I. DESKRIPSI SINGKAT
Kemampuan petugas kesehatan dalam melaksanakan tes HIV, sebaiknya disertai dengan
kemampuan dalam menyampaikan hasil tes kepada pasien yang bersangkutan. Dalam
pelaksanaannya tidak selalu mudah. Pasien yang telah bersedia melakukan tes HIV tidak selalu
siap untuk menerima dan mengetahui hasil tesnya, terutama apabila hasil tes adalah reaktif.
Diperlukan keterampilan petugas dalam mengkomunikasikan secara baik dan tepat hasil tes
kepada pasien, dengan selalu memegang teguh prinsip tanpa stigma dan diskriminasi, serta
kerahasiaan.
Petugas kesehatan perlu memiliki ketrampilan menyampaikan informasi hasil tes kepada pasien
dengan hasil negatit, reaktif dan inkonklusif secara tepat, sesuai dengan pesan-pesan yang harus
disampaikan pada setiap kondisi tersebut.
Modul ini akan membahas tentang: Pembacaan hasil tes , Informasi yang diperlukan pada setiap
hasil tes dan Cara-cara penyampaian informasi hasil tes
1
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN. Waktu: 4 Jpl=180 menit
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila ini merupakan pertemuan
pertama di kelas ini, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan
nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja terkait dengan materi yang
akan disampaikan.
2. Menyampaikan keterkaitan materi ini dengan modul/materi sebelumnya
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan dibahas,
sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang, lakukan penegasan dan jangan hanya
membacakan saja.
2
Langkah 4. Pembahasan pokok bahasan 3 (75 menit).
1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman dan atau pengalaman peserta terkait dengan
penyampaian informasi hasil tes. Mintalah peserta berbagi pengalaman. Bagaimana mereka
melakukan penyampaian informasi hasil tes. Kendala apa saja yang dihadapi? Tuliskan poin-
poin penyampaian peserta pada kertas flipchart.
2. Fasilitator menyampaikan materi Penyampaian informasi hasil tes, menggunakan bahan
tayang, secara interaktif, dan kaitkan dengan poin-poin penyampaian peserta, agar merasa
dihargai pendapatnya. Pada proses ini fasilitator juga mengklarifikasi persepsi atau
pemahaman yang masih belum tepat, agar tidak terulang lagi.
3. Selama presentasi atau setelah selesai presentasi, fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta untuk tanya jawab.
4. Sampaikan bahwa selanjutnya peserta akan melakukan bermain peran tentang Penyampaian
informasi hasil tes, sesuai dengan petunjuk dan skenario bermain peran yang ada pada
fasilitator. Kepada pengamat diminta untuk menggunakan daftar tilik/cek lis pelaksanaan
penyampaian informasi hasil tes yang ada pada modul. Peran pasien, petugas dan pengamat
dapat bergantian.
5. Setelah selesai bermain peran fasilitator meminta penyampaian hasil pengamatan. Kemudian
minta juga pemeran peserta dan pasien untuk menyampaikan perasaannya. Pada akhir sesi
fasilitator menyampaikan ulasan mengenai bermain peran.
6. Fasilitator menyampaikan rangkuman singkat pokok bahasan 3.
3
V. URAIAN MATERI
Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menggunakan 2 metode pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
antigen atau pemeriksaan antibodi.
Pemeriksaan antigen atau virus secara langsung biasanya digunakan untuk mendiagnosis HIV pada :
1. Bayi
2. Infeksi HIV primer
3. Pasien pada kasus terminal, dimana pada beberapa kasus didapatkan hasil pemeriksaan antibodi
yang negatif (false negatif) walaupun gejala klinis sangat mendukung
Rapid test
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
Western blot
Melihat dari sudut pandang kesehatan masyarakat (public health perspective) dan mempertimbangkan
infrastruktur layanan kesehatan yang belum merata di seluruh Indonesia, maka Kebijakan Nasional
untuk pemeriksaan diagnostik untuk pasien dewasa dan remaja adalah dengan menggunakan strategi 3
(tiga) yaitu menggunakan 3 jenis rapid test.
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis HIV adalah adanya periode jendela. Periode jendela adalah
suatu keadaan yang terjadi pada awal infeksi HIV, dimana replikasi virus cukup tinggi tetapi hasil tes
anti-HIV adalah negatif. Hal ini terjadi karena antibodi terhadap HIV belum cukup tinggi untuk terdeteksi
dengan alat diagnostik (ELISA dan atau rapid tes) yang ada. Hasil tes seperti ini disebut sebagai False
Negatif (negatif palsu).
Pemerintah saat ini menggunakan HIV generasi ke-3 dengan periode jendela 4-6 minggu
Kondisi tersebut dapat pula terjadi pada kasus terminal pada fase AIDS (end stage), dimana seseorang
terdapat gejala infeksi oportunistik pada stadium 4 dan test serologi menunjukkan hasil negatif. Kondisi
ini bukan merupakan periode jendela akan tetapi kondisi negatif palsu (false negatif) karena jumlah
antibodi terlalu sedikit untuk dapat ditangkap oleh rapid test atau elisa. Pada keadaan ini konfirmasi
4
diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan antigen atau pasien diobati sesuai dengan infeksi oportunistik
yg ditemui dan diulang pemeriksaan antibodi 1 – 2 minggu kemudian.
Pemeriksaan tes A1
A1 reaktif
A1 non reaktif, Laporkan
sebagai negatif
L
Tes A2
A1- A2-
A1+ A2+ Laporkan sebagai negatif
Tes A3
5
Keterangan : saat ini pemerintah menyediakan rapid tes generasi ke 3, sehingga hasil A1+ A2 – dilapor
kan negatif
TES ULANG
Pengulangan tes HIV dengan pemeriksaan antibodi terjadi pada beberapa keadaan yaitu
Pengulangan tes HIV pada pasien dengan hasil tes inkonklusif dilakukan 14 hari (2 minggu) setelah tes
pertama, Jika hasil tes tetap inkonklusif pada tes kedua maka hasil tes dianggap negatif, kecuali pada
pasien yang menunjukkan gejala dan tanda-tanda AIDS perlu dikonfirmasi ulang dengan pemeriksaan
lanjutan, yaitu: pemeriksaan HIV DNA, RNA atau NAT.
Pengulangan tes HIV pada pasien dengan hasil tes negatif tidak perlu dilakukan kecuali pada pasien
dengan risiko tinggi terpajan HIV seperti populasi kunci, pasien dengan IMS, pasien TB, ibu hamil di
Tanah Papua. Pada populasi kunci, anjuran tes HIV diberikan setidaknya sekali dalam setahun.
6
POKOK BAHASAN 2. INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK SETIAP HASIL TES
Informasi yang diperlukan pasca tes terdiri dari beberapa aspek. Ada informasi yang bersifat general dan
diberikan kepada seluruh kelompok pasien, ada beberapa informasi yang diberikan spesifik untuk
kelompok pasien.
Informasi wajib yang disampaikan ke pasien adalah bahwa mereka akan di dukung dan pasti
mendapatkan layanan ke perawatan dan pengobatan ARV jika hasil tes positif
Informasi yang perlu diberikan pada semua kelompok pada hasil tes negatif adalah
Pada kelompok populasi kunci setidaknya diingatkan untuk rutin pemeriksaan IMS dan testing
setidaknya sekali dalam satu tahun.
Informasi yang perlu diberikan pada semua kelompok pada hasil tes positif adalah
Pada kelompok ibu hamil informasi tambahan yang diberikan adalah sbb
Perencanaan persalinan
ARV profilaksis pada bayi selama 6-8 minggu dengan AZT
Pemeriksaan EID dan pemberian kotrimoksasol profilaksis pada bayi pada usia 6 minggu
Rencana imunisasi, cara pemberian makanan baik itu ASI, PASI maupun makanan tambahan
sesuai dengan kondisi pasien
Rencana keluarga berencana
Skrining Sifilis, malaria dan lainnya sesuai dengan program ANC pemerintah
Informasi tersebut disampaikan secara bertahap, informasi pertama adalah tentang pengobatan ARV.
Pada pasien TB diberikan informasi tambahan tentang pengaturan minum OAT dan ARV, meminta
keluarga untuk skrining TB dan program pencegahan infeksi TB.
Semua informasi diberikan secara bertahap dan disesuaikan dengan keadaan/kebutuhan pasien,dan
dapat diberikan di layanan PDP
7
POKOK BAHASAN 3. PENYAMPAIAN HASIL TES
Petugas yang menyampaikan hasil tes HIV perlu memikirkan kemungkinan reaksi emosional pasien pada
saat menerima hasil tes HIV. Kepekaan kita terhadap emosi pasien, informasi medis yang sederhana dan
jelas serta rujukan ke layanan PDP merupakan dasar bagi penyampaian hasil tes HIV yang efektif.
Ada kalanya pasien terdiam atau menangis setelah mendapatkan hasil positif. Beri
kesempatan pada pasien untuk mengolah dan mengeluarkan gejolak perasaannya. Petugas
dapat menggunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui apa yang dialami pasien
(misalnya, Apa yang Ibu rasakan sekarang” atau memberi tanggapan yang simpatik
(misalnya:”Ini merupakan berita yang sulit diterima”) atau tanggapan reflektif (misalnya:
“Kelihatannya Anda sangat kecewa mendengar hasil tes HIV Anda”). Jadilah pendengar
yang baik dan bila diperlukan, pasien dapat dikirim ke konselor.
8
Langkah:
- Rujukan mutlak perlu dilakukan jika fasyankes Anda tidak dapat memberikan layanan
ARV atau layanan lain yang diperlukan.
- Berikan informasi tentang manfaat rujukan.
Rujuk pasien ke layanan ARV terdekat dengan tempat tinggal pasien atau berikan daftar layanan rujukan
ARV dan meminta pasien untuk memilih
“Hasil tes HIV Ibu/bapak negatif. Artinya: dalam darah tidak terdapat virus HIV”
“Hasil tes Ibu/bapak indeterminate, artinya hasil tes belum dapat dipastikan dan perlu tes ulang
dua minggu lagi.”
“Hasil tes HIV Ibu/bapak reaktif, artinya kemungkinan ada virus HIV di dalam tubuh. Kami perlu
merujuk ibu/bapak ke layanan tes HIV yang lain, untuk memastikan apakah ibu/bapak memang
HIV positif atau bukan.
Bawalah surat rujukan ini, berikan kepada petugas di klinik tersebut dan dalam surat ini saya
menginformasikan bahwa Anda telah menjalani tes HIV dan memerlukan tes HIV lebih lanjut.
Bagaimana, apakah ada yang bisa dibantu/apakah ada pertanyaan sejauh ini? ”
9
Contoh komunikasi untuk hasil tes HIV: Positif
“Hasil tes HIV Ibu/bapak positif, artinya ada virus HIV di dalam tubuh.
(diam sejenak, perhatikan suasana perasaan pasein. Jika menangis, berikan tisu, beri waktu, dan
lanjutkan jika sudah tenang).
Saya perlu merujuk ibu/bapak ke puskesmas/klinik/RS...untuk mendapatkan pengobatan
antiretroviral atau disingkat ARV. ARV sangat penting agar ibu/bapak dapat tetap sehat, . Jika
ibu merencanakan kehamilan makai perlu juga direncanakan mengenai persalinan Ibu, serta
rencana pemberian ASI/susu formula untuk bayi, tujuannya untuk mengurangi risiko bayi
tertular.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
10
1. Consolidated guidelines on HIV diagnosis, prevention and treatment among key populations.
Geneva:World Health Organization; 2014 (http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/128048/1/
9789241507431_eng.pdf?ua=1&ua=1, accessed 14 March 2015)
2. http://hivinsite.ucsf.edu/InSite?page=kb-02-02-02-02
3. Wagman JA, Gray RH, Campbell JC, Thoma M, Ndyanabo A, Ssekasanvu J et al. Effectiveness of
anintegrated intimate partner violence and HIV prevention intervention in Rakai, Uganda:
analysis of anintervention in an existing cluster randomised cohort. Lancet Global Health. 2015;
3(1):23-33.
11