Anda di halaman 1dari 7

Biophysics

Nama Mahasiswa : Zido Yuwazama (15/378802/TK/42744)

Deadline : Jumat, 16 Februari 2018

Dosen : Dr. Gea O.F. Parikesit, ST., M.Sc.

1|
Prodi Teknik Fisika
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY
How long have the atoms in your body existed?

Apakah terdapat atom dalam tubuh manusia? Sejak kapan atom itu ada di tubuh
manusia? Saat ditanya pertanyaan tersebut tentu banyak yang bingung terutama orang
awam. Untuk mengetahui tentang atom dalam tubuh manusia, terlebih dahulu kita harus
memahami definisi atom dan asal usul terbentuknya. Kata atom berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Atomos” yang artinya tidak dapat dibagi-bagi. Adapun secara umum
atom adalah bagian terkecil dari segala materi yang tidak dapat dibagi lagi.
1. Perkembangan Atom

Perkembangan atom dimulai semenjak tahun 500 SM. Diawali oleh beberapa
ahli dan filosof di Yunani yang melakukan pendekatan filosofis mengenai fenomena
alam dan kehidupan, termasuknya dengan teori dasar penyusun alam semesta. Salah
satu filosof Yunani yang mengemukakan teori atom pertama kali adalah Democritus
(460 – 360 SM). Democritus melanjutkan pemikiran dari gurunya, Leukippos. Pada saat
itu Democritus bekata, “Apakah suatu material dapat dibagi-bagi menjadi serpihan yang
lebih kecil lagi tanpa batas? Atau sampai suatu saat material tersebut tidak dapat dibagi
lagi?” Democritus berpendapat bahwa suatu material bersifat terbatas atau diskrit dan
memiliki sifat khas. Democritus menganalogikan teorinya ini dengan butiran pasir di
pantai yang mana tidak dapat dibagi lagi sehingga atom bersifat diskrit. Teori atom
Democritus ditolak oleh Aristoteles dan Plato karena menurut mereka suatu atom tidak
diskrit, melainkan kontinu. Aristoteles lebih setuju dengan teori Empedocles (432 SM)
yang menyatakan bahwa alam semesta tersusun atas empat elemen dasar yaitu air, api,
udara dan tanah dapat bertransformasi ke bentuk lain.

Setelah 2000 tahun teori atom Democritus bertahan, akhirnya pada tahun 1803
teori atom diperkenalkan kembali oleh John Dalton (1766 – 1844) yang berprofesi
sebagai guru SMA di Manchester, Inggris. Teori atom Dalton ini didasari oleh Hukum
Kekalan Massa, Hukum Kekekalan Energi, dan Hukum Perbandingan Tetap. Menurut
Dalton, teori atom Democritus tidak bertentangan dengan ketiga hukum tersebut. Teori
atom Dalton menyatakan bahwa suatu materi atau atom tersusun atas partikel-partikel
terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Dalton menggambarkan atom seperti bola pejal.

Pada tahun 1886, Eugene Goldstein (1850 – 1930) ) menemukan bukti pertama
adanya partikel penyusun dalam sebuah atom. Goldstein melakukan eksperimen dari
tabung gas yang memiliki katoda yang diberi lubang dan muatan listrik. Hasil
eksprerimennya membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju anoda,
terbentuk pula sinar bermuatan positif yang menuju arah berlawanan melewati lubang
pada katoda. Partikel ini disebut dengan proton.

2|
Prodi Teknik Fisika
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY
Pada tahun 1897, Joseph John Thomson (1856 – 1940) juga menemukan
adanya partikel penyusun lainnya dalam sebuah atom. Thomson menggambarkan atom
seperti roti kismis. Thomson bersama timnya menemukan adanya muatan negatif dalam
suatu atom dengan melakukan percobaan tabung sinar katoda. Thomson melihat saat
arus listrik melewati tabung vakum dari anoda ke katoda, ada semacam aliran berkilau
yang terbentuk. Thomson menemukan bahwa aliran berkilau tersebut ditolak oleh plat
kutub negatif dan tertarik oleh plat kutub positif. Aliran tersebut terbentuk dari partikel
kecil atom yang bermuatan negatif. Thomson menyebutnya sebagai partikel
“corpuscles,” yang kemudian disebut dengan elektron.

Kemudian tahun 1911, Ernest Rutherford (1871 – 1937) menyangkal teori


atom Thomson. Teori atom Rutherford menyatakan bahwa atom memiliki inti yang
menjadi pusat massa bernama nukleus dengan elektron yang mengelilinginya.
Rutherford melakukan percobaan penembakan partikel alfa yang bersifat radioaktif
pada lempengan emas tipis yang dikenal dengan percobaan Hamburan Partikel Alfa.
Hasilnya, sinar radioaktif ada yang dipantulkan, dibelokkan, dan diteruskan. Rutherford
menjelaskan saat partikel alfa mengenai inti atom, maka akan terjadi tumbukan yang
mengakibatkan pembelokan atau pemantulan partikel alfa. Hal itu disebabkan karena
massa dan muatan atom terpusat pada inti (nukleus).

Pada tahun 1913, Niels Bohr (1885 – 1962) menyempurnakan teori atom
Rutherford yang tidak menjelaskan elektron pada lintasan atau orbit. Bohr menerapkan
teori kuantum untuk mengatasi problem struktur atom dengan menggunakan teori
berkas cahaya Planck dan model atom Rutherfrod untuk menjelaskan cahaya yang
muncul pada atom hidrogen. Menurut Bohr, elektron bergerak menggelilingi inti pada
orbit tertentu. Di dalam atom terdapat orbit luar dan orbit dalam. Orbit luar dapat
menampung lebih banyak elektron yang akan menentukan sifat-sifat kimia atom.
Kadang-kadang elektron pada orbit luar melompat ke orbit dalam dengan mengeluarkan
cahaya.

Pada tahun 1932, Sir James Chadwick (1891 – 1974) menemukan adanya
partikel yang tidak bermuatan atau netral pada inti atom dengan melakukan percobaan
penembakkan partikel alfa pada atom berilium. Percobaan itu berhasil menemukan
adanya partikel yang tidak bermuatan tetapi memiliki massa yang sama dengan proton.
Partikel ini disebut dengan neutron. Massa neutron sedikit lebih besar dibandingkan
massa proton. Dari percobaan tersebut Chadwick menyimpulkan bahwa atom terdiri
dari inti atom yang mengandung proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak
bermuatan serta dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Dengan ditemukannya
neutron ini, maka dapat dijelaskan kenapa massa atom lebih besar dari massa total
proton dan elektronnya.

3|
Prodi Teknik Fisika
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY
Teori atom Bohr yang menjelaskan tentang tingkat-tingkat energi menjadi dasar
dalam perkembangan teori atom Mekanika Kuantum atau teori atom modern yang
dikembangkan oleh beberapa ahli seperti Erwin Rudolf Josef Alexander Schrodinger
(1887 – 1961), Louis de Broglie (1892 – 1987), dan Werner Heisenberg (1901 –
1976). Menurut de Broglie (1924) yang dikenal sebagai Hipotesis de Broglie bahwa
cahaya dapat berperilaku sebagai materi dan sebagai gelombang (dualisme gelombang
partikel). Setelah itu teori Heisenberg yang dikenal sebagai Prinsip Ketidakpastian
(1927) mengemukakan bahwa tidak mungkin menentukan dua besaran secara
bersamaan (contoh kecepatan dan posisi elektron), melainkan hanya kemungkinan
dalam menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti. Setelah itu Erwin Schrodinger
(1927) mengajukan teori yang disebut teori atom Mekanika Kuantum yang menyatakan
bahwa kedudukan dan momentum elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan
pasti, namun dapat menentukan kemungkinan menemukan elektron pada jarak tertentu
dari inti atom.
2. Atom sebagai Pembentuk Alam Semesta
Dari awal perkembangan atom sampai saat ini, maka dapat dikatakan secara
umum bahwa atom terdiri dari inti atom yang mengandung proton dan neutron, serta
terdapat elektron yang mengelilinginya. Atom sebagai bagian terkecil dari unsur
memiliki ukuran sekitar 1 Angstrom (10-10 meter) sehingga tidak dapat dilihat langsung
oleh mata. Atom dapat ditemukan di sekitar kita karena bumi terdiri dari banyak jenis
atom. Bumi mengandung sekitar 1,33 x 1050 atom dengan berat massa bumi sebesar
5.98×1024 kg. Dengan jumlah besar tersebut, tak heran jika bumi tersusun dari banyak
unsur. Berdasarkan massa bumi, sebagian besar bumi terdiri dari besi (32,1%), oksigen
(30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), belerang (2,9%), nikel (1,8%), kalsium
(1,5%), aluminium (1,4%), dan unsur-unsur lainnya (1,2%).

Pada Galaksi Bima Sakti, unsur paling melimpah adalah hidrogen (74%) dan
helium (24%). Sedangkan kelimpahan massa di kerak bumi sebagai tempat makhluk
hidup yaitu oksigen (46,6%), silikon (27,72%), aluminium (8,13%), besi (5%), kalsium
(3,63%), natrium (2,83%), kalium (2,59%), magnesium (2,09%), titanium (0,44%),
hidrogen (0,14%), fosfor (0,12%), mangan (0,1%), dan unsur-unsur lainnya (0,08%).
Dapat dilihat bahwa tempat tinggal manusia tersusun hampir sebagian dari oksigen
karena manusia butuh oksigen untuk bernapas.

Menurut teori yang paling terkenal, alam semesta terbentuk dari peristiwa
ledakan besar atau disebut dengan Big Bang. Teori Big Bang menyatakan bahwa alam
semesta berasal dari kondisi super padat dan super panas suatu super atom, yang
kemudian meledak dan menyebar sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Teori Big Bang
ini sangat banyak didukung dan disetujui oleh para ilmuwan karena banyaknya bukti
ilmiah yang masuk akal. Teori Big Bang ditemukan oleh seorang astronom dan profesor
4|
Prodi Teknik Fisika
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY
fisika di Universitas Katolik Leuven bernama Abbe Georges Lemaitre (1894 – 1966).
Menurutnya, alam semester ini awalnya berasal dari gumpalan superatom berbentuk
bola api yang berukuran kecil. Gumpalan bola api tersebut melakukan semakin lama
menjadi semakin padat dan semakin panas sehingga setelah miliaran tahun akan
meledak dan memuntahkan isinya dengan melepaskan energi yang sangat besar
sehingga membentuk materi alam semesta dan kemudian berkembang menjadi bentuk
seperti sekarang ini.

Menurut teori Big Bang ini juga bahwa alam semesta memiliki siklus yang
berulang dimana pada suatu waktu alam semesta akan berhenti mengembang dan
menjadi menyusut. Penyusutan ini semuanya akan ditarik dan membentuk lubang hitam
besar yang dikenal dengan black hole. Hal ini disebut dengan teori Big Crunch yang
menjadi kelanjutan dari teori Big Bang. Teori Big Crunch menyatakan bahwa alam
semesta tidak akan mengalami akhir karena alam semesta membentuk sebuah siklus
yang berarti setelah meledak maka akan membentuk kembali alam semesta atau
bereinkarnasi.
Selain teori Big Bang, terdapat juga teori yang sangat terkenal dalam
pembentukan tata surya atau alam semesta yaitu teori Nebula. Nebula berasal dari
bahasa latin yang artinya kabut, dimana dalam ilmu kosmogoni mengandung pengertian
awan atau bintang yang tersusun oleh debu, plasma, dan gas. Pada tahun 1734, teori
Nebula pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan asal Swedia yang bernama
Emanuel Swedenborg (1688 – 1772). Namun teori tersebut masih dibatasi dengan
ruang lingkup tertentu dan memiliki banyak kelemahan. Kemudian pada tahun 1975,
teori Nebula disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724 – 1804). Kemudian pada
tahun 1796 kembali disempurnakan oleh Piere Simon de Laplace (1749 – 1827) yang
dikenal dengan teori Nebula Kant-Laplace. Menurut teori Nebula, tata surya berawal
dari sebuah kabut yang berpijar dan berpilin di luar angkasa. Kabut tersebut terus
berputar dan membentuk bola yang semakin lama semakin kecil. Akibat terus berputar
membuat bentuk bola tersebut memadat di pusat kutubnya, lalu melebar ke bagian
equatornya sehingga membentuk bintang raksasa yang dikenal dengan Matahari.
Bintang raksasa tersebut terus menyusut dan berputar semakin cepat, mengakibatkan
cincin-cincin gas dan es terlempar ke sekeliling bintang raksasa. Akibat gaya gravitasi,
gas-gas tersebut menjadi memadat dan menjadi sebuah planet-planet yang bergerak
mengelilingi bintang raksasa.

Berdasarkan teori Big Bang dan teori Nebula dapat disimpulkan bahwa alam
semesta terbentuk dari reaksi fusi atau penggabungan dari atom-atom yang sangat
banyak di alam semesta. Setiap atom memiliki strong force, yaitu suatu gaya yang
berguna untuk melakukan penggabungan atom. Dalam waktu yang sangat lama, strong
force dari atom-atom bebas tersebut mengalahkan gaya elektromagnetik (repulsion)

5|
Prodi Teknik Fisika
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY
yang menahan atom-atom untuk fusi atau bergabung. Hal ini dikarenakan suhu dan
tekanan yang sangat tinggi yang mengakibatkan strong force menjadi sangat tinggi
melebihi repulsion. Proses fusi dari atom-atom tersebut semakin lama semakin
membesar dan membentuk super atom atau bintang yang sangat besar. Dengan suhu dan
tekanan yang semakin sangat tinggi, bintang tersebut semakin memadat (imploding) dan
semakin panas. Setelah miliaran tahun, bintang tersebut meledak (exploding) dan
menyebar ke seluruh arah membentuk materi alam semesta. Setelah materi alam
semesta terbentuk dan menyebar, maka materi tersebut mulai membentuk wujud
sempurna menjadi galaksi, bintang, dan planet. Materi-materi yang menyebar akibat Big
Bang masih melanjutkan reaksi fusi pada atom-atom di sekitarnya untuk
menyempurnakan bentuknya. Setelah melakukan fusi dalam waktu yang lama, maka
materi-materi tersebut membentuk bintang.

Pada bintang yang stabil atau sempurna, proses fusi sudah tidak dapat
dilanjutkan lagi. Namun pada bintang yang belum sempurna masih melakukan fusi yang
melibatkan banyak materi, bahkan bagi bintang yang mati dan bintang yang tidak
sempurna akan melakukan fusi satu sama lain. Proses fusi pada dua bintang terjadi
karena interaksi akibat gravitasi kedua bintang sehingga akan membentuk bintang baru.
Proses fusi antara dua bintang ini semakin lama akan semakin memadat dan sangat
panas sehingga memicu ledakan di permukaan bintang yang disebut dengan Nova.
Adapun ledakan yang lebih besar disebut Supernova. Ledakan ini dapat menghasilkan
bintang baru yang sangat terang dan sebagian membentuk planet-planet. Namun,
ledakan ini juga dapat membentuk katai putih dan bintang tidak sempurna. Jika bintang
baru yang terbentuk tidak sempurna ataupun katai putih yang tidak memiliki hidrogen,
maka bintang baru tersebut akan kembali melakukan fusi untuk membentuk bintang
baru lagi.

Bintang melakukan fusi untuk menghasilkan energi dan tekanan menuju ke luar
inti. Hal ini diseimbangkan oleh energi gravitasi bintang menuju ke dalam inti, tetapi
katai putih yang memiliki hidrogen tidak lagi melakukan fusi sehingga semua materinya
tertarik menuju inti. Hal ini mengakibatkan katai putih menjadi sangat padat. Hal yang
sama juga dialami bintang bermassa besar tapi gaya gravitasinya jauh lebih kuat
sehingga tarikan ke inti menjadi lebih besar dan akhirnya meledak membentuk lubang
hitam atau black hole. Selain itu katai putih yang tidak lagi memiliki energi akan
membentuk katai hitam dalam waktu yang lebih lama dari pembentukan alam semesta
sehingga diperirakan belum ada katai hitam.

Berdasarkan berbagai teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua proses
pembentukan alam semesta memakan waktu yang sangat lama sampai terbentuknya
bumi, dan proses tersebut masih berlanjut sampai saat sekarang ini. Artinya atom-atom
pembentuk alam semesta sampai pembentukan bumi butuh proses yang sangat lama.

6|
Prodi Teknik Fisika
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY
3. Atom di Dalam Tubuh Manusia

Pembentukan alam semesta sampai terbentuknya bumi saat sekarang ini


diperkirakan menghabiskan waktu sekitar 13,7 miliar tahun. Melihat dari pembentukan
alam semesta berasal dari reaksi fusi dari atom-atom, maka tak heran jika bumi sangat
banyak mengandung atom-atom. Manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dengan
mengkonsumsi hasil alam, maka atom-atom yang ada dibumi juga masuk ke dalam
tubuh manusia. Atom-atom penyusun tubuh manusia antara lain oksigen (63%), karbon
(18%), hidrogen (10%), nitrogen (3%), kalsium (1,5%), fosfor (1,2%), dan unsur-unsur
lainnya (3,3%). Oksigen sangat banyak dalam tubuh manusia karena manusia
membutuhkan oksigen untuk sistem pernapasan dan pertumbuhan.
Berdasarkan hukum Kekekalan Energi, Kekekalan Massa, dan Perbandingan
Tetap, maka atom-atom dalam tubuh manusia sama dengan atom-atom di luar tubuh
manusia. Hal ini karena atom-atom di luar tubuh manusia akan masuk ke dalam tubuh
manusia untuk melakukan pergantian setiap beberapa waktu. Pergantian atom dalam
tubuh manusia terjadi karena manusia merupakan makhluk hidup yang bergerak dan
memiliki entropi untuk keberlangsungan hidupnya. Dengan demikian, atom-atom di
bumi maupun alam semesta akan tetap sama jumlahnya. Jadi bila atom dalam tubuh kita
keluar, maka akan ada atom yang masuk menggantikannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa atom yang ada dalam tubuh manusia telah ada
sejak awal sebelum pembentukan alam semesta atau sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu
dan atom yang ada dalam tubuh kita akan tetap ada selamanya walaupun ada yang
keluar dan masuk menggantikan atom di dalam tubuh manusia.

Referensi
1. Nelson, Philip. 2002. Biological Physics: Energy, Information, Life.
2. http://www.sridianti.com/komponen-utama-dari-kerak-bumi.html diakses pada
tanggal 16 Februari 2018

7|
Prodi Teknik Fisika
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY

Anda mungkin juga menyukai