Kurikulum Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro FT UM 2014
Kurikulum Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro FT UM 2014
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
karena fokus masalah yang diteliti lebih banyak menyangkut proses kegiatan
pembelajan. Susilo (2011) menyatakan bahwa beberapa fenomena seperti anak
lamban belajar, hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, atau berbagai
kasus pengajaran di kelas sering kali tidak dapat tertangkap oleh model penelitian
formal. Salah satu jalan keluar yang dipilih oleh para ahli pendidikan untuk
mengatasinya yakni dengan model pendekatan kualitatif. Para ahli pendidikan
menganggap bahwa model pendekatan kualitatif lebih akomodatif untuk
pembelajaran di kelas. Salah satu penelitian kualitatif di bidang pendidikan ialah
penelitian tindakan.
Penelitian ini dilakukan di 2 kelas yaitu kelas XI IA 4 dan XI IA 5 SMA
Negeri 7 Malang. Materi yang digunakan yaitu sistem ekskresi dan sistem
koordinasi. Siklus lesson study dilakukan sebanyak 8 siklus untuk masing-masing
kelas dengan rincian 4 siklus materi sistem ekskresi dan 4 siklus untuk materi
sistem koordinasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik
observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan yaitu
lembar observasi, lembar penilaian, dan soal tes. Data pembelajaran yang efektif
diperoleh dari ketuntasan belajar klasikal siswa yang diperoleh dari skor post test
di setiap akhir siklus lesson study dan ulangan harian sebanyak 2 kali.
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari pencarian fakta-
fakta yang muncul di lapangan, mempelajari berbagai fenomena yang terjadi di
lapangan. Data berupa angka seperti kemampuan pengelolaan kelas dan
keterlaksanaan lesson study diubah dalam bentuk persentase kemudian
dideskripsikan sesuai dengan pedoman kategori keterlaksanaan lesson study dan
kemampuan pengelolaan kelas. Siswa dianggap tuntas belajar jika skornya
mencapai ≥75 dan pembelajaran berlangsung efektif jika persentase ketuntasan
belajar siswa mencapai ≥ 85.
HASIL
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu plan, do, dan see
pada setiap pembelajaran. Keterlaksanaan lesson study dan kemampuan
pengelolaan kelas mengalami peningkatan secara bertahap.
Keterlaksanaan Lesson Study
Persentase keterlaksanaan tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan.
Tahap plan pada siklus 1 persentase keterlaksanaanya sebesar 78,6% yang berarti
terlaksana dengan baik. Pada tahap plan siklus 1 ini ada beberapa hal yang belum
terlaksana yaitu mengidentifikasi permasalahan dalam mata pelajaran, tujuan
pembelajaran, dan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran. Tahap plan
pada siklus 2 persentase keterlaksanaannya 85,7% . Pada siklus 3-9 mengalami
peningkatan sebesar 7,09%. Pelaksanaan tahap plan pada siklus 10-17 juga
mengalami peningkatan sebesar 7,2% sehingga peresntase keterlaksanaan tahap
plan ini adalah 100% yang termasuk kategori terlaksana dengan sangat baik.
Diagram keterlaksanaan tahap plan dapat dilihat pada Gambar 1.
Tahapan see pada siklus 1 dan 2 lesson study terlaksana dengan baik yaitu
dengan persentase sebesar 88,2%. Pada siklus tiga hingga delapan persentase
keterlaksanaannya adalah 94,1% yang berarti ada peningkatan sebesar 5,6% dari
siklus sebelumnya. Pada siklus sembilan hingga siklus terakhir, persentase
keterlaksanaan tahap see adalah sebesar 100% yang termasuk dalam kategori
terlaksana dengan sangat baik. Diagram keterlaksanaan tahap see dapat dilihat
pada Gambar 3.
PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Lesson Study
Pada pelaksanaan lesson study, guru tidak hanya meneliti dengan jalan
memberikan perlakuan kemudian mengamati bagaimana dampaknya terhadap
siswa, melainkan ingin mengubah proses pembelajaran menjadi proses
pembelajaran yang efektif, dengan jalan mengamati dan mengumpulkan data,
kemudian melihat bagaimana dampaknya, dan selanjutnya merevisi rencana
pembelajaran itu untuk dilakukan pengkajian lagi (Syamsuri, 2008).
Keterlaksanaan tahap plan pada awal-awal siklus memang belum sempurna
karena masih belum terbiasa sehingga belum terlaksana dengan baik. Tahapan
yang tidak terlaksana ini pada awal tahap plan masih luput dari diskusi para
observer dan guru model. Hal ini disebabkan karena perlu adanya keterbiasaan
dan komunikasi yang baik antar anggota tim lesson study dalam melaksanakan
berbagai tahapan dalam lesson study sehingga tahap plan ini dapat terlaksana
dengan sangat baik. Tahap plan ini sangat membantu guru model untuk
merancang secara kolaboratif kegiatan pembelajaran yaitu dengan merancang
metode, media, tujuan pembelajaran, maupun LKS yang tersusun pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Tahap do yang dilaksanakan di kelas XI IA 4 dan XI IA 5 SMA Negeri 7
Malang ini mengalami peningkatan persentase keterlaksanaan setelah
melaksanakan beberapa kali open class. Pada siklus yang pertama hingga ke lima
terus mengalami peningkatan. Pada siklus keenam sedikit mengalami penurunan
yaitu menjadi 89,5%. Hal ini merupakan hal yang cukup wajar karena dalam
pelaksanaan pembelajaran tentu ada saja kekurangan sehingga kita harus tetap
belajar secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan falsafah dari lesson study yaitu
belajar. Jadi, dalam melaksanakan kegiatan lesson study kita harus terus belajar
dengan berbagai kenyataan yang ada untuk melakukan kegiatan belajar
selanjutnya yang lebih baik. Pada siklus selanjutnya yaitu siklus 7 hingga 17
mengalami peningkatan kembali karena guru model maupun observer sudah
terbiasa dan mengalami peningkatan dalam melaksanakan tahap do.
Keterlaksanaan tahap see juga mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus
selanjutnya. Manfaat perencanan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan hasil
refleksi (see) pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sangat
bermanfaat bagi guru model dalam menuyusun kegiatan pembelajaran yang lebih
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa. Perencanaan
pembelajaran yang lebih baik tentu saja juga bermanfaat bagi siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas di kelas XI IA 4 pada pertemuan pertama hingga ketiga
mengalami peningkatan yaitu mulai dari 77,5%, 78,4%, hingga 81,4%. Pada
pertemuan keempat mengalami sedikit penurunan yaitu menjadi 78,6%. Hal ini
dikarenakan adanya perpendekan waktu menjadi 20 menit untuk masing-masing
jam pelajaran. Perpendekan waktu itu cukup mempengaruhi guru model dalam
mengelola kelas karena jam pelajaran dilakukan pada siang menjelang sore hari
sehingga sangat mempengaruhi kondisi fisik siswa yang cenderung mengantuk.
Pada kegiatan pembelajaran selanjutnya terus mengalami peningkatan persentase
kemampuan pengelolaan kelas hingga pada siklus 9 persentasenya menjadi
94,1%. Persentase kemampuan pengelolaan kelas di kelas XI IA 5 mengalami
peningkatan sedikit demi sedikit hingga mencapai 95,8%. Pengelolaan kelas XI
IA 5 relatif lebih mudah daripada di kelas XI IA 4 karena siswa kelas XI IA 5
lebih kondusif dan lebih mudah dikendalikan karena karakteristik siswanya
berbeda. Peningkatan kemampuan pengelolaan kelas ini tidak lain merupakan
hasil kegiatan refleksi secara berkelanjutan pada tahap see dalam lesson study.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa
kendala yang dihadapi peneliti dalam mengelola kelas. Kendala yang dihadapi
dalam penelitian di antaranya yaitu 1) ada siswa yang mengganggu kegiatan
pembelajaran dengan berbagai tingkah lakunya, 2) jam pelajaran biologi
bertepatan di waktu siang hari, 3) ada kelompok yang masih kurang optimal
dalam belajar, 4) siswa menganggap pelajaran biologi sangat sulit. Kendala yang
pertama diatasi oleh guru model dengan melakukan berbagai pendekatan
pengelolaan kelas. Pendekatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru model
yaitu pendekatan pengubahan tingkah laku. Teknik yang dilakukan untuk
melakukan pendekatan ini yaitu dengan memberikan penguatan positif berupa
stimulus melalui pemberian pujian kepada siswa, menghafal nama siswa sehingga
siswa menjadi lebih dekat dengan guru dan siswa menjadi lebih bersemangat
untuk belajar. Peneliti menilai bahwa siswa memiliki kebanggaan tersendiri ketika
namanya diingat oleh guru. Teknik lain yang digunakan guru yaitu penghukuman
melalui pemberian teguran secara langsung sehingga perilaku yang menyimpang
segera terhenti dan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Tindakan yang
telah diterapkan itu sesuai dengan pernyataan Rusman (2011) bahwa komponen
pengelolaan kelas yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal seperti memberikan perhatian, dan
menegur bila siswa melakukan tindakan yang menyimpang. Strategi yang dapat
digunakan untuk memelihara kondisi belajar yang optimal bisa dilakukan dengan
cara modifikasi tingkah laku yaitu dengan cara memberikan penguatan positif,
penghukuman, dan sebagainya.
Kendala pengelolaan kelas yang kedua yaitu jam pelajaran biologi yang
bertepatan di siang hari. Belajar di siang hari membuat kondisi siswa mengantuk
dan lapar. Tindakan yang dilakukan guru dalam mengatasi hal tersebut yaitu
dengan melakukan variasi metode yang dapat membuat siswa berperan secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga menyajikan media-media yang
menarik bagi siswa, misalnya torso organ ekskresi, kartu-kartu, maupun gambar-
gambar lainnya yang dapat membantu siswa untuk belajar secara optimal. Guru
juga menciptakan suasana pembelajaran yang fleksibel dalam arti suasana
pembelajaran tidak tegang, santai tetapi tetap serius dan fokus terhadap tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam melakukan hal tersebut, biasanya guru
menyelingi dengan intermezo sehingga siswa tidak tegang dan rileks dalam
belajar. Guru juga sering menunjuk siswa yang terlihat kurang fokus dalam belajar
dengan cara memberikan pertanyaan maupun meminta untuk menjelaskan
kembali topik yang sedang dibahas.
Kendala pengelolaan kelas yang ketiga yaitu ada kelompok yang masih
kurang optimal dalam belajar. Dalam mengatasi hal tersebut, guru selalu
mengontrol masing-masing kelompok dengan cara mendatangi setiap kelompok
dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru juga memberikan
motivasi dan nasihat kepada siswa yang masih pasif dalam berdiskusi dengan
kelompoknya. Langkah yang yang dilakukan guru yaitu dengan cara membuat
kelompok belajar yang heterogen baik dari segi akademik maupun karakteristik
siswa. Jadi, siswa yang biasanya ramai dan sering membuat kekacauan tidak
dijadikan dalam satu kelompok. Sebaliknya, siswa yang cenderung pasif dan
pendiam dikelompokkan dengan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
yang baik, dan seterusnya. Pada saat diskusi klasikal, guru selalu memberikan
kesempatan kepada kelompok yang masih belum berjalan secara optimal ketika
berdiskusi. Tindakan ini sesuai dengan pendapat Herlina (2007:15) bahwa
pendekatan proses kelompok berangkat dari psikologi sosial dan dinamika
kelompok, dengan anggapan bahwa proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien berlangsung dalam konteks kelompok. Melalui pendekatan proses
kelompok ini, pengalaman belajar siswa didapat dari kegiatan kelompok di mana
dalam kelompok terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya,
terdapat tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan timbal balik antar anggota
kelompok untuk mencapai tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.
Kendala pengelolaan kelas yang keempat yaitu anggapan siswa bahwa
pelajaran biologi itu sulit. Asumsi siswa itu akan mempengaruhi psikologis siswa
sehingga siswa enggan untuk belajar biologi, padahal pelajaran biologi itu sangat
menyenangkan dan objek yang dipelajari pun dekat dengan apa yang ada di
sekitar kita. Jika siswa sudah menganggap sulit dalam belajar biologi maka siswa
menjadi malas belajar dan akan mempengaruhi hasil belajarnya. Dalam mengatasi
hal tersebut, guru mengupayakan untuk merancang kegiatan pembelajaran dengan
metode yang bervariasi, menyenangkan, dan mempermudah siswa untuk belajar.
Guru juga selalu menyajikan berbagai media yang menarik berupa video, torso,
maupun gambar-gambar lainnya yang menarik bagi siswa.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru itu merupakan suatu upaya
untuk menjaga kondisi belajar tetap optimal sehingga siswa dapat belajar dengan
nyaman. Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif semakin memperkaya
variasi metode maupun media yang digunakan karena sudah didiskusikan dengan
para observer sehingga pembelajaran menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Perencanaan yang matang akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajar saja yaitu
menyampaikan materi saja tanpa memperdulikan bagaimana siswa belajar. Pada
hakikatnya guru bertindak sebagai fasilitator belajar bagi siswa sehingga guru
harus mengupayakan agar semua siswa belajar secara optimal. Usman (2005)
dalam Jatmikaningsari (2010:42) menyatakan bahwa pengelolaan kelas yang
efektif merupakan syarat bagi pembelajaran yang efektif.
Saran
Penerapan lesson study ini sebaiknya dilaksanakan oleh mahasiswa
Universitas Negeri Malang selama kegiatan PPL karena dapat mengasah
kemampuan mahasiswa calon guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik
bersama dengan tim PPL agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kemampuan pengelolaan kelas sebaiknya terus diasah dan guru terus
belajar sepanjang hayat karena situasi pembelajaran selalu berubah-ubah sehingga
membutuhkan kemampuan pengelolaan kelas yang memadai agar pembelajaran
dapat berjalan kondusif dan hak belajar siswa terpenuhi. Pendekatan pembelajaran
kontekstual dengan berbagai variasi metode maupun media perlu diterapkan agar
tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, S.B & Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study: Sebagai Pola Alternatif untuk
Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon
Guru. Malang: FMIPA UM.
Susilo, H., Chotimah, H., Sari, Y.D. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru.Malang:
Bayumedia Publishing.
Syamsuri, I. & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang:
FMIPA UM.