Anda di halaman 1dari 2

Secara Geografis kecamatan Aluh-Aluh terletak anatara 30275 lintang selatan dan

1140 53 bujur timur. Disebelah utara berbatasan dengan kota banjarmasin dan

sebelah timur, kecamatan kertak anyar, gambut dan beruntung baru dan sebelah

seltan dengan kabupaten tanah laut dan sebelah barat berbatasan dengan

kabupaten barito kuala. Tempat dilakukannya sosial mapping di wilayah Desa

Aluh-Aluh Besar Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar Kalimanan Selatan

Memilki Jumlah penduduk sebanyak 3.453 jiwa (Bappelitbang.banjarkab, 2015).

Akses penghubung ke Desa Aluh-Aluh besar terdiri dari jalan beraspal dan

jembatan. Didesa aluh-aluh besar sendiri terbagi dalam 11 RT. Untuk menuju RT

09-11 harus menggunakana kapal penyebrangan tradisional milik masyarakat

dengan tarif sekali menyebrang Rp.1000. Agama mayoritas disana adalah Islam.

Masalah sosial yang ada di Masyarakat Aluh-Aluh besar menurut ketua RT 09

dan warga adalah akses jalan yang terputus sungai dan tidak adanya jembatan

penyebarangan dari Rt01-08 ke rt09-11. Selain itu juga dari segi mata pencaharian

warga desa aluh-aluh besar sebagian besar ada yang menjadi nelayan dan petani.

Para nelayan memiliki permasalahan terbatasnya jumlah pasokan bensin dari

pemerintah sehingga tidak jarang mereka kehabisan bensin sehingga harapan

mereka adanya jatah per desa dalam mengambil bensin agar tidak terjadi

kekurangan. Permasalahan lain yaitu pemanfaatan hasil perikanan baik cara

pengolahan ataupun cara perlakuan, di sana hasil tangkapan nelayan sebagian

besar di olah dengan cara penjemuran di tempat-tempat terbuka tanpa ada

teknologi memadai dan menghasilkan ikan kering. Solusi yang dapat kami

tawarkan yaitu pembuatan pondok plastik untuk menjemur ikan dan cara

pengolahan ikan dengan hasil yang baru seperti dibuat bakso ataupun dibuat
menjadi dendeng menyesuaikan ikan sehingga juga menambah nilai jual hasil

nelayan.

3 masalah yang paling mendesak disana yaitu pertama akses jalan penghubung ke

rt09-11 yang menggunakan kapal nelayan sehingga memerlukan biaya lebih untuk

menyebrang. Kedua adalah jalan di rt09-11 yang menggunakan jembatan kayu

(titian kayu) yang sempit dan mulai rusak sehingga sulit melakukan aktivitas dan

yang ketiga adalah penambahan nilai jual dari hasil tangkapan nelayan.

Anda mungkin juga menyukai