Abstract
Application of contextual teaching learning model based on mindscaping was done to misconception
remediation, to improve learning outcome, and also to understand the concept of student. The study was
held at SMA Negeri 1 Bangsri using Pre-Experimental Designs with one group pretest posttest design in XI
IPA 1. The result of data analysis showed experimental class that taught using contextual teaching learning
model based on mindscaping with classical learning completeness percentage of 55.5%. The improvement of
student achievement was known from the gain test showed in moderate category (<g> = 0,59). It can be
concluced that application contextual teaching learning model based on mindscaping effective for student
misconception remediate, improve learning outcome, and also the understand of student concept.
75
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)
adalah paham konsep dan hasil belajar siswa uji t diperoleh thitung lebih besar dari pada ttabel
meningkat. Metode pengumpulan data terdiri dengan dk=78 dan α= 5%, yang menunjukkan
dari pemberian tes kognitif, observasi, efektivitas dari pembelajaran kontekstual
dokumentasi, dan angket tes. Pemberian tes berbantuan mindscaping untuk remediasi
kognitif ini digunakan untuk mendapatkan data miskonsepsi siswa SMA. Analisis data dengan uji
yang akan dianalisis untuk memperoleh nilai t diperoleh harga thitung sebesar 13.90 dan ttabel
hasil belajar kognitif. Tes yang digunakan dalam sebesar 1.69. Karena thitung > ttabel (13.90>1.69)
penelitian ini berupa uraian pilihan ganda. sehingga hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima.
Hipotesis Ha diterima maka dapat dikatakan
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi pengaruh model pembelajaran
kontekstual berbantuan mindscaping terhadap
Data yang digunakan pada tahap awal hasil belajar kognitif. Uji ketuntasan belajar
penelitian adalah ulangan tengah semester 1 diperoleh hasil bahwa siswa yang tuntas dalam
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bangsri. Dalam uji ujian post-test berjumlah 22 siswa dan yang
tahap awal menggunakan uji normalitas terlebih tidak tuntas 18 siswa. Kriteria ketuntasan
dahulu. Perhitungan uji normalitas data pre-test minimal (KKM) di SMA Negeri 1 Bangsri adalah
pada kelas XI IPA 1 diperoleh 2 hitung = 10.92 76. Berdasarkan ujian post-test hanya berjumlah
22 siswa yang tuntas dikarenakan nilai siswa
dan 2tabel = 11.07. Nilai dari 2 hitung pada
yang tidak tuntas mendekati nilai KKM yaitu 75.
kelas XI IPA 1 < 2
tabel maka dapat disimpulkan Pada perhitungan uji ketuntasan belajar siswa,
bahwa data pre-test berdistribusi normal didapatkan persentase 55% siswa yang tuntas,
sehingga analisis data selanjutnya menggunakan mengingat KKM yang tinggi. Hal ini yang
statistik parametrik. menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
Pada analisis tahap akhir menggunakan kontekstual berbantuan mindscaping untuk
hasil belajar kognitif, uji hipotesis dan uji remediasi miskonsepsi siswa berhasil.
ketuntasan belajar. Hasil analisis pre-test dan Dalam penelitian ini menggunakan
post-test pada kelas XI IPA 1, diperoleh rerata materi teori kinetik gas, materi ini menjelaskan
nilai pre-test 46.38 dan nilai post-test 78.13. mengenai gerak gas yang bersifat mikroskopis.
Berdasarkan rerata tersebut didapat selisih nilai Teori kinetik gas juga mempelajari fenomena-
31.75 dan dapat disimpulkan bahwa fenomena gerak dan sifat gas yang dipengaruhi
peningkatan nilai hasil belajar kognitif siswa oleh suhu, tekanan, dan volume. Dalam
sangat tinggi. Peningkatan nilai hasil belajar penelitian ini diperoleh data yang berupa siswa
kognitif siswa sangat tinggi menunjukkan kurang paham dalam materi teori kinetik gas
efektivitas dari penerapan pembelajaran dikarenakan materi ini mempelajari sesuatu
kontekstual berbantuan mindscaping. yang abstrak, seperti gas ideal yang pada
Berdasarkan analisis data, nilai evaluasi kenyataannya gas ideal itu tidak ada di alam
pre-test post-test menunjukkan skala sedang semesta, selain itu gas memiliki ukuran sangat
pada uji N-gain. Nilai evaluasi diperoleh dari kecil. Gaya tarik menarik antar partikel gas juga
perhitungan bahwa 9 siswa dengan kriteria sulit dibayangkan oleh siswa. Musanni et al.
tinggi; 28 siswa dengan kriteria sedang; dan 3 (2015), salah satu contoh materi fisika yang
siswa dengan kriteria rendah. Berdasarkan bersifat abstrak adalah teori kinetik gas dan
analisis data menunjukkan peningkatan evaluasi termodinamika. Fieldsine sebagaimana dikutip
pre-test post-test uji N-gain dengan nilai 0.59 Suparno (2013), miskonsepsi siswa tentang
yang memiliki kriteria sedang. hubungan gaya tarik menarik molekul dengan
Selanjutnya menggunakan analisis teori kinetik gas. Mereka mengatakan bahwa
dengan menggunakan uji t. Analisis data dengan bila ada gaya tarik, maka ada gerak. Jadi gaya
76
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)
tarik molekul itulah yang menyebabkan adanya materi atau topik dengan kehidupan nyata
gerakan molekul. Di sini ada kesalahan yaitu; 1) (Putri et al., 2014).
gerakan molekuler disebabkan oleh gaya Penerapan pembelajaran kontekstual
intermolekuler; dan 2) semakin besar gaya berbantuan mindscaping dilaksanakan dengan
intermolekuler, semakin besar gerakan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dan
molekuler. Jelas konsep di atas tidak benar. pertemuan kelima dilaksanakan ujian pre-test
Padahal gas ideal bergerak bebas, dan dan post-test. Pertemuan kedua, ketiga, dan
bertumbukan lenting sempurna serta tidak ada keempat merupakan kegiatan belajar mengajar
interaksi antar partikel dalam bejana tertutup. yang efektif dalam menerapkan pembelajaran
Oleh sebab itu diperlukan pembelajaran yang kontekstual berbantuan mindscaping.
efektif yang dapat mengaitkan materi dengan Pertemuan kedua, diawali dengan berdoa dan
pengalaman siswa atau kehidupan sehari-hari presensi. Kemudian dilanjutkan dengan
sehingga dapat memperbaiki konsep yang pembacaan tujuan pembelajaran, dan
dimiliki siswa. Salah satu pembelajaran yang pemberian pertanyaan apersepsi dengan
dapat diterapkan adalah pembelajaran mengaitkan kehidupan sehari-hari berkenaan
kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah materi gas ideal. Selanjutnya peneliti
konsep belajar yang membantu/ guru memberikan materi pembelajaran yaitu gas
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan ideal dengan menggambar mindscaping di papan
situasi nyata siswa, dan mendorong siswa tulis dan siswa memperhatikan dengan
membuat hubungan antara pengetahuan yang sungguh-sungguh.
dimiliki siswa dengan penerapannya dalam Langkah selanjutnya yang dilakukan
kehidupan sehari-hari (Merta et al., 2015). peneliti yaitu memberi intruksi kepada siswa
Penelitian ini bertujuan untuk untuk berdiskusi dengan teman sebangku
mendeskripsikan penerapan pembelajaran tentang materi gas ideal, dan peneliti memberi
kontekstual berbantuan mindscaping. waktu siswa untuk mengajukan pertanyaan. Jika
Pembelajaran kontekstual, merupakan tidak ada pertanyaan yang diajukan, peneliti
pembelajaran yang menggabungkan materi memberi tugas siswa untuk membuat
pelajaran dengan kehidupan nyata. Siswa diajak mindscaping. Bersama siswa, peneliti bersepakat
untuk berperan aktif di dalam pembelajaran. tentang materi dan durasi pembuatan
Siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan, mindscaping. Dalam pembuatan mindscaping,
akan tetapi siswa diajak untuk ikut siswa tidak dibatasi dengan aturan-aturan yang
membayangkan secara lebih mendalam mengikat. Setelah pembuatan mindscaping
mengenai materi yang diterangkan. Pada saat sudah selesai, beberapa siswa diberi waktu
pembelajaran berlangsung peneliti juga untuk mempresentasikan mindscaping yang
meminta siswa untuk menceritakan serta telah dibuat. Setelah presentasi, dilakukan
mengaitkan materi yang dipelajari dengan evaluasi tentang materi dan mindscaping yang
pengalaman siswa. Pembelajaran kontekstual dibuat siswa. Setelah evaluasi, langkah
menumbuhkan pengetahuan baru yaitu hasil selanjutnya yaitu memberi penghargaan kepada
dari penggabungan materi pelajaran dan siswa yang berupa tambahan nilai bagi siswa
pengetahuan yang dimiliki siswa melalui yang dengan sukarela mempresentasikan
pengalaman yang didapat siswa dalam mindscaping di depan kelas.
kehidupan nyata (sehari-hari). Pembelajaran Pertemuan ketiga dan keempat,
kontekstual adalah pembelajaran yang langkah-langkah pembelajaran hampir sama
menekankan pada keterlibatan siswa dalam dengan pertemuan kedua, akan tetapi dalam
proses pembelajaran serta mengkaitkan setiap pertemuan ketiga dan keempat siswa tidak
membuat mindscaping melainkan diskusi
77
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)
kelompok. Dalam diskusi kelompok, siswa diberi Pembelajaran kontekstual kooperatif yang
kebebasan dalam menentukan anggota diterapkan dalam penelitian ini terdapat enam
kelompoknya dan peneliti membantu siswa fase. Enam fase tersebut seperti yang dijelaskan
dalam membentuk kelompok. oleh Jumadi (2003), yang terdiri dari: 1)
Pertemuan kelima peneliti meminta menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta
tugas pembuatan mindscaping dan membagikan didik; 2) menyajikan informasi; 3)
lembar angket tanggapan siswa tentang mengorganisasikan peserta didik ke dalam
penerapan pembelajaran kontekstual kelompok-kelompok belajar; 4) membimbing
berbantuan mindscaping. Dalam beberapa kali kelompok bekerja dan belajar; 5) evaluasi; 6)
pembelajaran dengan siswa dapat disimpulkan memberikan penghargaaan. Pada fase-fase
bahwa penerapan kontekstual berbantuan tersebut guru sangat berperan penting dalam
mindscaping membantu siswa dalam pembelajaran selain sebagai fasilitator.
pembelajaran. Siswa aktif dalam pembelajaran Dalam pembelajaran kontekstual
dan paham konsep dengan pola pikirnya berbantuan mindscaping selain dinilai dari
masing-masing. Dari penelitian ini, peneliti aspek kognitif juga dari aspek afektif dan
merasakan bahwa sangat penting dalam psikomotorik. Kedua aspek tersebut selain
memahami pola pikir dari setiap siswa. Setiap sebagai pendukung dari data nilai kognitif, juga
siswa dianugerahi dengan pola pikir berbeda- sebagai bahan pertimbangan dalam menilai
beda dan sebagai calon pendidik, peneliti tidak siswa. Penilaian dari aspek afektif didapat dari
boleh memaksakan konsep serta pola pikir diskusi kelompok dan pada saat pembelajaran
peneliti kepada siswa. Setiap siswa memiliki berlangsung. Diskusi kelompok menggunakan
keunikan masing-masing dalam berpikir dan lembar diskusi yang telah disediakan oleh
bertindak. peneliti. Selain diskusi kelompok, siswa juga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diberi tugas individu untuk membuat
pembelajaran kontekstual berbantuan mindscaping berdasarkan materi yang telah
mindscaping cukup efektif dalam meningkatkan didapatkan, siswa sangat aktif dan berlomba-
hasil belajar kognitif siswa. Hal ini ditunjukkan lomba untuk membuat mindscaping sebaik-
dengan selisih rata-rata nilai pre-test dan post- baiknya agar mendapat nilai yang memuaskan.
test yang cukup besar. Nilai pre-test dan post-test Siswa dalam mempresentasikan mindscaping di
yang memiliki selisih cukup besar dikarenakan depan kelas mereka berusaha menampilkan dan
pada saat pre-test siswa belum diberi perlakuan, menceritakan mindscaping yang mereka buat
sedangkan pada saat pemberian post-test siswa dengan narasi yang baik. Sehingga berdasarkan
terlebih dahulu diberi perlakuan. Perlakuan observasi oleh observer diperoleh aspek 3
tersebut berupa pembelajaran kontekstual (sopan santun) tertinggi.
berbantuan mindscaping. Pemberian Aspek sopan santun merupakan salah
pembelajaran kontekstual berbantuan satu komponen yang mempengaruhi siswa
mindscaping bertujuan agar pembelajaran fisika dapat menerima pembelajaran. Di dalam
di dalam kelas menjadi efektif untuk membantu pembelajaran kontekstual, peran siswa sangat
mereka membangun pengetahuan dari data atau penting karena pembelajaran kontekstual
fakta yang ada dan hasil belajar siswa mengajak siswa untuk berperan aktif dalam
mengalami peningkatan. Pembelajaran pembelajaran, Aspek sopan santun ditunjukkan
kontekstual membantu meningkatkan hasil dengan sikap siswa saat memperhatikan dalam
belajar dan motivasi berprestasi (Merta et al., pembelajaran. Ouput dari pembelajaran
2015). kontekstual berbantuan mindscaping adalah
Dalam penelitian ini menggunakan hasil belajar siswa meningkat dan siswa paham
pembelajaran kontekstual jenis kooperatif. konsep. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
78
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)
79
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)
80
Rini Yunawati/ Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)
Musanni, Susilawati, & A.S. Hadiwijaya. 2015. Suparno, P. 2013. Miskonsepsi & Perubahan
Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
Berbasis Learning Cycle (LC) 3E Pada PT Grasindo.
Materi Pokok Teori Kinetik Gas dan
81