Anda di halaman 1dari 10

5Q FRAMEWORK

VISTA DWI SETYARINI

P27834118105

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN SURABAYA

2018
IMPLEMENTASI 5Q FRAMEWORK PADA PEMERIKSAAN

GOLONGAN DARAH ABO RESUS DENGAN METODE SLIDE TEST

Meningkatkan kualitas atau mutu laboratorium untuk tercapainya mutu

pelayanan laboratorium diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu,

mutu pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik dan bermutu agar dapat

memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat, teliti, benar, dapat

dipercaya dan memuaskan pengguna jasa. Salah satu pendekatan yang digunakan

adalah Total Quality management yang memperkenalkan dengan suatu strategi 5

Q framework. Manfaat dari memahami topik strategi 5Q framework yaitu dapat

mengetahui kesalahan yang terjadi pada proses pra analitik, analitik dan pasca

analitik. Selain itu dapat pula mengetahui cara penyelesaikan masalah dengan

menggunakan strategi 5Q Framework. Berikut adalah contoh penerapannya dalam

salah satu kasus atau masalah yang terjadi di laboratorium klinik.


LATAR BELAKANG

Salah satu pemeriksaan di laboratorium imunoserologi adalah pemeriksaan

golongan darah. Sistem golongan darah ABO yang ditemukan oleh Karl

Landsteiner pada tahun 1901, dan saat itu baru ditemukan golongan darah A, B,

dan O. penemuan ini dikakukan dengan memeriksakan darahnya sendiri dan

beberapa orang temannya dengan memisahkan darah tersebut atas serum dan sel

darah, kemudian mencampur setiap sel darah merah dengan serum-serum tersebut

dan atas dasar reaksi aglutinasi, maka ditetapkan tiga golongan tersebut.

Kemudian golongan darah AB ditemukan pada tahun 1902 oleh Karl Landsteiner,

Sturli dan Decastello.

Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan dengan memisahkan

pemeriksaan antara sel (forward grouping = sel grouping) dan plasmanya (reverse

grouping = serum grouping). Seringkali pada saat pemeriksaan golongan darah,

terjadi ketidak cocokan golongan darah sehingga pemeriksaan perlu diulang

kembali dengan contoh darah yang dicuci terlebih dahulu.

Prinsip pemeriksaan golongan darah adalah adanya reaksi antara antibody

dan antigen yang terlihat dalam tampilan aglutinasi. Kemudian tujuan

pemeriksaan golongan darah adalah untuk mencocokkan antigen dan antibody

antara resipien dengan donor agar antibody dan antigen yang sama tidak bertemu

yang dapat mengakibatkan aglutinaasi.


Terdapat dua metode pada pemeriksaan golongan darah, yaitu slide test

dan tube test. Perbedaan keduanya terdapat pada sampel, Pada metode slide

test, darah yang digunakan bisa darah tanpa antigkoagulan yang diambil dari

darah kapiler atau darah dengan antikoagulan. Sementara pada metode tube test,

digunakan darah yang sel dan serum / plasmanya telah dipisahkan. Metode tube

test digunakan untuk menguatkan hasil yang didapat dari pemeriksaan slide test.

Jika ada reaksi semu dalam metode slide test, maka metode tube test dapat

memperjelas antigen dan antibodinya.

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel

darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah

penggolongan ABO dan Rhesus (factor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal

sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang

dijumpai. Tranfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan

reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok,

dan kematian. Maka dari itu diperlukan pemeriksaan golongan darah dengan baik

dan benar untuk menghindari adanya reaksi tranfusi.


PERMASALAHAN

• Pada tanggal 20 Agustus 2018, seorang pria berusia 23 tahun

mengunjungi Laboratorium A untuk melakukan pemeriksaan golongan

darah untuk kedua kalinya. Namun terjadi perbedaan hasil pemeriksaan.

1. Hasil pemeriksaan 1 → golongan darah AB (+)

2. Hasil pemeriksaan 2 → golongan darah O (+)

ANALISA KESALAHAN

Untuk mencapai laboratorium yang bermutu yakni tercapainya pemeriksaan

yang Bermutu maka diperlukan strategi dan perencanaan Quality Management

Science Dengan suatu model 5 Q Framework yaitu :

Quality Laboratory Processes (QLP)

 QLP yaitu menentukan standart suatu proses untuk melakukan sesuatu (

pedoman atau prosedur pemeriksaan laboratorium)

 Pengendalian mutu di kelompokkan menjadi 3 tahap:

1. Pra Analitik (Pengendalian yang dilakukan sebelum sampel diperiksa)

2. Analitik (Pengendalian selama proses pemeriksaan)

3. Pasca Analitik (Pengendalian sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke

pasien)

Prosedur Pra Analitik:

1. Persiapan sampel : (whole blood)


2. Persiapan reagen

3. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan

Analitik:

1. Teteskan darah yang keluar pada objek glass / kertas pemeriksaan dengan

dibagi menjadi 3 bagian

2. Meneteskan anti-A, anti-B, anti-AB dan anti - D pada objek glass / kertas

pemeriksaan.

3. Aduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah dengan

reagen pemeriksaan dan menggoyang-goyangkan.

4. Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis setelah

pencampuran

Post Analitik:

1. Pencatatan hasil

2. Interpretasi hasil dan pelaporan

QC (Quality Control)

 Melakukan pengawasan sistematis periodik terhadap alat, metode, reagen

yang berfungsi untuk mendeteksi ketika terjadi kesalahan

 Uji akurasi dan presisi dalam pengambilan sampel

 Uji akurasi dan presisi dalam pemeriksaan sampel dan penanganan

kualitas reagen
 Uji akurasi dan presisi dalam penentuan dan pembacaan intrepetasi hasil,

penulisan hasil serta pelaporan hasil

QA (Quality Assesment)

 Ditujukan kepada performance atau kinerja suatu Laboratorium sehingga QA

merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output untuk menjamin

pelayanan dan mencegah terjadinya kesalahan

 Dengan membandingkan laboratorium analis dengan laboratorium lain yang

telah terstandarisasi
Laboratorium A Laboratorium B

1. AB(+) AB(+)

2. O(+)

QI (Quality Improvement)

 QI untuk mengidentifikasi masalah dan kegiatan menerapkan bentuk

proses pemecahan masalah yang diketahui dari QC dan QA

 Dugaan masalah : kesalahan mengarah pada faktor human error/ SDM,

Tusukan yang kurang dalam, sehingga darah harus diperas -peras keluar,

sehingga terjadi hemolisis (penekanan terlalu keras)

 Terjadi bekuan darah karena terlalu lambat bekerja

 Kulit yang ditusuk masih basah dengan alkohol (darah terencerkan &

tetesan darah melebar diatas kulit sehingga sukar untuk melakukan


pemeriksaan

 Tetesan darah pertama dipakai untuk pameriksaan & lacet yang tidak steril

 Darah diambil dari tempat yang terdapat gangguan peredaran darah

QP (Quality Planning)

 QP adalah Menstandarisasi pemecahan, menetapkan ukuran ukuran untuk

menilai kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah

langkah pemecahan masalah dan untuk diimplementasikan pada QLP.

 Perencanaan metode, sampel, SDM dan alat serta menentukan ukuran

untuk menilai suatu kinerja Laboratorium.

 Berikut ini merupakan upaya yang dilakukan pada QP :

- Menguji kemampuan calon tenaga medis saat melakukan rekruitmen dengan

memilih pegawai yang berkompeten, handal dan profesional

- Memperbaiki SOP :

1. Bagian kulit yang akan ditusuk harus didesinfeksi terlebih dahulu dengan

alkohol 70% atau povidine iodine kemudian dikeringkan dengan kapas

yang steril

3. Kulit setempat ditegangkan dengan memijatnya antara dua jari

4. Lakukan penusukan dengan gerakan yang cepat dengan memakai lancet

steril. Tusukan dilakukan dengan arah tegak lurus pada garis sidik jari

5. Tetesan darah yang pertama kali keluar dihapus dengan menggunakan


kapas streril dan tetasan berikutnya baru boleh digunakan untuk

pemeriksaan

- Tenaga medis (Ahli Technology Laboratorium Medis) wajib mengikuti

pelatihan atau workshop secara berkala mengenai pemeriksaan golongan

darah bisa dengan bekerja sama dengan PMI daerah setempat.

- Pembuataan SOP (Standart Operasional Prosedur) mengenai pengambilan

sampel untuk pemeriksaan golongan darah yang benar.

KESIMPULAN

1. 5Q framework untuk tercapainya mutu pemeriksaan seharusnya diterapkan

pada setiap laboratorium dan Kualitas laboratorium dapat diketahui dari

seberapa jauh laboratorium tersebut menerapkan konsep 5Q framework.

2. Karena dengan 5Q framework kita bisa menganalisa dan mengevaluasi

kesalahan yang terjadi dimana pelayanan laboratorium harus selalu

mengutamakan kepuasan pasien dan keselamatan pasien.

3. Melakukan upaya pengendalian mutu suatu laboratorium sehingga dengan

adanya kegiatan tersebut dapat berfungsi untuk meminimalisir dan mencegah

kesalahan yang terjadi baik pada tahap pra analitik, analitik maupun pasca

analitik
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Maria Tuntun dkk. 2018. Bahan Ajar Teknik Laboratorium Medik (TLM)

Kendali Mutu. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai