Bab Ii
Bab Ii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Osteoarthritis
2.1.1 Definisi
nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Dalam Perhimpunan Reumatologi
sendi degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan
ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua (Sjamsuhidajat et.al,
2011).
berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih tinggi pada perempuan dengan nilai
persentase 68, 67% dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai persentase
sebesar 31, 33%. Dengan sebaran sebagai berikut penyakit osteoartritis lebih
sering terjadi pada lutut yaitu sebesar 89,91% yang diikuti oleh penderita
osteoartritis pada servikal dengan persentase sebesar 6,88% dan untuk penderita
osteoartritis lumbal yaitu sebesar 2,75% yang merupakan persentase terendah.
9
10
2.1.2. Klasifikasi
tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
pada penuaan. Pada orangtua, volume air dari tulang muda meningkat dan
degenerasi dengan mengelupas atau membentuk tulang muda yang kecil. Pada
kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total dari bantal kartilago antara tulang-tulang
dan sendi-sendi.
Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat
antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan
dari kartilago dapat juga menstimulasi pertumbuhan tulang baru yang terbentuk di
sekitar sendi-sendi (Soeroso, 2006).
Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu maupun
banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut), sendi-sendi kecil
imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi
tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk
mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini juga diperlukan
antara lain : 1). Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi, 2). Capsul sendi
yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan lepas
bila bergerak, 3). Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang
mengatur luasnya gerakan, 4). Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi
untuk mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi. 5). Ligamentum-
ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua
buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan
proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang
12
terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella
disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia dengan tulang femur
disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan tulang fibula
proximal disebut articulatio tibio fibular proksimal (Kisner and Colby, 2013).
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang,
ligamen beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut
dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:
a. Tulang Femur
sendi yang disebut caput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna
femoris terdapat taju yang disebut trochantor mayor dan trochantor minor, di
bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang
disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara kedua condylus ini
terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut
b. Tulang Tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os
fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan
c. Tulang Fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk
persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur.
Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah
hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan
otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut
90 derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat extensi
Stabilisator pasif sendi lutut terdiri dari beberapa ligamen yaitu ligament
14
obliqum dan ligamen patella disebut ligamen kapsuler (Putz and Pabst, 2008).
melekat pada bagian lateral condilus lateralis femur yang berfungsi sebagai
penahan gerak translasi os. Tibia terhadap os. Femur kearah anterior mencegah
hyper ektensi lutut dan membantu saat roling dan gliding sendi lutut. Sedangkan
ligament cruciatum posterior merupakan ligamen terkuat dari sendi lutut, ligamen
ini berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas
dan melekat pada condilus medialis femur, ligamen ini berfungsi sebagai penahan
gerak translasi os tibia terhadap os femur ke arah posterior (Putz and Pabst, 2008).
Ligamen collateral berfungsi sebagai penahan berat badan baik dari medial
maupun lateral. Arah ligamen collateral lateral dan medial akan memberikan gaya
ROM ekstensi lutut. Ligament collateral lateral membentang dari permukaan luar
condilus lateralis femoris ke arah caput fibula, dalam gerakan flexi lutut. (Putz
terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara
oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun
15
pada dinding capsul dan fascia m. Popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas
Ligamentum Patella melekat pada tepi bawah patella dan pada bagian
dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan
dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris
lutut terletak membentang paling depan dan menghubungkannya dua insertio dari
kedua meniscus lateral dan medial, terdiri dari jaringan connective (Putz and
Pabst, 2008).
lutut. Di samping ligamen ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan
kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan,
berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang
terdapat pada sendi lutut antara lain : (a) bursa popliteus, (b) bursa supra
patellaris, (c) bursa infra patellaris, (d) bursa subcutan prapatellaris, (e) bursa sub
bagian skelet yang berarti suatu gerakan dapat terjadi. Hal ini terjadi karena otot
Lutut diperkuat oleh dua group otot besar yaitu group ekstensor dan group flexor
lutut. Otot kuadrisep berperan penting dalam meneruskan beban melintasi sendi
lutut. Otot quadrisep merupakan otot ekstensor utama sendi lutut yang sangat
penting untuk menjaga stabilitas dan fungsi sendi lutut. quadricep femoris terdiri
dari empat otot yaitu rektus femoris, vastus medialis, vastus lateralis dan vastus
intermedialis adalah otot penggerak utama sendi lutut yang terletak di bagian
medial adalah otot pes anserinus yang terdiri musculus sartorius, gracilis dan
(Syaifuddin, 2013).
Otot – otot mempunyai fungsi pada sendi lutut sebagai Flexi adalah m.
biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, dibantu oleh m.
gracilis, m. Sartorius, dan m. popliteus. flexi dibatasi oleh kontak bagian belakang
tungkai bawah dengan tungkai atas. Dan Extensi adalah m. quadriceps femoris.
kemudian rotasi lateral dlakukan oleh peran m. biceps femoris (Safrin and Sriyani,
Otot quadrisep merupakan otot yang sangat besar dan kuat yang mampu
menerima beban sampai 4450 Newton atau 2200 kg. Mekanisme otot quadrisep
menstabilkan patela pada semua sisi dan mengatur gerakan antara patela dan
femur. Mekanisme kerja quadrisep ini dibutuhkan seperti saat berjalan otot
17
quadriceps memberi control fleksi lutut saat initial contact (loading respons)
kemudian ektensi lutut untuk midstance kemudian preswing heel-off to toe off
pada aktifitas berjalan dan dalam mempertahankan fungsi sendi lutut saat
tubuh, dan jika fungsi otot quadriceps terganggu tentu kontrol gerak tersebut
hamstring juga memberi support pada posterior sendi lutut ketika lutut extensi
terjadi pada rentang gerak 0-80o fleksi lutut. Kekuatan puncak otot quadrisep ada
pada rentang 60-700 fleksi lutut. Vastus medialis yang merupakan otot yang
paling aktif dari ketiga otot pada saat mekanisme gerak ekstensi lutut 20-30°.
Stabilitas sendi lutut tergantung pada tonus otot-otot kuat yang bekerja
Aksis gerak fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi, yaitu
daerah condylus medialis. Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut
dalam keadaan normal akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh
a. Osteokinematika
ekstensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130
derajat, bila posisi hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip
ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi antara 0 – 10 derajat
gerakan putaran pada bidang rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi
antara 30 – 35 derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi
gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi gerakan roling dan
sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka, gerakan roling ke arah belakang
dan sliding ke arah depan (berlawanan arah). Saat fleksi, femur roling ke arah
belakang dan sliding ke belakang, untuk gerakan ekstensi, roling ke depan dan
sliding ke belakang. Saat tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi maka roling
maupun sliding bergerak searah, saat fleksi maka roling maupun sliding bergerak
searah, saat fleksi roling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi
b. Artrokinematika
Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak roling dan sliding
berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur roling ke arah belakang dan
slidingnya ke belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka roling
19
maupun sliding terjadi searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi
Osteoartritis adalah kelainan pada tulang sendi yang merupakan akibat dari
sintesis tulang rawan subkondral dan artikular. Hal tersebut dapat dipicu oleh
2.3.1. Patologi
kerusakan khondrosit, dan timbulnya rasa nyeri. Jejas mekanis dan kimiawi pada
sendi sinovial yang terjadi secara multifaktorial antara lain disebabkan karena
faktor umur, stress mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek
rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan
(Anestherita, 2013).
subkondral tersebut.
saraf sensible yang dapat menghantarkan rasa sakit. Selain karena dilepaskannya
prostaglandin dan interleukin, rasa sakit juga ditimbulkan karena terlepasnya kinin
berlebihan.
Nyeri akut pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang yang
menekan periosteum dan radix saraf yang berasal dari medulla spinalis serta
kenaikan tekanan vena intra medullar akibat stasis vena intra medullar karena
proses remodeling pada trabekula dan subkondrial. Osteofit terbentuk dari proses
degeneratif masa kartilago, sehingga terjadi perubahan reaktif pada tepi sendi dan
Dengan adanya jejas mekanis maka makrofag dalam cairan synovial akan
2.3.2. Etiologi
Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri sendi. Masyarakat awam dan
atau asam urat. Sebagian lagi berpikir akibat osteoporosis. Namun kenyataannya
penyebab utamanya nyeri sendi (khususnya yang dialami oleh yang berusia lebih
dari 45 tahun) adalah osteoartritis. Penyebab osteoartritis bermacam-macam.
Riset lain juga menunjukkan adanya faktor keturunan (genetik) yang terlibat
dalam penurunan penyakit ini. Namun demikian, beberapa faktor risiko terjadinya
osteoartritis adalah sebagai berikut: (1) Wanita berusia lebih dari 45 tahun (2)
Kelebihan berat badan, (3) Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para
olahragawan dan pekerja kasar, (4) Menderita kelemahan otot paha, (5) Pernah
mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan yang
dengan tulang yang lain, menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi, jika tulang rawan menjadi kasar
seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak dan
disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti berat badan, proses penuaan,
cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan gen (Teichtahl et al., 2008).
22
menua, isi air dari cartilage meningkat, dan susunan protein dari cartilage
membentuk crevasses yang kecil. Pada kasus-kasus yang telah lanjut, ada
kehilangan total dari bantal cartilage antara tulang-tulang dari sendi-sendi.
antara tulang-tulang, menjurus pada nyeri dan pembatasan dari mobilitas sendi.
tulang baru (spurs, juga dirujuk sebagai osteophytes) yang terbentuk sekitar sendi-
anggota dari keluarga yang sama, menyiratkan basis yang diturunkan (genetik)
risiko yang paling kuat untuk osteoarthritis dari lutut-lutut. Perkembangan yang
dini dari osteoarthritis dari lutut-lutut diantara atlet-atlet angkat besi dipercayai
23
adalah sebagaian disebabkan oleh berat badan mereka yang tinggi. Tauma yang
menemukan risiko osteoarthritis yang meningkat pada pelari-pelari jarak jauh (Di
cartilage (tulang rawan) sendi yang dini. Osteoarthritis dari sendi-sendi pinggul
yang telah hadir sejak lahir. Gangguan-gangguan hormon, seperti diabetes dan
cartilage yang dini dan osteoarthritis sekunder (Di Cesare et al., 2008).
penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya .
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson, 2008).
25
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan
tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan
tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe
dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul –
matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari
2008).
pergantian matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses
(PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis
meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada
yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi.
aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi.
27
Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan
mudah mengendur (Felson, 2008).
Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi
akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA pada sendi (Felson, 2008).
2.3.4. Diagnosis OA Lutut
Diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi dari American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut
Klinis dan
Klinis
Laboratorik
Klinis dan Radiografi Nyeri lutut + minimal 3 dari 6 kriteria berikut:
• Umur > 50 tahun
• Kaku pagi < 30 menit
• Krepitasi
• Nyeri tekan
• Pembesaran tulang
• Tidak panas pada perabaan
Nyeri lutut + minimal 5 dari 9 kriteria berikut :
• Umur > 50 tahun
• Kaku pagi < 30 menit
• Krepitasi
• Nyeri tekan
• Pembesaran tulang
• Tidak panas pada perabaan
• LED < 40 mm / jam
• RF < 1 : 40
• o Analisis cairan sendi normal
Nyeri lutut + minimal 1 dari 3 kriteria berikut :
• Umur > 50 tahun
• Kaku pagi < 30 menit
• Krepitus
• OSTEOFIT
2.3.5. Penurunan Kekuatan Otot Pada Ostoarthritis
Otot memberikan kekuatan yang dibutuhkan untuk menggerakkan sendi
sinovial. Otot sebagai stabilisator pada hubungan dengan atau antar sendi dan
struktur sekitar sendi. Perubahan kekuatan otot atau integritas dapat
mempengaruhi fungsi sendi dan merupakan tumpuan penting pada sendi OA.
28
Penelitian yang lalu menunjukkan bahwa kelemahan otot kuadrisep
et al., 2011).
otot sekitar lutut. Periode inaktivitas dalam waktu yang lama karena nyeri sendi
menyebabkan disuse atropy dan kekuatan otot yang berkurang sebesar 3% dalam
satu minggu. Kelemahan otot ekstremitas adalah salah satu kondisi yang paling
awal dan paling sering di temukan pada Osteoartritis lutut (Roos et al., 2011).
lutut, juga menyebabkan kebutuhan lebih besar terhadap otot maupun ligamen
sendi lutut ditambah obesitas memiliki otot quadrisep dengan ketahanan terhadap
fatigue lebih rendah daripada individu tanpa obesitas. Seperti yang telah
daripada lutut yang memiliki otot-otot yang kuat (Hamillton et al., 2008).
Postur tubuh yang baik (good posture) adalah keadaan seimbang antara otot
atau deformitas yang progresif baik pada posisi tegak, berbaring, duduk, maupun
jongkok. Postur yang buruk (poor posture) adalah susunan yang tidak sesuai dari
Postur dan pergerakan dapat dinilai dengan melihat titik pusat yang melewati
bagian tubuh, yang biasa disebut pusat gravitasi. Pusat gravitasi berada satu inch
di depan sacral dua, sedangkan garis imajiner yang melewati pusat gravitasi
dinamakan garis gravitasi. Menurut Kendall, garis ini melalui sutura coronaria di
promontorium tulang sakrum, posterior sendi panggul, anterior lutut dan sedikit di
Osteoartritis lutut dapat mengubah postur, alignment pola jalan dan tingkat
joint reaction force pada kompartemen medial lutut yang selanjutnya dapat
al., 2008).
Seiring dengan nyeri dan peningkatan beban mekanik, seseorang cenderung untuk
gaya yang harus dilakukan oleh otot abduktor panggul untuk menyeimbangi
peningkatan berat badan. Lebih lanjut lagi, manuver ini akan menggeser gaya dari
berat badan yang awalnya di medial lutut menjadi ke sisi lateral lutut, sehingga
gaya sendi tibiofemoral pun akan bergeser ke lateral. Hal ini menyebabkan
distribusi beban yang lebih besar di kompartemen lateral lutut dan selanjutnya
Beban yang tinggi dan berulang pada sendi lutut selama berjalan maupun
aktivitas lain diyakini sebagai faktor yang sangat berperan dalam patomekanika
osteoartritis lutut. Sendi lutut adalah struktur kompleks yang terdiri dari 3
Beban pada kompartemen medial sekitar 2,5 kali lebih besar daripada beban pada
Pada penderita osteoartritis lutut terjadi peningkatan beban aksial yang terus
menerus, sehingga beban yang melewati lutut pun akan meningkat. Selama fase
single leg stance , lutut akan menerima beban sebesar 3-6 kali berat badan. Setiap
kenaikan berat badan akan dikalikan angka ini menggambarkan betapa besar
beban yang melewati lutut pada seorang yang overweight pada saat berjalan (Roos
et al., 2011).
Saat berdiri, lutut dilalui oleh gaya (R) yang merupakan hasil dari dua gaya
yang bekerja pada lutut yaitu berat badan (P, garis imajiner yang merupakan
proyeksi center of gravity dari sakrum) dan gaya yang dihasilkan oleh kerja otot
gluteus maksimus dan tensor fasia lata (M). Pada kondisi keseimbangan, gaya R
akan melalui pertengahan lutut, sehingga gaya kompresi terbagi sama rata pada
permukaan weight bearing tibia. Nyeri dan peningkatan berat tubuh akan
medial lutut dan menyebabkan pembagian gaya kompresi yang lebih besar pada
32
area yang mendapat tekanan lebih dapat timbul nyeri, destruksi kartilago dan OA
Ketika seseorang berjalan saat kaki menyentuh lantai, gaya dari berat badan
akan dilawan dengan gaya yang sama besar dan arah yang berlawanan. Gaya
reaksi tersebut adalah Ground Reaction Force (GRF) yang garis gayanya berada
di sebelah medial sendi lutut. Semakin besar GRF atau semakin jauh jarak antara
sendi lutut dengan garis gaya GRF (misalnya pada deformitas varus lutut),
semakin besar adduction moment yang menyebabkan tibia menjadi lebih varus
terhadap femur besarnya knee adduction moment ini menggambarkan beban yang
melewati kompartemen medial lutut dan berpotensi memicu proses degradasi pada
kompartemen medial lutut dan berperan besar dalam tingkat keparahan penyakit.
Hal yang terpenting adalah apabila terjadi pergeseran garis gravitasi atau
ekuilibrium, garis gravitasi harus tepat jatuh melalui rotasi aksis atau harus ada
Selain itu diperlukan juga struktur penunjang postur yang baik. Struktur
penunjang postur terdiri dari struktur statis dan dinamis. Ligamen, fasia, tulang
dan sendi adalah struktur statis yang menopang tubuh, sedangkan otot dan tendon
33
adalah struktur dinamis yang menstabilkan postur tubuh saat gerakan dari satu
Bagian tubuh yang mengalami cidera atau kerusakan akibat dari banyak
faktor yang salah satu nya osteoartritis lutut adalah suatu kondisi karena dari
proses degenerasi pada tubuh individu tersebut. proses tersebut dapat terus
dalam kehidupan masyarakat, jadi disabilitas adalah istilah yang mengacu pada
Kelainan varus atau valgus dapat mempengaruhi lingkup gerak sendi (range
of motion) dan mempercepat penyempitan celah sendi disebut instabiliti pada lutut
(ligamentum laxity).
merupakan alat ukur yang memiliki validitas dan realibilitas yang baik saat ini.
Indeks Lequesne ini terdiri dari tiga bagian, kategori : (Kalim, 2014).
Keluhan nyeri atau ketidaknyamanan ini berisi tentang gangguan nyeri ketika
tidur malam, kaku pagi hari, keluhan nyeri setelah berdiri 30 menit, keluhan nyeri
ketika berjalan dan ketika bangkit dari duduk tanpa bantuan tangan (Yaputri,
walked)
Dalam bahasan jarak tempuh maksimal dalam berjalan disini pasien diminta
jongkok, menekuk lutut, dan berjalan pada lantai yang tidak rata.
Latihan penguatan untuk kekuatan atau tenaga, pada umumnya adalah latihan
beban. Salah satu metode yang terbaik untuk meningkatkan kekuatan maksimal
jumlah jaringan ikat tendon dan ligamen. Dengan bertambahnya ukuran serabut
otot maka diharapkan akan terjadinya peningkatan kekuatan dan ketahanan pada
Metode latihan penguatan dasar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
isometrik, isotonik, isokinetik (Kisner, 2007). Dari ketiga metode latihan tersebut,
bertambah), akan menghasilkan peningkatan kekuatan pada otot, power otot dan
ketahanan otot.
suatu jenis latihan dinamis dengan kontraksi otot yang menggunakan beban tetap
dan terjadi perubahan panjang otot dimana terjadi pemanjangan (eksentrik) dan
pemendekan (konsentrik) otot melalui lingkup gerak sendi. Pada latihan isotonik
dengan beban tinggi serta pengulangan rendah dapat meningkatkan kekuatan otot
(Taylor, 2007).
Pada saat latihan penguatan ini dilakukan, otot akan mengalami kontraksi
konsentrik yang disebut juga kontraksi phasik. Salah satu ujung otot terfiksasi dan
ujung yang lain menarik tulang sehingga terjadi gerakan pada sendi. Selain itu
Kontraksi ini adalah kembalinya otot ke keadaan semula secara bertahap setelah
terjadi kontraksi konsentrik. Metode latihan isotonik merupakan latihan penguatan
pemberian beban dan tekanan yang berlebihan untuk mendapatkan tingkatan yang
lebih baik. Kerja secara dinamik dan isotonik tidak menimbulkan kelelahan yang
menambah kekuatan otot yang juga disertai dengan peningkatan koordinasi otot
dan kecepatan. Latihan isotonik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggerakkan beban melewati seluruh lingkup gerak sendi, sesering yang dapat
Tabel 2.1
Konversi Nilai n RM
n RM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Brzycki 100 95 90 88 86 83 80 78 76 75
% 1 RM Beachle 100 95 93 90 87
85 83 80 77 75
(Baechle, 2000)
Metode ini ditemukan oleh DeLorme yang belakangan ini dikenal dengan
strengthening. Terdiri dari tiga set latihan yaitu set pertama 10 kali repetisi pada
beban 50% dari 75% 1RM, set kedua 10 kali repetisi pada beban 75% dari 75%
1RM, dan set ketiga 10 kali repetisi pada beban 75% 1 RM. Setiap sesi latihan
istirahat sejenak. Tehnik ini menggunakan fase warm up karena beban yang
digunakan bertingkat dari beban rendah ketinggi. Warm-up sering juga disebut
performance latihan baik secara psikologis maupun fisiologis dan juga berfungsi
terbentuknya myofibril dalam serat otot yang disebabkan oleh sintesis protein
dilakukan atau diangkat selama 10 kali gerakan atau kontraksi. Setiap sesi latihan
terdiri tiga set, masing-masing set 10 pengulangan. Setiap sesi dari latihan
beban dilakukan tiga set ,10 kali pengulangan dengan beban 50% dari 10 RM, 10
kali pengulangan dengan beban 75% dari 10 RM, 10 kali pengulangan dengan
beban 100% dari 10 RM, (3) setiap set dari latihan tersebut diselingi oleh istirahat
singkat.
Tabel 2.2
Metode Delorme
1 10 X 50% X 75% 1 RM
2 10 X 75% X 75 % 1 RM
3 10 X 100% X 75 % 1 RM
mengurangi efek kelelahan pada otot akibat pemberian beban maksimal pada set
pertama.
dilakukan atau diangkat selama 10 kali gerakan atau kontraksi (Kisner, 2007).
Setiap sesi latihan terdiri tiga set, masing-masing set 10 pengulangan. Setiap sesi
dilakukan tiga set ,10 kali pengulangan dengan beban 100% dari 10 RM, 10 kali
pengulangan dengan beban 75% dari 10 RM, 10 kali pengulangan dengan beban
50% dari 10 RM, (3) setiap set dari latihan tersebut diselingi oleh istirahat singkat.
Efek yang terjadi pada latihan Oxford sama seperti metode DeLorme ,
metode Oxford sebagai suatu jenis latihan penguatan juga akan menggunakan
maka efek yang terjadi pada metode ini akan sama seperti pada adaptasi akibat
Pada metode ini dimana latihan dimulai dengan beban yang berat akan
menimbulkan efek kelelahan pada awal latihan akibat tidak adanya persiapan pada
otot. Metode latihan ini berusaha menurunkan kerusakan pada efek kelelahan
kelelahan yang terjadi. Karena fase istirahat dapat dilakukan dengan istirahat total
kegagalan otot melakukan kontraksi melawan atau menahan gaya dari luar secara
efektif dan efisien. Kelelahan dibagi menjadi dua, yaitu kelelahan otot lokal dan
Tabel 2.3
1 10 X 100% X 75% 1 RM
2 10 X 75% X 75% 1 RM
3 10 X 50% X 75% 1 RM