Anda di halaman 1dari 8

RANGKAIAN LISTRIK II

“GANGGUAN TRAFO DISTRIBUSI PADA SISTEM OPERASI PLTA”

Oleh :

Nama : Afista Indriya Putri


NIM : (15050514007)
Kelas : PTE A-2015

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
2016
A. Latar Belakang
Pada zaman modern seperti sekarang ini banyak sekali terjadi perkembangan
Sistem Tenaga Listrik, yang bisa diartikan sebagai suatu gabungan yang terdiri dari
komponen-komponen seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran
distribusi dan beban yang saling berhubungan membentuk suatu sistem, hal tersebut
terlihat dari mulai meningkatnya tarif dan daya listrik karena perkembangan
kebutuhan Tenaga Listrik yang meningkat. Salah satunya adalah Pusat Listrik Tenaga
Air. Dengan bertambahnya pembangkit-pembangkit listrik yang ada di Indonesia
akan mempengaruhi pendistribusian listrik yang dilakukan.
Didalam dunia kelistrikan banyak persoalan-persoalan teknik, dimana tenaga
listrik pada umumnya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu yang jauh dari
konsumen, sedangkan pemakai tenaga listrik atau konsumen tenaga listrik tersebar
disegala penjuru tempat dengan demikian maka pendistribusian listrik yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik pasti akan mengalami banyak kerugian dan
gangguan, salah satunya adalah adanya gangguan yang terjadi pada transformator
distribusi, faktor ini merupakan masalah yang sering terjadi pada sistem operasi
PLTA.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air)?
2. Bagaimana cara kerja PLTA (Pusta Listrik tenaga Air)?
3. Apa kendala yang terjadi pada operasi dalam PLTA?

C. Pembahasan
1. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA adalah suatu pusat tenaga air yang memiliki peralatan tertentu dan
bertujuan merubah energi potensial air menjadi energi listrik dalam turbin air,
kemudian turbin memutar generator dan membangkitkan energi listrik.
Berdasarkan cara membendung air PLTA dibagi menjadi 2 :
1) PLTA Run off river
2) PLTA dengan kolam tando (Rreservoir)
Pada PLTA resevior, sungai akan dibendung menggunakan bendungan untuk
menampung air agar terjadi kolam tandon. Selanjutnya air dialirkan ke bangunan
PLTA, dengan adanya penimbunan air maka pada musin hujan debit air sungai
melebihi kapasitas penyaluran air bangunan air PLTA sebaliknya jika musim kemarau
debit air sungai lebih kecil kapasitasnya. Selisih ini dapat diatasi dengan cara
mengambil air yang berada dikolam tando, inilah keuntungan penggunaan kolam
tando PLTA.
Pada PLTA run off river, daya yang dibangkitkan bergantung pada debit air sungai,
akan tetapi memiliki keuntungan karena biaya pembangunan lebih murah.
Komponen-komponen dalam PLTA adalah :
1. Bendungan
Bendungan berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan tinggi jatuh air.
Selain menyimpan air, bendungan juga dibangun dengan tujuan untuk menyimpan energi.
2. Turbin
Gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air
kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar
baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah energi
kenetik yang disebabkan gaya jatuh air menjadi energi mekanik. Macam-macam turbin :
a. Turbin Impuls
Turbin impuls adalah turbin tekanan sama karena aliran air yang keluar dari nosel
tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat
dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi kecepatan.
b. Turbin Pelton
Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang
disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nosel. Salah satu jenis turbin air yang
paling efisien yang digunakan untuk head tinggi. Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian
yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-
tengah sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa
membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping.
c. Turbin Turgo
Turbin Turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 200. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin
Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator sehingga
menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.
d. Turbin Crossflow
Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi energi kinetik
menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu dan memberikan energinya
(lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat
dari beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan paralel.
e. Turbin Reaksi
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu
sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang bekerja
berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai turbin reaksi. Runner turbin reaksi
sepenuhnya tercelup dalam air dan berada dalam rumah turbin.
3.Generator
Dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika baling-baling turbin
berputar maka generator juga ikut berputar. Generator selanjutnya merubah energi
mekanik dari turbin menjadi energi elektrik. Generator di PLTA bekerja seperti halnya
generator pembangkit listrik lainnya. Generator mengubah energi mekanis menjadi energi
listrik. Tergantung pada karakteristik jaringannya. Sistem kontrol yang digunakan pada
perencanaan menggunakan pengaturan beban sehingga jumlah output daya generator
selalu sama dengan beban. Apabila terjadi penurunan beban di konsumen, maka beban
tersebut akan dialihkan ke sistem pemanas udara (Air Heater Ballast Load) atau (Water
Heater Ballast Load) yang dikenal sebagai ballast load (Elektronik Load Controller) atau
dumy load. Sistem transmisi daya yang dihasilkan terdiri dari beberapa komponen utama,
antara lain trafo step-up kelas menengah, tiang, kabel. Jaringan distribusi merupakan
pendistribusian daya listrik ke rumah-rumah atau konsumen yang dilengkapi dengan sebuah
KWh meter, instalasi rumah.
Cara kerja PLTA

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari
dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi
mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator). PLTA merubah energi yang
disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan listrik. Turbin mengkonversi tenaga gerak
jatuh air ke dalam daya mekanik. Kemudian generator mengkonversi daya mekanik tersebut
dari turbin ke dalam tenaga elektrik. Melalui Trafo utama (Main Transformer) energi listrik
disalurkan melewati Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV ke Konsumen Melalui
Gardu Induk.

Gangguan Trafo Distribusi Operasi PLTA

Kendala operasi dalam keadaan statis dan kebanyakan menyangkut koordinasi dengan
keperluan irigasi dan pengendalian banjir. Kendala ini tidak ada apabila PLTA air yang hanya
diperuntukan untuk pembangkitan tenaga listrik saja. Apabila diperlukan koordinasi dengan
keperluan irigasi dan pengendalian banjir maka umumnya PLTA yang bersangkutan
mempunyai kolam tando tahunan. Selain itu juga adanya gangguan sambaran petir secara
langsung dari awan yang menyambar kawat penghantar sehingga menyebabkan naiknya
tegangan dengan cepat. Gangguan hubung singkat yang terjadi melalui dua atau tiga fasa
distribusi. Arus yang lebih akan dihasilkan bergantung pada besar kapasitas daya, besar
tegangan, dan besar impedansi, gangguan ini akan menghasilkan panas yang cukup tinggi
pada sisi primer trafo yang mengakibatkan naiknya rugi-rugi tembaga dan tekanan mekanik
yang tinggi pada trafo.

Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik
yang dimulai dari PMT incoming di Gardu Induk sampai dengan Alat Penghitung dan
Pembatas (APP) di instalasi konsumen yang berfungsi untuk menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik dari Gardu Induk sebagai pusat beban ke pelanggan secara
langsung atau melalui gardu distribusi (gardu trafo) dengan mutu yang memadai sesuai
stándar pelayanan yang berlaku, dengan demikian sistem distribusi ini menjadi suatu sistem
tersendiri karena unit distribusi ini memiliki komponen peralatan yang saling berkaitan
dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik. Dimana sistem adalah perangkat unsur-
unsur yang saling ketergantungan yang disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dengan menampilkan fungsi yang ditetapkan. Dilihat dari tegangannya sistem distribusi
pada saat ini dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu:
1. Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dengan
tegangan operasi nominal 20 kV/ 11,6 kV
2. Distribusi Sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dengan
tegangan operasi nominal 380 / 220 volt

Pola Sistim Distribusi

Ada 3 (tiga) macam pola sistem distribusi utama yang dianut oleh PT PLN (persero) di
seluruh Indonesia dan satu pola tambahan untuk sistem yang tidak lagi dikembangkan oleh
PLN. Di PT PLN untuk koordinasi, investasi, tingkat pelayanan dan keselamatan dalam rangka
pengamanan sistem distribusi, suatu wilayah atau distribusi hanya diperbolehkan untuk
menganut salah satu pola yang cocok untuk lingkungannya. Jaminan keselamatan,
keandalan dan kontinuitas penyaluran sulit untuk dipertahankan pada posisi yang optimum
dan dalam pelaksanaanya dilapangan dapat menimbulkan beberapa kesulitan dengan
adanya kebutuhan dan ketersediaan biaya investasi dan pemeliharaan peralatan. Pola-pola
sistem distribusi tersebut adalah :

1. Sistem Distribusi Pola 1


Yaitu sistem distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui
tahanan tinggi. Di Indonesia pola sistem distribusi semacam ini petama
dikembangkan di PLN distribusi Jawa Timur.

2. Sistem Distribusi Pola 2

Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat dengan pentanahan netral secara langsung . Pola
sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di PLN distribusi Jawa tengah.

3. Sistem Distribusi Pola 3

Sistem Distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui tahanan rendah.
Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di distribusi Jawa Barat dan DKI Jaya ,
sekarang meluas keseluruh wilayah kerja PLN meskipun dibeberpa tempat digunakan
modifikasi.

4. Pola Sistim Ditribusi Lainnya

Seperti sudah disebutkan kelistrikan di Indonesia ini sangat beragam selain dari tiga pola
yang telah dibahas pola lainnya disebutkan sebagai sistim distribusi pola 4 yaitu sistim
distribusi 6 kV fasa tiga 3- kawat dengan pentanahan netral mengambang . Bagi sistem 6 kV
dengan pentanahan netral mengambang masalahnya yang lebih menonjol adalah faktor
keselamatan manusia dan khewan pada saat terjadi kawat putus dan hubung tanah karena
pada umumnya tidak dilengkapi dengan alat pengaman yang segera secara otomatis
melakukan pemutusan .

Spesifikasi Desain Sistem

Dalam rencana pengembangan dan perluasan jaringan distribusi tenaga listrik


sedikitnya ada tiga kriteria sebagai dasar rekayasa (basic engineering) yang semestinya
diperhatikan dalam pengembangan distribusi ketenaga listrikan yaitu :

1. Desain sistem dan peralatan distribusi serta pembuatannya


2. Penentuan garis-garis besar standar konstruksi yang didasarkan pada peralatan yang
diperoleh
3. Memilih dan menyeleksi berbagai macam standar konstruksi yang akan digunakan
pada situasi tertentu berdasarkan hal-hal tertentu yang ditetapkan preusan

Adanya keberagaman spesifikasi desain ketenaga listrikan akan memungkinkan dapat


mengganggu kelancaran pengusahaan dan pembangunan ketenaga listrikan itu sendiri.

Transformator di Gardu Induk Distribusi

Pada Akhir pembangunan transformator di Gardu Induk Distribusi sedapat mungkin lebih
dari satu buah sehingga bila satu transformator terganggu, tidak terjadi pemadaman total.
Gardu Transformator, untuk konsumen umum, khusus , umum dan khusus: Gardu Tembok
Untuk SKTM, Gardu Tembok Untuk SUTM, Gardu Tiang : Portal , Cantol, Gardu Hubung
(GH), Gardu Hubung terdiri dari GH spindle dan GH non Spindle, GH spindle mempunyai 7
unit penyulang maksimum, GH non Spindle mempunyai 3 unit penyulang, GH ini dilengkapi
dengan Pemutus beban dengan mekanisme pengendalian elektris.

Konfigurasi Sistem

Beragam jenis konfigurasi sistem yang bisa dipilih untuk membangun suatu sistem distribusi,
namun pemilihan konfigurasi lain dari yang sudah dispesifikasi perlu pengkajian yang lebih
mendalam untuk menghindari timbulnya dampak yang tidak di inginkan baik dalam investasi
maupun dalam pengusahaan.

KESIMPULAN

Solusi untuk mengatasi gangguan pada transformator distribusi pada sistem operasi PLTA
adalah dengan menyesuaikan beban yang akan didistribusikan ke konsumen agar
mengindari kerugian yang akan ditimbulkan pada pembangkitan dan perlu diadakannya
perencanaan yang matang dalam membangun sebuah pembangkit listrik karena apabila
terjadi kerusakan pada bendungan akan menyebabkan resiko kecelakaan. Gangguan ini
muncul karena kurangnya koordinasi dengan keperluan energi dan pengendalian banjir,
gangguan ini tidak akan terjadi apabila PLTA hanya untuk pembangkit listrik saja.

Daftar Pustaka

Marsudi, Djiteng, 2006, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu.
Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Weedy, B.M, 1978, Sistem Tenaga Listrik, Edisi 3, Penerbit Aksara Persada Indonesia.
Kadir, abdul, frof. Ir, 1986, Transformator, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo Gramedia.
Pabla, A.S., Abdul Hadi. Ir, 1991, Sistem Distribusi Daya Listrik, Jakarta, Cetakan 2 Penerbit
Erlangga.
E Kuffel W.S, Zaengl. High Voltage Engineering, Pergamon Press Oxford, 1984.
Fanchi. John R., Energy – Technology and Directions for the Future. Elsevier Academic
Press, 2004.
Freris. Leon, Infield. David, Renewable Energy in Power Systems. John Wiley & Sons, Ltd,
2008.
Boyle. Godfrey, Renewable Energy, Power for a Sustainable Future. Oxford University
Press, 1996.
Masters. Gilbert M., Renewable and Efficient Electric Power Systems. John Wiley & Sons,
Ltd, 2004.

Anda mungkin juga menyukai