Nilai wajar (fair value) adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga
yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar
pada tanggal pengukuran.
PENGUKURAN
Ditujukan untuk aset dan liabilitas dalam suatu transaksi pada tanggal tertentu dengan asumsi
bahwa pelaku pasar bertindak dengan kepentingan ekonomi terbaik ketika menentukan harga.
Asumsi pengukuran nilai wajar adalah bahwa transaksi terjadi di pasar utama atau di pasar yang
paling menguntungkan. Pasar utama yaitu pasar dengan volume dan tingkat aktivitas paling
tinggi untuk aset tersebut. Pasar yang paling menguntungkan adalah pasar yang memaksimalkan
nilai yang akan diterima untuk menjual aset tersebut, setelah memperhitungkan biaya transaksi
dan biaya transport yaitu nilai neto.
Pelaku pasar adalah pembeli dan penjual di pasar
Harga diperoleh dari observasi langsung atau diestimasi menggunakan penilaian lain.
IFRS 3 Business Combinations menyatakan bahwa, “An entity shall account for each business
combination by applying the acquisition method.” [IFRS 3 (2008), par. 4] Implikasi dari
ketentuan ini adalah, semua penggabungan usaha, yang berada di dalam cakupan IFRS 3, harus
dianggap sebagai transaksi akuisisi (pembelian). Pihak pembeli (acquirer) mengorbankan
sumber daya untuk membeli suatu bisnis (acquiree) yang tujuannya adalah memperoleh kendali
(control) atas bisnis itu. Pihak penjual umumnya adalah pemilik lama yang sebelumnya
mengendalikan bisnis tersebut.
Akuisisi dianggap terjadi dalam transaksi yang sukarela (arm’s length transaction); masing-
masing pihak yang terlibat bersedia dan memiliki informasi yang cukup terkait transaksi yang
mereka lakukan. Asumsi inilah yang menjustifikasi digunakannya nilai wajar (fair value), baik
untuk mengukur pengorbanan yang diserahkan maupun bisnis yang diakuisisi.
Selanjutnya, IFRS 3 menyatakan empat tahap yang harus ditempuh dalam menerapkan metode
akuisisi:
-Mengidentifikasi pihak pengakuisisi (acquirer);
-Menentukan tanggal akuisisi;
-Mengidentifikasi, mengakui, dan mengukur asset yang diakuisisi dan liabilitas yang ditanggung,
serta mengakui dan mengukur kepentingan non-pengenali, jika ada;
-Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian murah.
Tanggal akuisisi harus ditetapkan karena nilai-nilai wajar asset, liabilitas, dan ekuitas yang
dipertukarkan dalam penggabungan usaha didasarkan pada tanggal akuisisi. Tanggal akuisisi
(acquisition date) adalah tanggal diperolehnya kendali (control) oleh pihak pengakuisisi
(acquirer) atas bisnis yang diakuisisi (acquiree). Tanggil ini mungkin saja berbeda dengan
tanggal pertukaran ketika pengorbanan diserahkan oleh pihak pengakuisisi kepada pihak penjual.
Selanjutnya, asset yang diperoleh dan liabilitas yang ditanggung dari bisnis yang diakuisisi harus
diidentifikasi, diakui, dan diukur nilai-nilai wajarnya. Sekadar mengingatkan, istilah asset netto
(net asset) sama dengan asset dikurangi liabilitas, dan IFRS 3 menegaskan bahwa pembelian
asset dan liabilitas harus merupakan sebuah bisnis untuk dapat diperlakukan dengan metode
akuisisi. Pembelian asset atau pengalihan liabilitas yang bukan merupakan sebuah bisnis harus
diperlakukan sebagai pembelian asset atau pengalihan liabilitas secara umum, tanpa adanya
pengakuan goodwill.
GOODWILL
Apakah yang dimaksud dengan goodwill? Secara konseptual, IFRS 3 memberikan definisi
goodwill sebagai berikut:
“An asset representing the future economic benefits arising from other assets acquired in a
business combination that are not individually identified and separately recognised. (Asset yang
mencerminkan manfaat ekonomi di masa depan yang berasal dari asset-asset lainnya yang
diakuisisi melalui penggabungan usaha yang tidak teridentifikasi secara individual dan diakui
secara terpisah.)” [IFRS 3 (2008), App. A]
Sebaliknya, keuntungan dari pembelian murah (gain from a bargain purchase) terjadi ketika nilai
wajar pengorbanan yang diserahkan lebih kecil dibandingkan nilai wajar bisnis yang diperoleh.
Situasi ini mungkin terjadi jika bisnis yang diakuisisi sedang dalam kondisi yang buruk. Sebagai
contoh, bisnis itu sedang menghadapi gugatan perdata yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan kewajiban untuk membayar ganti rugi yang cukup besar.
Pada perusahaan B memiliki total aset hingga Rp 1.000, lalu memiliki Liabilitas sebesar Rp 350
dan total Equity Rp 650. Perusahaan B jual mahal pada perusahaan A, karena perusahaan B tahu
bahwa perusahaannya sangat strategis untuk perusahaan A.
Setelah bernegosiasi dengan lama dan sudah melelahkan, akhirnya perusahaan B mau dibeli oleh
perusahaan A dengan harga Rp 850.
Lalu bagaimana kah selanjutnya?
Total Aset Bersih pada Perusahaan B sebesar Rp 650, tetapi perusahaan dibeli oleh perusahaan A
dengan harga Rp 850. Dengan begitu masih ada selisih sebesar Rp 200. Selisih itulah yang
disebut dengan goodwill, mungkin Anda bertanya apa ini sebuah kerugian?
Hal ini jika dilihat dari angka memang lebih mahal, tetapi dengan membeli perusahaan B ini,
maka perusahaan A akan mendapatkan manfaat jauh lebih besar. Pada waktu yang akan datang,
karena ini akan mengalir hingga beberapa tahun kedepan. Jika dilihat secara sederhana
perusahaan A melakukan penjurnalan seperti berikut ini :
Notes:
Ini hanya sebuah contoh yang sangat sederhana saja, dan biasanya ditulis terdiri dari aset apa
saja, liabilities apa saja, dan detail lain nya serta tentunya lebih kompleks.
Perolehan goodwill
Goodwill ini akan timbul, karena ada aktivitas sebuah perusahaan yang dibeli oleh perusahaan
lainnya. Dimana harga perusahaan ini lebih besar dari harga kekayaan bersih sebuah perusahaan.
Tetapi jika sebuah perusahaan dibeli dengan harga dibawah dari kekayaan bersih sebuah
perusahaan ini disebut dengan goodwill negatif. Logikanya sama saja sebenarnya, hanya saja ini
dibolak balik saja.