and in-situ characterization of rock mass.
The analysis on the shaft showed that there should be no yielding
occurring around the shaft soon after the excavation. The computations
were carried out up to 1500 years, which corresponds to the present time if
this underground city was assumed to be excavated 1500 years ago. Figure
2.81 shows the maximum shear stress dis-tribution contours at the time of
1500 years following the excavation and also the displacement and velocity
responses of the shaft at the level of 36 m from the ground surface.
Computations also indicated that yielding of rock mass should not also
occur at the present time. Since the behaviour of surrounding rock mass is
visco-elastic, the deformation of the shaft should had been nearly
converged to its final value and the stress state in the surrounding rock mass
should also be the same as that at the time of excavation.
rocks
7
7
Figure 2.81 Computed stress distributions and displacement and velocity

responses of shaft wall at 36 m level using elasto-visco-plastic
FEM.
Figure 2.82 Deformation and velocity responses of the hall at 7th floor of
Derinkuyu underground city.
The second example is concerned with the hall at the 7th floor of
Derinkuyu Underground City. The hall has an arch shaped roof and its
shape is close to horseshoe. The width is about 4.5 m and 20 m long.
Therefore, the problem was treated as a two dimensional plain-strain
problem. Although the hall has 3 pillars along the centre line, they were
neglected in computations as they had some thoroughgoing discontinuities.
The analysis showed that no yielding occurs soon after the excavation. The
compu-tations were carried out up to 1500 years, which corresponds to the
present time. Figure 2.82 shows the deformed configurations of the domain
analysed 1500 years after the excavation and the displacement and velocity
response of the hall. Compu-tations also indicated that yielding of rock
mass should not occur until the present time. Since the behaviour of
surrounding rock mass is visco-elastic, the deformation of the shaft should
had been nearly converged to its final value and the stress state in the
surrounding rock mass should also be the same as that at the time of
excavation. Figure 2.83 shows the maximum shear stress state around the
hall.
Figure 2.83 Maximum shear stress distribution around the hall at 7th floor
(1500 year elapsed after the excavation).
2.8.4 Application to Tawarazaka tunnel

Since the deformation of the tunnel has been continuing for more than 1500
days after the completion of excavation along this section, it was
understood that some investigations are necessary for the causes of time-
dependent deformations. Addi-tional laboratory tests and in-situ pressure-
meter tests and borings were conducted at certain locations along this
section. Some swelling tests were also performed. The swelling tests
indicated that rocks in this section had no swelling potential. This was
unexpected.
(a) Simplified Time-dependent axi-symmetric analyses

Aydan et al. (1992, 1993, 1996) proposed some analytical solutions for
predicting the deformation response of tunnels in squeezing rocks. Using
the concept proposed by Ladanyi (1974), Aydan et al. (1996) considered
the variation of long term proper-ties of rocks with time and they called as
the degradation of material properties. This concept was adopted in the
original model of Aydan et al. (1992, 1993) and it was applied at a section
of tunnel where the overburden was 280 m. The three different long term
strength values were chosen and deformation responses of the tunnel were
computed for each long term strength values. Figure 2.84 shows the
computed defor-mation responses with the measurements at three sections.
As noted from the figure, the deformation response of the tunnel implies
remarkable visco-elastic behaviour. It is also interesting to note that when
the long term strength if 0.5 times the short term strength, there is an abrupt
variation of the deformation response as soon as rock yields. This response
is remarkably similar to those measured.
rocks
7
9
Figure 2.84 Comparison of computed responses with measurements.
Table 2.12 Physical and mechanical properties used in finite element

analyses.
λ µ K K
ρ 0 0 λ∗ µ∗ st lt
MPa MPa MP
3 α α
kN/m MPa MPa day day st lt MPa a
0.1
22 275 254 3.96 3.65 1.51 0.9 0.19 6
(b) Elasto-visco-plastic finite element analyses

The same section of the Tawarazaka tunnel was analysed using the elasto-
visco-plastic finite element method (Aydan et al., 1995). The finite element
analyses were also concerned with the effect of support system. First,
unsupported case is considered. The overburden was assumed to be 280 m
at the respective location. The physical and mechanical characteristics of
rock are given in Table 2.12. Figure 2.85 shows the deformed configuration
of surrounding rock around the tunnel at 2500 days after excavation.
Figure 2.86 shows the finite element mesh for supported case in which
bold lines correspond to bolts, shotcrete and steel ribs. This support system
was initially adopted for supporting the tunnel through this section.
Rockbolts and steel ribs and shotcrete were represented by rockbolt
element (Aydan, 1989), shotcrete element (Aydan et al., 1990),
respectively. Figure 2.87 shows the deformed configuration of surrounding
rock around the tunnel at 2500 days after excavation.
Figure 2.88 compares the time history of displacements in the centre of
the floor after excavation (note that displacements due to excavation were
subtracted from the figures) for supported and unsupported cases together
with measurements at the centre of the floor. While the time dependent
deformation of the crown decreased from 48.9 mm to 33.7 mm at 2500
days due to the effect of support pattern, no remarkable difference was
observed for the floor as shown in Figure 2.88. This was thought to be due
to the pattern of the support system since it was a non-closed support ring.
Figure 2.85 Computed deformed configuration.
Figure 2.86 Support system.

Figure 2.87 Computed deformed configuration (with support)

responses with measurements.
Figure 2.88 Comparison of computed.
Mesh
scale Disp. scale
0 0.3
m
0 100 m
Disp. Mesh scale
scale 10
0
0 m
0 0.3 m
(a) Just after construction (b) After 30 year
Figure 2.89 Comparison of deformed configuration just after construction

and 30 years.
2.8.5 Applications to underground power house

A pumped-storage scheme consists of two reservoirs and underground
powerhouse and it was constructed about 30 years ago. The upper reservoir
consists of a 125 m high rockfill-dam with a storage capacity of 5,780,000
m3. The lower reservoir has a gravity dam with a height of 44 m. The
underground powerhouse is 55 m long, 22 m wide and 39 m high and it has
two turbines (Chubu Electric Power Co., 1979). The maximum water level
variation may reach 45 m in 12 hours at the full capacity. As it is expected
that the deformability and strength of every geomaterial have some time-
dependent characteristics, the time-dependent behaviour of the underground
power house would naturally occur following its construction. The time-
dependency of cohesion (c) of rock mass was assumed to obey the
functional form given by Eq. (2.101) by considering experimental results on
the igneous rocks (Aydan & Nawrocki, 1998).
The elasto-visco-plastic finite element method described in previous
section was used to analyse the long term response of rock mass around the
underground cavern. Figures 2.89 and 2.90 shows the deformed
configurations and plastic zone formation around the cavern at the time of
construction and after 30 years for the lateral stress coefficient of 1.0, which
was used in the initial design. Compared with the deformation of the cavern
shown in Figure 2.89(a), the deformation becomes larger. Furthermore, a
plastic zone develops in the vicinity of the sidewall, which was not
observed during the excavation step (Figure 2.90).
Mesh scale Mesh scale

10
0
0 100 m 0 m
Plastic zone
(a) Just after construction (b) 30 years after construction
Figure 2.90 Comparison of plastic zone formation around the cavern just
after and 30 years after the construction.
Figure 2.91 Finite element mesh used in the back-analyses.

2.8.6 Applications to foundations
The final application involves a back-analysis of the constitutive law
parameters of the foundation rock of the pier 3P of the Akashi suspension
bridge. The rock consists of
Figure 2.92 Time response of applied load and measured displacement.
Figure 2.93 Back analysis of measured displacement by Kelvin model.
Figure 2.94 Comparison of measured and computed displacement.
Kobe tuff, which is a relatively soft-rock. The diameter of the foundation

was 80 m and its height was 80. Following the lowering of the caisson
foundation to the sea bottom, it was filled with concrete, which increased
the load on the foundation. First the filling of the inner ring was completed
and the outer ring following with some time lag. The deformation of the
ground was measured during the filling stages. It was required to obtain the
time-dependent characteristics of foundation formation by considering
Figure 2.95 Estimated creep displacement of the pier.
the loading associated with the construction procedure. The constitutive law of the foundation
rock was assumed to be of Kelvin type. The problem was considered to be an axi-symmetric
problem and the finite element mesh used in the back analyses is shown in Figure 2.91. The
elastic modulus and viscosity coefficient of Kelvin model of foundation rock were 833 MPa
and 3.3 GPa day, respectively (Figures 2.92 and 2.93). Figure 6.94 compares the computed
response with measured response for the loading condition shown in the same figure. Figure
6.95 shows the displacement of the pier for about 4 years. The expected creep displacement is
about 108 mm.

Crepp TRANSLET

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Crepp TRANSLET

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

Bab 2

Tergantung waktu (tingkat-dependent) perilaku batuan

respon jangka panjang dan stabilitas struktur teknik rock seperti

6 Waktu-ketergantungan dalam mekanika batuan dan rekayasa batuan

karakteristik Creep batuan sangat penting untuk menilai jangka panjang

2.2 PERILAKU CREEP DAN PENGUJIAN TEKNIK

Percobaan merayap sering digunakan untuk menentukan kekuatan

Elastis Pengerasan 1.0

STRES TINGKAT AT dilatancy

0.0 100 200 300 400

2.2.1 Laboratorium perangkat pengujian creep

(A) Perangkat pengujian tipe Cantilever

Deformasi dan regangan pengukuran dapat diambil dalam beberapa

(B) Beban perpindahan dikendalikan aparat /

load cell dalam

Rol mesin tulis aksial

tekanan dapat dikontrol secara independen di aparat pengujian triaksial

2.2.2 tes laboratorium merayap

Gambar 2.5 Multi-purpose geser-pengujian mesin dengan kemampuan

Rasio diterapkan stres (SR), yang didefinisikan sebagai rasio tegangan

pengurangan umumnya lebih besar dari 60%. Dalam beberapa kasus,

(B) triaksial tes merayap kompresi

di mana c, φ, σ1 dan σ3adalah kohesi, sudut geser dan maksimum

Gambar 2.9 respon creep pada tekanan keliling dari 2 MPa.

(C) tarik Brasil tes merayap

Gambar 2.11 respon merayap Brasil SN1-W3 sampel.

(D) geser langsung tes merayap

Gambar 2.12 Langsung uji rayapan geser pada antarmuka tendon-nat.

langsung merayap percobaan geser pada antarmuka tendon-nat di bawah

(E) percobaan Impression merayap

tabel 2.1 korelasi diusulkan antara percobaan merayap

Hyde et al., 1980 σ = ηp ε =β · D

Gambar 2.14 Dua contoh perangkat kesan merayap.

Gambar 2.15 Kesan respon creep jenuh sampel tuff Oya

akhir tes, lubang melingkar diamati sebagai akibat dari deformasi

Aydan et al. (2011) mengusulkan fungsi berikut, yang menggabungkan

Gambar 2.18 Perbandingan waktu kegagalan berbagai eksperimen merayap

Gambar 2.18 membandingkan waktu kegagalan sampel yang diuji di

2.3 RATE-KETERGANTUNGAN OF ROCKS DAN PENGUJIAN

2.3.1 pengujian rendah tingkat batuan

2.3.2 pengujian tingkat tinggi batuan

1. 0 2 0,4 0,6 0,8 1.0

Gambar 2.20 Sebuah ilustrasi sederhana dari split-Hopkinson Bar Teknik.

propagasi gelombang tekanan di bar tekanan. Metode ini digunakan untuk

Alunan insiden bar dan pemancar diukur untuk menyimpulkan strain

ε˙ Vp (εsaya (T) - εR(T)- εT (T)) (2.9)

εsaya (T)+ εR(T)= εT (T) (2.11)

(A) Dinamis tes kompresi uniaksial

Hubungan menunjukkan elastis-regangan respon pengerasan. perilaku

(B) uji kekuatan tarik Dinamis (Brasil, Notch, celah)

Gambar 2.24 Konfigurasi yang digunakan dalam penentuan kekuatan

(C) Dinamis tes kompresi triaksial

2.4 KORELASI ANTARA RATE-TERGANTUNG

Berikutnya variasi kuat tekan uniaksial dari Cappadocia tuff adalah

f = σ1 - (qσ3 + σc(ε˙))= 0 (2.13)

Gambar 2.27 Variasi deformasi modulus atau modulus Young sebagai

σc(ε˙)= 9.8+ 0,42 ln ε˙ (2.14)

ruang tekanan stres membatasi aksial dan tingkat tegangan-regangan aksial

2,5 PEMODELAN konstitutif

2.5.1 hukum merayap uniaksial

2.5.1.1 hukum merayap empiris

εts = bt1 / β (2.15)

εts = SEBUAH ln (1+ αt) (2.16)