Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................... i

BAB I ANATOMI – FISIOLOGI ………………………………………. 1

A. Anatomi ........................................................................ 1
B. Fisiologi ........................................................................ 4

BAB II BIOMEKANIK ………………………………………………….. 5

A. Gerakan pada Vertebra ............................................... 5


B. Osteokinematik dan Arthrokinematik ........................... 5

BAB III PATOFISIOLOGI ……………………………………………… 8

A. Strain ........................................................................... 8

BAB IV MANAJEMEN FISIOTERAPI ………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 19


BAB I
ANATOMI – FISIOLOGI
A. Anatomi
Tulang Belakang (vertebra) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai
ke selangkangan. Tulang vertebra terdiri dari 33 tulang: 7 buah tulang cervical, 12
buah tulang thoracal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Discus
intervertebra merupakan penghubung antara dua corpus vertebra. Sistem otot
ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan
memungkinkan mobilitas vertebra. Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula
rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan
mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut. (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan
lumbalis akibat trauma, jatuh dari ketinggian, kecelaakan lalu lintas, kecelakakan
olah raga, dan sebagainya yang dapat menyebabkan fracture atau pergeseran satu
atau lebih tulang vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi.
(Sjamsuhidayat, 1997).
Vertebralis lumbalis adalah vertebra yang terbesar. Badannya lebih besar
dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Processus
spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Processus
transversusnya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke
posterior dari coronal plane. Foramen intervertebralis dari lumbal berada di tengah
dari sagital plane. Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen
anterior yang terdiri dari corpus, sedangkan komponen posterior yaitu arcus
vertebralis yang terdiri dari pedicle, lamina, processus transversus, processus
spinosus dan processus articularis. Setiap dua corpus vertebra dipisahkan oleh
discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh
ligamentum. Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit
lebih besar dari vertebra thoracalis tapi lebih kecil dari vertebra cervicalis. Bagian
bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu,
foramen vertebra lumbal lima hanya berisi cauda equine dan selaput-selaput otak.
Processus transversus bentuknya tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal
lima yang kuat dan tebal. Processus spinosus bentuknya tipis, lebar, tumpul dengan
pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Processus ini dapat
diketahui kedudukannya dengan cara palpasi. Processus articularis superior
merupakan fasies articularis yang cekung dan menghadap posteromedial,
sebaliknya fasies articularis inferiornya cembung dan menghadap ke anterolateralis.
(Ballinger, 1995).
Gambar 1.1 Anatomi Lumbal (anterior)

Sumber : Anatomi Vertebra, 2009

Gambar 1.2 Anatomi Lumbal (superior dan lateral)


Sumber : Anatomi Vertebra, 2009

Untuk memperkuat dan menunjang tugas vertebra dalam menyangga berat


badan, maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain:

1. Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang tulang belakang


dari ujung ke ujung) :
a. Ligament Longitudinalis Anterior dan Posterior
b. Ligamnet supraspinosum
2. Otot – otot vertebra
Kelompok Otot Ekstensor:
a. Semi spinalis thoracic
b. Erector spinae
c. Illiocostalis thoracic
d. Longisimus thoracic
e. Illiocostalis lomburum
Kelompok Otot Fleksor :
a. Rectus abdominis
b. Obliqus abdominis eksternus
c. Obliqus abdominis internus
d. Psoas major
e. Illiacus
f. Quadratus lomburum
Kelompok Otot Lateral Fleksor :
a. Rectus abdominis
b. Obliquus abdominis eksternus
c. Obliquus abdominis internus
d. Erector spinae
e. Quadratus lumborum
f. Semispinalis thoracic
Kelompok Otot Rotator :
a. Obliquus abdominis eksternus
b. Obliquus abdominis internus
c. Erector spinae
d. Semispinalis

B. Fisiologi
Columna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi
untuk menyalurkan berat kepala, ekstremitas superior dan batang badan pada
tulang panggul, melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai
tempat di canalis vertebralis. Fungsi ketiga dari columna vertebralis adalah untuk
menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot. (Bajpai,
1991).
Vertebra lumbosacaral merupakan bagian dari columna vertebralis yaitu
susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang. Vertebra
berfungsi untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum
tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di
dalam canalis vertebra dan tempat tulang-tulang panggul bergantung. (Amstrong,
1989).
BAB II
BIOMEKANIK
A. Gerakan pada Vertebra
Pergerakan vertebra lumbal adalah fleksi, ekstensi, fleksi lateral, dan rotasi.
1. Fleksi mempunyai luas gerak sendi 450, yang terjadi paling besar (75%) di
ruang antara L5-S1. Lateral fleksi dibatasi 200 hingga 300. Gerakan fleksi 60%–
75% terjadi pada antara L5 dan S1, 20% –25 % terjadi antara L4 dan L5 dan
5%–10% terjadi antara L1–L4 (terbanyak antara L2–L4).
2. Ekstensi vertebra lumbal mempunyai luas gerak sendi 300 dan dibatasi oleh
ligament longitudinal anterior.
3. Rotasi dihitung kurang lebih hanya sebesar 100.
4. Pada daerah lumbal facet pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis
(hiperekstensi lumbal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan lateral,
oblique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan
(lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga memungkinkan
gerakan ke lateral berputar.
Gambar 2.1 Pergerakan pada Lumbal (lateral)

Ket : L1-L4 pergerakan terjadi 3-10%


L4-L5 pergerakan terjadi 20-25%
L5-S1 pergerakan terjadi 60-75%
Sumber: anatomi vertebra, 2009
B. Osteokinematik dan Arthrokinematik
1. Resting position : Pertengahan di antara fleksi dan ekstensi
2. Close packed position : Ekstensi
a) Pola capsular : Side fleksi dan rotasi terbatas
Aktivitas dan presentasi yang dapat meningkatkan tekanan pada
lumbal:
1) Batuk : 5-35%
2) Tertawa : 40-50%
3) Berjalan : 15%
4) Side bending : 25%
5) Loncat kecil : 40%
6) Bending forward : 150%
7) Rotasi : 20%
Pergerakan lumbal dilakukan dalam hubungannya dengan komponen
lain vertebra dan pelvic.
1) Lumbal-pelvic rhythm adalah aktivitas neuromuscular dasar dalam
proses kembalinya secara simultan lordosis lumbal dan perubahan
posisi pelvic.
2) Komponen lumbal dari ritme ini menyebabkan vertebra lumbosacral
berubah dari konkaf, ke lurus ke konfigurasi konveks. Selama
perubahan yang progresif, komponen pelvic akan merotasikan pelvic
disekitar axis transversal yang menghubungkan dua sendi pinggul
untuk meningkatkan sudut lumbal.
Postur tubuh yang baik adalah sikap berdiri yang tidak
membungkuk, tegak, perut tidak menonjol serta tidak memerlukan
tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan nyeri, dan dapat di
pertahankan untuk jangka waktu tertentu. Postur tubuh yang baik ini
merupakan keseimbangan kerja yang harmonis antara ligament, otot
dan lainnya.
Pada keadaan normal sudut lumbosacral adalah 30°, makin besar
sudut lumbosacral makin besar lordosis lumbal.
3) Rotasi pelvic ke atas memperkecil sudut lumbosacral sedangkan rotasi
pelvic ke bawah memperbesar sudut lumbosacralis.
4) Postur tubuh yang salah dan di pertahankan selama jangka waktu
tertentu dapat menimbulkan ketegangan pada ligament dan
menyebabkan kelelahan pada otot. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya nyeri pinggang.
Gambar 2.2 Pergerakan pada lumbosacral

Keterangan :
A : Sudut lumbosacral normal.
B : Sudut lumbosacral membesar karena rotasi pelvic ke bawah.
C : Sudut lumbosacral mengecil karena rotasi pelvic ke atas.

Sumber: anatomi vertebra, 2009


BAB III

PATOFISIOLOGI

A. Strain
1. Definisi
Cedera pinggang (lumbar starin), atau disebut juga sebagai weight lifter’s
back,merupakan cedera yang terjadi pada punggung bagian bawah,dimana
terjadi kerusakan pada tendon dan otot yang kencang dan terasa nyeri.

2. Epidemiologi
Angka yang tepat mengenai frekuensi cedera punggung secara universal
belum diketahui. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat telah menunjukkan
bahwa 7-13 % dari semua cedera olahrahga pada atlet interkelas adalah
cedera punggung bawah . Cedera punggung yang paling umum adalah muscle
strain (60%) dan disc. Injury (7%). Atlet lebih cenderung terkena cedera pada
saat latihan (80%) daripada selama kompetisi (6%). American footbal (17%)
dan gymnastic (11%) dilaporkan memiliki tingkat cedera punggung bawah yang
tinggi.

3. Etiologi
Strain atau robekan (sebagian atau seluruh) muscle-tendon unit, seringkali
akibat kontraksi otot yang berat saat kelebihan beban stretch. Mekanisme strain
menurut ransone (2012), yang pertama adalah trauma langsung akibat
overloading. Kedua adalah overuse yang terjadi akibat peningkatan beban
berlebihan yang berulang pada jaringan dalam. Yang ketiga adalah akibat dari
keduanya, yaitu overuse dan over loading.
4. Patofisiologi

Pada saat terjadi strain otot akan memulai proses penyembuhan. Proses ini
menurut Jarvinen (2007) di bagi ke dalam tiga fase, antara lain :
a). Fase destruction, ditandai dengan rupture berikut nekrosisnya
myofibres.,pembentukan hematoma, diantara kedua ujung dari myofibres
yang robek, dan reaksi inflamasi dari sel.

b). Fase repair, fagositosis dari jaringan yang nekrosis, regenerasi


myofibres,dan revaskularisasi pembuluh kapiler pada area yang rusak

c). Fase remodeling, periode selama maturasi dari myofibres yang sudah
beregenerasi, dan recovery kapasitas fungsional dari otot.

5. Gejala Lumbar Strain


1. Nyeri yang menyebar pada otot-otot lumbal, dengan kontraksi aktif rasa
sakit akan meningkat
2. Muscle spasme
3. Kemungkinan pembengkakan didalam dan sekitar otot-otot yang terlibat
4. Penurunan ROM
BAB IV

MANAJEMEN FISIOTERAPI

A. Assassement
Data umum pasien
Nama : Tn. Gonzales
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Olahragawan
Alamat : BTP blok AB no.121
Hobby : Sepakbola
1. Chief of complain
Keluhan utama : nyeri pinggang
2. History Taking
a) Anamnesis khusus
No Pertanyaan Informasi
1. Sejak kapan terjadi pak? 3 hari yang lalu.
2. Kenapa bisa terjadi pak? Pada saat latihan main
bola, saya terjatuh dan
pinggang saya terbentur di
tanah
3. Gerakan seperti apa yang Pada saat saya
bisa menyebabkan nyeri membungkukan badan.
bapak bertambah?
4. Biasanya nyerinya di Di sekitar pinggang.
daerah mana pak?
5. Itu nyerinya hanya di Di pinggang saja.
pinggang saja atau
menjalar sampai di kaki
pak?
6. Ini nyerinya terjadi pada pinggang sebelah kanan.
pinggang sebelah mana
pak?
7. Bagaimana dengan Pada saat mau berdiri
aktivitas sehari-hari terasa sakit.
bapak?
8. Bagaimana dengan BAB BAB dan BAK lancar, tapi
dan BAK ta pak? pada saat jongkok untuk
BAB dan BAK pinggang
agak tertarik dan terasa
sakit.
9. Bagaimana perasaan Cemas
bapak dengan penyakit
ini?
10. Bagaimana dengan Keluarga sangat
perhatian keluarga pak? memperhatikan saya.
11. Sudah pernah ke dokter Sudah.
pak?

12. Terus kata dokter apa Dokter hanya merujuk ke


pak? bagian radiologi untuk foto
roentgen katanya.
13. Jadi sudah foto roentgen Ia.
pak?
14. Bagaimana hasil rontgen Tidak ada gangguan di
nya ? tulang belakang
15. Pada saat ke dokter, ada Ia, ada.
obat di kasi ki pak?
16. Obat apa itu pak? Kata dokter obat
penghilang rasa nyeri.
17. Bagaimana efeknya Tidak ada perubahan
setelah minum obat pak? sama sekali.
18. Apakah bapak memiliki Tidak ada
riwayat penyakit yang lain?
19. Apa masih ada keluhan Tidak ada.
lain pak?
3. Asimetric
a) Inspeksi statis
Tampak anterior : ekspresi wajah meringis karena pasien menahan rasa
sakit.
Tampak lateral : Ekstensi vertebra.
Tampak posterior : Normal
b) Inspeksi dinamis
Pasien diinstruksikan untuk berdiri dari jongkok dengan hip melakukan
gerakan endorotasi, eksorotasi dan fleksi knee. Pada saat melakukan
gerakan berdiri dari jongkok, pasien mengalami kesulitan dan kesakitan di
daerah pinggang.
Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan berjalan. Dari hasil
pengamatan ekspresi wajah pasien saat berjalan, meringis kesakitan.
Posisi tangan saat berjalan normal.
c) Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)
Gerakan/regio Lumbal Interpretasi
Aktif a. Fleksi lumbal Sakit
b. Ekstensi lumbal Sakit
c. Lateral dextra Sakit
d. Lateral sinistra Sakit
e. Rotasi lumbal Sakit
Pasif a. Fleksi lumbal Tidak Sakit
b. Ekstensi lumbal Tidak sakit
c. Lateral dextra Tidak sakit
d. Lateral sinistra Tidak sakit
e. Rotasi lumbal Tidak sakit

TIMT - -
d) Palpasi
Terdapat oedem dan spasme, suhu tubuh pada bagian lumbal lebih
hangat dari bagian lainnya.
4. Restrictive
a) Limitasi ROM.
Pada regio lumbal terdapat limitasi (keterbatasan) gerak pada gerakan
fleksi, ekstensi, lateral sinistra, dan rotasi.
b) Limitasi ADL.
Terdapat keterbatasan ADL karena tidak bisa untuk berdiri dari jongkok,
tidak bisa Ruku saat shalat,sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas.
c) Limitasi pekerjaan
Tidak bisa bertanding.
d) Limitasi rekreasi
Tidak bisa bermain sepakbola
5. Tissue Imperement and Psycogen Prediction
a) Musculotendinogen : M. Quadratus Lumborum, dan M. Erector spinae.
b) Neurogen : posterior branch dari Nervus Spinal
c) Psikogenik : Kurang percaya diri dan cemas
6. Spesific test
a) VAS
1) Nyeri diam :4
2) Nyeri tekan :5
3) Nyeri gerak :8
b) ROM Lumbal : Fleksi : 35°
Ekstensi : 10°
Lateral fleksi : 20°
Rotasi : 20°
c) MMT : M. Quadratus Lumborum (bernilai 3).
M. Erector Spine (bernilai 3)
d) Palpasi : Terjadi spasme pada M. Erector spinae
e) SLR : Interpretasinya negatif mengalami pengedangan pada
Nervus Ischiadicus.
7. Diagnosa FT
Gangguan fungsi gerak pada daerah lumbal karena Strain otot lumbal
akibat terjatuh saat latihan bola 3 hari yang lalu.
8. Problem FT
a) Problem Primer : Nyeri.
b) Problem sekunder : 1) Kecemasan.
2) Kelemahan otot.
3) Spasme otot.
4) Keterbatasan ROM.
c) Problem Kompleks : Gangguan fungsi ADL.
9. Tujuan Intervensi
a) Jangka pendek
1) Mengatasi nyeri.
2) Mengatasi elastisitas otot yang spasme.
3) Menguatkan otot yang mengalami kelemahan.
4) Mengembalikan postur seperti semula.
5) Mengembalikan luas gerak sendi.
b) Jangka panjang
1) Mengembalikan fungsi ADL.
10. Intervensi
NO Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1. Rasa Komunikasi F : Setiap hari
kepercayaan diri terapeutik I : Pasien fokus
dan kecemasan T : Wawancara
T : 5 menit
2. Nyeri Interferensi F : Setiap hari
I : 20-30mA
T :
T : 10 menit
3. Kelemahan otot Strengthening F : Setiap hari
I : Diatas nilai
otot
T : AROMEX
T : 5 menit
4. Spasme Stretching F : Setiap hari
I : 20 x repetisi
T : Pasif stretching
T : 10 menit
5. Keterbatasan ROM Exercise F : Setiap hari
ROM I : 6-8 repetisi
T : Aktif, pasif dan
resisted
T : 10 menit

11. Evaluasi
N Problem Terapi 6 kali
Parameter Interpretasi
o FT Sebelum Sesudah
1. Rasa HRS-A 18 7 Rasa
kepercay kepercayaan
aan diri diri dan
dan kecemasan
kecemas pasien
an kembali
normal
2. Nyeri VAS 4 2 Rasa nyeri
diam berkurang
3. Nyeri VAS 5 3 Rasa nyeri
tekan berkurang
4. Nyeri VAS 8 6 Rasa nyeri
gerak berkurang
5. Spasme Asworth 2 1 Spasme otot
otot berkurang
6. Kelemah MMT 3 4 Sudah bisa
an otot melawan
gravitasi dan
melawan
tahanan
sedang dan
full ROM
7. Keterbata Gonio Fleksi Fleksi Keterbatasan
san ROM Meter (35°) (45°) ROMnya
Ekstensi Ekstensi sudah bisa
(10°) (20°) dikurangi
Lateral Lateral
fleksi fleksi
(20°) (30°)
Rotasi Rotasi
(20°) (30°)
8. Ganggua Kenny Self 1 = Perlu 2 = perlu Ada
n fungsi Care bantuan bantuan perubahan
ADL banyak sedang
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.physio-pedia.com/Lumbar_Strain(diakses 5 April 2018)

2. Dorlan, Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 28. Jakarta: EGC.

3. Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Umum.

Anda mungkin juga menyukai