Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Renvil Anggraini (14222137)
2. Ria Pusparini (14222143)
3. Rizky Suhertini (14222153)
4. Sahdan (14222159)
7. Epitel Transisi
Epitel transisi terdiri atas berlapis-lapis sel. Akan tetapi, sel-sel
penyusun jaringan ini selalu berubah bentuknya. Pada keadaan
tegang, sel-sel tersebut berbentuk lebih pipih dan panjang.
Ciri-ciri :
a. Sel-selnya berbentuk bulat dan besar
Letak jaringan :
a. Kandung kemih
b. Saluran ureter
c. Ginjal
d. Dinding saluran dalam oviduk
Fungsi :
a. Menahan regangan dan tekanan
8. Epitel Kelenjar
Epitel kelenjar tersusun atas, beberapa jaringan epitel yang
memiliki peran dalam penyerapan (absorpsi) dan
menyekresikan senyawa kimia.
Ciri-ciri :
a. Sel-sel yang berdempetan
Letak jaringan :
a. Kelenjar Endokrin (Glandulla unicellulare)
Berhubungan dengan sekresi zat-zat yang digunakan
secara internal oleh tubuh, misalnya “Hormon”.
Melepaskan sekresinya langsung ke pembuluh darah
dan sampai ke organ sasaran.
Contoh : sel piala (sel goblet) pada usus
b. Kelenjar Eksokrin (Glandulla multicellulare)
Mengeluarkan zat yang akan dikeluarkan oleh tubuh,
misalnya “lendir, keringat”. Sekresinya melalui media
saluran.
Contoh : Kelenjar keringat
Fungsi :
a. Berfungsi sebagai proses sekresi
Ada 3 metode sekresi
1) Sekresi Merokrin
Dimana zat sekresi yang ada di sitoplasma,
dikumpulkan didaerah apikal sel, kemudian
isinya dirilis bersama dengan fusi membran.
Bahan-bahan sekresi dikeluarkan dari unit
sekresi tanpa menghilangkan komponen sel
tersebut contoh pankreas.
2) Sekresi Apokrin
Meliputi debit konten dengan memecah lumen
sel. Bahan sekresi dikeluarkan bersama bagian
apex sitoplasma contoh pada kelenjar keringat
tertentu.
3) Sekresi Holokrin
sekresi dikeluarkan bersama dengan seluruh isi
sel dan diikuti perusakan sel contoh pada
kelenjar minyak.
2.1.6 Penghususan Permukaan Sel Epitel
1. Mikrovili
Permukaan mempunyai banyak tonjolan-tonjolan seperti jari.
Suatu lapisan glikoprotein ekstra sel, cell coat, sering melapisi
mikrovili berfungsi sebagai absorbsi ( ).
2. Sterosilia
Merupakan jenis mikrovili yang berukuran sangat panjang.
Jenis mikrovili ini terdapat pada permukaan epitel duktus
epididimis dan duktus deferens yang berfungsi mengatur
keadaan lingkungan untuk pematangan sperma ( ).
3. Silia dan flagel
Struktur panjang dan dapat bergerak, yang banyak terdapat di
permukaan sel epitel, jauh lebih panjang dari mikrovili.
Tersusun dari sepasang mikrotubulus sentral, dan pada bagian
perifer di bawah membran tersebut ( ).
2.2.6 Kartilago
Tulang rawan (kartilago) sebagai alat penunjang tubuh, harus kuat
dan lentur, tahan terhadap tekanan maupun tarikan. Pada vertebrata tingkat
rendah misalnya elasmobranchii, seluruh kerangka tubuh terdiri atas tulang
rawan. Pada mamalia (fetus) hampir seluruh kerangka terdiri atas tulang
rawan hialin. Sekitar kelahiran (partus) menjelang dewasa tulang rawan
tersebut di rombak secara bertahap dan diganti dengan tulang sejati,
meskipun tidak seluruhnya, yang tetap tinggal sebagai tulang rawan adalah
permukaan persendian, trakea, laring, bronki, tulang rusuk, dan
sebagainya.
Ciri khas tulang rawan memiliki se-sel (kondrosit), serabutnya
dapat kolagen atau elastin, dan matriks atau bahan dasar yang mengeras
kecuali pada tulang rawan fibrosa. Khas bahwa pada tulang rawan tidak
terdapat pembuluh darah atau limfe, jadi zat makanan serta oksigen akan
menyebar secara difusi. Dalam tubuh hewan dikenal adanya tiga tulang
rawan masing-masing:
a. Tulang rawan hialin
b. Tulang rawan elastin
c. Tulang rawan fibrosa
1. Kartilago Hialin
Dalam keadaan segar bersifat lentur, semitransparan, dan berwarna
putih kebiruan. Di permukaan terdapat perikondrium, suatu
jaringan ikat yang pada waktu muda mampu membentuk tulang
rawan secara aposisi. Pada tulang rawan tidak terdapat pembuluh
darah, tetapi bila ada, suatu pertanda adanya pengkapuran. Secara
fisiologik kalsifikasi sering terjadi pada tulang rawan rusuk.
Bangun histologik Perikondrium : membungkus permukaan tulang
rawan, kecuali pada tulang rawan persendian. Perikondrium terdiri
dari dua lapis, yaitu:
a) lapis luar terdiri dari jaringan ikat longgar atau pada tidak
teratur
b) Lapis dalam pada fetus dan hewan muda jelas terdapat
kondroblast. Setelah dewasa (tua) tidak jelas lagi.
Kondrosit : Sel-sel tulang rawan ini menempati rongga
yang disebut “lakuna”. Kondrosit bebentuk bulat atau
lonjong, dengan inti besar terletak di tengah. Nukleolus
jelas sedangkan inti sendiri tampak pucat.
Dalam sitoplasma terkandung lemak serta glikogen, itulah
sebabnya pada sediaan rutian tampak adanya rongga-rongga,
karena kedua bahan tersebut larut pada proses pengerjaan sediaan.
Di daerah dalam kondrosit sering mengelompok disebut kelompok
isogen (isogenous group), jumlah kondrosit dapat mencapai 12.
Kelompok isogen ini terjadi karena kondroblast masih mampu
membelah beberapa kali, sedang matriks mulai mengeras tidak
mampu memisahkan diri dan tetap terkurung dalam lakuna. Serabut
sebenarnya pada tulang rawan hialin terdapat serabut kolagen,
hanya pada sediaan rutin (H&E) tidak tampak. Serabut kolagen
tersebut diselubungi oleh matriks yang mempunyai indeks refraksi
sama, sehingga tidak tampak. Untuk membuktikan adanya serabut
kolagen, tulang rawan perlu terlebih dahulu dimaserasikan dalam
larutan NaCl 10%, atau larutan tripsin, baru dilakukan pewarnaan
seperti biasa. Matriks : Matriks tampak homogen, didalamnya
mengandung kondromukoid, terdiri dari dari glikosaminoglikan
yang mengandung kondroitin. Tulang rawan hialin terdapat pada
permukaan persendia, tulang rawan rusuk, trakhea, laring, bronkus
dan sebagainya.
2. Kartilago Elastik
Tulang rawan segar beraspek kuning karena banyak mengandung
serabut elastin. Secara garis besar memiliki bangun histologik
mirip tulang rawan hialin, hanya berbeda dalam macam serabutna.
Serabut ealstin membuat anyaman pada interteritorial mastriks
secara merata. Makin menuju permukaan jalinan serabut makan
tipis, sebaliknya makin ke dalam makn pekat jalinannya. Penapuran
tulang rawan elastin agak jarang mungkin terjadi pada umur tua.
Tulang rawan elatin terdapat pada pada daun telinga, tuba auditiva
eustachii, epiglotis, membran nictitans, dan sebagainya.
3. Fibrosa
Jenis kartilago (tulang rawan) ini mempunyai serabut kolagen padat
dengan hondrosit tersusun dalam deretan lakuna. Matriks relatif
sedikit, umumnya tidak dikelilingi oleh perikondrium. Tulang
rawan fibrosa terdapat pada miniskus, simfisis pubis, diskus
intervetebralis, tempat pertautan ligamen atau tendon pada tulang,
pada hidung sebagian dari laring, trakea, bronki, bronkioli, dan
rangka embrionik. Diskus intervetebralis sebagian besar terdiri dari
tulang rawan fibrosa, pada bagian atas dan bawah berkelanjutan
dengan tulang rawan persendian spinalis. Mempunyai fungsi untuk
melancarkan gerakan pada sendi, kelenturan dan sebagai
penyokong.
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis
atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti
apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
2. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
3. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.
3.2 Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat
sederhana dan simpel. Serta dalam Penyusunan makalah inipun masih
memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.