Anda di halaman 1dari 18

A.

Asas-asas Psikoterapi Islam


1. Asas orang mukmin bersaudara
Setiap Psikoterapis Islam hendaknya menyadari bahwa orang
mukmin itu bersaudara, yang berarti ia perlu mengingat berlakunya
ketentuan Allah, yang mendukung terciptanya rasa persaudaraan dan
menjauhi perilaku yang merusak persaudaraan.
Firman Allah SWT, Surah Al-Hujaraat (49): 10
َِ‫ِٱّللَِلَ َعلَّ ُك ْمِت ُ ْر َح ُمون‬
َِّ ‫وا‬۟ ُ‫ِوٱتَّق‬ ۟ ‫صل ُح‬
َ ِۚ‫واِ َبيْنَ ِأَخ ََو ْي ُك ِْم‬ ْ ‫إِنَّ َم‬
ْ َ ‫اِٱل ُمؤْ منُونَ ِإ ْخ َوةٌِفَأ‬
Artinya: “ Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” dalam ayat ini
terdapat tiga butir petunjuk Allah swt. sadar bahwa orang mukmin itu
bersaudara; damaikanlah saudara-saudaramu: dan bertakwalah kepada
Allah swt.
a. Sadar bahwa orang mukmin itu bersaudara
Terkandung dalam makna bersaudara, diantaranya bahwa
setiap orang bermasalah yang akan ditolong untuk perlu dihadapi
dengan lapang dada dan hati terbuka.
b. Damaikanlah antara aaudara-saudaramu
Apabila terjadi pertengkaran, perselisihan antara penderita
(klien) dengan orang lain, baik dengan keluarganya maupun dengan
orang lain yang berhubungan dengannya, dikantor, dalam pekerjaan,
usaha dan sebagainya.
c. Bertakwa kepada Allah SWT
Pada ujung ayat tersebut Allah mengingatkan agar bertakwa
kepadanya, supaya memperoleh rahmat. bila konselor atau
psikoterapi telah menyadari bahwa orang mukmin itu bersaudara,
maka bila dia bermasalah supaya dibantu, dan jika sedang

1
bermusuhan atau bertengkar dengan orang lain, ia dibantu agar mau
belrdamai lagi.

2. Asas mawas diri


Asas filosofi kedua yang perlu dimiliki oleh Psikoterapis Islam
adalah mawas diri. Selalu sadar bahwa yang dituntut dari dirinya adalah
berusaha sebaik-baiknya dan berdoa kepada Allah SWT. Agar berdirinya
keberkahan dalam tugasnya membantu orang untuk mengatasi
kesulitannya. serta ingat bahwa keberhasilanya tidak terletak pada
kecakapan dan kemampuannya saja, akan tetapi juga kepada ridho dan
pertolongan Allah. Firman Allah SWT., Surat Al-Baqarah (2): 214:
َ ِ َ‫ِۗول ْل َكفرين‬
ِ ٌ‫عذَاب‬ ۟ ُ‫َاِوٱ ْس َمع‬
َ ِ‫وا‬ ۟ ُ‫َاِوقُول‬
ُ ‫واِٱن‬
َ ‫ظ ْرن‬ َ ‫ِرعن‬
َِ ‫وا‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّ َهاِٱلَّذينَ ِ َءا َمن‬
۟ ُ‫وا ََِلِتَقُول‬
ِ‫أَلي ٌم‬
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat
dekat.
Dari ayat ini, dapat diambil dari beberapa bukti petunjuk bagi
konselor / psikoterapis islami. diantaranya: jangan cepat merasa bahwa
diri berhasil; ambillah pelajaran dari pengalaman terdahulu; cobaan Allah
swt, itu keras; dan jangan putus asa atas pertolongan Allah SWT.
a. Jangan terlalu cepat menyangka bahwa diri telah berhasil
Biasanya orang-orang yang telah berpengalaman cenderung
utuk menyangka bahwa usahanya berhasil. boleh jadi orang tersebut
selalu berhasil dalam uasahanya dan tidak pernah mengalami
halangan berarti, siasatnya selalu tepat dan halangan atau ancaman

2
tidak pernah dialami Demikian pula halnya dengan
konselor/psikoterapis Islam, harus tetap dalam keadaan mawas diri,
jangan sampai merasa bangga atau selalu berhasil, agar tidak lupa
bahwa cobaan Allah biasanya datang tiba-tiba dan tidak disangka-
sangka. usaha harus tetap dilakukan dengan baik dan tidak lupa
memohon ridha, perlindungan dan pertolongan Allah.
b. Ambillah pelajaran dari orang terdahulu
Pengalaman yang didahului, baik keberhasilan maupun
kegagalan semuanya merupakan pelajaran yang berharga untuk
meningkatkan kemampuan dalam bidang propesi masing-masing. Di
samping pengalaman yang langsung didapatkan secara langsung,
maupun pengalaman orang lain, yang ditulis atau diceritakan
merupakan pengalaman yang berharga pula bagi perbandingan dan
contoh yang dapat membantu peningkatan mawas diri.
Pengalaman orang bermasalah yang pernah dibantu juga
mempunyai arti penting dalam usaha meningkatkan penampilan
untuk menilong orang lain dengan pengalaman dan latar belakang
yang hampir sama atau yang berbeda. semua pengalaman tersebut,
merupakan penggayaan dan pengembangan diri psikoterapis islam iti
sendiri.
c. Cobaan berat menjadi penguat diri
Kalau setiap orang mukmin tahu dan sadar, bahwa cobaan
berat yang menimpa dirinya merupakan cobaan dari Allah, dan
pertanda bahwa Allah sayang kepadanya, tentu orang tersebut
mampu menerima cobaan Allah itu dengan sadar. Orang yang selalu
berhasil uasahanya dan orang tidak pernah menghadapi rintangan
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap urusan yang diselesaikannya
berjalan lancar dan mulus saja. Jika suatu ketika datang cobaan, dia
akan mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah yang

3
mengejutkannya, bahkan merasa tidak berdaya untuk menangani
masalah dirinya sendiri.
d. Jangan berputus asa
Allah melarang orang mukmin putus asa, pada waktunya
allah mendatangkan pertolongan-nya, seperti tersebut di ujung ayat
ithu: “ingatlah bahwa pertolongan Allah itu dekat.”
3. Asas iman teguh, ibadah taat dan bakti kepada orang tua
Asas ketiga adalah kepribadian mukmin yang islami, yaitu taat
beribadah, iman tauhid kepada Allah teguh, bakti kepada orang tua dan
keluarga, serta santun kepada anak yatim, fakir miskin dan sebagainya.
Di samping itu jauh dari kesombongan dan keangkuhan. Firman Allah,
surat An-Nisaa’ (4): 36,
۟ ُ‫ِوب َما َِٰٓأَنفَق‬
ِ‫وا ِم ْن‬ َ ‫ض‬ٍ ‫علَى ِبَ ْع‬
َ ِ ‫ض ُه ْم‬ َّ ‫ض َل‬
َ ‫ِٱّللُِبَ ْع‬ َ ‫علَىِٱلن‬
َّ َ‫سآَٰء ِب َماِف‬ َ ِ َ‫ٱلر َجا ُل ِقَ َّو ُمون‬
ِ‫شوزَ هُ َّن‬ُ ُ‫ِوٱلَّتى ِتَخَافُونَ ِن‬ َّ ‫ظ‬
َ ُِۚ‫ِٱّلل‬ َ ‫ظتٌ ِل ْل َغيْب ِب َما ِ َحف‬ َّ ‫أ َ ْم َوله ْمِۚ ِ َفٱل‬
َ ‫صل َحتُ ِ َقنت َتٌ ِ َحف‬
ِ‫علَيْه َّن‬ ۟ ُ‫ط ْعنَ ُك ْم ِفَ ََل ِت َ ْبغ‬
َ ِ ‫وا‬ َ َ ‫ِوٱضْربُو ُه َّنِۖ ِفَإ ْن ِأ‬
َ ‫ضاجع‬ ْ ‫ِوٱ ِْه ُج ُرو ُه َّن ِفى‬
َ ‫ِٱل َم‬ َ ‫ظو ُه َّن‬ ُ ‫فَع‬

‫عليًّاِ َكب ا‬
ِ‫ير‬ َ ِ َ‫ِٱّللَِ َكان‬ ‫سب ا‬
َّ ‫يَلِِۗإ َّن‬ َ
“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh.”
suatu ayat panjang yang menguraikan secara rinci kualitas pribadi
mukmin, dan cra bergaul serta berakhlak dalam menangani orang-orang
bermasalah. diantaranya adalah: ibadah kepada Allah; tidak
menyerikatkan Allah dengan siapapun; berbuat baik kepada: kedua orang
tua (ibu-bapak), keluarga dekat (karib kerabat), anak yatim, orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga jahuh, teman sejawat, ibnu sabil
(orang yang sedang dalam perjalanan) dan hamba sahaya; dan rendah
hati; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.
4
4. Asas Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Asas filosofi yang keempat bagi psikoterapis adalah memiliki
kemauan dan kemampuan untuk mengajak orang berbuat baik (ma’ru)
dan menghindari serat mencegah orang elanggar larangan allah tentang
hal-hal yang mungkar.1 Firman Allah, Surat Ali-Imran (3): 110,
ْ ‫عن‬
ِ‫ِٱل ُمن َكر‬ َِ ‫ت ِللنَّاس ِت َأ ْ ُم ُرونَ ِب ْٱل َم ْع ُروف‬
َ ِ َ‫ِوت َ ْن َه ْون‬ ْ ‫ُكنت ُ ْم ِ َخي َْر ِأ ُ َّم ٍة ِأ ُ ْخر َج‬
ِ‫ِوأ َ ْكث َ ُرهُ ُم‬ ْ ‫ِٱلكت َب ِلَ َكانَ ِ َخي اْرا ِلَّ ُهمِۚ ِم ْن ُه ُم‬
َ َ‫ِٱل ُمؤْ منُون‬ ْ ‫ِولَ ْو ِ َءا َمنَ ِأ َ ْه ُل‬
َ ِۗ‫ٱّلل‬َّ ‫َوتُؤْ منُونَ ِب‬
َِ‫ْٱلفَسقُون‬
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Ada dua fungsi yang penting dilakukan orang-orang mukmin
tertenttu (guru, agama, juru dakwah, pemimpin umat,
konselor/psikoterapis dan sebagainya ), yaitu mengajak dan menyeru
manusia untuk berbuat baik (ma’ruf) dan mencegah serta menghindarkan
orang dari perbuatan munkar. Khusus bagi Psikoterapis Islami, seruan
ayat ini merupakan dasar filosofi kepribadiannya, agar ia mampu
melaksanakan fungsi dalam pelayanan psikologi islami, sebagai seorang
muslim yang beriman kepada Allah.
Jika kita amati dan pikirkan secara nmendalam dengan
memperhatikan masyarakat umum, bahwa menyeru kepada yang ma’ruf
(baik), terbukti tidak ada tantangan itu tidak diindahkan orang, yang
berarti, karena tidak ada pemaksaaan dan tidak ada bahaya langsung bagi
orang lain, bila seruan atau ajakan kepada yang baik itu tidak diindahkan
orang, diberi petunjuk oleh Rasul, sedikitnya do’a.

1 Psikoterpi Islami. Hal 102


5
Adapun mencegah agar menjauhi atau menghentikan hal-hal yang
mungkar, jika tidak diindahkan orang dan pelakunya tetap saja
melanjutkan perbuatan mungkarnya, maka orang lain akan menjadi
korbannya atau yang bersangkutan akan mengalami bahaya. Oleh karena
itu tugas ahi munkar amat berat dan banyak tantangannya. Perbuatan
yang mungkar itu banyak, mari kita amati beberapa al-munkaraat yang
berbahaya, sebagai contoh: penyalahgunaan narkoba (narkotika dan
bahan berbahaya lainnya); main judi; penyimpangan seksual; membunuh
orang; mencuri; membuat kerusakan dimuka bumi.2
Mengapa orang mukmin melanggar larangan Allah dan berani
menggunakan barang-barang berbahaya dan haram tersebut, padahal
mereka tahu bahwa melakukan yang terlarang itu berdosa Sesungguhnya
orang yang pernah melakukan perbuatan mungkar dan menggunakan hal-
hal menimbulkan kenikmatan tertentu, bagi penggunanya (pelanggar
larangan agama) itu, akan lebih cepat dan lebih mudah terdorong untuk
mengikuti kearah yang menimbulkan kenikmatan lahir dan materi
tersebut, dari pada takut akan hukuman Allah.
Orang yang mampu menghindari hal yang munkar dan dapat
diajak kembali kepada kebenaran, adalah mereka yang mengerti agama
dan melaksanakan agama itu dalam kehidupannya sehari-hari, serta
memiliki iman yang kokoh kepada Allah.
5. Asas Ibadah Kepada Allah
Asas filosofi yang kelima yang perlu dimiliki oleh psikoterapis
Islami adalah “asas ibadah kepada Allah”, artinya setiap usaha yang
dilkukan untuk membantu individu atau kelompok orang, perlu dilakukan
untuk membantu individu atau kelompok orang, perlu diingat bhawa
usaha dan perbuatan itu sebgai amal karena Allah, secara ikhlas. Midah-
mudahan Allah memberkati usaha tersebut. Dengan demikian, hasil

2 Psikoterpi Islami. Hal 103


6
bantuan dan usaha kita tergantung kepada izin dan karunia Allah, tugas
{sikoterpis Islami hanya mngarahkan sebaik-baiknya.3[4] Firman Allah
swt., Surat Az-Dzaariyaat (51): 55-56,
ْ ‫َوذَك ْرِفَإ َّنِٱلذ ْك َرىِت َنفَ ُع‬
َِ‫ِٱل ُمؤْ مِنين‬
َ ‫ِو ْٱْل‬
ِ‫نسِإ ََّلِليَ ْعبُدُون‬ ْ ُ‫َو َماِ َخلَ ْقت‬
َ ‫ِٱلج َّن‬
“ Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan
itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”
Dari ayat tersebut dapat kita petik dua hal penting, yaitu: jangan
pilih kasih dalam membantu klien, dan apapun yang dilakukan, niat
sebagai ibadah kepada Allah.
6. Asas Sadar akan Kekurangan Diri
Asas filosofi keenam dari Psikoterapis Islami adalah sadar akan
kekurangan diri. Pada umumnya orang tidak tahu kekurangan yang ada
pada dirinya sendiri, karena ia menyangka bahwa dirinya sudah demikian
adanya. Orang sering mengatakan “inilah saya, dari kecil saya begini”.
Boleh jadi menusia tidak suka mengetahui kekurangan dirinya, jika ada
orang lain mengungkapkan kelemahannya, ia marah, disangka orang itu
menghina dirinya. Memang secara psikologi, orang lebih suka dipuji
daripada dicela, Karena ia cinta dan bangga akan dirinya.4
Sesungguhnya orang yang mampu menilai dirinya secara obyektif,
seolah-olah ia berada diluar dirinya, bahkan memandang dirinya dari
segala segi, maka akan diketahunya kelemahan dan kekuatan yang terdapat
pada dirinya. Jika ada orang lain mencela atau mengungkapkan
kekurangan yang terdapat pada dirinya, seharusnya ia berterima kasih
kepada orangg tersebut, karena orang itu telah mengatakan pandangan

3 Psikoterpi Islami. Hal 110


4 Psikoterpi Islami. Hal 114
7
secara obyektif. Dengan itu dia akan memperbaiki dirinya, tentu saja ia
mampu menerima dirinya akan memeperbaiki dirinya, tentu saja ia mampu
menerima dirinya secra obyektif.
Selanjutnya kualitas mentalnya akan berambah dan meningkat.
Akan tetapi menusia seringkali merasa tersinggung jika kelemahannya
diungkapkan oleh orang lain. Psikoterapis islami harus menyadari bahwa
disamping kebaikan yang diberikan Allah, manusia tetap saja masih
mempunyai kekurangan, yaitu kesombongan dan ketidaksadaran akan
adanya kekurangan pada diri manusia, yang akan mengurangi kualitas
hasil yang dicapainya, sebab sombong adalah salah satu kelemahan pada
manusia, yaitu ketidakmamuan akalnya dimanfaatkan secara optimal.
Karena itu asas dasar kekurangan diri pada Psikoterapis Islami harus
diajaga dan selalu dikembangkan.5
7. Asas Takwa dan Jujur
Asas filosifi ketujuh bagi psikoterapis Islam adalah takwa dan
jujur. Takwa yang mengandung pengertian melaksanakan semua perintah
Allah dan menghentikan semua larangannya dan selalu berkata benar
(jujur). Betapapun cerdas dan pandainya manusia, dia diperintahkan Allah
agar tetap bertakwa kepadanya dan jujur. Kedua hal itu (takwa dan jujur)
yang mengantarkan kepada kemenangan yang besar.6 Firman Allah swt.,
Surat Al-Ahzab (33): 70-72,
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan
Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat.”

5 Psikoterpi Islami. Hal 114


6 Psikoterpi Islami. Hal 115
8
Dalam ketiga ayat tersebut dapat diambil lima bukti untuk
mengembangkan pribadi Psikoterapis Islami, sebagai berikut: pentingnya
takwa dan jujur; janji Allah untuk perbaikan pekerjaan; janji ampunan dari
Allah; kemenangan besar bagi yang patuh kepada Allah dan Rasulnya; dan
manusia itu zalim dan bodoh.
8. Asas Kesukarelaan
Yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien
mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam
hal ini terapis berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan
tersebut.

9. Asas Keterbukaan
Yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran
pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Dalam hal ini terapis berkewajiban mengembangkan keterbukaan
klien. Keterbukaan iniamat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan
dan adanyakesukarelaan pada diri klien yang menjadi sasaran
pelayanan/kegiatan.Agar klien dapat terbuka, terapis terlebih dahulu harus
bersikapterbuka dan tidak berpura-pura.
10. Asas Kegiatan
Yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran
terapi berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
pelayanan/kegiatan terapi. Dalam hal ini terapis perlu mendorong
klienuntuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan terapi yang diperuntukan
baginya.
11. Asas Kemandirian

9
Yaitu asas terapi yang menunjuk pada tujuan umum psikoterapi,
yakni: klien sebagai sasaran pelayanan terapi di harapkan menjadi konseli-
konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri
dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri.Terapis hendaknya mampu mengarahkan segenap
pelayanan terapi yang diselenggarakannya bagi berkembangnya
kemandirian klien.
12. Asas Kekinian
Yaitu asas yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan terapi
ialah permasalahan klien dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masalampau pun” dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.

13. Asas Kedinamisan


Yaitu asas yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
14. Asas Keterpaduan
Yaitu yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
terapi, baik yang dilakukan oleh terapis maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara terapis dan
pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan terapi perlu
terus dikembangkan. Koordinasi segenap psikoterapi itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
15. Asas Keharmonisan
Yaitu asas yang menghendaki agar segenap psikoterapi didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu

10
nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau
kegiatan psikoterapi yang dapat dipertanggung jawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu.
Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan psikoterapi justru harus dapat
meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai dan norma tersebut.
16. Asas Keahlian
Yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan dankegiatan
psikoterapi diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam
hal ini, para pelaksanaan pelayanan dan kegiatan terapi hendaklah tenaga
yang benar-benar ahli dalam bidang psikoterapi. Keprofesionalan
psikoterapis harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
pelayanan dan kegiatan dan terapi maupundalam penegakan kode
etik psikoterapi.

17. Asas Alih Tangan Kasus


Yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan pelayanan terapi secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan klien mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak
yang lebih ahli. Psikoterapis dapat menerima alih tangan kasus dari orang
tua, terapis lain, atau ahli lain dan demikian pula psikoterapis
dapat mengalihtangankan kasus kepada terapis lain.
B. Prinsip-prinsip Psikoterapi Islam

1. Berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah


Dalam psikoterapi Islam, yang menjadi sumber utama dalam
pelaksaannya adalah semua nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan hadits Nabi Salallahu alaihi wasallam. Pendekatan yang komprehensif,
holistic, dan rasional yang dilakukan konselor kepada klien tetap

11
berazazkan hukum-hukum ataupun ketentuan-ketentuan yang berasal dari
Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad SAW.
2. Manusia Ada di Dunia Bukan Ada Dengan Sendirinya
Yaitu Allah Ta’ala yang telah menciptakan manusia. Ada hukum-
hukum atau ketentuan Allah (sunnatullah) yang pasti berlaku untuk semua
manusia sepanjang masa. Oleh sebab itu setiap manusia harus menerima
ketentuan Allah itu dengan ikhlas.
3. Manusia Adalah Hamba Allah yang Harus Selalu Ber-ibadah Kepada-Nya
Oleh sebab itu, dalam membimbing individu perlu diingatkan,
bahwa agar segala aktivitas yang dilakukan bisa mengandung makna
ibadah, maka dalam malkukannya harus sesuai dengan “cara Allah” dan
diniatkan untuk mencariridha Allah
4. Allah Menciptakan Manusia Dengan Tujuan
Tujuan agar manusia melaksanakan amanah dalan bidang keahlian
masing-masing sesuai ketentuan-Nya (khalifah fil ardh). Bahwa
ada perintah dan larangan Allah yang harus dipatuhi, yang pada saatnya
akan dimintai tanggung jawab dan mendapat balasan dari Allah SWT.
5. Manusia Sejak Lahir Dilengkapi Dengan Fitrah Iman
Fitrah iman amat penting bagi keselamatan hidup manusia di dunia
dan akhirat. Oleh sebab itu, perlu untuk memelihara
dan menyuburkan iman.
6. Iman Perlu Dirawat agar Tumbuh Subur dan Kukuh
Dengan selalu memahami dan menaati aturan Allah. Mengarahkan
agar individu mampu memahami al-Qur’an dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Islam Mengakui Ada Dorongan yang Harus Dipenuhi
Dan dalam pemenuhannya diatur sesuai tuntunan Allah Ta’ala
8. Ada Perbedaan dan Tanggung Jawab Individu
Lantaran perbedaan kemampuan dan usia.
9. Islam Mengajarkan Untuk Saling Menasehati dan Tolong-menolong
Islam mengajarkan umatnya untuk saling manasehati dan tolong
menolong dalam hal kebaikan dan taqwa. Oleh karena itu, segala aktivitas

12
membantu individu yang dilakukan mengacu pada tuntunan Allah
tergolong ibadah.
10. Ada Hikmah di Balik hal-hal yang Kadang Tidak Disukai Manusia
Kewajiban manusia adalah menerima dengan ikhlas sambil
melakukan koreksi diri dan mohon petunjuk ilahi.
11. Jika Ada Pengingkaran, Lazimnya Sementara
Jika ada individu mengingkari Allah, sebenarnya pengingkaran itu
bersifat sementara, dan pada saat tertentu, lazimnya dalam keadaan sempit
mereka akan kembali kepada fitrah atau aqidah yang benar.
12. Memahami dan Menaati Kandungan Al-Qura’n dan Sunnah
Adalah kunci utama bagi pemeliharaan dan pengembangan fitrah manusia.
13. Setiap Perlakuan Negatif Merupakan Kelemahan Manusia
14. Ada Syaitan yang Selalu Berupaya Menyesatkan Manusia
15. Prinsip Tauhid
Dalam rangka pemberian bantuan kepada seorang klien yang
bermasalah, hendaknya psikoterapis mampu membangkitkan potensi
tauhid kepada klien, baik tauhid rububiyah yang berdimensi vertical,
maupun tauhid ubudiyah yang berdimensi horizontal, tauhid rububiyah
yaitu beriman kepada allah yang maha pengasih, maha penyayang dimana
dirinya termasuk yang disayangi Allah.
Adapun tauhid ubudiyah berdimensi horizontal, komunikasi antar
sesame Allah. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak jarang terjadi, dimana
klien merasa seolah-olah doa dan permohonannya kurang didengar oleh
Allah, karena ia sudah terlalu lama menderita, dan ia telah banyak berdoa,
memohon kepada Allah, diapun sering sholat Tahajud, shalat Duha dan
salat sunat lainnya dalam usahanya untuk memoohon pertolongan Allah
yang dinanti-nantikannya tak kunjung datang bahkan ia merasa bahwa
penderitaannya bertambah berat.
Ia menjadi putus asa dan kurang percaya kepada sifat Allah yang
maha penyayang dan maha pemurah. Akhirnya ia berpaling kepada
dukun-dukun, hal-hal kufarat dan bid’ah (bidah) yang ia dapat cepat
merasakan manfaatnya. Dalam hal ini peranan psikoterapis islami semakin

13
penting untuk membantunya kembali kejalan Allah yang lurus, karena itu,
psikoterapis islami hendaknya membantu klien untuk menjaga dan
mengawal imannya agar jangan sampai rusak.
16. Prinsip tawakal
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah. Tawakal merupakan
salah satu cara untuk meraih ketentraman batin. Apabila pengertian
tawakal ditinjau dari segi psikologi, dapat dikatakan bahwa setiap tawakal
itu mengandung makna penerimaan sepenuhnya terhadap kenyataan diri
dan hasil usahanya sebagaimana adanya, atau dengan perkataan mau dan
mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, yang selanjutnya
menunjukkan kesehatan mentalnya cukup baik.
Sebagai contoh kita ambil seorang yang merasa dirinya kurang
cantik atau kurang tampan, boleh jadi karena kulitnya hitam, hidungnya
pesek , badannya terlalu gemuk atau kurus dan sebagai nya, yang
menyababkannya merasa diri kurang ( kurang percaya diri) dan
selanjutnya ia mudah tersinggung , bahkan mungkin merasa tida dihargai
orang .Psikoterapi Islami, hendaknya dalam pertemuan konsultasi dapat
membawa orang yang bermasalah dan menderita tersebut, kepada ajaran
islam dan berserah diri kepada Allah (tawakal).
17. Prinsip Syukur
Setiap orang mempunyai keinginan dan kebutuhannya dalam
kehidupannya. Ada orang yang keinginannya selalu meningkat dan setiap
hari boleh jadi kebutuhannya bertambah. Dan ada orang yang keinginan
dan kebutuhannya sebatas yang pokok-pokok saja. Seperti ungkapan orang
terhadap yang demikian, sebagai barikut: “ Harta itu seperti orang minum
air laut, semakin diminum ia semakin haus”. Syukur adalah proses
kejiwaan , dan ungkapan batin atas apa yang diperolehnya, , boleh jadi
yang diperolehnya tidak dalam bentuk materi ,seperti kesehatan,
kecerdasan , jabatan, kedudukan , penghargaan dan sebagainya.
Oleh karena itu, hendaknya psikoterapis islami berusaha agar
terbentuk rasa syukur pada jiwa klien , yang selanjutnya akan
membawanya kepada ketentraman batin, kemudian akan memantul kepada

14
akhlak terpuji dan mewarnai sikap hidupnya sehari-hari. Psikoterapi Islam
hendaknya dapat menumbuh-kembang kan rasa syukur dalam jiwa klien
yang akan memantul kepada perbuatan dan tindakannya dalam pergaulan
sehari-hari. Dengan demikian klien akan merasakan nikmat allah sekecil
apapun yang dikaruniakannya, disamping itu akhlak dan sopan santun nya
dalam pergaulan akan meningkat pula.
18. Prinsip Sabar
Sabar dapat menjauhkan perasaan cemas,gelisah dan frustasi.
Bahkan sebaliknya membawa kepada ketentraman batin. Untuk meraih
kesabaran itu perlu latihan dan pembiasaan , serta doa kepada Allah, sebab
sabar itu berat dan manusia biasanya tidak sabar bila ia diganggu, ditakuti,
atau disinggung harga dirinya dan jika haknya diambil orang.
19. Prinsip taubat nasuha
Merasa diri bersalah merupakan salah satu penyebab gangguan
kejiwaan. untuk mengobatinya klien, harus merasa bahwa kesalahannya itu
telah dimaafkan. Psikoterapi islami hendaknya mendorong klien yang
telah terlanjur berbuat salah dan membantunya untuk menyadari
keburukan dan bahaya perbuatannya itu terhadap dirinya dan orang lain.
20. Prinsip hidayah Allah
Proses psikoterapi islami, hendaknya dapat membangkitkan
semangat dan gairah klien untuk selalu memohon hidayah (petunjuk)
Allah, karena kepandaian dan pengalaman yang dimiliki oleh psikoterapis,
tidak dapat menjamin sepenuhnya keberhasilan dalam membantu kliennya.
Ketentuan tetap ditangan Allah. Karena itu, selama proses psikoterapi
Islami berjalan, hendaknya peningkatan iman dan takwa klien perlu
dilakukan, agar ia terbiasa memohon hidayah Allah dalam hidupnya, mulai
dari proses psikoterapi islami, sampai sembuh dan seterusnya.
21. Prinsip zikrullah
Psikoterapi islam hendaknya selalu membawa klien untuk ingat
kepada Allah, dalam keadaan bagaimanapun ia selalu ingat kepadanya.
Bila ia mengalami kesusahan, fifat Allah yang teringat olehnya adalah

15
Maha menolong, maha penyayang dan maha kuasa, hatinya bergetar
melalui pertolongan Allah, lidahnya mengucapkan doa.7

7 Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islam, (Jakarta : PT Bulan Bintang), 2004, hal 129-139
16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa asas dan prinsip-prinsip ini sikoterapi islam adalah proses
pengobatan dan penyembuhan dengan melalui bimbingan Al-Quran dan As-
Sunnah Nabi Muhammad saw. atau secara empirik adalah melalui bimbingan
dan pengajaran Allah, Malikat-Malaikat-Nya, dan Rasul-Nya. Objek dari
psikoterapi Islam adalah mental, fisik, spiritual dan moral. Dalam psikoterapi
Asas dan Prinsip Psikoterapi Islam menjadi sangat bergantung. Bentuk –
bentuk psikoterapi Islam,
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi bahan ajar yang
baik untuk semuannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islam, (Jakarta : PT Bulan Bintang), 2004


Derajat, Zakiah Psikoteri Islam, Jakarta : Bulan Bintang 2002

18

Anda mungkin juga menyukai