Tugas Umum
BAB I
PENDAHULUAN
Zat besi dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam
bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam
keadaan bergabung dengan senyawa organik. Oleh karena itu cara
pengolahannyapun harus disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dalam air yang
akan diolah.
Salah satu cara untuk menghilangkan zat besi dalam air yakni dengan oksidasi
dengan udara atau aerasi. Ada beberapa jenis aerator yang biasa digunakan untuk
pengolahan air minum antara lain cascade aerator, multiple plat form aerator, spray
aerator, bubble aerator (pneumatic system) dan multiple tray aerator.
a) Bagaimana kandungan besi dalam sampel air pada unit aerator dalam Water
Treatment Plant (WTP) I dan II Loktuan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui kerja dari
aerator dalam pengolahan air bersih pada WTP Loktuan 1 dan WTP Loktuan 2
berdasarkan hasil analisa dari kadar besi pada aerator.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu unsur ekosistem yang sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan serta makhluk hidup lain yang
ada di alam ini. Siklus hidrologi air bergantung pada proses evaporasi dan
prespitasi. Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air pada
lapisan atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau, dan laut;
serta proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman. Air yang memiliki
karakteristik yang khas, tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik
tersebut adalah air memiliki kisaran suhu, yakni 0oC-100oC air berwujud cair,
penyimpanan panas yang sangat baik, memerlukan panas yang tinggi dalam proses
penguapan, pelarut yang baik (Effendi, 2003).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes
No.492/Menkes/Per/IV/2010).
d. Kekeruhan cairan
e. Kecepatan aliran.
Ada empat tipe aerator yang sering digunakan, yaitu gravity aerator,
spray aerator, air diffuser, dan mechanical aerator. Fungsi dari proses aerasi
adalah menyisihkan methana (CH4), menyisihkan karbon dioksida (CO2),
menyisihkan H2S, menyisihkan bau dan rasa, menyisihkan gas-gas lain.
2.4 Aerasi
Aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di
dalam air semakin tinggi. Pada prinsipnya aerasi itu mencampurkan air dengan
udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen
atau udara. Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena lebih mengutamakan
unsur mekanisasi dari pada unsur biologi. Aerasi merupakan proses pengolahan
dimana air dibuat mengalami kontak erat dengan udara dengan tujuan
meningkatkan kandungan oksigen dalam air tersebut. Dengan meningkatnya
oksigen zat-zat mudah menguap seperti hiddrogen sulfide dan metana yang
mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan. Kandungan karbondioksida dalam
air akan berkurang. Mineral yang larut seperti besi dan mangan akan teroksidasi
membentuk endapan yang dapat dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air melalui
proses nitrifikasi.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses
pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah
kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses
metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses
biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan
bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain
diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga
bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta
untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun
mekanik.
1. Aerasi alami
Aerasi Alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena
pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan
untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan cascade
aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.
2. Aerasi Secara Difusi
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah
melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk
gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa
gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari
jenis diffuser yang digunakan.
3. Aerasi secara mekanik
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical
agitation menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.
Jenis aerator terdiri atas 4-8 tray dengan dasarnya penuh lobang-lobang pada
jarak 30-50 cm. Melalui pipa berlobang air dibagi rata melalui atas tray, dari sini
percikan-percikan kecil turun ke bawah dengan kecepatan kira-kira 0,02 m/detik
per m2 permukaan tray. Tetesan yang kecil menyebar dan dikumpulkan kembali
pada setiap tray berikutnya. Tray-tray ini bisa dibuat dengan bahan yang cocok
seperti lempengan-lempengan absetos cement berlubang-lubang, pipa plastik yang
berdiamter kecil atau lempengan yang terbuat dari kayu secara paralel.
2. Cascade Aerator
Pada dasarnya aerator ini terdiri atas 4-6 step/tangga, setiap step kira-kira
ketingian 30 cm dengan kapasitas kira-kira ketebalan 0,01 m3 /det permeter2.
Untuk menghilangkan gerak putaran (turbulence) guna menaikan effesien
aerasi, hambatan sering di tepi peralatan pada setiap step. Dibanding dengan tray
aerators, ruang ( tempat ) yang diperlukan bagi casade aerators agak lebih besar
tetapi total kehilangan tekanan lebih rendah. Keuntungan lain adalah tidak
diperlukan pemeliharaan.
Keterangan:
A = Air baku
B = Air sudah diaerasi
C = Inlet
D = Lubang pembersih
E = Out let.
ke dalam air . Total ketinggian jatuh kira-kira 1,5 m dibagi dalam 3-5 step. Kapisitas
bervariasi antara 0,005 dan 05 m3 /det per meter luas.
5. Spray Aerator
Terdiri atas nosel penyemprot yang tidak bergerak (Stationary nozzles)
dihubungkan dengan kisi lempengan yang mana air disemprotkan ke udara
disekeliling pada kecepatan 5-7 m /detik. Spray aerator sederhana dierlihatkan pada
gambar, dengan pengeluaran air kearah bawah melalui batang-batang pendek dari
pipa yang panjangnya 25 cm dan diameter 15 -20 mm. Piringan melingkar
ditempatkan beberapa centimeter di bawah setiap ujung pipa, sehingga
bisa berbentuk selaput air tipis melingkar yang selanjutnya menyebar menjadi
tetesan-tetesan yang halus.
Nosel untuk spray aerator bentuknya bermacam-macam, ada juga nosel yang
dapat berputar-putar.
2.6 Besi
Kehadiran besi pada air tanah yang bersama-sama dengan mangan (Mn),
ditandai oleh larutan yang berasal dari batuan dan mineral, oksida-oksida, sulfide,
karbonat dan silikat yang mengandung logam-logam ini. Sumber besi yang ada di
alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), limonite
(FeO(OH)), goethite (HFeO2), ochre (Fe(OH)3) dan siderite (FeCO3) yang mudah
larut dalam air (Razif dalam Siswoyo, 1998).
Besi yang berada di dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau ferri
(Fe3+). Pada umumnya besi membentuk senyawa dalam bentuk ferri daripada dalam
bentuk ferro, dan membentuk kompleks yang stabil dengan senyawa-senyawa
tertentu. Dalam kondisi sedikit basa, ion ferro akan dioksidasi menjadi ion ferri dan
akan berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan
mengendap di dasar perairan berwarna kuning-kemerahan. Sementara dalam
kondisi asam dan banyak mengandung karbondioksida akan membuat FeCO3 larut
dan meningkatkan kadar Fe2+ di perairan (Effendi, 2003).
1. Kedalaman
Kelarutan besi dalam air akan semakin tinggi jika semakin dalam air
meresap ke dalam tanah. Besi terlarut dalam bentuk Fe(HCO3)2.
2. pH
Nilai pH rendah (pH<7) akan mempengaruhi kelarutan besi dan logam lain dalam
air. Menurut Said (2005) kecepatan oksidasi besi dipengaruhi oleh pH air, semakin
tinggi pH air kecepatan reaksi oksidasinya makin cepat dan terkadang diperlukan
waktu tinggal beberapa jam setelah proses aerasi agar reaksi berjalan selain itu
tergantung pula pada karakteristik air bakunya (air sampel).
3. Suhu
Peningkatan suhu dalam air akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar
O2 dan peningkatan kelarutan besi dalam air.
4. Oksigen (O2)
Oksigen dapat menyebabkan terjadinya aerasi yang akan mengubah ion Fe2+
menjadi Fe3+. Ion Fe3+ ini akan mengendap sehingga akan mengurangi kelarutan
besi dalam air.
BAB III
Pelaksanaan Tugas Khusus
3.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain Iron High Range ( Hanna HI 96721),
Turbidity Meter (Hanna HI 93703), pH meter (Hanna HI 8424 ), Free Chlorine
(Hanna HI 6701), kuvet, dan beaker glasss.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain sampel air PDAM, pereaksi besi dan klor,
gunting dan tisu.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Sampling Air PDAM
1. Menyiapkan wadah sampel yang diberi label identitas sampel.
2. Melakukan sampling air PDAM.
3. Membawa sampel ke laboratorium PDAM untuk langsung diuji
kualitasnya.
3.3.2 Anlisa Kadar Besi
1. Dimasukkan sampel air ke dalam kuvet hingga tanda tera.
2. Ditambahkan 1 bungkus pereaksi besi. Dihomogenkan larutan hingga
terlarut sempurna.
3. Memasukkan kuvet tersebut ke alat Iron High Range. Penempatan
kuvet sejajarkan tanda yang yang tertera pada kuvet dengan tanda yang
tertera pada Iron High Range.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mei
DW BPN 3.77 1.32 5.72
Aerasi 2.77 8.59 6.63
Clarifier 1 0.70 3.72 7.25
WTP Q 25 Clarifier 2 0.82 1.58 7.24 6.5-
L/DT 1 25
Filter 1 0.36 1.54 7.30 9.0
Loktuan II
Filter 2 0.40 0.35 7.23
Reservoir 0.42 1.05 7.25
Distribusi 0.40 0.54 7.46
4.2 Pembahasan
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kinerja dari
aerator pada unit aerasi di WTP Loktuan I dan II PDAM Tirta Taman Bontang.
Untuk mencapai tujuan ini dilakukan analisa terhadap kadar besi, tingkat kekeruhan
dan pH air pada WTP Loktuan I dan II dengan acuan PERMENKES RI No.
416/MenKes/IX/1990.
Dari analisa yang dilakukan pada bulan April hingga Juni diperoleh data
seperti berikut:
Kandungan Fe
40
35 34.01
30
25
20
15
10
5 5.01 5.01
2.37
2.18
2.15 2.15
0
DW
1 1
AE
DW2 2 3
Kandungan Fe
5
4.5
4.31
4 3.94
3.77
3.5
3 3.14
2.77
2.5 2.4
2
1.5
1
0.5
0
DW
1 AE
2
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai kandungan besi pada aerator
selama 3 bulan tetap sama yaitu 5,01 mg/l. Untuk sumur 1 nilai kandungan besi
dari bulan April hingga Juni berkisar antara 2,15 hingga 2,37 sementara untuk
sumur 2 berkisar antara 2,15 hingga 5,01 pada bulan April hingga Mei kemudian
menjadi 34,01 pada bulan Juni.
Nilai kandungan besi yang tetap sama pada aerator menunjukkan bahwa
aerator WTP Loktuan 1 tidak bekerja secara maksimal. Terbukti dari tidak
berkurangnya nilai kandungan besi pada air sumur setelah melalui proses aerasi,
bahkan cenderung meningkat dibandingkan dengan nilai kandungan besi awal
yang terdapat pada air sumur.
Tidak berkurangnya nilai kandungan besi pada air setelah melalui proses
aerasi disebabkan oleh tidak maksimalnya kontak antara air dengan udara. Hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah temperatur yang rendah,
waktu kontak yang singkat, makin sempitnya permukaan kontak antara air dan
udara, makin sedikitnya volume gas yang melakukan kontak dengan air serta nilai
pH yang cenderung rendah karena pada pH yang rendah proses aerasi akan menjadi
semakin lama sebab kecepatan reaksi oksidasi besi dengan oksigen akan menjadi
lebih lambat.
Sementara untuk gambar 4.2 menunjukkan nilai kandungan besi pada air
sumur WTP Loktuan 2 selama 3 bulan selalu mengalami penurunan setelah melalui
proses aerasi. Hal ini menunjukkan aerator pada WTP Loktuan 2 bekerja dengan
baik sesuai dengan fungsinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang diperoleh menunjukkan kinerja aerator pada WTP
Loktuan 2 lebih baik dibandingkan dengan kinerja dari aerator WTP Loktuan 1.
5.2 Saran
Disarankan untuk melakukan pengecekkan dan pembersihan pada unit
aerator WTP Loktuan 1 atau melakukan pengkondisian awal pada air sumur
sebelum melalui unit aerator.
DAFTAR PUSTAKA