Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Oleh :

Nama : Hermina Rosana Dhane


NIM : 1506050025
Kelas :A

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
ACARA I
“Pengaruh Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Pada
Perkecambahan Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)”

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pengaruh perendaman ekstrak
bawang merah (Allium cepa L.) pada perkecambahan benih cabai merah (Capsicum
annuum L.).

B. Pendahuluan
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
sayuran yang sangat prospektif dan dibutuhkan oleh hampir semua kalangan masyarakat
dalam kehidupan sehari — hari, karenanya cabai merah mempunyai nilai ekonomis yang
relatif tinggi. Produksi cabal merah pada tahun 2014 sebesar 1.729.007 ton dengan luas
panen 249.760 ha dan produktivitas 5.39 ton per hektar. Hasil tersebut belum mencapai
potensi hasil tanaman cabai merah yang sebenarnya, yaitu sebesar 20 ton per hektar
(Badan Pusat Statistik, 2014).
Upaya peningkatan produktivitas tanaman cabai memerlukan dukungan benih yang
unggul, salah satunya adalah benih yang bermutu. Benih yang bermutu juga dapat
mengalami penurunan kualitas akibat penyimpanan yang kurang tepat atau benih telah
melampaui masa hidupnya (kadaluarsa). Menurut Kartasapoetra (2003) benih kadaluarsa
merupakan benih yang telah melampaui masa anjuran penanaman yang telah ditentukan
oleh produsen benih. Benih yang telah mengalami kemunduran sulit untuk berkecambah
karena viabilitasnya telah menurun. Benih yang telah mengalami kemunduran masih
mungkin digunakan sebagai bahan tanam dengan memberikan perlakuan – perlakuan
pematahan dormansi yang tepat. Beberapa perlakuan pematahan dormansi benih juga
digunakan untuk menyeragamkan pertumbuhan kecambah dan meningkatkan laju
pertumbuhan kecambah. Pada proses invigorasi selain mengendalikan air masuk ke dalam
benih juga dapat ditambahkan zat pengatur tumbuh.
Salah satu tumbuhan yang dianggap dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh
alami adalah bawang merah (Allium cepa L.). Karena bawang merah memiliki
kandungan hormon pertumbuhan berupa hormon auksin dan gibberellin, sehingga dapat
memacu pertumbuhan benih (Marfirani, 2014). Menurut Sasmitamihardja (1996) untuk
mempercepat dan memaksimalkan pertumbuhan, maka dibutuhkan zat pengatur tumbuh
berupa auksin yang memacu perkembangan akar.
Selanjutnya Marfirani (2014) menambahkan, hormon giberelin akan menstimulasi
pertumbu an pada daun maupun pada batang.
Penelitian Siswanto (2004) menyatakan pemberian ekstrak bawang merah mampu
meningkatkan pertumbuhan bibit lada panjang. Proses ini melibatkan proses pemanjangan
sel sebagai akibat pengaruh auksin yang terkandung dalam ekstrak bawang merah.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum untuk mengetahui pengaruh
perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) pada perkecambahan benih cabai
merah (Capsicum annuum L.).

C. Alat Dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas aqua, parut,
saringan, alat tulis, dan kamera. Bahan, yang digunakan adalah benih cabai merah,
bawang merah, air, dan tanah.

D. Cara Kerja
1. Persiapan Ekstrak Bawang Merah
 Bawang merah yang telah dibersihkan, diparut hingga halus.
 Selanjutnya diperas menggunakan saringan hingga didapatkan ekstraknya.
2. Perlakuan Benih
 Benih cabai merah yang dipilih adalah benih yang telah kadaluarsa.
 Sebelum dikecambahkan, benih ada yang direndam dalam ekstrak bawang merah
selama 12 jam, dan ada yang tidak direndam (kontrol).
3. Perkecambahan Benih
 Benih dikecambahkan sebanyak 15 pada masing-masing gelas aqua (pot) yang
telah berisi tanah, dan telah diberi label (A = Kontrol, dan B = Perlakuan
Perendaman).
 Benih disiram tiap hari dengan jumlah air yang sama.
 Diamati perkecambahan benih dan pertumbuhannya selama 9 hari.
E. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama 9 hari, maka diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut.
1. Waktu Perkecambahan
Jmlh Benih yg Berkecambah
Hari ke-
A B
1 0 0
2 0 0
3 0 5
4 5 8
5 7 9
6 9 11
7 10 11
8 10 11
9 10 11

2. Pertumbuhan Batang
Rata-Rata Pertumbuhan Batang
Hari ke-
A B
1 0 cm 0 cm
2 0 cm 0 cm
3 0 cm 0 cm
4 0 cm 1,03 cm
5 0.87 cm 1,98 cm
6 1,60 cm 2,71 cm
7 2,37 cm 3,40 cm
8 3,15 cm 3,91 cm
9 3,70 cm 4,43 cm

3. Lebar daun per batang


Rata-Rata Lebar Daun
Hari ke-
A B
1 0 cm 0 cm
2 0 cm 0 cm
3 0 cm 0 cm
4 0 cm 0,28 cm
5 0,22 cm 0,50 cm
6 0,46 cm 0,71 cm
7 0,65 cm 0,79 cm
8 0,73 cm 0,84 cm
9 0,76 cm 0,89 cm
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa, pemberian
ekstrak bawang merah berpengaruh nyata pada berbagai parameter yang diukur.
Benih yang direndam dalam ekstrak bawang merah berkecambah pada hari ke 3
sedangkan benih yang tidak diberi perlakuan baru mulai berkecambah pada hari ke 4.
Selain itu dari 15 benih yang dkecambahkan, 11 benih berkecambah saat diberi perlakuan
perendaman. Sedangkan benih yang tidak diberi perlakuan hanya mampu
mengecambahkan 10 benih saja. Hal ini menunjukan baha perendaman benih cabai
merah dalam ekstrak bawang merah dapat mempercepat aktu perkecambahan benih dan
dapat meningkatkan viabilitas benih.
Laju pertumbuhan batang dari kecambah benih yang diberi perlakuan lebih cepat
dibandingkan laju pertumbuhan dari kecambah benih yang tidak diberi perlakuan. Hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan panjang batang perhari setelah benih berkecambah.
Dengan demikian, dapat dketahui bahwa ekstrak bawang merah dapat mempercepat laju
pertumbuhan batang.
Selain waktu dan laju pertumbuhan, ekstrak bawang merah juga mempengaruhi
lebar daun. Dimana benih yang diberi perlakuan menghasilkan anakan dengan lebar daun
yang lebih besar dibandingkan dengan benih yang tidak diberi perlakuan. Hal tersebut
tentunya berpengaruh baik bagi tanaman tersebut karena dengan lebarnya daun tanaman
dapat meningkatkan laju fotosintesis tanaman.
Ekstrak bawang merah dapat memberikan pengaruh pada perkecambahan,
pertumbuhan batang dan lebar daun dikarenakan bawang merah merupakan sumber
auksin. Auksin berfungsi dalam pengembangan sel, pertumbuhan akar, fototropisme,
geotropisme, partenokarpi, apikal dominan, pembentukan kalus, respirasi (Abidin, 1993).
Menurut Rismunandar (1999), pembentukan akar pada stek merupakan akibat kegiatan
rizokalin, sedangkan rizokalin termasuk dalam kelompok auksin. ZPT eksogen pada
kelompok auksin adalah IPA (Indole Propionic Acid) dan IBA (Indole Butiric Acid).
Mekanisme kerja auksin yaitu mempengaruhi pelenturan dinding sel, sehingga air masuk
secara osmosis dan memacu pemanjangan sel. Selanjutnya ada kerja sama antara auksin
dan giberelin yang memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong
pembelahan sel sehingga mendorong pembesaran batang (Rusmin, 2011).
G. Kesimpulan
Berdasarkan hsil dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa perendaman benih cabai merah (Capsicum annuum L.) pada ekstrak bawang
merah (Allium cepa L.) dapat mempercepat waktu perkecambahan, mempercepat laju
pertumbuhan batang dan meningkatkan lebar daun.
ACARA II
“Pengaruh Perlakuan Dingin Terhadap Penghambatan Perkecambahan Benih Gulma
Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)”

A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan dingin terhadap
penghambatan perkecambahan benih gulma bayam duri (Amaranthus spinosus L.).

B. Pendahuluan
Gulma adalah tanaman pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya.
Gulma yang menyerang tanaman budidaya di antaranya adalah bayam duri (Amaranthus
spinosus L.). Bayam duri merupakan gulma yang keberadaannya dapat mengganggu
tanaman budidaya sehingga pertumbuhan tanaman budidaya akan terhambat. Contoh
tanaman budidaya yang diganggu adalah jagung (Zea mays), kedelai (Glicine max), ketela
rambat (Ipomea batatas), kakao (Theobroma cacao), kacang tanah (Arachis hypogea) dan
tomat (Lycopersicum esculentum).
Apabila tidak dikendalikan, gulma akan menimbulkan persaingan dengan tanaman
budidaya yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman dan penurunan hasil
tanaman budidaya karena persaingan dengan gulma berkisar 25-50% (Sundaru et all.,
1976). Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan gulma, maka perlu dilakukan
pengendalian sebelum menimbulkan persaingan dengan tanaman buddidaya.
Pengendalian gulma terbaik adalah pengendalian yang dilakukan pada fase
perkecambahan. Hal ini dikarenakan pada fase perkecambahan, benih menjadi lebih
rentang terhadap factor lingkungan. Berbagai metode pengendalian pada fase
perkecambahan telah banyak dilakukan baik secara mekanis maupun secara kimiawi.
Salah satu cara mekanis yang dapat dilakukan adalah dengan metode pendinginan.
Perlakuan pendinginan dapat menghambat perkecambahan benih bayam duri
dikarenakan melalui pendinginan dapat menyebabkan penghambatan kerja dari enzim-
enzim hidrolisis yang terdapat dalam benih yang berfungsi untuk menghidrolisis
cadangan makanan untuk memulai proses perkecambahan. Dengan terhambatnya kerja
enzim tersebut, maka proses perkecambahan benih pun menjadi ikut terhambat, hal ini
dikarenakan sel-sel dalam berbagai jeringan pada benih tidak mendapatkan cukup nutrisi
untuk melakukan pembelahan dan perpanjangan sel.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan praktikum untuk melihat pengaruh
perlakuan dingin terhadap penghambatan perkecambahan benih bayam duri (Amaranthus
spinosus L.).

C. Alat Dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas aqua, wadah plastik
alat tulis, dan kamera. Bahan, yang digunakan adalah benih bayam duri, bongkahan es,
air, dan tanah.

D. Cara Kerja
1. Perlakuan Benih
 Benih bayam duri yang dipilih adalah benih yang diambil dari pohon yang sama.
 Sebelum dikecambahkan, benih bayam duri ada yang diberikan perlakuan dingin
selama 3 jam.
 Perlakuan diberikan dengan cara, memasukan benih dan bongkahan es kedalam
sebuah wadah plastik.
 Air lelehan dari bongkahan es dibuang dan bongkahan es ditambahkan terus
secara rutin selama 3 jam.
2. Perkecambahan Benih
 Benih dikecambahkan didalam gelas aqua (pot) yang telah berisi tanah, dan telah
diberi label (A = Kontrol, dan B = Perlakuan Pendinginan).
 Benih disiram tiap hari dengan jumlah air yang sama.
 Diamati perkecambahan benih dan pertumbuhannya selama 8 hari.

E. Hasil
 Waktu Perkecambahan
Jmlh Benih yg Berkecambah
Hari ke-
A B
1 0 0
2 7 0
3 22 0
4 29 0
5 36 0
6 46 0
7 50 0
8 53 0
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dapat dilihat bahwa
perkecambahan benih gulma bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dapat dihambat
melalui perlakuan dingin. Hal ditunjukan melalui table hasil pengamatan diatas, dimana
benih bayam duri yang dikecambahkan tanpa diberi perlakuan dingin dapat berkecambah
mulai dari hari kedua setelah penyemaian benih. Bahkan hingga hari ke 8 pengamatan,
jumlah benih yang berkecambah masih terus bertambah, dan jumlahnya pada pengamatan
hari ke 8 adalah 53. Hal ini menunjukan bahwa daya perkecambahan benih gulma bayam
duri sangat tinggi.
Pada benih yang diberi perlakuan pendinginan sebelum dikecambahkan tidak
menunjukan tanda-tanda akan berkecambah bahkan hingga pada hari ke 8 pengamatan.
Hal ini menunjukan baha dengan perlakuan pendinginan benih gulma bayam duri dapat
dihambat perkecambahannya.
Pendinginan dapat menghambat perkecambahan benih dikarenakan pendinginan
menghambat kerja enzim-enzim hidrolisis dalam benih. Seperti yang telah diketahui
bahwa salah satu factor yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu. Suhu yang terlalu
rendah dibawah batas optimum dapat menyebabkan penurunan ataupun penghambatan
kerja enzim. Menurunnya ataupun terhambatnya kerja enzim dapat menurunkan
metabolisme sel dalam benih. Sehingga berakibat pada penurunan laju pembelahan sel
dan pembesaran sel dan berdampak pada ketidakmampuan benih untuk berkecambah.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
dengan perlakuan pendinginan dapat menghambat perkecambahan benih gulma bayam
duri (Amaranthus spinosus L.).
ACARA III
“Pengaruh Penggunaan Bonggol Pisang Sebagai Media Tumbuh Terhadap
Perkecambahan Benih Tomat (Solanum lycopersicum L.)”

A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh penggunaan bonggol pisang
sebagai media tumbuh terhadap perkecambahan benih tomat (Solanum lycopersicum L.).

B. Pendahuluan
Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
bernilai ekonomi tinggi dan sangat banyak digemari masyarakat. Buah tomat memiliki
banyak manfaat dan mengandung vitamin yang sangat penting bagi tubuh manusia.
Permintaan tomat di dunia semakin meningkat sehingga hal ini menjadi kesempatan bagi
Indonesia untuk meningkatkan produktivitas tanaman tomat karena dapat membantu
dalam meningkatkan taraf ekonomi Indonesia.
Peningkatan produksi tomat tidak terlepas dari faktor benih. Salah satu kendala
penting dalam penyediaan benih adalah pembersihan benih. Benih yang tidak dibersihkan
dengan baik menyebabkan benih lama berkecambah dan bahkan berdampak terhadap
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Rismunandar, 2001). Benih yang tidak
bersih dicirikan dengan lendir dan pulp yang masih tersisa pada biji tomat dan warna fisik
kelihatan kuning kusam (Karavina, 2009). Pulp yang melekat pada biji tomat
mengandung asam absisat yang merupakan zat penghambat perkecambahan dan
pertumbuhan benih (Wiguna, 2013). Selain itu, metode pengeringan mempengaruhi
kualitas benih. Pengeringan yang biasa dilakukan masyarakat adalah pengeringan alami
yaitu menggunakan sinar matahari. Penjemuran biji dengan sinar matahari merupakan
salah satu cara pengeringan yang paling sederhana dengan temperatur suhu sekitar 27 oC-
32oC namun membutuhkan waktu 3-4 hari (Chanan, 2004).
Meskipun penyediaan benih tomat telah dilakukan dengan baik, namun pengaruh
media tumbuh terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih tomat cukup besar.
Media memiliki tiga fungsi yang primer: pertama untuk menyediakan unsur hara, kedua
menyimpan air, dan ketiga sebagai tempat berpegang dan bertumpunya akar sehingga
tanaman tetap tegak. Media tanam yang baik menentukan kualitas tanaman. Dengan
media perakaran yang baik, dapat diwujudkan bibit tanaman yang juga baik (Harjadi,
1996).
Syarat media tanam yang baik antara lain: (1) memiliki sifat fisik remah untuk
memudahkan akar berkembang serta untuk aerasi dan drainase yang baik; (2) tidak
mengandung bahan-bahan beracun; (3) tingkat kemasaman sesuai dengan toleransi
tanaman; (4) tidak mengandung hama dan penyakit; (5) memiliki daya pegang air yang
cukup, selain itu media tanam yang baik juga harus mudah didapat, murah, dan tidak
berdampak negatif pada tanaman (Ashari, 2006).
Bonggol pisang mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung
bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan
sebagai agen pengendali penyakit tanaman, sehingga bonggol pisang dapat digunakan
baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai
fungisida (Purwasasmita, 2009). Jenis mikroorganisme yang telah didentifikasi pada
bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger, Azospirillium,
Azotobacter dan mikroba selulolitik. Mikroba inilah yang biasa bertindak sebagai
dekomposer bahan organik (Budiyani, dkk. 2016).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka praktikum kali ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan bonggol pisang sebagai media tumbuh terhadap
perkecambahan benih tomat.

C. Alat Dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas aqua, pisau, alat
tulis, dan kamera. Bahan, yang digunakan adalah benih tomat, bonggol pisang, air, dan
tanah.

D. Cara Kerja
1. Persiapan Media
 Bonggol pisang yang telah disediakan dicincang hingga halus.
 Kemudian dicampurkan dengan tanah (bonggol pisang : tanah = 3:1) dan
dimasukan kedalam gelas aqua (sebagai pot).
 Gelas aqua yang satunya dimasukan tanah semua.
2. Perlakuan Benih
 Benih tomat yang dipilih adalah benih yang diambil dari buah yang sama dan
yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 6 jam
.
3. Perkecambahan Benih
 Benih dikecambahkan pada masing-masing media, yaitu media yang berisi tanah
saja (A), dan yang berisi tanah + bonggol pisang (B).
 Benih disiram tiap hari dengan jumlah air yang sama.
 Diamati perkecambahan benih dan pertumbuhannya selama 9 hari.

E. Hasil
1. Waktu Perkecambahan
Jmlh Benih yg Berkecambah
Hari ke-
A B
1 0 0
2 23 13
3 22 17
4 19 18
5 19 13
6 15 13
7 15 13
8 15 13
9 15 13

2. Pertumbuhan Batang
Rata-Rata Pertumbuhan Batang
Hari ke-
A B
1 0 cm 0 cm
2 0 cm 0 cm
3 0,90 cm 1,14 cm
4 1,65 cm 1,75 cm
5 2,72 cm 2,11 cm
6 3,41 cm 2,64 cm
7 3,86 cm 2,70 cm
8 4,06 cm 2,75 cm
9 4,23 cm 2,78 cm

3. Jumlah Daun Per Batang


Rata-Rata Jmlh Daun
Hari ke-
A B
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0,95 0,22
5 0,95 0,38
6 1,43 0,38
7 1,43 0,38
8 1,43 0,38
9 1,43 0,38

F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa pemberian media
bonggol pisang tidak berpengaruh nyata terhadap waktu perkecambahan, laju
pertumbuhan batang dan juga laju pertumbuhan daun.
Seperti yang telah diketahui bahwa tanah merupakan media terbaik untuk
perkecambahan maupun pertumbuhan tanaman karena tanah memiliki sifat fisik, kimia
maupun biologis yang sangat kompleks yang dapat mendukung perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman tersebut. Meskipun bonggol pisang mengandung unsur hara mikro
dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan
organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali penyakit tanaman yang
seharusnya dapat memacu perkecambahan serta pertumbuhan batang dan daun tomat,
namun unsure hara yang hanya disediakan oleh media tersebut tentunya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan tomat untuk berkecambah dan bertumbuh. Maka dari itu,
dalam pembuatan media bonggol pisang diperlukan penambahan tanah yang cukup dan
sesuai sehingga mampu mendukung serta menunjang perkecambahan dan pertumbuhan
tomat.
Praktikum kali ini menunjukan hasil dimana media yang dibuat tidak berpengaruh
nyata. Hal ini dikarenakan campuran media bonggol pisang dengan tanah (3:1) yang
dibuat tidak sesuai. Rasio bonggol pisang yang dibuat lebih banyak dari tanah sehingga
menyebabkan media tersebut memiliki aerasi dan drainase yang buruk sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perpanjangan akar. Selain itu tekstur media tersebut
menyebabkan akar tidak dapat berpegang kuat sehingga setelah berkecambah, kecambah
tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan sebagian kecambahnya mati. Struktur
media tersebut juga menyebabkan daya pegang airnya lemah, sehingga air yang disiram
setiap harinya langsung keluar kembali melalui celah-celah pot yag dibuat, dan hal ini
tentunya mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan tomat yang notabene sangat
bergantung pada air.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media bonggol pisang untuk perkecambahan benih tomat (Solanum
lycopersicum L.) tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam
pembuatan media, dimana perbandingangan bonggol pisang dan tanah yang dibuat tidak
sesuai.
ACARA IV
“Pengaruh Pemberian Ekstrak Bonggol Pisang Terhadap Perkecambahan Benih
Padi (Oryza sativa L.)”

A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh pemberian ekstrak bonggol
pisang terhadap perkecambahan benih padi (Oryza sativa L.).

B. Pendahuluan
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi sumber
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Besarnya kebutuhan beras
nasional menyebabkan peningkatan produksi beras harus terus diupayakan. Peningkatan
produksi beras dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketersediaan benih padi bermutu,
kondisi lingkungan tumbuh tanam padi, organisme pengganggu tanaman padi serta teknik
pengelolaan pertumbuhan tanaman padi (Nugrohotomo, 2009).
Ketersediaan benih bermutu menyebabkan tanaman yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik dan tinggi tingkat produksinya. Benih merupakan bahan tanam yang
menentukan awal keberhasilan suatu proses produksi. Sebelum menjadi tanaman, benih
harus melalui proses perkecambahan terlebih dahulu (Deptan, 2009).
Perkecambahan merupakan berkembangnya struktur-struktur penting dari embrio
benih yang menunjukan kemampuannya untuk menjadi kecambah dengan ditandai
munculnya radikula yang menembus kulit biji. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perkecambahan benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal benih yaitu suhu, air dan cahaya. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor
penting yang harus di penuhi agar benih dapat berkecambah. Faktor internal benih yaitu
tingkat kemasakan benih, ukuran benih dan dormansi. Dormansi merupakan fenomena
fisiologis benih yang menunjukan ketidakmampuan benih untuk berkecambah pada
kondisi optimum. Pada umumnya dormansi pada benih memerlukan kondisi lingkungan
tertentu seperti ketersediaan air dan adanya cahaya sehingga dormansi dapat berakhir.
Lama waktu dormansi pada benih bervariasi bergantung pada species dan kondisi
lingkungan (Campbell, 2003).
Pada benih yang dorman perkecambahan tidak akan terjadi selama benih belum
melalui masa dormansinya. Dormansi pada benih dapat dipatahkan dengan berbagai cara.
Dormansi dapat terjadi pada beberapa jenis benih, salah satunya benih padi (Fahmi,
2013).
Perkecambahan pada benih padi memiliki karakteristik tersendiri yaitu adanya
faktor after-ripening. Fenomena after-ripening yaitu dormansi yang terjadi pada benih
padi dimana benih padi tidak mampu berkecambah ketika baru di panen dan baru dapat
berkecambah setelah melewati periode penyimpanan kering. Fenomena after-ripening
pada perkecambahan benih padi menyebabkan permasalahan tersendiri. Jika jangka
waktu benih berkecambah cukup lama maka akan mengganggu proses pertumbuhan padi
yang menyebabkan terganggunya pemenuhan kebutuhan produksi beras. Salah satu cara
pematahan dormansi pada fenomena after-ripening yaitu dengan perendaman dalam zat
pengatur tumbuh (ZPT).
Sitokinin merupakan salah satu ZPT yang berperan dalam pembelahan sel. Sitokinin
alami (kinetin, zeatin) dan beberapa sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada
jaringan yang tumbuh aktif terutama akar, embrio dan buah. Sitokinin dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kultur sel. Peran sitokinin ini biasanya
bekerja bersama-sama dengan auksin untuk menstimulasi pembelahan sel dan
mempengaruhi lintasan diferensiasi (Abidin, 1993). Menurut Hartman (2002), permulaan
terbentuknya akar tidak hanya dipengaruhi oleh ZPT auksin, tetapi juga oleh sitokinin dan
giberelin dan sejumlah kofaktor pembentuk akar lainnya. Selanjutnya Abidin (1993)
menyatakan apabila perbandingan konsentrasi sitokinin lebih besar daripada auksin, maka
akan memperlihatkan pertumbuhan tunas dan daun, sebaliknya apabila konsentrasi
sitokinin lebih kecil daripada auksin maka akan menstimulasi pembentukan kalus dan
akhirnya terbentuk akar. Apabila konsentrasi sitokinin berimbang dengan konsentrasi
auksin, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan seimbang. Sitokinin juga berkerja
sama dengan giberelin dalam peristiwa pemecahan dormansi biji.
Menurut Lindung (2014), sitokinin eksogen alami terdapat pada bonggol pisang.
Namun pemanfaatan bonggol pisang sebagai sumber ZPT belum banyak digunakan
masyarakat. Hasil penelitian Septari et al. (2013) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
bonggol pisang meningkatkan tinggi tanaman padi varietas inpari.

C. Alat Dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas aqua, pisau, parut,
saringan, alat tulis, dan kamera. Bahan, yang digunakan adalah benih padi, bonggol
pisang, air, dan tanah.
D. Cara Kerja
1. Persiapan Ekstrak Bonggol Pisang
 Bonggol pisang dipotong menjadi beberapa bagian kecil.
 Kemudian dibersihkan dan diparut hingga halus.
 Selanjutnya diperas menggunakan saringan hingga didapatkan ekstraknya.
2. Perlakuan Benih
 Benih padi yang dipilih adalah benih yang telah kadaluarsa selama 6 bulan.
 Sebelum dikecambahkan, benih ada yang direndam dalam ekstrak bonggol pisang
selama 12 jam, dan ada yang tidak direndam (kontrol).
3. Perkecambahan Benih
 Benih dikecambahkan didalam gelas aqua (pot) yang telah berisi tanah, dan telah
diberi label (A = Kontrol, dan B = Perlakuan Perendaman).
 Jumlah benih yang dikecambahkan pada masing-masing pot sebanyak 30 benih.
 Benih disiram tiap hari dengan jumlah air yang sama.
 Diamati perkecambahan benih dan pertumbuhannya selama 9 hari.

E. Hasil
1. Waktu Perkecambahan
Jmlh Benih yg Berkecambah
Hari ke-
A B
1 0 0
2 0 9
3 4 16
4 10 20
5 11 22
6 11 23
7 12 24
8 12 24
9 12 24

2. Jumlah Daun
Rata-Rata Jmlh Daun
Hari ke-
A B
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 1 1
6 1,33 1,57
7 1,60 1,88
8 2,15 2,64
9 2,44 3,12

F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perendaman benih padi dalam
ekstrak bonggol pisang terlebih dahulu sebelum dikecambahkan memberikan pengaruh
nyata terhadap kecepatan waktu perkecambahan benih, laju pertumbuhan daun dan juga
berpengaruh terhadap daya berkecambah benih yang dapat dilihat dari jumlah benih yang
berkecambah.
Benih yang diberi perlakuan lebih cepat berkecambah dibandingkan dengan benih
kontrol. Dimana pada hari kedua sudaha terdapat Sembilan benih yang berkecambah,
sedangkan benih kontrol berkecambah pada hari ketiga dengan jumlah yang sedikit yaitu
4 benih. Selain itu jumlah benih yang berkecambah hingga pengamatan hari ke-9
menunjukan bahwa benih yang diberi perlakuan dapat mengecambahkan 24 benih
sedangkan beih control hanya mampu mengecambahkan 12 benih. Hal ini menunjukan
baha benih yang diberi perlakuan memiliki daya berkecambah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan benih kontrol. Benih dengan daya berkecambah yang tinggi dapat
memenuhi ketersediaan benih bermutu yang merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi peningkatan produksi padi. Selain mempengaruhi waktu perkecambahan
dan daya berkecambah, perendaman benih dalam ekstrak bonggo pisang juga
mempengaruhi laju pertumbuhan daun. Dimana benih yang diberi perlakuan memiliki
rata-rata jumlah daun yang lebih besar dibandingkan dengan benih kontrol. Seperti yang
telah diketahui baha dau merupakan salah satu organ penting bagi tanaman karena
menjadi tempat utama berlangsungnya proses fotosintesis. Maka dari itu, benih dengan
jumlah daun yang lebih besar memungkinkan untuk meningkatkan proses fotosintesisnya.
Dan dengan meningkatnya hal tersebut tentu berdampak pula pada peningkatan hasil
produksi padi.
Ekstrak bonggol pisang dapat mempengaruhi waktu perkecambahan, daya
berkecambah dan laju pertumbuhan daun dikarenakan bonggol pisang merupakan sumber
sitokinin. Namun selain sitokinin, auksin juga terdapat dalam bonggol pisang meskipun
dalam jumlah yang tidak cukup banyak.
Auksin berfungsi dalam pengembangan sel, pertumbuhan akar, fototropisme,
geotropisme, partenokarpi, apikal dominan, pembentukan kalus, respirasi (Abidin, 1993).
Sedangkan sitokinin dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kultur sel.
Peran sitokinin ini biasanya bekerja bersama-sama dengan auksin untuk menstimulasi
pembelahan sel dan mempengaruhi lintasan diferensiasi (Abidin, 1993). Menurut
Hartman (2002), permulaan terbentuknya akar tidak hanya dipengaruhi oleh ZPT auksin,
tetapi juga oleh sitokinin dan giberelin dan sejumlah kofaktor pembentuk akar lainnya.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak
bonggol pisang mempengaruhi perkecambahan benih padi (Oryza sativa L.). Dimana
pengaruh yang ditimbulkan berupa meningkatkan waktu perkecambahan, daya
berkecambah dan laju pertumbuhan daun.
ACARA V
“Pengaruh Pemberian Ekstrak Tomat Terhadap Perkecambahan Benih Jagung
(Zea mays L.)”

A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh pemberian ekstrak tomat
terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays L.).

B. Pendahuluan
Benih merupakan komponen terkecil dari seluruh sistem ekonomi pertanian, namun
cukup memegang peranan penting karena menentukan hasil/produksi dari tanaman.
Hertiningsih (2009) mengemukakan bahwa benih yang dipanen sebelum masak fisiologis
belum memliki cadangan makanan yang cukup dan keadaan embrio belum sempurna
sedangkan yang masak fisiologis embrio telah terbentuk secara sempurna serta telah
memiliki cadangan makanan yang cukup. Waktu panen dan cara pasca panen akan
menentukan kualitas benih sebelum disimpan, apabila di panen sebelum masak fisiologis
dicapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi bahkan tidak akan berkecambah.
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih
jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%
(McWilliams et al., 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih
menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan
aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah
katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang
mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio
yang tumbuh aktif. Selain air, adanya zat pengatur tumbuh juga berperan besar dalam
proses perkecambahan benih jagung, terlebih untuk benih yang dipanen sebelum masak
fisiologis.
Keseimbangan zat pengatur tumbuh merupakan faktor penunjang keberhasilan
dalam perkecambahan. Menurut Wattimena (1992) zat pengatur tumbuh golongan auksin
dan sitokinin dapat mengontrol morfogenesis dalam pembentukan tunas dan akar. Zat
pengatur tumbuh berupa auksin dapat diperoleh secara alami dari bahan organik seperti
tomat. Menurut Dwiyani et al., (2009) kandungan auksin dalam ekstrak tomat dapat
menstimulasi organogenesis, embriogenesis somatik dan pertumbuhan tunas dalam
mikropopagasi pada beragam spesies tanaman.
Berdasarkan hal tersebut, maka praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak tomat terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays L.).

C. Alat Dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas aqua, pisau, pisau,
senduk, alat tulis, dan kamera. Bahan, yang digunakan adalah benih jagung, buah tomat,
air, dan tanah.

D. Cara Kerja
1. Persiapan Ekstrak Tomat
 Buah tomat yang telah matang dihancurkan menggunakan sendok dalam sebuah
wadah.
 Selanjutnya diperas menggunakan saringan hingga didapatkan ekstrak 100%.
 Ekstrak tersebut diencerkan dengan air hingga menjadi 50%.
2. Perlakuan Benih
 Benih jagung yang dipilih adalah benih dari tongkol jagung yang sama dan benih
yang telah kadaluarsa (jagung yang telah disimpan lama dengan bijinya yang telah
mengkeriput).
 Sebelum dikecambahkan, benih ada yang direndam dalam ekstrak ekstrak tomat
50% selama 12 jam (perlakuan), dan ada yang tidak direndam (kontrol).
3. Perkecambahan Benih
 Benih dikecambahkan didalam gelas aqua (pot) yang telah berisi tanah, dan telah
diberi label (A = Kontrol, dan B = Perlakuan Perendaman).
 Jumlah benih yang dikecambahkan pada masing-masing pot sebanyak 10 benih.
 Benih disiram tiap hari dengan jumlah air yang sama.
 Diamati perkecambahan benih dan pertumbuhannya selama 9 hari.

E. Hasil
1. Waktu Perkecambahan
Jmlh Benih yg Berkecambah
Hari ke-
A B
1 0 4
2 2 4
3 3 5
4 3 6
5 4 6
6 4 6
7 4 6
8 4 6
9 4 6

2. Pertumbuhan Batang
Rata-Rata Pertumbuhan Batang
Hari ke-
A B
1 0 cm 0 cm
2 0 cm 0 cm
3 0,58 cm 0,92 cm
4 1,29 cm 2,15 cm
5 2,02 cm 3,49 cm
6 3,50 cm 4,65 cm
7 4,28 cm 5,98 cm
8 5,67 cm 7,06 cm
9 7,17 cm 8,24 cm

3. Jumlah Daun
Rata-Rata Jmlh Daun
Hari ke-
A B
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 2
5 2 2,5
6 2,75 3
7 3 3,2
8 3 3,5
9 3 4

F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perendaman benih jagung
sebelum dikecambahkan dalam ekstrak tomat mempengaruhi waktu perkecambahan
benih, laju pertumbuhan batang dan juga laju pertumbuhan daunnya.
Benih yang diberi perlakuan berkecambah lebih cepat dibandingkan dengan benih
control. Dimana pada hari pertama setelah penanaman, benih yang diberi perlakuan
langsung berkecambah, dan jumlah benih yang dikecambahkan adalah 4. Sedangkan
benih control baru bisa berkecambah setelah hari kedua dengan jumlah benih yang
dikecambahkan lebih sedikit dari benih perlakuan yaitu 2 benih saja. Selain itu, benih
yang diberi perlakuan memiliki laju pertumbuhan batang dan laju pertumbuhan daun
yang lebih cepat dibandingkan dengan benih control. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
pengamatan hari terakhir dimana rata-rata panjang batang dan rata-rata jumlah daun pada
benih yang diberi perlakuan lebih besar dari benih control.
Ekstrak tomat tersebut dapat mempengaruhi waktu perkecamabahan laju
pertumbuhan batang serta laju pertumbuhan daun dikarenakan tomat mengandung zat
pengatur tumbuh berupa auksin dan sitokinin yang dapat mengontrol morfogenesis dalam
pembentukan tunas dan akar. Namun seperti yang telah diketahui bahwa meskipun
mengandung zat pengatur tumbuh, biji tomat yang terdapat dalam buah tomat tidak dapat
langsung berkecambah. Bahkan biji tomat harus melewati tahap pengeringan terlebih
dahulu sebelum dikecambahkan. Tidak dapat berkecambahnya biji tomat saat berada
dalam buah tomat dikarenakan 2 faktor utama yaitu konsentrasi bahan terlarut
(karbohidrat protein dan lipid) dalam buah tomat yang tinggi dan juga potensial airnya
yang rendah. Konsentrasi bahan terlarut yang tinggi tentunya menyebabkan penurunan
potensial air. Menurunnya potensial air dapat mempengaruhi perkecambahan biji,
dikarenakan air merupakan salah satu faktor penting dalam perkecambahan biji. Dimana
cukupnya air yang masuk kedalam biji dapat mengaktifkan enzim-enzim hidrolisis yang
dapat memecah cadangan makanan dalam biji yang nantinya akan digunakan untuk
proses pembelahan dan pembesaran sel sehingga dapat memulai proses perkecambahan
dan pertumbuhan biji. Maka dari itu, meskipun buah tomat kaya akan hormone namun
kurangnya atau rendahnya potensial air dalam buah tomat tetap dapat menyebabkan benih
tidak dapat langsung berkecambah didalamnya.
Dalam praktikum kali ini, ekstrak tomat yang dibuat ditambahkan dengan air
dengan perbandingan (1:1). Jumlah air yang dilarutkan dalam ekstrak tomat tersebut
tentanya dapat menurunkan konsentrasi ekstrak tomat dan dapat meningkatkan potensial
air dari ekstrak tomat tersebut. Sehingga dengan pemecahan kedua masalah tersebut,
maka hormone dalam ekstrak tomat dapat bekerja lebih optimal tanpa harus terhambat
oleh 2 faktor tadi.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak tomat
yang telah diencerkan terlebih dahulu dengan ar dapat mempengaruhi perkecambahan
benih jagung (Zea mays L.). Dimana pengaruh yang ditimbulakan berupa meningkatkan
wwaktu perkecambahan, laju pertumbuhan batang serta laju pertumbuhan daun.
DAFTAR PUSTAKA

Ajar, Siti. 2015. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Dan Lama Perendaman Terhadap
Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Kadaluarsa. Universitas Teuku Umar
Press. Meulaboh.

Erna. 2012. Perkecambahan dan Pertumbuhan Gulma Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)
pada Pemberian Ekstrak Krinyuh (Cromolaena odorata L.). Universitas Sebelas Maret
Press. Surakarta.

Ernawati et all.. 2017. Respon Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Kadaluarsa pada
Lama Perendaman Air Kelapa Muda Terhadap Viabilitas, Vigor dan Pertumbuhan
Bibit. Universitas Muhamadiyah Jember Press. Jember.

Darojat, Mas Khoirud et all.. 2012. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak
Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobrama cacao
L.). UIN Press. Malang.

Muvidah et all.. 2017. Pengaruh Konsentrasi Perendaman Ekstrak Bonggol Pisang an Air
Kelapa Terhadap Pertumubuhan Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.). Universitas
PGRI Press. Madiun.
LAMPIRAN

1. Acara I
Hari Perkembangan Tumbuhan Hari Perkembangan Tumbuhan
Ke- A B Ke- A B
6
1

7
2

8
3

9
4

2. Acara II
Hari Perkembangan Tumbuhan Hari Perkembangan Tumbuhan
Ke- A B Ke- A B
6
1

7
2

8
4
5

3. Acara III
Hari Perkembangan Tumbuhan Hari Perkembangan Tumbuhan
Ke- A B Ke- A B
6
1

7
2

8
4

9
5

4. Acara IV
Hari Perkembangan Tumbuhan Hari Perkembangan Tumbuhan
Ke- A B Ke- A B
6
1

7
2
8
4

9
5

5. Acara V
Hari Perkembangan Tumbuhan Hari Perkembangan Tumbuhan
Ke- A B Ke- A B
6
1

7
2

8
4

9
5

Anda mungkin juga menyukai