Anda di halaman 1dari 9

Masalah Kulit Pada Remaja

Defenisi Remaja menurut WHO adalah periode antara usia 10-19 tahun. Remaja merupakan
periode percepatan pertumbuhan dan perubahan serta merupakan jembatan perubahan kompleks dari
masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada dekade kedua ini, terjadi perubahan hormonal, kematangan
fisik, tampak perubahan yang nyata secara somatik serta psikologik dalam tubuh, dan seringkali
terdapat risiko perubahan tingkah laku. Perubahan ini disebabkan aktifnya gonadotrophic releasing
hormon (GRH) dari hipotalamus yang merangsang kelenjar pituitari untuk mengeluarkan follicle-
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).

Dengan danya perubahan fifi dan psikologis yang disebabkan pengaruh hormon. Pada pada
remaja terdapat berbagai kelainan kulit antara lain akne vulgaris (jerawat) dermatitis seboroik,
hiperhidrosis dan axillary bromhidrosis.

A. Akne Vulgaris

Akne adalah masalah kelainan kulit yang paling sering terjadi. Di Amerika mengenai sekitar 85%
remaja sehingga dapat menimbulkan kecemasan dan dapat berdampak serius pada kehidupan sosial,
kepercayaan diri dan penampilan.

Bagaimana manifestasi klinisnya?

Akne biasanya dapat di daerah dimana terdapat banyak kelenjar sebum, misalnya daerah muka, leher,
dada, dan bahu. Selain itu terdapat pula di punggung bagian bawah. Manifestasi klinis akne berupa
berbagai bentuk campuran, yaitu tipe bukan meradang, misalnya komedo (terbuka atau tertutup), dan
tipe meradang, misalnya papul, pustul dan kista. Akne dibagi menjadi derajat ringan, sedang dan berat
dengan derajat intermediate di antaranya.

B. Dermatitis Seboroik

Dermatitis sboroik adalah peradangan pada kulit yang umum terjadi dan dapat mengenai bayi dalam 3
bulan pertama kehidupan. Dan pada 3-5 % dewasa muda, bersifat kronik dan meningkat pada penderita
AIDS.

Bagaimana terjadinya?

Penyebab pasti belum diketahui, diduga terdapat hubungan dengan ragi Malassezia, keadaan
imun yang abnormal, aktivitas kelenjar sebasea dan faktor kecenderungan pasien. Jumlah sebum yang
diproduksi bukan faktor penting karena tidak semua pasien mempunyai kadar sebum yang meningkat,
begitu pula sebaliknya. Sekresi kelenjar sebasea paling tinggi terdapat pada kulit kepala, muka, dada,
punggung.

Bagaimana manifestasi klinisnya?


Dermatitis seboroik pada remaja biasanya mulai sebagai sisik berminyak ringan pada kulit kepala
yang kemerahan dan sisik halus pada lipatan nasolabial atau kulit di belakang telinga, sampai sisik yang
tebal dan meluas. Sisik sering kali tampak berminyak pada daerah dengan peningkatan aktivitas
kelenjar sebasea.

C. Hiperhidrosis

Hiperhidrosis adalah suatu kelainan yang khas akibat peningkatan produksi keringat yang tidak
proporsional dengan jumlah untuk mengkompensasi terhadap kondisi lingkungan dan pengaturan suhu
tubuh. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dan hambatan sosial, gangguan penampilan, depresi,
serta kepercayaan diri menurun.

Bagaimana manifestasi klinisnya?

Hiperhidrosis primer biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau awal remaja, menetap, dan
tidak bergantung pada musim. Kelainan ini dapat terjadi fokal,dapat terlihat, terdapat keringat yang
berlebihan setidaknya selama 6 bulan, tanpa sebab yang jelas.

D. Bromhidrosis (Bau Badan)

Bau badan adalah bau yang berasal dari tubuh manusia, dapat bersumber dari kelenjar keringat dan
permukaan kuiit, atau dari bagian tertentu tubuh, misalnya pernafasan, mulut, rambut, daerah sekitar
puting susu, ketiak dan telapak kaki.

Fisiologi kehamilan

Kehamilan ditandai oleh adanya perubahan endokrin, metabolik, dan immunologic


milieus, yang melibatkan banyak organ, dan tidak hanya berasal dari hormone plasenta atau
ovarium. Perubahan ini mempunyai pengaruh yang besar pada banyak perubahan yang terlihat
pada kulit wanita hamil dan stimulasi utama selama kehamilan. Perubahan ini mungkin
dimediasi oleh reseptor hormonal, yang dapat ditemukan diseluruh kulit, apendik dan vascular.3
Fase endokrin pada kehamilan dibagi atas dua periode, periode pertama (periode ovarian)
produksi estrogen dan androgen. Fase ini 80-90 hari setelah periode terakhir. Periode kedua
(periode plasenta) menghasilkan hormone steroid yang dihasilkan oleh fetoplasenta. 4

Produksi human chorionic gonadotropin (HCG) dimulai segera setelah


nidasi,membantu untuk memproduksi hormone steroid oleh corpusluteum. hCG dapat diukur
dalam darah segera 48 jam setelah implantasi. Hasil hCG oleh plasenta mencapai puncak pada
minggu ke 12 dan dengan cepat menurun pada minggu ke 20, sewaktu level estrogen dan
progesterone meningkat. Berbeda dengan, produksi human plasenta laktogen oleh trophoblast
tidak memulai sampai minggu 7-8 gertasi.4

Progesteron adalah hormone utama selama pada trimester pertama kehamilan dan
membantu sebagai precursor untuk beberapa hormone fetal. Selama kehamilan fisiologis, level
progesterone 4-6 kali lebih tinggi dibandingkan tidak hamil. Deoxicortison, salah satu dari hasil
metabolismenya, ditemukan dalam konsentrasi 1.000 kali lebih tinggi dibandingkan tidak
hamil, tetapi peranan fisiologi dari hormone ini masih belum diketahui.4

Selama minggu pertama kehamilan, ada peningkatan bertahap dari level progesterone,
pencapaian puncak atau bahkan penurunan konsentrasi progesterone selama 7-10 minggu
gestasi. Penurunan level progesterone dapat relative tajam dan relative lama pada kasus
tertentu.4

Pola ini dikaikan dengan penghentian bertahap dari korpus luteum dan onset
berukutnya dari produksi dan sekresi progesterone plasenta. Setelah itu level progesterone
berlanjut meningkat sampai melahirkan pada kehamilan tanpa komplikasi. Korpus luteum
mempunyai peranan utama dalam kehamilan awal, dan ini telah didemostrasikan secara
klinikal dengan melihatkan bahwa pemindahannya sebelum minggu ke 7-8 gestasi karena
menurunkan karena penurunan konsentrasi progesterone serum dan mencetuskan terjadinya
aborsi.4

Level estrogen mulai meningkat cepat setelah implantasi, pada peningkatan tambahan
pada enam dan tujuh minggu gestasi, mencerminkan pengambilalihan produksi estradiol dan
sekresi oleh plasenta. Level estrogen berlanjut meningkat selama semester 2 dan 3 kehamilan
sampai melahirkan. Konsentrasi estrogen mencapai level tingkat 3-8 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan level pada wanita tidak hamil. Level estrogen meningkat selama
kehamilan adalah hasil dari transaksi khusus antara ibu dan fetus. Fetus memproduksi adrenal
dehydroepiandrosteron dan dehydroepianrosteron sulfat dengan menggunakan pregnenolone
yang dihasilkan plasenta. Kemudian plasenta memetabolisme hormone ini untuk produksi
androstenedion. Terakhir dirubah menjadi estrone dan estradiol da dilepaskan dalam sirkulasi
maternal.3 Seiring dengan peningkatan berat yang signifikan dari kelenjar pituitary anterior
(lebih dari dua kali lipat) terdapat peningkatan hasil daro gonadotropin,
kortikotropin,ACTH,dan melanosit-hormon stimulating. Hipertropi dari kortek adrenal dapat
dilihat sepanjang peningkatan produksi dan sekresi hormone, termasuk kortisol,aldosterone
dan dehydroepiandrosteron.4
Kelenjar tyroid juga berubah selama kehamilan. Hipertropi kelenjar tyroid dapat
terlihat sebagai hasil dari relative defisiensi iodine selama kehamilan. Hal ini menyebabkan
peningkatan sekresi hormone tyroid pada trimester kedua, hasil dalam peningkatan angka
metabolism basal. 4
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan banyak perubahan pada kulit, baik fisiologis
maupun patologis. Gangguan pigmentasi merupakan perubahan fisiologis yang paling
bermakna. Hiperpigmentasi pada aerola, aksila, dan genital terjadi selama kehamilan. Linea
nigra merupakan linea alba yang lebih gelap dan reversibel. Melasma atau kloasma merupakan
hiperpigmentasi pada wajah, seperti noda, dan ireguler yang muncul pada sekitar 70 % wanita
hamil. Kecenderungan ini berhubungan dengan paparan sinar matahari dan dengan pemakaian
kontrasepsi oral pada wanita yang tidak hamil. Melasma dapat memudar pada masa
postpartum, tetapi dapat juga menetap.4

Nevus melanosis merupakan hal yang normal ditemukan pada kehamilan. Namun
perubahan yang signifikan pada ukuran nevus (kecuali nevus pada abdomen) tidak muncul
selama kehamilan. Perubahan struktur yang paling umum terjadi selama kehamilan adalah
striae distensae atau dikenal juga dengan striae gravidarum atau stretch marks. Predileksinya
adalah pada area yang paling sering mengalami distensi, yaitu pada abdomen, pinggul, bokong,
dan dada. Faktor genetik seperti riwayat penyakit keluarga dan ras merupakan faktor yang
paling berpengaruh, melampaui pengaruh dari peningkatan berat badan selama kehamilan atau
perubahan body mass index.4

Pruritus merupakan keluhan yang umum terjadi pada wanita hamil, dapat merupakan
hal yang fisiologis tetapi juga dapat menuntun kepada dermatosis yang akan muncul atau
permulaan dari dermatosis yang spesifik pada kehamilan. Sebagian besar pasien dengan
keluhan pruritus memiliki keadaan yang sebenarnya tidak berhubungan dengan kehamilan,
seperti dermatitis atopik.4

3.2 Hiperpigmentasi

Hampir semua wanita, lebih dari 90 % dan khususnya wanita dengan rambut gelap
terjadi hiperpigmentasi selama kehamilan. Pasien sering khawatir dengan keadaan ini.
Biasanya pigmentasi sedikit, pada tempat-tempat yang sudah gelap dibandingkan kulit
sekitarnya, seperti pada puting mamae, areola mamae, punggung atas, kulit periumbilikal dan
garis tengah abdomen. Daerah lain yang tampak gelap adalah area gesekan seperti paha medial,
perineum dan axila. Frekles,nevi dan skar dapat menajadi gelap membesar selama kehamilan.
Hipermelanosis jarang berkembang, dan kejadian itu menunjukkan hipertiroid. 4

Umumnya, hiperpigmentasi mulai pada awal kehamilan, dan dipertimbangkan sebagai


salah satu dari tanda awal kehamilan. Kondisi ini berlanjut samapai melahirkan.3 area
hiperpigmentasi hampir selalu berkurang setelah melahirkan, tetapi tidak kembali kewarna
sebelumnya.4

3.3 Melasma

Kata melasma atau hiperpigmentasi wajah berasal dari mela (bahasa yunani) yang
berarti hitam. Melasma juga disebut kloasma gravidarum. Onset ini biasanya selama setengah
periode gestasional dan terjadi pada 45-75% kehamilan. Banyak terjadi pada banyak wanita
kulit gelap, mata coklat. Melasma yang dicetuskan oleh pigmentasi dapat muncul sebagai
bloychy ,irregular, batas jelas, plak berwarna kecoklatan atau paches pigmentsi pada distribusi
yag simetris pada dahi, pelipis, pipi dan area sentral wajah. Sedikit pada perioral dan mental.
Lesi hiperpigmentasi dapat satu patch atau lebih.4

Melasma dapat terjadi pada 3 gambaran klinik:

1. Sentrofasial, termasuk pip, dahi, atas bibir dan dagu. Paling sering pada pasien (63%)
2. Malar. Hiperpigmentasi terlokalisasi pada pipi da hidung. 21%
3. Mandibular.termasuk ramus madibula. 16 %
Pembagian melisma berdasarkan histopatologi:

1. Tipe epidermal, penimbunan melanin pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-
kadang sampai ke stratum korneum.
2. Tipe dermal, tipe ini terdapat melanin yang memuat makrofag pada susunan
perivaskuler, pada superfisial dermis dan dermis bawah.
Melasma progresif selama kehamilan, tetapi intensitasnya tentu tidak sebanding
dengan melanosis umumnya. Tidak seperti melasma yang persisten berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi oral, melasma pada kehamilan biasanya memudar dalam waktu 1
tahun setelah melahirkan tapi kadang-kadang menetap pada hiperpigmentasi yang dalam.4

Enzim yang bertanggung jawab terhadap produksi melanin adalah tirosinase, enzim
oksigenase yang mengandung cupper, yang mana produksi melanin mediated melalui
intermediet L-dopa. Aktivitas tyrosinase dapat diatur oleh beberapa factor. Sebagai contoh,
inkubasi dari melanosit dengan 1,25-dyhidroxyvitamin D3, α-MSH dan β estradiol
menyebabkan peningkatan aktivitas tyrosinase.4

Hiperpigmentasi pada kehamilan dikaitkan oleh beberapa peneliti dengan


meningkatkan hasil dari beberapa kombinasi dari plasenta, pituitary, dan hormone ovarium.
Peningkatan beberapa MSH dari pituitary telah didalilikan pada waktu dulu karena
hiperpigmentasi. Telah dipercaya bahwa kehadiran MSH dalam urin dapat digunakan sebagai
test kehamilan.4

Faktor lain yang berhubungan denga hiperpigmentasi pada kehamilan adalah


progesterone dan estrogen, dimana levelnya meningkat selama kehamilan. Level progesterone
darah meningkat pada seluruh kehamilan dan produksi estrogen meningkat dari 8 minggu dan
menurun setelah 30 minggu kehamilan. Pola ini mengikuti peningkatan hiperpigmentasi. 4

Pengobatan perubahan pigmentasi pada kehamilan tidak memuaskan. Pencegahan dan


pengobatan dari hiperpigmentasi pada kehamilan terbatas.

Pengobatan melasma biasanya ditunda sampai setelah melahirkan untuk alasan jelas:
(1) penyebab hormonal untuk melasma berlanjut sepanjang kehamilan, membuat melasma
lebih resisten terhadap pengobatan, (2) sebagian besar wanita memiliki peningkatan yang
signifikan dalam melasma setelah kelahiran, membuat terapi tidak perlu, (3) andalan terapi
melasma relatif kontraindikasi selama kehamilan.4

Selama kehamilan, wanita harus menghindari sinar matahari berat dan harus
menggunakan (UVA dan UVB) tabir surya broadspectrum dan pakaian yang sesuai. Selain itu,
pasien didorong untuk menggunakan tabir surya untuk mengurangi paparan semua cahaya UV
untuk meminimalkan produksi pigmen lebih lanjut. Telah ditunjukkan bahwa
korelasi yang terjadi antara penggunaan tabir surya dan hasil pengobatan melasma.
Berjemur adalah kontraindikasi absolut, sebagai beberapa menit berjemur dapat mengubah
keuntungan terapi yang beebulan-bulan.4

3.4 Perubahan fisiologis jaringan konnektif selama kehamilan

Striae distensi (linea striae, linea gravidarum, linea alba, striae gravidarum)
Stretch mark linear adalah gambaran yang menonjol dari sebagian besar kehamilan, dan
berkembang pada 90% wanita hamil putih. Tidak umum pada wanita kulit hitam dan wanita
asia dan muncul pada keluarga yang mempunyai bakat tersebut.4

Stretch mark tidak teratur bentuknya, ungu-merah keunguan, keriput, sedikit


gambaran depresi yang akhirnya menjadi putih dan biasanya terjadi pada sekitar keenam
sampai bulan ketujuh kehamilan. Mereka cenderung terjadi di daerah yang teregangan
maksimum, dan mengembangan awal berlawanan dengan garis ketegangan kulit pada perut.
Ssering menyebar sampai melibatkan payudara, bagian bawah punggung, bokong, paha, lengan
atas, aksila, dan daerah inguinal, dan kadang-kadang disertai dengan pruritus. Tidak ada
korelasi antara pembesaran ukuran tubuh selama kehamilan dan intensitas striae.4

Penyebab striae masih belum jelas, dan, menurut banyak peneliti, merupakan
kombinasi distensi dan aktivitas adrenocortical, selain predisposisi faktor genetik. Beberapa
penelitian mendukung pendapat bahwa striae mungkin dipengaruhi lebih banyak peningkatan
aktivitas adrenocortical bukan oleh peningkatan lingkar perut. Striae berhubungan dengan
kehamilan biasanya memudar secara bertahap setelah melahirkan menjadi garis pucat yang
atrofi , tetapi tidak memudar sepenuhnya. Striae sering meliputi masalah kosmetik, tapi,
sayangnya, terapi tetap tidak memuaskan. 4

3.5 Perubahan fisiologis vaskuler selama kehamilan

Perubahan vaskular sering selama kehamilan, dan pada beberapa wanita hamil.
Perubahan termasuk distensi, ketidakstabilan, dan proliferasi pembuluh..
Hasil klinis utama kelainan ini adalah spider angioma (Nevi aranei) dan eritema palmaris.
Kelainan sering terlihat adalah kemerahan pada kulit dan edema wajah , tangan, dan kaki.4

Vaskular spider

Spider nevi terjadi terutama di daerah kulit yang diperdarahi oleh vena kava superior,
leher, tenggorokan, wajah (terutama di sekitar mata), dada bagian atas, lengan, dan tangan dan
terdiri dari otot yang mengandung arteri sentral dan sel Glomus dalam dinding yang tebal, yang
timbul dari pleksus arteri subkutaneus. Pada subepidermal arteri melebarkan menjadi ampula
berdinding tipis yang membentuk cabang arteri halus yang bergabung menjadi kapiler.4

Cutis marmorata, purpura dan petechie


Cutis marmorata, atau "kulit marmer," pada kaki bawah, mungkin karean
ketidakstabilan vasomotor sekunder terhadap meningkatnya kadar estrogen, dapat terjadi pada
kehamilan sebagai bintik transien kebiruan pada kulit yang paparan dingin. Biasanya sembuh
setelah melahirkan. 4

Retikularis livide persisten postpartum harus segera dicari penyebab yang mendasari
selain estrogen, seperti gangguan kolagen vaskular, penyakit neoplastik, atau darah diskrasia .
Purpura dan petechia yang menyebar umum di ekstremitas bawah, terutama selama
paruh kedua kehamilan, mungkin karena peningkatan kerapuhan kapiler dan
hidrostatik tekanan tinggi. The Rumpel-Leede pengujian tourniquet mungkin positif
di kaki hingga 80% wanita hamil. Biasanya, baik purpura dan petechiae spontan menghilang
setelah postpartum.4

Edem

Peningkatan permeabilitas kapiler, sebagai akibat dari peningkatan tingkat sirkulasi


ovarium plasenta, dan hormon adrenocortical, selain retensi natrium dan air, menghasilkan
nonpitting edema kelopak mata di sekitar 50% dari kehamilan. Edema ini juga dapat
melibatkan wajah, tangan, pergelangan kaki, dan kaki.4

Pengobatan untuk ekstremitas bawah meliputi elevasi, tidur di posisi Trendelenburgi,


dan pakaian dilonggarkan. Perendaman dalam air sambil berdiri atau berolahraga terbukti
dapat membantu. Air memberikan dukungan untuk uterus, dan memberikan agar
kekuatan hidrostatik dapat mendorong cairan ekstraselular ke dalam sistem vena, sehingga
peningkatan diuresis dan berikutnya terjadi edema.4

Perubahan fisiologis kelenjar selama kehamilan

Kelenjar ekrin

Aktivitas berkeringat ekrin meningkat secara bertahap menjelang akhir kehamilan.


Penyebab dari perubahan ini adalah tidak pasti, tetapi mungkin terkait dengan peningkatan
aktivitas tiroid. Selama kehamilan, peningkatan aktivitas tiroid dan kekurangan yodium relatif
menyebabkan kelenjar tiroid hipertrofi dan meningkatkan serapan yodium. Selain itu,
perubahan dalam fungsi sistem saraf otonom, menghasilkan gejala dan tanda
aktivitas vasomotor meningkat, dapat menyebabkan keringat berlebih.
adaptasi fisiologi terhadap kehamilan sering mengakibatkan hiperhidrosis, peningkatan
frekuensi miliaria, dan peningkatan insiden eksim. Tidak ada pengobatan yang efektif untuk
peningkatan kelenjar keringat. Jika mengganggu, larutan 20% aluminium klorida heksahidrat
dalam etil alkohol digunakan setiap malam selama 1 minggu.4

Kelenjar apokrin

Aktivitas kelenjar apokrin sangat menurun selama kehamilan, kadang menghilang pada
gangguan kelenjar apokrin seperti penyakit Fox-Fordyce dan hidradenitis suppurativa.
Hidradenitis suppurativa adalah penyakit kulit inflamasi kronik yang kambuh-kambuahan,
yang khas dimulai setelah pubertas, dan lebih umum pada wanita dibandingkan
pada pria. Penyakit ini mempengaruhi kulit dengan kelenjar apokrin, khususnya aksila dan
daerah anogenital. Hal ini ditandai dengan pembentukan abses berulang dan sinus
karena subkutan ekstensi dengan indurasi, kerusakan apendik kulit, dan terbentuk
jaringan parut. Penyakit Fox-Fordyce adalah gangguan kronis pada kelenjar apokrin dari
daerah aksila, anogenital, dan periareolar pada wanita.4

Kelenjar sebasea

Efek kehamilan pada kelenjar sebaceous adalah kontroversial. Beberapa peneliti


menyatakanbahwa aktivitas kelenjar sebaceous umumnya meningkat pada paruh kedua
kehamilan, dengan peningkatan laju ekskresi sebum. Puncak gejala tercapai selama trimester
ketiga, ketika keluhan kulit berminyak, terutama pada wajah.4

Anda mungkin juga menyukai