Anda di halaman 1dari 8

UPEJ 6 (1) (2017)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN


MINDSCAPING UNTUK REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA SMA MATERI
TEORI KINETIK GAS

Rini Yunawati, Nathan Hindarto, Sulhadi


Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penerapan model pembelajaran kontekstual berbantuan mindscaping dilakukan untuk
Diterima Januari 2017 remediasi miskonsepsi serta peningkatan hasil belajar dan pemahaman konsep siswa.
Disetujui Januari 2017 Penerapan model pembelajaran kontekstual berbantuan mindscaping dilaksanakan di SMA
Dipublikasikan April 2017 Negeri 1 Bangsri menggunakan Metode Pre-Experimental Designs dengan one-group pretest-postest
Keywords: design yang diterapkan di kelas XI IPA 1. Analisis data menunjukkan kelas eksperimen dengan
Remediation, misconception, model pembelajaran kontekstual berbantuan mindscaping telah mencapai ketuntasan belajar
contextual, mindscaping secara klasikal dengan persentase sebesar 55,5%. Peningkatan prestasi belajar siswa diketahui
dari uji gain dengan kategori sedang (<g>= 0,59). Dari analisis data disimpulkan bahwa model
pembelajaran kontekstual berbantuan mindscaping efektif dalam meremediasi miskonsepsi
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep siswa.

Abstract
Application of contextual teaching learning model based on mindscaping was done to misconception
remediation, to improve learning outcome, and also to understand the concept of student. The study was
held at SMA Negeri 1 Bangsri using Pre-Experimental Designs with one group pretest posttest design in XI
IPA 1. The result of data analysis showed experimental class that taught using contextual teaching learning
model based on mindscaping with classical learning completeness percentage of 55.5%. The improvement of
student achievement was known from the gain test showed in moderate category (<g> = 0,59). It can be
concluced that application contextual teaching learning model based on mindscaping effective for student
misconception remediate, improve learning outcome, and also the understand of student concept.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : riniyuna1@gmail.com
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

PENDAHULUAN model pembelajaran yang dapat diterapkan


adalah pembelajaran kontekstual.
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, Pembelajaran kontekstual adalah
yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi pembelajaran yang menekankan pada
tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai serta mengkaitkan setiap materi atau topik
dengan cita-cita pendidikan (Munib, 2012). Hal pembelajaran dengan kehidupan nyata (Putri et
ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya al., 2014). Selain itu pendekatan pembelajaran
bertanggung jawab untuk memberikan juga cukup baik jika digunakan dan
pembelajaran, akan tetapi juga membentuk dikombinasikan dengan pembelajaran
karakter peserta didik agar menjadi generasi kontekstual. Pendekatan yang dapat diterapkan
yang kompetitif dan memiliki kepribadian yang salah satunya dengan mindscaping. Menurut
baik. Marguiles, sebagaimana dikutip oleh
Hasil observasi yang dilakukan di SMA Khomsyatun et al., (2012) mindscaping
N 1 BANGSRI menunjukkan bahwa kurikulum merupakan pendekatan pembelajaran yang
yang diterapkan yaitu kurikulum 2013. berorientasi pada siswa yang proses
Pembelajaran yang diterapkan kurang efektif pembelajarannya mewakilkan visual ide dengan
dan sebagian nilai siswa di bawah KKM yaitu 76. menggunakan gambar dan kata.
Terbukti hampir 75% Nilai Ulangan Tengah Artikel ini terdiri dari beberapa bagian
Semester siswa kelas XI IPA 1 dan IPA 2 SMA N yaitu bagian pendahuluan, metode, hasil dan
1 BANGSRI dibawah KKM. pembahasan serta penutup. Bagian
Hasil observasi diatas menunjukkan pendahuluan terdiri dari latar belakang,
bahwa salah satu penyebab nilai belajar kurang masalah, tujuan penelitian, sistematika artikel
maksimal yaitu minat belajar kurang, dan dan dilengkapi dengan kajian pustaka. Bagian
pembelajaran kurang efektif. Minat belajar yang metode berisi desain penelitian, populasi dan
kurang menimbulkan miskonsepsi. sampel, pengumpulan data dan pengolahan atau
Miskonsepsi atau salah konsep adalah analisis data. Bagian hasil dan pembahasan
suatu konsep yang tidak sesuai dengan menyajikan hasil analisis data penelitian dan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima pembahasannya. Bagian penutup berisi
para pakar dalam bidang itu (Suparno, 2013: 4). simpulan dan saran.
Miskonsepsi menimbulkan hasil belajar siswa
yang kurang maksimal. METODE PENELITIAN
Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi miskonsepsi yaitu dengan Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1
remediasi. Remediasi adalah kegiatan yang Bangsri tahun ajaran 2015/2016. Populasi
dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan penelitian adalah siswa kelas XI IPA dengan
yang dilakukan siswa. Kegiatan remediasi sampel kelas XI IPA 1. Sampel diambil dengan
bersifat sebagai bantuan. Segala kegiatan yang teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan
bersifat bantuan kepada siswa dalam dengan pengambilan sampel sumber data
membetulkan konsepsinya dapat digolongkan didasarkan pertimbangan saran dari guru mata
sebagai remediasi (Alfisyahrina et al., 2007). pelajaran fisika. Metode yang digunakan dalam
Hasil observasi juga menunjukkan penelitian ini adalah pre experimental design
bahwa pembelajaran kurang efektif. Salah satu dengan jenis one group pre test-post test design.
cara agar pembelajaran menjadi efektif yaitu Variabel bebas penelitian ini adalah
dengan menggunakan pendekatan dan model model pembelajaran kontekstual berbantuan
pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu mindscaping. Variabel terikat pada penelitian ini

75
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

adalah paham konsep dan hasil belajar siswa uji t diperoleh thitung lebih besar dari pada ttabel
meningkat. Metode pengumpulan data terdiri dengan dk=78 dan α= 5%, yang menunjukkan
dari pemberian tes kognitif, observasi, efektivitas dari pembelajaran kontekstual
dokumentasi, dan angket tes. Pemberian tes berbantuan mindscaping untuk remediasi
kognitif ini digunakan untuk mendapatkan data miskonsepsi siswa SMA. Analisis data dengan uji
yang akan dianalisis untuk memperoleh nilai t diperoleh harga thitung sebesar 13.90 dan ttabel
hasil belajar kognitif. Tes yang digunakan dalam sebesar 1.69. Karena thitung > ttabel (13.90>1.69)
penelitian ini berupa uraian pilihan ganda. sehingga hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima.
Hipotesis Ha diterima maka dapat dikatakan
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi pengaruh model pembelajaran
kontekstual berbantuan mindscaping terhadap
Data yang digunakan pada tahap awal hasil belajar kognitif. Uji ketuntasan belajar
penelitian adalah ulangan tengah semester 1 diperoleh hasil bahwa siswa yang tuntas dalam
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bangsri. Dalam uji ujian post-test berjumlah 22 siswa dan yang
tahap awal menggunakan uji normalitas terlebih tidak tuntas 18 siswa. Kriteria ketuntasan
dahulu. Perhitungan uji normalitas data pre-test minimal (KKM) di SMA Negeri 1 Bangsri adalah
pada kelas XI IPA 1 diperoleh  2 hitung = 10.92 76. Berdasarkan ujian post-test hanya berjumlah
22 siswa yang tuntas dikarenakan nilai siswa
dan  2tabel = 11.07. Nilai dari  2 hitung pada
yang tidak tuntas mendekati nilai KKM yaitu 75.
kelas XI IPA 1 <  2
tabel maka dapat disimpulkan Pada perhitungan uji ketuntasan belajar siswa,
bahwa data pre-test berdistribusi normal didapatkan persentase 55% siswa yang tuntas,
sehingga analisis data selanjutnya menggunakan mengingat KKM yang tinggi. Hal ini yang
statistik parametrik. menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
Pada analisis tahap akhir menggunakan kontekstual berbantuan mindscaping untuk
hasil belajar kognitif, uji hipotesis dan uji remediasi miskonsepsi siswa berhasil.
ketuntasan belajar. Hasil analisis pre-test dan Dalam penelitian ini menggunakan
post-test pada kelas XI IPA 1, diperoleh rerata materi teori kinetik gas, materi ini menjelaskan
nilai pre-test 46.38 dan nilai post-test 78.13. mengenai gerak gas yang bersifat mikroskopis.
Berdasarkan rerata tersebut didapat selisih nilai Teori kinetik gas juga mempelajari fenomena-
31.75 dan dapat disimpulkan bahwa fenomena gerak dan sifat gas yang dipengaruhi
peningkatan nilai hasil belajar kognitif siswa oleh suhu, tekanan, dan volume. Dalam
sangat tinggi. Peningkatan nilai hasil belajar penelitian ini diperoleh data yang berupa siswa
kognitif siswa sangat tinggi menunjukkan kurang paham dalam materi teori kinetik gas
efektivitas dari penerapan pembelajaran dikarenakan materi ini mempelajari sesuatu
kontekstual berbantuan mindscaping. yang abstrak, seperti gas ideal yang pada
Berdasarkan analisis data, nilai evaluasi kenyataannya gas ideal itu tidak ada di alam
pre-test post-test menunjukkan skala sedang semesta, selain itu gas memiliki ukuran sangat
pada uji N-gain. Nilai evaluasi diperoleh dari kecil. Gaya tarik menarik antar partikel gas juga
perhitungan bahwa 9 siswa dengan kriteria sulit dibayangkan oleh siswa. Musanni et al.
tinggi; 28 siswa dengan kriteria sedang; dan 3 (2015), salah satu contoh materi fisika yang
siswa dengan kriteria rendah. Berdasarkan bersifat abstrak adalah teori kinetik gas dan
analisis data menunjukkan peningkatan evaluasi termodinamika. Fieldsine sebagaimana dikutip
pre-test post-test uji N-gain dengan nilai 0.59 Suparno (2013), miskonsepsi siswa tentang
yang memiliki kriteria sedang. hubungan gaya tarik menarik molekul dengan
Selanjutnya menggunakan analisis teori kinetik gas. Mereka mengatakan bahwa
dengan menggunakan uji t. Analisis data dengan bila ada gaya tarik, maka ada gerak. Jadi gaya

76
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

tarik molekul itulah yang menyebabkan adanya materi atau topik dengan kehidupan nyata
gerakan molekul. Di sini ada kesalahan yaitu; 1) (Putri et al., 2014).
gerakan molekuler disebabkan oleh gaya Penerapan pembelajaran kontekstual
intermolekuler; dan 2) semakin besar gaya berbantuan mindscaping dilaksanakan dengan
intermolekuler, semakin besar gerakan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dan
molekuler. Jelas konsep di atas tidak benar. pertemuan kelima dilaksanakan ujian pre-test
Padahal gas ideal bergerak bebas, dan dan post-test. Pertemuan kedua, ketiga, dan
bertumbukan lenting sempurna serta tidak ada keempat merupakan kegiatan belajar mengajar
interaksi antar partikel dalam bejana tertutup. yang efektif dalam menerapkan pembelajaran
Oleh sebab itu diperlukan pembelajaran yang kontekstual berbantuan mindscaping.
efektif yang dapat mengaitkan materi dengan Pertemuan kedua, diawali dengan berdoa dan
pengalaman siswa atau kehidupan sehari-hari presensi. Kemudian dilanjutkan dengan
sehingga dapat memperbaiki konsep yang pembacaan tujuan pembelajaran, dan
dimiliki siswa. Salah satu pembelajaran yang pemberian pertanyaan apersepsi dengan
dapat diterapkan adalah pembelajaran mengaitkan kehidupan sehari-hari berkenaan
kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah materi gas ideal. Selanjutnya peneliti
konsep belajar yang membantu/ guru memberikan materi pembelajaran yaitu gas
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan ideal dengan menggambar mindscaping di papan
situasi nyata siswa, dan mendorong siswa tulis dan siswa memperhatikan dengan
membuat hubungan antara pengetahuan yang sungguh-sungguh.
dimiliki siswa dengan penerapannya dalam Langkah selanjutnya yang dilakukan
kehidupan sehari-hari (Merta et al., 2015). peneliti yaitu memberi intruksi kepada siswa
Penelitian ini bertujuan untuk untuk berdiskusi dengan teman sebangku
mendeskripsikan penerapan pembelajaran tentang materi gas ideal, dan peneliti memberi
kontekstual berbantuan mindscaping. waktu siswa untuk mengajukan pertanyaan. Jika
Pembelajaran kontekstual, merupakan tidak ada pertanyaan yang diajukan, peneliti
pembelajaran yang menggabungkan materi memberi tugas siswa untuk membuat
pelajaran dengan kehidupan nyata. Siswa diajak mindscaping. Bersama siswa, peneliti bersepakat
untuk berperan aktif di dalam pembelajaran. tentang materi dan durasi pembuatan
Siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan, mindscaping. Dalam pembuatan mindscaping,
akan tetapi siswa diajak untuk ikut siswa tidak dibatasi dengan aturan-aturan yang
membayangkan secara lebih mendalam mengikat. Setelah pembuatan mindscaping
mengenai materi yang diterangkan. Pada saat sudah selesai, beberapa siswa diberi waktu
pembelajaran berlangsung peneliti juga untuk mempresentasikan mindscaping yang
meminta siswa untuk menceritakan serta telah dibuat. Setelah presentasi, dilakukan
mengaitkan materi yang dipelajari dengan evaluasi tentang materi dan mindscaping yang
pengalaman siswa. Pembelajaran kontekstual dibuat siswa. Setelah evaluasi, langkah
menumbuhkan pengetahuan baru yaitu hasil selanjutnya yaitu memberi penghargaan kepada
dari penggabungan materi pelajaran dan siswa yang berupa tambahan nilai bagi siswa
pengetahuan yang dimiliki siswa melalui yang dengan sukarela mempresentasikan
pengalaman yang didapat siswa dalam mindscaping di depan kelas.
kehidupan nyata (sehari-hari). Pembelajaran Pertemuan ketiga dan keempat,
kontekstual adalah pembelajaran yang langkah-langkah pembelajaran hampir sama
menekankan pada keterlibatan siswa dalam dengan pertemuan kedua, akan tetapi dalam
proses pembelajaran serta mengkaitkan setiap pertemuan ketiga dan keempat siswa tidak
membuat mindscaping melainkan diskusi

77
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

kelompok. Dalam diskusi kelompok, siswa diberi Pembelajaran kontekstual kooperatif yang
kebebasan dalam menentukan anggota diterapkan dalam penelitian ini terdapat enam
kelompoknya dan peneliti membantu siswa fase. Enam fase tersebut seperti yang dijelaskan
dalam membentuk kelompok. oleh Jumadi (2003), yang terdiri dari: 1)
Pertemuan kelima peneliti meminta menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta
tugas pembuatan mindscaping dan membagikan didik; 2) menyajikan informasi; 3)
lembar angket tanggapan siswa tentang mengorganisasikan peserta didik ke dalam
penerapan pembelajaran kontekstual kelompok-kelompok belajar; 4) membimbing
berbantuan mindscaping. Dalam beberapa kali kelompok bekerja dan belajar; 5) evaluasi; 6)
pembelajaran dengan siswa dapat disimpulkan memberikan penghargaaan. Pada fase-fase
bahwa penerapan kontekstual berbantuan tersebut guru sangat berperan penting dalam
mindscaping membantu siswa dalam pembelajaran selain sebagai fasilitator.
pembelajaran. Siswa aktif dalam pembelajaran Dalam pembelajaran kontekstual
dan paham konsep dengan pola pikirnya berbantuan mindscaping selain dinilai dari
masing-masing. Dari penelitian ini, peneliti aspek kognitif juga dari aspek afektif dan
merasakan bahwa sangat penting dalam psikomotorik. Kedua aspek tersebut selain
memahami pola pikir dari setiap siswa. Setiap sebagai pendukung dari data nilai kognitif, juga
siswa dianugerahi dengan pola pikir berbeda- sebagai bahan pertimbangan dalam menilai
beda dan sebagai calon pendidik, peneliti tidak siswa. Penilaian dari aspek afektif didapat dari
boleh memaksakan konsep serta pola pikir diskusi kelompok dan pada saat pembelajaran
peneliti kepada siswa. Setiap siswa memiliki berlangsung. Diskusi kelompok menggunakan
keunikan masing-masing dalam berpikir dan lembar diskusi yang telah disediakan oleh
bertindak. peneliti. Selain diskusi kelompok, siswa juga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diberi tugas individu untuk membuat
pembelajaran kontekstual berbantuan mindscaping berdasarkan materi yang telah
mindscaping cukup efektif dalam meningkatkan didapatkan, siswa sangat aktif dan berlomba-
hasil belajar kognitif siswa. Hal ini ditunjukkan lomba untuk membuat mindscaping sebaik-
dengan selisih rata-rata nilai pre-test dan post- baiknya agar mendapat nilai yang memuaskan.
test yang cukup besar. Nilai pre-test dan post-test Siswa dalam mempresentasikan mindscaping di
yang memiliki selisih cukup besar dikarenakan depan kelas mereka berusaha menampilkan dan
pada saat pre-test siswa belum diberi perlakuan, menceritakan mindscaping yang mereka buat
sedangkan pada saat pemberian post-test siswa dengan narasi yang baik. Sehingga berdasarkan
terlebih dahulu diberi perlakuan. Perlakuan observasi oleh observer diperoleh aspek 3
tersebut berupa pembelajaran kontekstual (sopan santun) tertinggi.
berbantuan mindscaping. Pemberian Aspek sopan santun merupakan salah
pembelajaran kontekstual berbantuan satu komponen yang mempengaruhi siswa
mindscaping bertujuan agar pembelajaran fisika dapat menerima pembelajaran. Di dalam
di dalam kelas menjadi efektif untuk membantu pembelajaran kontekstual, peran siswa sangat
mereka membangun pengetahuan dari data atau penting karena pembelajaran kontekstual
fakta yang ada dan hasil belajar siswa mengajak siswa untuk berperan aktif dalam
mengalami peningkatan. Pembelajaran pembelajaran, Aspek sopan santun ditunjukkan
kontekstual membantu meningkatkan hasil dengan sikap siswa saat memperhatikan dalam
belajar dan motivasi berprestasi (Merta et al., pembelajaran. Ouput dari pembelajaran
2015). kontekstual berbantuan mindscaping adalah
Dalam penelitian ini menggunakan hasil belajar siswa meningkat dan siswa paham
pembelajaran kontekstual jenis kooperatif. konsep. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

78
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

Khomsyatun et al. (2012), penerapan penelitian Suniati et al. (2013) pembelajaran


mindscaping bervisi science environment kontekstual berbantuan multimedia interaktif
technology society dengan pencapaian hasil berpengaruh terhadap penurunan miskonsepsi
belajar afektif dan psikomotorik meningkat. siswa, dibuktikan dengan data-data yang telah
Hasil belajar melalui pendekatan kontekstual didapatkan serta perbandingan pembelajaran
dengan metode think pair share menunjukkan kontekstual lebih baik dengan pembelajaran
peningkatan pemahaman konsep (Neizhela & konvensional.
Mosik, 2015). Berdasarkan penelitian yang telah
Aspek psikomotorik juga sangat dilakukan, penerapan pembelajaran kontekstual
diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual jenis kooperatif berbantuan mindscaping
berbantuan mindscaping. Dalam penelitian ini meningkatkan pemahaman materi pada siswa
aspek psikomotorik diperoleh data dari diskusi dan keberanian, keaktifan siswa dalam
kelompok dan presentasi. Pada aspek berdiskusi. Pembelajaran kontekstual jenis
psikomotorik juga ada beberapa komponen kooperatif ini merupakan pembelajaran yang
yang dianalisis. Salah satu komponen yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-
memiliki persentase paling tinggi yaitu hari melalui diskusi kelompok. Diskusi, memberi
keberanian siswa selama berdiskusi dan kesempatan anggota kelompok saling
presentasi. Komponen tersebut berisi tiga bekerjasama dalam memahami suatu bahan
indikator yaitu siswa menunjuk kelompoknya pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok.
sendiri untuk mempresentasikan hasil diskusi, Pembelajaran kooperatif adalah peserta didik
siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
kepada kelompok lain, dan siswa membantu anggotanya memiliki tingkat kemauan yang
kelompok lain apabila kelompok tersebut berbeda (heterogen) (Jumadi, 2003).
mengalami kesulitan dalam menjawab Berdasarkan penelitian juga didapat
pertanyaan. bahwa, pembelajaran kontekstual berbantuan
Pada penelitian ini remediasi mindscaping terjadi peningkatan pemahaman
miskonsepsi menggunakan pembelajaran konsep/materi. Pada penelitian ini peneliti
kontekstual berbantuan mindscaping. memberikan materi menggunakan mindscaping
Mindscaping dapat menunjukkan miskonsepsi di depan kelas dan sebelumnya siswa diberi
yang dialami oleh siswa. Mindscaping ini pengetahuan mengenai mindscaping.
merupakan pendekatan pembelajaran yang Selanjutnya guru memberikan tugas kepada
memberikan kebebasan siswa dengan siswa untuk membuat mindscaping di rumah
menggambarkan ide-ide atau gagasan yang berdasarkan materi pelajaran yang telah
didapat pada saat pembelajaran. Ide-ide ditentukan. Penugasan tersebut dapat dijadikan
tersebut berkaitan dengan materi yang guru untuk mengetahui peningkatan
dipelajari dan digambarkan pada selembar pemahaman siswa dengan menganalisis
kertas ataupun papan tulis. Oleh sebab itu mindscaping yang telah dibuat siswa. Mindscape
miskonsepsi dapat ditunjukkan dengan cocok pada penerapan ilmu pengetahuan,
menggunakan mindscaping. Sehingga dapat mendiagnosis suatu masalah dengan perlakuan
disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual yang standar dan salah satu aplikasi yang baik
berbantuan mindscaping untuk remediasi jika diterapkan. Dengan penilaian yang praktis
miskonsepsi efektif dalam meningkatkan dan penerapan ilmu pengetahuan, guru dapat
pemahaman konsep siswa. Selain itu, menilai dengan menggunakan mindscape
pembelajaran kontekstual membantu siswa (goldsberry, 1986).
pada pembelajaran baik pada saat kelompok Hasil analisis mindscaping pada
atau individu. Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini disajikan pada Gambar 4.1.

79
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

SMA Negeri 1 Bangsri pada materi teori kinetik


gas. Penerapan pembelajaran kontekstual
berbantuan mindscaping efektif untuk remediasi
miskonsepsi ditunjukkan dengan pencapaian
ketuntasan klasikal adalah 55%. Peningkatan
hasil belajar menunjukkan efektivitas dalam
penerapan pembelajaran kontekstual
berbantuan mindscaping.
Saran yang dapat diberikan
terkait dengan penelitian ini adalah guru fisika
dianjurkan menerapkan pembelajaran
kontekstual berbantuan mindscaping sebagai
variasi metode mengajar. Metode mengajar
merupakan salah satu komponen yang
Gambar 4.1. Hasil Analisis Mindscaping Pada
berpengaruh dalam pembelajaran, khususnya
Pembelajaran Kontekstual
pembelajaran fisika. Selain itu, keaktifan siswa
Berdasarkan Gambar 4.1, mindscaping
dalam pembelajaran sangat menentukan hasil
dapat menganalisis masalah mengajar dan
belajar siswa, oleh karena itu guru harus
penggambaran awal dalam pembelajaran.
memiliki berbagai cara yang tepat dan
Penugasan ini juga bertujuan untuk membangun
bervariasi untuk mengajak siswa berperan aktif,
interaksi antara guru dan siswa, karena pada
seperti; bertanya, berpendapat, dan menjawab
umumnya siswa lebih akrab dengan teman
pertanyaan. Dengan bertanya, berpendapat, dan
sebaya. Banyak guru menemukan bahwa
menjawab pertanyaan menunjukkan siswa
pemetaan ide membantu mereka lebih mudah
antuasias dalam pembelajaran dan mampu
berkomunikasi dengan siswa dengan
menerima materi pembelajaran. Pada penelitian
menciptakan pengalaman berkesan dan
selanjutnya, diharapkan instrumen (silabus,
bermakna (Khomsyatun et al., 2012).
RPP, bahan ajar) dirancang secara detail serta
KESIMPULAN DAN SARAN lebih bervariasi sehingga pembelajaran
diperoleh hasil yang maksimal dan perlu
Berdasarkan hasil penelitian dan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual berbantuan
penerapan pembelajaran kontektual berbantuan mindscaping terhadap materi yang berbeda agar
mindscaping dilakukan lima kali pertemuan dapat berkembang dan bermanfaat untuk
dengan menggunakan metode diskusi dan kegiatan pembelajaran.
peneliti menggambar mindscaping dalam
menyampaikan materi. Penerapan DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran kontekstual berbantuan
Alfisyahrina, F., T. Djudin, & S. Mursyid. 2015.
mindscaping merupakan cara peneliti Remediasi Miskonsepsi siswa Pada
membantu siswa dalam menyampaikan pola Materi Suhu Dan Kalor Menggunakan
pikir siswa yang kita tahu bahwa setiap siswa Model PBL Di MAN. Tersedia di
dianugerahi pola pikir yang berbeda-beda. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdp
Sebagai seorang calon pendidik, peneliti b/article/download/11436/10838
[diakses tanggal 25-02-2016]
memahami dan tidak memaksakan pola pikir
peneliti kepada siswa. Penerapan pembelajaran Goldberry, L.F. 1986. The Reflective Mindscape.
kontekstual berbantuan mindscaping efektif Journal Curriculum And Supervision. 1 (4):
dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa 347-352. Tersedia di

80
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals Termodinamika. Jurnal Penelitian


/jcs/jcs_1986summer_goldsberry.pdf Pendidikan IPA, 1 (1): 102-122.
[diakses pada tanggal 25-02-2016] http://jurnal.unram.ac.id/index.php/jpp-
ipa/article/view/71. [diakses pada
Jumadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan tanggal 27 Februari 2016]
Implementasinya. Makalah disampaikan
di Workshop Sosialiasi dan Implementasi Neizhela, A. & Mosik. 2015. Meningkatkan Hasil
Kurikulum 2004 Madrasah Aliyah DIY. Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual
Jateng, Kalsel di FMIPA UNY. Dengan Metode Think Pair Share Materi
Kalor Pada Siswa SMP. Unnes Physics
Khomsyatun, M., T. Subroto, & E. Cahyono. 2012. Education Journal, 4 (1): 36-42. Tersedia
Penerapan Mindscaping Bervisi Science di
Environment Technology Society http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php
Terhadap Pencapaian Kompetensi /upej/article/view/4737/4358 [diakses
Larutan Penyangga. Unnes Physics pada tanggal 25 Februari 2016]
Education Journal. 1 (2): 96-102. Tersedia
di Putri, A.M., S. Khanafiyah, & H. Susanto. 2014.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php Penerapan Model Pembelajaran
/usej/article/view/869 [diakses pada Kontekstual Dengan Pendekatan
tanggal 23-02-2016] Snowball Throwing Untuk
Mengembangkan Karakter Komunikatif
Merta, K., W Lasmawan, & I W. Suastra. 2015. dan Rasa Ingin Tahu Siswa SMP. Unnes
Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Physics Education Journal, 3 (1): 54-60.
Kontekstual Berbantuan Media Visual Tersedia di
Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php
Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV Gugus II /upej/article/view/3110/2879 [diakses
Kecamatan Abang Kabupaten pada tanggal 25-02-2016]
KarangAsem. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Suniati, N.M.S., W. Sadia, & A. Suhandono. 2013.
Ganesha, 5: 1-12. Pengaruh Implementasi Pembelajaran
http://download.portalgaruda.org/article Kontekstual Berbantuan Multimedia
.php?article=306120&val=7030&title=pe Interaktif Terhadap Penurunan
ngaruh%20pendekatan%20pembelajara Miskonsepsi (Studi Kuasi Eksperimen
n%20kontekstualberbantuan%20media dalam pembelajaran Cahaya dan Alat
%20visual%20terhadap%20motivasi%2 Optik di SMP Negeri 2 Amlapura). e-
0berprestasi%20dan%20hasil%20belaja Jurnal Program Pascasarjana Universitas
r%20ipa%20pada%20 [diakses pada Pendidikan Ganesha, 4. Tersedia di
tanggal 17 Februari 2016] http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_ap/article/vie
Munib, A. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. wFile/1019/768 [diakses pada tanggal
Semarang: Unnes Press. 25-02-2016]

Musanni, Susilawati, & A.S. Hadiwijaya. 2015. Suparno, P. 2013. Miskonsepsi & Perubahan
Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
Berbasis Learning Cycle (LC) 3E Pada PT Grasindo.
Materi Pokok Teori Kinetik Gas dan

81

Anda mungkin juga menyukai