Anda di halaman 1dari 23

DOSEN, MAHASISWA DAN

PEMBELAJARAN KEKINIAN
Yusrin Ahmad Tosepu

SUPPORT BY

LSP3I
STUDI, KAJIAN, RISET
DOSEN, MAHASISWA DAN
PEMBELAJARAN KEKINIAN
PENDAHULUAN

Seiring perkembangan di era digital, teknologi semakin canggih, dengan mudahnya informasi diakses. Jika
dulu informasi didapatkan dari media konvensional seperti koran dan televisi, kini masyarakat bisa
mengaksesnya hanya dari genggaman tangan dengan menggunakan perangkat smartphone. Informasi
tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga ilmu yang berguna untuk pendidikan. Peserta didik bisa
belajar IPTEKS dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat teknologi. Tak lagi hanya
duduk menyimak dosen yang mengajar di depan kelas.

Inilah menjadi tantangan pendidikan kita kekinian, bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya di
dalam dunia pendidikan di era digital saat ini berbenah. Proses pembelajaran yang konvensional atau
tradisional di diubah. Pendidikan konvensional yang lebih menekankan kepada mengingat, menghapalkan,
memperoleh informasi hanya dari satu arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang membuat
peserta didik tidak mahir dalam berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

Di dalam pendidikan konvensional yang bisa kita sebut sebagai periode pendidikan menjelang era digital,
dosen masih lebih banyak berperan sebagai sumber dan penyampai informasi bagi peserta didiknya.
Selain itu, karakteristik materinya masih dibatasi dengan sumber-sumber baku yang terbatas dan peserta
didik masih hanya sebagai penerima informasi.

Dosen masih memiliki otoritas penuh terhadap proses pembelajaran dan menekankan kepada
pengetahuan yang wajib dikuasai untuk kemudian diujikan dalam UTS dan UAS. Dengan kata lain proses
belajar yang terjadi masih cenderung pasif dan peserta didik masih berperan sangat kecil dalam proses
belajar mengajar. Tidak ada tempat bagi peserta didik untuk berinovasi dan berkreasi dalam pembelajaran
di dalam kelas.
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

Menghadapi era digital saat ini, sudah saatnya mengubah paradigma proses pembelajaran di dalam kelas
menjadi suatu proses yang penuh dengan pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berkolaborasi dengan dosenya, dengan temannya untuk membangun dan mengorganisasi
pengetahuan, melibatkan diri dalam penelitian, belajar menganalisis serta mampu mengkomunikasikan apa
yang mereka alami sebagai suatu pemikiran baru sebagai wujud pengalaman sesuai dengan perubahan
dan perkembangan zaman.

Di dalam era digital orang dapat belajar menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, dan ini
merupakan tantangan bagi dosen untuk menemukan pendekatan yang mana yang akan dipakai dalam
membantu peserta didiknya untuk belajar secara efektif. Dosen di era digital perlu memahami bagaimana
cara peserta didiknya belajar dan mencarikan yang terbaik di antara berbagai pilihan tersebut. Dengan kata
lain selama dosen belum memahami bagaimana kemampuan, kebutuhan dan kekuatan masing-masing
individu peserta didiknya dalam mempelajari sesuatu akan sulit bagi dosen menentukan metode belajar
dan mengajar yang akan berdampak positif kepada peserta didiknya.

1
Mahasiswa Zaman Now

Kata, istilah “zaman now” sudah menasional bahkan mendunia. Bahkan telah menjadi istilah yang popular
di segala bidang kehidupan. Masyarakat sekarang sering di istlakan sebagai masyarakat dengan perspektif
modern. Bahwa modernisasi, industrialisasi, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi merupakan
keniscayaan sosial, yang saat ini sedang mengalami puncaknya, tidak hanya di kota tetapi sampai ke
pelosok-pelosok desa. Fenomena memengaruhi pola pikir (mindset) generasi muda kita, yang nota bene
adalah para pelajar dan mahasiswa.

Generasi Z yang lahir di tahun 1998 s/d 2000 an yang juga disebut generasi jaman now. Lebih lanjut
uraian tentang sosiologi generasi ini, bisa membaca pemikiran Karl Mannheim (1893-1947) yaitu dalam
esainya berjudul “The Problem of Generations” (1923). Dia mengatakan bahwa sebuah generasi
merupakan suatu kelompok yang terdiri dari individu, yang memiliki kesamaan dalam rentang usia,
kemudian berpengalaman mengikuti peristiwa sejarah penting dalam suatu kurun waktu yang sama pula.

Berbeda hal kemudian yang dikenal dengan istilah Generasi Y atau lazim dikenal dengan Generasi
Milenial. Generasi ini lahir sekitar 1981-1994. Istilah Generasi Milenial ini mulai berkembang di Amerika
Serikat setelah terbitnya buku “Millennials Rising: The Next Great Generation” (2000), ditulis Neil Howe dan
Bill Strauss. Masyarakat banyak keliru dengan mengatakan Generasi Z dengan Generasi Milenial itu sama,
padahal jelas perbedaannya.

Jika dihitung kemudian, anak-anak Generasi Z (oleh Bill Gates disebut i-Generation) saat ini memiliki
rentang usia antara 7-22 tahun. Secara demografis, merekalah yang saat ini sedang duduk di bangku
sekolah mulai dari SD, SMP, SMA sampai pada perguruan tinggi. Jika total penduduk Indonesia adalah
258 juta orang (proyeksi BPS dalam www.databoks.katadata.co.id, 2017), maka jumlah penduduk kategori
Generasi Z adalah sekitar 90-100 juta orang. Ini adalah angka yang sangat besar. Ditambah lagi secara
demografis, usia Generasi Z ini adalah usia produktif.

Pertanyaannya sekarang adalah mau diapakan puluhan juta manusia Indonesia, “generasi zaman now”
itu? Bagaimana cara kita sebagai sebuah negara-bangsa mendidik, menyiapkan dan memberikan peluang-
peluang bagi masa depan “generasi zaman now”, yang pada 2045 nanti merekalah yang akan memimpin

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


negara ini? Merekalah sesungguhnya jawaban atas proyeksi bonus demografi Indonesia. Usia produktif
yang jumlahnya mendominasi struktur penduduk Indonesia. Itulah “generasi zaman now”, masa depan
bonus demografi Indonesia.

Sekarang mari kita lihat, bagaimana wajah Generasi Z alias “generasi zaman now” itu dalam perspektif
sosial dan budaya. Karakter sosial mereka yang dibesarkan oleh media internet, aktif berkomunikasi
melalui perangkat telepon pintar (smart phone), ketergantungan sangat tinggi kepada internet, gadget,
multitasking, menjunjung tinggi privasi dan suka tantangan. Walaupun kadang disindir dengan sebutan
generasi mecin, tapi “generasi zaman now” punya percaya diri tinggi.

Lebih mencengangkan lagi, mereka para “generasi zaman now” ini bercita-cita memiliki “profesi” yang anti-
mainstream; mulai menjadi youtuber, vloger, bloger, gamer, selebgram, influencer, komikus bahkan
menjadi hacker, barista, koki dan penambang bitcoin. Bagi kami kita “dosen zaman old”, deretan nama dan
istilah pekerjaan di atas terdengar asing, bahkan “aneh”. Sudahlah istilahnya terasa “keminggris” alias
keinggris-inggrisan, susah pula mengucapkannya.

2
Dosen zaman old harus berusaha menyesuaikan istilah-istilah zaman now, walau lidah serasa kaku untuk
mengucapkannya. Mereka para Generasi Z ini sangat cakap menggunakan media berbasis elektronik,
seperti laptop, komputer, telepon pintar, iPad, iPhone, bahkan memproduksi dan merekayasa konten
beragam jenis varian perangkat media sosial, seperti youtube, facebook, snapchat, instagram, vlog, line,
telegram dan twitter. Semua aktivitas pribadi (bahkan sosial) mereka saat ini berbasis elektronik dan
jaringan internet (online).

Alhasil, buku, koran dan televisi adalah barang-barang old yang hanya dipakai dan dinikmati oleh generasi
old. Buku berganti e-book atau format pdf, koran berganti e-paper dan televisi berganti youtube dan
menonton secara streaming. Mereka para Generasi Z ini memiliki ketergantungan akut kepada telepon
pintar dan internet.

Sedangkan di sisi lain, para dosen umumnya adalah kelompok masyarakat yang terlahir 2 dan 3 generasi
sebelumnya, yakni Generasi Baby Boomers (lahir antara 1946-1960an) dan Generasi X (lahir antara
1960an-1980). Terjadi kemudian gap generasi, yang berdampak terhadap pola asuh dan pendidikan
keluarga yang paradigmanya mesti direkonstruksi.

Menjadi “dosen di zaman now” adalah suatu tantangan tersendiri. Mendidik generasi sekarang yang
memiliki cara pandang kekinian sesuai dengan jiwa zamannya (zeitgeist) adalah suatu ikhtiar yang tak
mudah. Dibutuhkan kemudian perspektif baru yang tak resisten terhadap perubahan, tidak alergi dengan
bahasa zaman dan zeigeist tadi. Tetapi tidak juga meminggrikan bahkan mencampakkan nilai-nilai tradisi
(lama), yang masih memiliki relevansi dan universalitas nilai keadaban di dalamnya.

Salah satu ilustrasinya ialah ketika anak zaman old yang hobinya bermain di luar rumah harus diseret
paksa oleh sang ibu agar pulang ke rumah karena hari sudah telanjur sore. Sebaliknya, anak zaman now
malah harus diseret paksa oleh sang ibu agar mau keluar rumah untuk bermain dan bersosialisasi dengan
teman-temannya karena sudah telanjur kecanduan gadget di tangannya.

Marc Prensky, seorang penulis dan pemerhati pendidikan asal Amerika Serikat, pernah berujar for our
twenty-first century kids, technology is their birthright. Hal ini mengindikasikan bahwa keterikatan generasi
masa kini dengan teknologi merupakan sebuah hal yang tak terhindarkan.Yang menjadi catatan ialah
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

bagaimana teknologi dalam bentuk internet, game online, maupun media sosial dapat diarahkan untuk
digunakan dalam ruang yang lebih positif bagi anak zaman now.

Dunia pendidikan memiliki peranan penting untuk memanifestasikan hal ini. Salah satunya ialah dengan
memberdayakan para pengajarnya menjadi pengajar zaman now. Dalam 21st Century Teachers (Becta:
2010) dan What Kind of Pedagogies for The 21st Century (Scott: 2015) secara gamblang dijabarkan bahwa
salah satu kualifikasi untuk menjadi pengajar di abad ini ialah melek teknologi. Alih-alih menyalahkan
teknologi, pengajar zaman now sebaiknya mampu menerjemahkan kemajuan teknologi secara tepat dan
proporsional bagi proses pembelajaran.

Survey of Schools: ICT in Education (2013) yang dilakukan European Commission (Directorate General
Communications Networks, Content, and Technology) di sekolah-sekolah di 31 negara di Eropa,
menemukan bahwa pengajar (dosen,guru) yang cukup percaya diri dalam penggunaan ICT (Information
and Communication Technology) di kegiatan pembelajaran cenderung membawa pengaruh positif bagi
proses pembelajaran peserta didik secara menyeluruh. Mereka terlihat sebagai penajar yang
menyenangkan bagi para peserta didiknya karena dianggap gaul dan up to date. Sebaliknya, pengajar

3
yang kurang percaya diri terhadap pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam
mengeksekusi proses pengajaran mereka dianggap sebagai pengajar yang membosankan.

Tentu, rasa percaya diri bagi para pengajar terhadap penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran
dilatari pengetahuan dan kemapanan skill yang mereka miliki terhadapnya. Implikasinya, para pengajar
yang kurang percaya diri dalam pemanfaatan TIK dalam memfasilitasi proses belajar akan cenderung
skeptis terhadap para peserta didik yang membawa gadget ke ruang kelas, baik dalam bentuk smartphone,
laptop, maupun lainnya. Pengajar tersebut akan cukup mudah melabeli peserta didik yang gandrung
dengan teknologi sebagai malas belajar, lalai, dan sebagainya.

Akibatnya ialah para peserta didik tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang bagaimana seharusnya
mereka memanfaatkan teknologi di tangan mereka secara aman dan bertanggung jawab. Maka, tidak
mengherankan jika pelajar, maupun mahasiswa sekarang ini cenderung ngawur dan tidak dapat
memanfaatkan teknologi yang mereka kenal seperti internet maupun media sosial secara tepat maupun
proporsional.

Sementara di negara maju dan berkembang lainnya, mayoritas peserta didik paham benar bagaimana
memanfaatkan teknologi baik dalam bentuk internet maupun media sosial secara aman dan bertanggung
jawab. Pemahaman dan kemampuan ini juga didorong perhatian institusi/lembaga pendidikan, dosen, guru
terhadap hal penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

Perbedaan fenomena ini harus dilihat dari kacamata yang lebih komprehensif. Permasalahan generasi
negeri ini yang belum cerdas dalam memanfaatkan TIK tentu bukan berasal dari kemajuan teknologi yang
tidak dapat dibendung. Toh, kemajuan peradaban dalam bentuk teknologi ialah sebuah keniscayaan.
Faktanya, seiring dengan laju teknologi yang begitu cepat, pendidikan kita di Indonesia ternyata belum
dapat mengimbangi kemajuan tersebut.

Salah satu indikatornya ialah masih banyaknya pengajar yang belum melek teknologi. Alih-alih mampu
mengembangkan teknologi yang ada saat ini, masih banyak pengajar di negeri ini yang masih berkutat
dengan hal-hal nonteknis dalam pemanfaatan teknologi. Salah satunya ialah para pengajar mengalami
kesulitan dalam pemanfaatan TIK disebabkan hal yang sangat mendasar sekali, yaitu tidak adanya fasilitas

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


yang mereka miliki.

Secara personal, mereka tidak mampu membeli perangkat komputer atau laptop untuk kepentingan proses
pembelajaran, dan secara institusional institusi/lembaga pendidikan mereka belum dapat menyediakan
fasilitas teknologi serupa. Hal ini mengisyaratkan betapa pendidikan kita tertinggal jauh di belakang. Yang
harus diupayakan ialah bagaimana mempersiapkan pola pendidikan, yakni rangkaian prosesnya akan
menggiring generasi zaman now itu ke dalam ruang yang lebih positif dalam memanfaatkan teknologi yang
mereka kuasai.

Pada titik ini, pengajar sebagai aktor utama dalam ruang pendidikan itu haruslah memainkan perannya
sebagai dosen zaman now, yang tidak anti dan melek teknologi, serta mampu membawa peserta didiknya
dapat menggunakan teknologi itu secara tepat, aman, dan bertanggung jawab.

4
Mengajar Mahasiswa Zaman Now

Perkembangan zaman saat ini memberikan pengaruh besar terhadap pola didik dan asuh terhadap
perkembangan peserta didik. Mendidik harus sesuai zamannya, bahwa pengajaran atau pola didik untuk
peserta didik haruslah berkharakter untuk mempersiapkan generasi menghadapi era moderen saat ini.
Perlu adanya pengubahan pola dan cara dalam mendidik mereka. Sudah seharusnya memberikan
pendidikan yang terbaik kepada peserta didik.

Pada era informasi dan pengetahuan ini sebagai seorang pengajar harus memberikan pengembangan pola
dan cara didik yang tentunya lebih kekinian, mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan nila-nilai
menidik yang sesuai norma. Pengajar harus merancang model pembelajaran yang akan membantu
peserta didik terintegrasi dengan dunia luas dan mampu memahami dan memecahkan masalah yang
dihadapi.

Dosen harus pandai dalam mengolah dan mempertahankan minat belajar peserta didiknya terhadap materi
pembelajaran yang kreatif dengan menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan berkembang di dunia nyata.
Dosen harus meningkatkan keingintahuan dan memotivasi peserta didiknya. Memotivasi mereka untuk
terus belajar dimanapun dan dari sumber manapun.

Merancang model pembelajaran dan menggabungkan berbagai keterampilan, dan memanfaatkan


teknologi dan multimedia. Pembelajaran tidak selalu hanya berpacu pada teori dan konsep yang ada,
melainkan berbasis pada mengamati atau mengobservasi dengan cara meneliti. Keterampilan dan konten
dipelajari melalui penelitian dan projek mereka buat, dan alat bantu pembelajaran yang disediakan sebagai
satu kesatuan yang dapat digunakan sebagai pilihan dalam pengembangan kreativitas dalam pengajaran
dan pembelajaran.

Dengan adanya teknologi, Peserta didik dapat belajar di mana saja, mereka memiliki telepon seluler
(ponsel), terhubung dengan media digital. Terhubung (connected) dan berkomunikasi-(communicate), serta
menggandrungi perubahan (change). Peserta didik, misalnya, dengan mudah dapat menemukan informasi
melalui internet untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Bahkan, untuk kondisi tertentu gawai dapat
menggantikan peran pengajar dalam memberikan informasi pengetahuan.
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

Dosen tidak bisa lagi mengajar dengan pola konvensional semata namun harus bisa memenuhi tuntutan
kebutuhan peserta didik yang semakin kompleks, diantaranya: literasi, bullying, lunturnya identitas jati diri,
proxy war (narkoba, fundamentalisme, radikalisme, anarkisme, tawuran), serta permasalahan lainnya.
Hingga dipandang perlu adanya pembentukan dan penguatan karakter peserta didik secara lebih humanis
namun juga tetap pada koridor ketegasan yang terukur.

Dosen harus mengubah paradigma pengajarannya agar lebih solutif terhadap permasalahn yang ada
kualitas dosen yang profesional juga turut menjadi perhatian penting saat ini. Dosen harus bisa
mengimbangi kecanggihan “teknologi” dalam hal penyediaan informasi terhadap peserta didiknya. Artinya,
saat ini semua informasi sudah tersedia dengan sangat lengkap di internet, dengan hanya mengklik dan
mengetik kata kunci yang ingin dicari semua informasi bisa didapatkan.

Dosen harus sering membaca, mencari informasi sebanyak-banyaknya di internet, harus sudah mahir
dalam hal mengoperasikan komputer dan peralatan teknologi lainnya.Pembelajaran konvensional dengan
mengandalkan buku pelajaran saja sudah tidak cukup lagi, harus lebih berinovasi dengan sistem smart

5
learning, sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi (IT) dalam proses pembelajaran.
Pemenuhan standar fasilitas dan manajemen pengelolaan, penyelenggaraan pendidikan menjadi sebuah
keharusan demi terciptanya suasana - iklim akademik yang kondusif dan nyaman bagi peserta didik.

Peran Teknologi Dalam Proses Belajar Mengajar Kekinian

Dalam era globalisasi ini teknologi khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang
pesat, yang memaksa dunia pendidikan harus mengadakan inovasi yang positif untuk kemajuan
pendidikan. Salah satu fungsi teknologi dalam pendidikan adalah dapat merubah cara pembelajaran yang
konvensional menjadi non konvensional.

Dalam rangka innovative, institusi/lembaga pendidikan harus merespon perkembangan teknologi yang
semakin canggih yang menyediakan segudang ilmu pengetahuan. Pembelajaran perlu menggunakan
serangkaian peralatan elektronik yang mampu bekerja lebih efektif dan efisien. Walaupun demikian peran
pengajar tetap dibutuhkan di kelas, sebagai desainer, motivator, dan pembimbing yang vital dan urgen
keberadaannya dalam proses belajar mengajar.

Teknologi merupakan suatu kebutuhan menuju “innovative education” karena dengan penggunaan
teknologi diharapkan adanya peningkatan mutu belajar/mengajar, peningkatan produktifitas/ efisiensi dan
akses, peningkatan sikap belajar yang positif, dan pengembangan professional pengajar. Teknologi sudah
menjadi kebutuhan primer dalam menunjang kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan
global tetapi tetap searah dengan visi dan misinya yang dikorelasikan dengan kebutuhan pendidikan dan
peserta didik.

Untuk menyesuaikan era informasi dan pengetahuan yang ditandai perkembangan di bidang teknologi
tersebut, dosen hendaklah mendukung pendidikan yang berbasis teknologi untuk memperluas kekuatan
pendidikan dan mengembangkan potensi peserta didik. Dalam mewujudkan hal tersebut dosen dituntut
untuk memberikan respon yang kuat atas teknologi ini. Karena secara tidak langsung profesi dosen di era
sekarang ini telah memfokuskan dalam bidang yang luas.

1. Pembelajaran menggunakan teknologi (learning to use technology). Dosen dituntut untuk mahir

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


menggunakan teknologi dalam berbagai peringkat, dari aspek pengurusan hal pribadi hingga ke
aspek profesional.
2. Fokuskan pada penggunaan teknologi dalam proses pengajaran dan pembelajaran (using to
learn). Bagaimana dosen menggunakan teknologi secara efektif untuk memantapkan pengetahuan
dan kemahiran atas suatu bidang keilmuan.
3. Dosen dituntut untuk memiliki perangkat/alat berteknologi baik untuk mendukung kegiatan proses
belajar mengajar. Dengan teknologi, dosen dapat menyebar materi kuliah dengan mudah dan
semakin menunjang kegiatan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Teknologi Hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar

Teknologi kaitannya dengan proses belajar mengajar adalah sebagai media yang efektif dan efisien dalam
proses belajar mengajar. Sebagai media pembelajaran, teknologi khususnya TIK dikaitkan dengan
berbagai kegiatan yang digunakan untuk mengakses, mengumpulkan, memanipulasi, dan
mempersembahkan atau berkomunikasi mengenai informasi. Teknologi yang dimaksudkan termasuk

6
peralatan (seperti komputer, laptop, dan piranti lain), aplikasi software dan rangkaian ( sebagai contoh
internet, wifi, infrastruktur jaringan setempat (local networking infrastructure dan teleconverence).

Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran ini jelas akan membuat proses belajar mengajar
menjadi efektif dan efisien karena dapat mempermudah seorang guru dalam mendapatkan atau
menyampaikan informasi (pesan atau isi, materi) pelajaran, dapat membantu peningkatan pemahaman
siswa, penyajian data/informasi lebih menarik atau terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
mendapatkan informasi. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa teknologi sebagai media adalah
berperan penting sebagai alat bantu yang efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar. Seperti
penyajian gambar, ataupun video.

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal
ini berarti bahwa pencapaian pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar
dirancang dan dijalankan secara profesional. Seperti pada masa kini dengan memanfaatkan teknologi
khususnya smartphone, laptop dan internet sangat membantu dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya adalah memanfaatkankan teknologi dalam
proses belajar mengajar yang berorientasi pada interest peserta didik dan memfasilitasi kebutuhan akan
pengembangan kognitif, efektif dan psikomotornya.

Teknologi merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi pendidik dan peserta didik belajar lebih luas,
lebih banyak dan juga bervariasi. Melalui fasilitas yang disediakan oleh ssstem tersebut, peserta didik
dapat belajar mandiri, kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Bahan yang dapat
mereka pelajari juga lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk sajian kata, tetapi dapat lebih kaya dengan
varisi teks, visual, audio, film dan animasi.

Pemanfaatan Teknologi Yang Positif dalam Proses Belajar Mengajar

Teknologi merupakan media atau alat pembelajaran yang memiliki nilai manfaat bagi guru maupun murid
karena cukup efektif dan efisien dalam upaya pencapaian kompetensi yang diharapkan. Media atau alat-
alat pembelajaran tersebut seperti laptop, internet, LCD dan lainnya baik yang bersifat sederhana maupun
modern sangat membantu keefektifan proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis teknologi akan
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

berjalan sangat efektif jika guru menerapkan model pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
Secara teoritis, integrasi teknologi dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar yang:

1. Aktif: Peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses belajar yang menarik dan bermakna.
2. Konstruktif: Peserta didik dapat menggabungkan ide-ide baru ke dalam pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya.
3. Kolaboratif: Peserta didik dalam suatu kelompok dapat bekerjasama, berbagi ide, saran atau
pengalaman, menasehati, dan memberi masukan untuk kelompoknya.
4. Antusiastik: Peserta didik antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Dialogis: Terjadi proses sosial dan dialogis, karena peserta didik akan memperoleh keuntungan
dalam proses komunikasi tersebut baik di dalam/diluar sekolah.
6. Kontekstual: Proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan problem-based atau
case-based learning.
7. Reflektif: peserta didik dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang
telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.

7
8. Multisensory: Pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory),
baik audio, visual maupun kinestetik.
9. High order thinking skills training: Melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi, sperti problem
solving, pengambilan keputusan, serta secara tidak langsung juga meningkatkan “ICT & media
literacy, (Deni Kuswara Halimah: 2008).

Pembelajaran kekinian telah menggeser dari paradigma pembelajaran yang berpusat dari pengajar
(teacher-centered learning) menuju pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered
learning) karena pengajar lebih berperan sebagai desainer, fasilitator, pelatih, dan manajer pembelajaran.
Bukan sebagai pencekok informasi dan satu-satunya sumber belajar. Oleh karena itu pengajar harus
mampu mendesain pembelajaran yang bercirikan paradigma baru yaitu pembelajaran yang
mengintegrasikan teknologi, dan media pembelajaran lainnya sebagai sarananya.

Dalam proses belajar mengajar, peran teknologi bertugas sebagai media atau alat bukan hanya sekedar
mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan yang penerima (peserta didik), namun lebih
dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu
dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Para ahli teknologi pendidikan
berpendapat bahwa peranan utama teknologi adalah untuk membantu meningkatkan efisiensi yang
menyeluruh dalam proses belajar mengajar.

Penerapan teknologi dalam pendidikan hendaknya membuat proses pendidikan pada umumnya dan
proses belajar mengajar pada khususnya lebih efisien, lebih efektiv dan memberikan nilai tambah yang
positif. Efektif dan efesien berarti upaya pendidikan yang dilakukan hendaknya dapat mencapai tujuan
yang telah digariskan.

Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi sebagai media memiliki beberapa keuntungan seperti
dikemukakan oleh Wankat & Oreonovicz, (dalam Made Wena, 2016), beberapa keuntungannya adalah:

1. Mengakomodasi peserta didik yang lamban karena dapat menciptakan iklim belajar yang efektif
dengan cara yang lebih individual.
2. Merangsang peserta didik untuk mengerjakan latihan karena tersedianya animasi grafis, warna

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


dan musik.
3. Kendali berada pada peserta didik sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan tingkat
kemampuan.

Mengacu pada beberapa keuntungan yang diperoleh tersebut, maka penggunaan teknologi komputer
diyakini dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar peserta didik. Peningkatan hasil dan motivasi
belajar peserta didik secara langsung merupakan indikator efektifitas dan efesiensi pelaksanaan
pembelajaran. Oleh karena itu pengembangan pembelajaran berbasis teknologi dalam pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh dosen.

Di samping itu, pembelajaran teknologi (komputer) juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai
berikut:

1. Hanya efektif jika digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil

8
2. Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya merupakan tampilan
seperti pada buku teks biasa, pembelajaran tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar
peserta didik (cepat bosan)
3. Pengajar yang tidak memahami aplikasi program teknologi komputer, tidak dapat merancang
pembelajaran lewat media teknologi komputer.

Menurut Made Wena, (2016), dalam Penerapan teknologi (komputer) di kelas, secara operasional kegiatan
pengajar dan peserta didik selama peoses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

Peran Pengajar
1. Merancang dan mengembangkan isiPembelajaran dalam bentuk komputer
2. Memberi bimbingan individual pada setiap siswa yang membutuhkan
3. Fasilitator bagi kegiatan belajar mengajar
4. Selalu melakukan update terhadap bahan ajar

Peran Peserta Didik


1. Belajar secara mandiri
2. Mendiskusikan topik / materi pelajaran yang dirasa belum dipahami dengan baik
3. Menilai kemajuan belajar (self evaluation)

Hubungan pengajar dan peserta didik dalam penerapan teknologi dalam kegiatan pembelajaran, pengajar
hanya sebagai fasilitator sedangkan peserta didik dapat bereksplorasi dan berinovasi sesuai dengan
kemampuannya dalam memahami materi/topik yang disajikan, sehingga peserta didik belajar dengan
senang dan tidak bosan.

Pengajar juga dapat berkreasi dan berinovasi dalam hal metode mengajar peserta didik agar pembelajaran
semakin menarik dan mencapai suatu tujuan. Hal ini akan terwujud apabila pengajar terus melakukan
update terhadap bahan ajar, menggunakan metode belajar yang bervariasi dengan memanfaatkan
teknologi yaitu dengan cara cukup mempunyai satu perangkat/alat yang berteknologi sebagai alat
pendukung dalam proses belajar mengajar.
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

Peran teknologi dalam proses belajar mengajar kekinian sangat penting. Teknologi dapat digunakan
sebagai media atau alat bantu yang efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
hasil belajar yang maksimal, diantaranya:

1. Dapat mempermudah seorang pengajar dalam mendapatkan atau menyampaikan informasi


(pesan atau isi, materi) pelajaran.
2. Dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik atau
terpercaya.
3. Memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi.
4. Memfasilitasi pengajar dan peserta didik belajar lebih luas, lebih banyak dan juga bervariasi.
5. Melalui fasilitas yang disediakan oleh system tersebut, pengajar/peserta didik dapat belajar
mandiri, kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
6. Bahan yang mereka pelajari juga lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk sajian kata, tetapi
dapat lebih kaya dengan varisi teks, visual, audio, film dan animasi.

9
PEMBAHASAN

Dosen adalah pendidik professional dengan tugas mendidik, melatih, membimbing, merencanakan,
pembelajaran dan mengevaluasi. Selain itu, tugas penelitian dan pengabdian masyarakat harus
dilaksanakan sebagai bagian dari amanh TRI DHARMA PT. Keprofesionalan ini harus dilandasi dengan
keilmuan yang baik. Setiap dosen harus terus mengembangkan keilmuannya sesuai dengan jabatan
profesi yang melekat terhadap dirinya. Kenyataan ini, harus berbanding lurus dengan implementasinya,
dosen tentunya harus dapat menguasai teknologi informasi.

Untuk mendukung kegiatan pembelajaran, dosen diharapkan mampu meningkatkan mutu pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi yang memadai. Peran dosen sebagai pengajar dan pendidik sangat
diperlukan, selain mencerdaskan, tugas dosen juga mendidik karakter. Peran serta dosen, bukan hanya
mencerdaskan tetapi ada tugas mendidik, sehingga baik dan tidaknya akhlak seorang peserta didik
tergantung kepada pembiasaan, begitu pula kecerdasannya para peserta didik tergantung pada
keberhasilan seorang dosen dalam memberikan ilmunya.

Ada tiga hal yang hendak dicapai diantaranya literasi, karater dan kompetensi. Bagaimana seorang peserta
didik menghadapi lingkungan yang terus berubah, maka pendidikan karakter yang diajarkan dan
dibiasakan oleh dosen harus dapat menjawab tantangan ke depan. karakter yang harus dikembangkan
dosen hari ini diantaranya penguatan karakter, cinta tanah air, rasa ingin tahu, inisiatif, gigih, kemampuan
beradaptasi, kepemimpinan, kesadaran sosial dan budaya.

Kemudian untuk menghadapi tantangan yang sangat kompleks bagi generasi kita mendatang, maka perlu
disiapkan sejumlah kompetensi melalui pembiasaan cara berpikir kritis dalam memecahkan masalah,
kreativitas yang perlu dikembangkan, komunikasi yang baik serta berkolaborasi dengan berbagai pihak
untuk menyiapkan bekal kemampuan bagi mereka.

Tiga hal di atas tentu harus dapat diwujudkan dari pendidikan dan pembiasaan, yakni melalui pembiasaan
berbagai literasi; Literasi sains, literasi informasi teknologi dan komunikasi, literasi keuangan, kiterasi
budaya dan kewarganegaraan. Inilah diantaranya yang harus disiapkan dan dikembangkan serta

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


dibiasakan kepada peserta didik kita.

Peserta didik sebagai bagian dari generasi zaman now yang memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri
yang tidak lepas dari perkembangan teknologi dan sains modern sekarang ini yang disebut dengan era
informasi dan pengetahuan. Era di mana informasi memiliki peran penting dan menjadi kunci pada setiap
pengambilan keputusan. Era yang mencerminkan tingginya tingkat ketergantungan manusia terhadap
teknologi informasi.

Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi informasi ini diperkirakan akan terus meningkat pada
masa yang akan datang. Allied Business Intelligent (ABI) Research memperkirakan pada tahun 2020 akan
ada lebih dari 30 miliar perangkat yang terhubung secara nirkabel. Ke depan, teknologi internet akan
semakin mengubah pola hidup manusia. Segala aktivitas akan banyak dilakukan dengan menggunakan
internet secara online.

Perkembangan teknologi ini tentu berpengaruh pada segala aspek kehidupan manusia, mulai dari
ekonomi, sosial, politik, termasuk pada dunia pendidikan. Bahkan, boleh dikatakan, imbas kemajuan

10
teknologi informasi terhadap dunia pendidikan sangat besar. Pola pendidikan yang pernah diterapkan pada
dekade sebelumnya mungkin saat ini sudah usang, dan ketinggalan zaman.

Pendekatan, metode, model, strategi, media, atau apapun namanya yang dulu pernah diagung-agungkan
atau pernah menjadi praktik terbaik, sebagian sudah tidak relevan lagi untuk diaplikasikan pada era
kekinian. Karena itu, perubahan pada dunia pendidikan menjadi suatu keniscayaan. Dosen sebagai pelaku
utama pendidikan harus ikut pula menjadi bagian dari perubahan tersebut, karena perubahan pola
pendidikan tidak akan ada artinya tanpa dukungan dari para pelakunya.

Bagaimana Mendidik Mahasiswa Kekinian

“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena ia hidup bukan di zamanmu”. Perkataan yang
diucapkan oleh sahabat Ali Bin Abi Thalib ra ini sangat penting untuk kita jadikan acuan dalam mendidik
generasi sekarang. Kita tidak bisa memaksa mereka untuk mengikuti model lama yang jelas-jelas sudah
tidak seiring dan sejalan dengan perkembangan zaman. Sebaliknya, kita harus menyiapkan mereka
menghadapi masa depan yang pasti berbeda dengan masa sekarang, apalagi masa lalu. Karena itu, agar
tetap bisa memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik di era saat ini, dosen harus senantiasa
meng-upgrade dan mereformasi dirinya.

Dosen yang tidak mampu mengikuti perkebangan zaman akan ditinggalkan oleh peserta didiknya. Saat ini
tuntutan masyarakat sangat tinggi akan pendidikan berkualitas dan sudah selayaknya dosen memenuhi
dirinya dengan kualifikasi terbaik untuk menyambut tuntutan tersebut. Sudah bukan zamannya lagi dosen
tidak bisa memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Teknologi telah mengubah cara kita
berkomunikasi, bekerja, dan belajar.

Perkembangan teknologi juga memiliki sisi negatif. banyak pihak yang merasa sangat khawatir akan
dampak buruk interaksi peserta didik dengan gawai. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena kenakalan
remaja makin beragam bentuknya seiring dengan mudahnya akses terhadap internet. Akan tetapi
kekhawatiran ini tidak serta merta harus membuat dosen alergi terhadap perubahan dan kemajuan. Justru
tugas dosen lah yang harus membentengi peserta didiknya dari pengaruh negatif dan mendorong mereka
untuk mengambil sisi positifnya.
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

Setiap kemajuan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai religius dan budaya dapat diambil manfaatnya
semaksimal mungkin. Dosen harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi ini dalam pembelajaran di
kelas. Beragam multimedia diciptakan untuk membantu “meringankan” tugas dosen. Namun demikian,
dosen tidak boleh kalah dengan multimedia. Multimedia boleh canggih, tapi dosen harus tetap lebih
canggih. Peran mendidik tidak bisa diwakilkan pada multimedia, ia adalah tugas abadi yang melekat pada
diri dosen sebagai pengajar dan pendidik.

Menyesuaikan diri dengan perubahan adalah wajib, tapi menjaga diri jauh lebih wajib. Jangan sampai
karena ingin menyesuaikan diri, dosen menjadi lupa dengan jati dirinya sebagai pendidik. Menyesuaikan
diri bisa dilakukan tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip asasi. Bercampur tapi tidak lebur masih
menjadi pilihan terbaik. Dan ini yang harus ditanamkan dalam mendidik generasi di era sekarang. Mereka
harus mengikuti perubahan zaman, tetapi tak boleh melepaskan atribut-atribut kesalehan.

Dosen harus dapat lebih memahami karakter peserta didik yang pada umumnya adalah generasi yang
sangat dipengaruhi oleh trend, tergantung pada komunitas dan bisa melakukan banyak pekerjaan

11
sekaligus (multi-tasking). Mereka juga merupakan generasi yang mengedepankan harga diri. Di antara
yang bisa dilakukan dosen untuk merengkuh generasi dengan karakter semacam itu adalah dengan
kedekatan hubungan. Kedekatan ini penting agar mereka merasa nyaman sehingga mereka tidak ragu
menjadikan dosen sebagai sahabat sekaligus mitra belajar. Jika dosen bisa menyelami dunia mereka,
maka tidak tidak akan sungkan berkomunikasi dengan dosen.

Kedekatan hubungan dosen dengan peserta didiknya bisa dibangun dengan pola komunikasi yang cerdas
dan efektif. Meski tidak harus ikut-ikutan dengan dunia mereka, tetapi dosen tetap harus bisa
menyesuaikan dunia mereka. Aktif di dunia maya bersama peserta didik bukanlah pilihan yang buruk, jika
dengan ini peserta didik akan lebih mudah dipantau dan dibimbing. Apalagi peserta didik sekarang ini lebih
banyak waktu mereka dicurahkan pada dunia virtual, sedangkan kehidupan sosial yang dilakukan secara
offline sungguh sangat minim. Karena itu, agar hubungan dosen dan peserta didik tidak terputus, suka
tidak suka, dosen harus mengikuti perkembangan dunia maya.

Meskipun dosen harus menjalin kedekatan dengan peserta didik, bukan berarti dosen harus kehilangan
wibawanya. Dosen harus tetap menjaga muruah dan martabatnya, baik di dunia maya maupun di dunia
nyata. Dekat dengan peserta didik tak lantas menjadikan dosen maupun peserta didik bebas melakukan
apa saja. Tetap ada aturan-aturan yang membatasi, ada etika yang harus dijunjung tinggi. Jika dosen
mampu menempatkan diri, niscaya mereka bisa membimbing peserta didiknya menjadi generasi zaman
Now yang tak larut akan eforia kemajuan teknologi.

Metode pembelajaran lebih penting dari materi, dosen lebih penting dari metode, dan mendidik jauh lebih
bermakna dari dosen itu sendiri. Inilah bekalan yang harus senantiasa melekat pada diri dosen, apakah
mendidik di era sekarang maupun di masa yang akan datang. Para dosen hendaklah tetap
memprioritaskan mendidik, yaitu senantiasa melekat tanggung jawab personal, sosial dan yang paling
utama, agama. Dosen bukan profesi semata, tetapi merupakan jembatan menuju masa depan generasi
pelanjut. Peserta didik adalah investasi masa depan, pada mereka lah dosen mewariskan nilai-nilai
kebaikan.

Karena itu, ruh mendidik harus selalu mewarnai diri dosen dalam membelajarkan peserta didiknya. Ruh
mendidik yang hidup akan membawa peserta didiknya pada keberhasilan. Ruh mendidik akan membawa

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


semangat perbaikan akan menuntun peserta didiknya pada keluhuran budi. Ruh mendidik yang terbungkus
iman akan membawa peserta didiknya menuju kejayaan peradaban.

Dan ruh mendidik yang terhubung dengan pencipta semesta alam akan menghubungkan peserta didiknya
dengan sang pencipta pula. Tak akan ada kekhawatiran mendidik generasi Zaman Now atau pun generasi
selanjutnya selagi para dosen guru berpegang pada nilai-nilai pendidikan yang ditumbuhkan dari ruh
mendidik yang hidup dan bersandar pada keimanan. Pada akhirnya, tujuan pendidikan yang
dikembangkan saat ini bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik dan yang paling utama adalah
membekali peserta didik Imtaq dan Ipteks secara seimbang.

Inovasi dan Kreativitas, Tuntutan Utama Pembelajaran Kekinian

Dengan kondisi tersebut di atas, sudah saatnya kita memikirkan kembali bagaimana metode belajar
mengajar yang dapat digunakan dalam menghadapi era digital saat ini. Pembelajaran kreatif merupakan
salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam mewujudkan tuntutan era digital pendidikan saat ini di
antara banyak pilihan lainnya.

12
Ide metode pembelajaan kreatif sendiri memiliki dua makna, pembelajaran kreatif dan membelajarkan
kreatif. Perbedaan kedua hal ini adalah, pembelajaran kreatif lebih melibatkan peranan dosen dalam
membuat proses pembelajaran di dalam kelas menjadi menarik bagi peserta didik, lebih efektif dan
menggunakan pendekatan imajinatif. Sebaliknya kalau membelajarkan kreatif lebih menekankan
kemampuan dosen dalam mengidentifikasi kekuatan kreatifitas peserta didiknya, memperkuat daya
kreatifnya dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mewujudkannya.

Pendekatan proses pembelajaran kreatif akan sangat beragam jika diterapkan dalam dunia pendidikan
tinggi kita, mengingat demografi dan juga harus disesuaikan bidang kajian keilmuan. Tentu saja kreatif bagi
jurusan Informatika akan berbeda dengan sospol atau ekonomi bahkan Sastra sekalipun. Di sinilah
seorang dosen di masing-masing kajian studi keilmuan dapat menyesuaikan metode pembelajaran kreatif
atau membelajarkan kreatif yang diterapkannya.

Menjawab tantangan era digital tersebut, sebenarnya masing masing metode pembelajaran telah
memberikan peluang bagi dosen kita untuk melakukan pembelajaran kreatif atau bahkan membelajarkan
kreatif bagi peserta didiknya. Model pembelajaran yang antara lain terdiri dari; inquiry based learning,
discovery based learning, project based learning, dan problem based learning, sebenarnya telah
memberikan peluang dan pedoman untuk dosen dapat melakukan pembelajaran kreatif di dalam kelasnya.
Kemudian jika dicermati dari metode pembelajaran yang disarankan dalam era kekinian antara lain diskusi,
eksperimen, demonstrasi dan simulasi, maka juga telah memberikan kesempatan kepada peserta didiknya
untuk kreatif.

Jika kemudian kedua hal ini, baik model maupun metode/teknik pembelajaran dilaksanakan di dalam
proses pembelajaran, maka penguasaan ranah kompetensi yang dituntut ada dalam diri peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan akan dapat tercapai. Hal ini
merupakan wujud dari pembelajaran kreatif yang nyata dari proses tersebut.

Proses pembelajaran kreatif ini kemudian harus diukur dengan menggunakan penilaian otentik, karena
diharapkan dosen dapat mengetahui dengan pasti bagaimana kekuatan dan kemampuan peserta didiknya
secara individu, untuk selanjutnya dilakukan pengembangan dan peningkatan sesuai dengan kemampuan
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

masing-masing individu.

Masih banyak hal lain lagi yang dapat menunjukkan kepada kita bahwa metode pembelajaran kekinian
telah mengarah kepada pembelajaran kreatif dalam menuju era digital saat ini. Selanjutnya yang
diharapkan adalah bagaimana dosen dapat memperkaya dirinya dengan metode atau model pembelajaran
kreatif secara mandiri atau melalui kelompok-kelompok kerja dosen yang ada pada bidang studi keilmuan
masing-masing. Jangan sampai dosen tertinggal dari peserta didiknya. Jika kita kaitkan tuntutan era digital
dengan sistem pendidikan saat ini, merupakan jalan keluar bagi dosen dan peserta didik kita dalam
mewujudkan pendidikan yang menyelaraskan perkembangan zaman. Tentunya peserta didik diarahkan
untuk dapat menyelaraskan belajar dari dunia digital dengan pembelajaran di dalam kelas yang sesuai
dengan kebutuhannya.

Mengajar Mahasiswa Yang Tepat Sesuai Dengan Konsep Perkembangannya

Perkembangan saat ini menuntut institusi pendidikan dapat memberikan pembelajaran yang efektif dan
efisien. Perkembangan teknologi dan pengetahuan mengharuskan dosen mempunyai keterampilan yang

13
tinggi. Baik itu kemampuan dari sisi kognitif, keterampilan mengelola pembelajaran ataupun keterampilan
secara teknik praktis. Meskipun ada dosen yang mengajar tanpa persiapan dapat mengajar dengan baik,
tapi tidak semua dosen seperti itu. Mempunyai persiapan sebelum mengajar merupakan wujud seorang
dosen yang menghargai diri sendiri, menghargai profesinya dan juga menghargai peserta didiknya.

Ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang, agar siklus pendidikan semakin stabil maka dosen
pun harus banyak belajar dari pemanfaatan perkembangan teknologi ini. Tidak sedikit dosen yang sama
sekali tidak mengetahui informasi terbaru yang sedang berkembang saat ini yang mempunyai relavansi
dengan dunia pendidikan. Sungguh aneh jika ada seorang dosen yang mengajar bidang ilmu yang cepat
berkembang namun mengajar dengan panduan buku yang terbit tahun 1990-an. Tentunya materi yang
diajarkan sudah kusam karena materi itu bertahun-tahun tetap tidak berubah. Dosen dengan tipe seperti ini
dipastikan gagal menjadi seorang pengajar yang baik, dalam arti lain dosen ini tidak menghargai dirinya
sendiri, profesi, dan peserta didiknya.

Penetrasi internet di dunia telah menumbuhkan jaringan sosial yang luas, Situasi dimana publik menjadi
lebih dinamis dan semakin pintar dalam meningkatkan kemampuan bertukar informasi, sedangkan internet
hanya menjadi penyedia data dan informasi dunia. Dengan adanya internet setiap orang dapat
menyebarkan dan mendapatkan informasi dengan cepat, seperti penggunaan website. Teknologi internet
menjadi media yang tepat untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi karena kemudahannya,
kecepatannya dan murah.

Seorang dosen haruslah dapat bersikap bijak dalam mengenali situasi dan kondisi sekarang. Tidak sedikit
mahasiswa yang lebih mengetahui materi yang diajarkan daripada pengajarnya itu sendiri. Oleh karena itu
seorang dosen haruslah bersikap objektif dalam situasi ini. Dosen mesti melakukan perubahan dalam
mengajar mahasiswa kekinian, minimal perubahan yang dimulai dari diri sendiri.

1. Ubah mindset dari mengajar demi nilai menjadi mengajar demi pemahaman, alias „teaching for
understanding‟.

Dosen harus lakukan langkah-langkah sebagai berikut :

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


a. Mengidentifikasi topik, konsep, dan keterampilan yang patut dipahami;
b. Membingkai tujuan yang membantu siswa berfokus pada aspek terpenting dari topik tersebut;
c. Melibatkan siswa dalam menantang pengalaman belajar yang membantu membangun dan
menunjukkan pemahaman mereka; dan mengembangkan praktik penilaian yang membantu
memperdalam pemahaman peserta didik.

Ada beberapa tahapan dalam melihat seberapa jauh peserta didik sudah paham apa yang dosen
ajarkan.

a. Peserta didik yang benar-benar paham akan dapat „menjelaskan‟


b. Peserta didik yang benar-benar paham akan dapat „menginterpretasikan‟
c. Peserta didik yang benar-benar paham akan dapat „mengaplikasikan‟
d. Peserta didik yang benar-benar paham akan dapat melihat „perspektif‟
e. Peserta didik yang benar-benar paham akan dapat menunjukkan „empati‟

14
Metode pembelajaran yang baik dan menyenangkan akan berujung pada lulusannya yang berkarakter.
Hal ini dikarenakan dosen yang mengajar tidak berhenti pada peserta didiknya kemudian bisa
menjelaskan hal yang ia terangkan alias sekedar ada dalam ranah pengetahuan namun juga bisa
melekatkan pada tindakan (action) sebagai hasil dari penguasaan pengetahuan yang diberikan dosen.

2. Mengajar peserta didik dengan memanfaatkan ICT diintegrasikan kedalam pembelajaran.

Dengan menggunakannya ICT sebagai sarana belajar untuk riset, membuat kelas virtual melalui WAG
bisa memperkaya pengalaman peserta didik daripada hanya menggunakan buku teks atau slide power
point. Dengan memanfaatkan media ICT dalam kegiatan pembelajaran, Sambil mengajarkan mereka
keterampilan mengelola informasi agar tak mudah terjerumus menjadi generasi percaya dan penyebar
hoaks.

3. Dosen harus bersedia jadi fasilitator, dinamisator, dan mativator dan tidak lagi sekedar menjadi
pengajar.

Dengan cara membuat suasana senyaman mungkin bagi peserta didiknya untuk bertanya dan ajukan
pendapat. Dosen sering tak sadar menganggap peserta didik yang banyak bertanya membuat arah
pengajaran di kelasnya jadi tidak fokus. Kemampuan bertanya dosen dan keinginan peserta didik untuk
bertanya menjadi sebuah keharusan dan tidak boleh dianggap enteng.

Cara yang bisa dilakukan adalah dosen punya semangat menghargai semua pertanyaan; Dosen tidak
perlu punya semua jawaban atas pertanyaan peserta didik. Dosen juga bisa membuat semacam
permainan atau games agar peserta didik gemar dan tak takut bertanya. Berikan sebuah contoh kasus
kemudian ajak mereka bertanya “mengapa” untuk menggali ke dalamnya, kemudian mulai bertanya
“bagaimana jika” mengajukan pertanyaan untuk membuka imajinasi mereka dan akhirnya pertanyaan
“bagaimana mungkin kita” untuk mulai menemukan solusi.

4. Punya pola pikir ala „growth mindset alias gemar gunakan kata „belum‟.

Saat peserta didik belum berhasil mengerjakan tugas ataupun sesuatu hal yang menyangkut materi
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

pelajaran, dosen harus pandai memilih kata yang kemudian bisa memacu semangat peserta didik untuk
menjadi lebih baik. Kata „belum‟ sangat baik untuk digunakan saat berinteraksi dengan peserta didik.
Bandingkan antara „tidak tahu‟ dan „belum tahu‟, tidak bisa dan „belum bisa‟ dan lain sebagainya. Jika
peserta didik sering mendengar kata „belum‟, maka ia akan fokus pada usaha. Kata „belum akan
membuka ruang untuk perbaikan dan perubahan.

Dosen yang berhasil adalah dosen yang fokus pada bagaimana mendampingi peserta didiknya saat
berusaha menjadi sosok yang lebih baik. Ada unsur proses disitu yang menghantarkan peserta didik
dari satu titik ke titik berikutnya. Mengajar peserta didik sekarang ini perlu stamina dan pola pikir
(mindset) yang tepat. Mengubah cara berkata-kata dan berpikir akan sangat membantu dalam proses
ini, disinilah pentingnya dosen berkomunikasi cerdas pada peserta didiknya. Komunikasi yang empati
dan memotivasi tentunya.

Cara berkomunikasi dalam proses pembelajaran adalah hal penting karena cara berkomunikasi secara
langsung mempengaruhi cara berfikir peserta didik dalam menerima dan mengembangkan materi
pelajaran. Ini bukanlah hal yang sepele, ini adalah sikap psikologis yang perlu dibenahi jika ingin generasi

15
kita menjadi generasi terdepan. Haruslah dimulai dari kemampuan berkomunikasi dalam proses
pembelajaran. Hal ini jangan dianggap remeh oleh seorang dosen jika ingin menghasilkan bibit-bibit
generasi yang berkualitas dan mampu bersaing didunia global

Adapun teknik mengajar dosen yang baik adalah sebagai berikut :

1. Persiapan, yaitu membaca dan memahami literatur yang akan diajarkan.


2. Mempersiapkan materi yang hendak diajarkan ke mahasiswa, materi bisa berupa buku ajar, print
out, slide presentasi dll.
3. Mempersiapkan skenario pembelajaran, menemukan metode mengajar yang disenangi
mahasiswa, Membuat metode perkuliahan yang menyenangkan.
4. Mempersiapkan fisik dan mental mahasiswa agar mereka tidak kehilangan motivasi. Dosen adalah
seorang penyebar motivasi dikelas bagi mahasiswanya, jika tidak ada persiapan yang cukup, bisa
dipastikan akan sangat sulit untuk memotivasi mahasiswanya untuk terlibat secara aktif didalam
proses belajar mengajar.

Kurangnya antusias peserta didik mengikuti perkuliahan boleh jadi karena merasa jenuh dengan gaya
mengajar dosennya. Apalagi jika sang dosen mengajar dengan gaya konvensional tanpa interaksi dua
arah. Peserta didik merasa jenuh dengan gaya mengajar dosen yang cuma menggunakan papan tulis
maupun slide presentasi. Berikut adalah model mengajar yang dapat membantu peserta didik untuk terlibat
secara aktif didalam proses belajar mengajar.

1. Jigsaw
Model pembelajaran ini menuntut peserta didik mempelajari materi yang menjadi tanggung
jawabnya. Karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi yang didapatkan kepada
teman kelompoknya. Setiap peserta didik pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
adalah anggota dari dua kelompok, yakni kelompok asal dan kelompok ahli.
Di setiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari suatu topik. Di kelompok ahli, mereka akan
mempelajari topik tertentu yang berbeda. Setelah itu mereka diminta kembali ke kelompok asal
dan masing-masing menjelaskan materi yang telah mereka pelajari di kelompok ahli.

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


2. Think Pairs Share (TPS)
Model pembelajaran ini dibagi menjadi tiga tahap, yakni:
a. Thinking: dosen mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan
oleh peserta didik
b. Pairing: dosen membentuk kelompok untuk mendiskusikan materi tersebut
c. Sharing: hasil diskusi di tiap-tiap kelompok dibicarakan dan disampikan kepada kelompok
lainnya.
Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengembangan
pengetahuan secara terpadu.

3. Student Teams Achievement Division (STAD)


Pada model pembelajaran STAD ini, peserta didik dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang
disebut tim. Tim inilah yang digunakan untuk memaksimalkan pemahaman terhadap topik materi
pelajaran. Setelah diberikan materi oleh dosen, peserta didik kemudian diberikan tes. Dengan cara
ini, tiap peserta didik akan saling men-support sehingga bisa mengerjakan tes dengan baik.

16
4. Reciprocal Teaching
Setiap peserta didik diminta berinteraksi dalam dialog mengenai sebuah topik bahasan matakuliah.
Setiap peserta didik akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh
informasi timbal balik. Dengan model pembelajaran ini, peserta didik akan aktif berinteraksi dan
saling mengoreksi satu sama lain.

Keempat model pembelajaran ini bisa diterapkan di dalam perkuliahan sebagai salah satu cara
meningkatkan semangat belajar peserta didik. Terlepas dari gaya mengajar, metode perkuliahan yang
menyenangkan, dan lain-lain dapat disesuaikan dengan perkembangan peserta didik (karakter dan
perilaku peserta didik saat ini). Namun yang lebih penting adalah membentuk peserta didik sebagai
generasi yang berkualitas dan mampu bersaing didunia global tentunya dengan memberikan contoh
kepribadian yang baik serta bijaksana.

Membahas pola dan proses pembelajaran, berikut penjelasan tentang metode dan teknik Pembelajaran
yang dapat digunakan dalam aktifitas dan kegiatan pedidikan kekinian

1. Metode Pembelajaran

Pengertian metode pembelajaran secara umum ialah cara yang digunakan guna mengimplementasikan
suatu rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis guna mencapai misi
pembelajaran, yakni suatu cara yang dipilih oleh pendidik bisa dapat mengoptimalkan proses belajar
mengajar yang bertujuan untuk agar tujuan pembelajaran dapat diharapkan.

Metode pembelajaran suatu cara jalan yang di tempuh pengajar agar dapat menyampaikan materi
pembelajaran kepada peserta didiknya, supaya misi nya dapat tercapai dengan mudah, hal ini mendorong
si pengajar untuk mencari metode yang tepat dalam tujuan materinya, supaya mudah diserap dengan baik
oleh peserta didiknya.

Sedangkan teknik pembelajaran adalah merupakan cara menyampaikan bahan ajar yang telah disusun
dalam metode, berdasarkan pendekatan yang dianut, pada teknik ini yang digunakan bergantung pada
kemampuan pengajar mencari akal atau siasat supaya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

lancar dan berhasil dengan baik pula.

Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, dosen harus mempertimbangkan situasi kelas,kondisi,
lingkungan peserta didik dan kondisi yang lainnya. Teknik pembelajaran yang digunakan dapat bervariasi,
karena untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung
pada berbagai faktor tersebut.

Metode pembelajaran yang digunakan tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran, yaitu metode
harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses untuk mencapai tujuan, tujuan pokok
pembelajaran ialah mengembangkan kemampuan peserta didik secara individu supaya bisa
menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Artinya tujuan pokok pembelajaran adalah
pengembangan kemampuan individu dalam upaya mengatasi semua permasalahan baru yang muncul dan
dapat mencari terobosan-terobosan solusi alternative dalam menghadapinya.

Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara
sebaik mungkin untuk pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran, sedangkan dalam hal lain,

17
metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan untuk
pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan
hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakanbisa diraih dengan sebaik dan semudah
mungkin.

Intinya metode adalah mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat
dan cepat sesuai apa yang diinginkan. Karenanya terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan
metode yakni prinsip supaya pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan,
mengembirakan penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah
untuk diterima oleh para peserta didik.

Cara efektif dalam suatu pembelajaran yaitu bergantung pada pemilihan metode pembelajarannya.
Dengan menggunakan metode pembelajaran bisa membuat peserta didik menyenangkan dan tentunya
dapat menyerap ilmu dengan mudah. Dalam memilih sebuah metode pembelajaran, dosen harus
memperhatikan karakter peserta didik. Dosen juga bisa menggunakan metode yang berbeda untuk tiap
kelasnya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik pada peserta didiknya. Dosen yang baik
tentunya memiliki banyak kemampuannya dalam membelajarkan peserta didiknya. Oleh sebab itu dosen
harus cerdas dalam masalah metode pembelajaranya. Ada beberapa contoh metode pembelajaran
kekinian yang dapat digunakan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah ialah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran oleh regu
pendengar guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar, seperti
ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), yaitu dengan metode ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan.

Dengan metode ceramah dapat mendorong timbulnya inspirasi untuk pendengarnya, Gage dan
Berliner (1981:457), dalam berbicara bahwa metode ceramah cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu, yaitu ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar
yang berupa informasi dan bila bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

b. Metode Diskusi

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


Metode pembelajaran diskusi ialah proses pelibatan 2 orang peserta didik atau lebih untuk
berinteraksi, saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka, bahwa apa yang ada di
metode ini merupakan metode dapat dikatakan sifatnya interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).

Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi
dapat meningkatkan peserta didik dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan
masalah, namun dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat
dibanding penggunaan ceramah. sehingga metode ceramah lebih efektif, agar bisa meningkatkan
kualitas pengetahuan pengetahuan dari pada diskusi.

c. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental ialah suatu cara pengelolaan pembelajaran, peserta didik
ditugaskan untuk memberikan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
apa yang di pelajarinya. Dalam metode ini, peserta didik dapat diberi kesempatan kepada dosen
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu

18
obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya.

d. Metode Latihan Keterampilan


Metode latihan keterampilan ialah dengan cara memberikan pelajaran keterampilan secara
berulang-ulang kepada peserta didik, dan mengajaknya ke suatu tempat latihan keterampilan agar
dapat melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (contoh: membuat tas dari
plastic, dsb), dengan tujuan ini yang artinya metode latihan keterampilan dalam membentuk
kebiasaan supaya pola mendapatkan pola yang otomatis pada peserta didik.

e. Metode Pengajaran Beregu


Dalam metode pembelajaran beregu ialah suatu metode mengajar dimana peserta didik lebih dari
satu orang yang masing-masing memiliki tugas, biasanya salah seorang peserta didik ditunjuk
sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap peserta didik harus membuat soal, lalu peserta didik
diuji secara langsung berhadapan dengan kelompok peserta didik lainnya.

2. Teknik Mengajar
Metode dan teknik pengajaran dan pembelajaran selalu menuntut pembaharuan. Pembaharuan tersebut
tak hanya instrument dalam pengajaran, namun dituntut untuk cerdas mengkomparasikan instrument
pengajaran dengan memanfaatkan sarana dan media pembelajaran.

Beberapa teknik mengajar dapat di terapkan dalam kegiatan pembelajaran.

a. Honesty
Dosen wajib menanamkan sikap berani untuk menyatakan ketidaktahuan pada para peserta didik.
Dengan menanamkan sikap berani dalam menyatakan ketidaktahuan, maka para peserta didik
secara tidak langsung diajarkan untuk berani mengakui kesalahan yang telah di perbuatnya. Tugas
dosen adalah memberikan semangat kepada peserta didik yang berani berkata tidak tau daripada
harus mempermalukan peserta didik di depan kelas ketika ia tidak bisa. Namun perlu diingat,
pemberian apresiasi tersebut haruslah di lakukan dengan cara yang tepat, tidak seolah-olah
menyetujui semua peserta didik yang sedikit-sedikit tidak tahu, karena hal tersebut juga
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

berdampak pada matinya kreativitas siswa untuk mengmbil resiko setiap apa yang dilakukan.

Jangan membiarkan peserta didik menjawab tanpa diberikan apresiasi yang baik, walaupun
peserta didik tersebut menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut salah. Karena mereka yang
telah berani menjawab pertanyaan, berarti memiliki value lebih dibandingkan rekan-rekannya yang
lain yang tidak berani menjawab. Dengan memberikan komentar bijak dan baik menjadi salah satu
apresiasi yang sangat berguna bagi peserta didik itu sendiri, ataupun peserta didik yang lainnya.

b. Question & Answer Method


Menghidari suasana kelas jenuh, membosankan tentu membuat tensi darah pengajar beku, hingga
bingung tak menentu. Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk mencairkan suasana namun
tetap apik adalah mengajukan pertanyaan. Pertanyaan dapat dilakukan dengan cara yang tak
biasa, sehingga menarik perhatian peserta didik. Cara bertanya seperti dengan mengungkapkan
fenomena terupdate yang dikomparasikan dengan pembelajaran adalah metode ampuh yang
dapat diterapkan. Teknik bertanya ini berguna untuk menarik perhatian peserta didik dan
membuatnya bergairah untuk menerima informasi selanjutnya.

19
c. Focus & Point Basis
Terkadang metode pembelajaran yang menerapkan slide dalam menjelaskan materi, tujuan
awalnya adalah untuk membantu peserta didik untuk memahami apa yang di khotbahkan. Namun
yang terjadi saat ini, media power point yang di berikan justru malah menjadi buku teks di dinding.
Banyak dari dosen yang mencampurkan banyak sekali tulisan, yang sebenarnya bisa di baca
sendiri oleh para peserta didik. Yang lebih anehnya, sebagian dosen menjelaskan materi dengan
membaca materi slide. Menggunakan power point harusnya fokus terhadap intin dari point yang
ada, dengan mengkomparasikan beberapa video singkat atau musik, karena hal tersebut sangat
bermanfaat untuk membangkitkan gairah peserta didik yang tengah bosan mendengarkan materi
dari pagi hingga sore.

d. Self Reflection
Mempersilahkan peserta didik menjawab pertanyaan yang dilontarkan peserta didik tersebut untuk
membantunya mengasah pola pikir. Selain membantu mengasah pola pikir siswa, metode ini juga
berguna untuk mendidik peserta didik untuk ikut serta memberikan solusi dari sebuah masalah
yang ia ajukan. Fungsi dosen adalah sebagai penuntun dan pembimbing jika jawaban dari apa
yang ia ajukan sendiri tidak tepat.

e. Reasoning & Argumentation


Menjabarkan alasan dari suatu materi yang dianggap sulit agar peserta didik semakin paham.
Dengan menerapkan langkah ini, akan membuat peserta didik paham secara menyeluruh dari
materi yang disampaikan. Pentng sekali untuk menggunakan reasoning argumentation dalam
menjelaskan materi-materi sulit, karena apabila materi sulit tak di jabarkan secara mendalam
dengan berbagai alasan dan argumentasi valid di lapangan, membuat peserta didik menganggap
anda omong besar yang hanya anda ketahui sendiri.

f. Picture & Group Technology


Mengajar menggunakan bantuan media teknologi merupakan salah satu ikhtiar seorang dosen
berinovasi dalam pembelajaran. Maka sangat dianjurkan bagi para dosen melek tekhnologi, atau
jika tidak bisa minta bantuan pada rekan yang sedikit paham pada tekhnologi untuk menyiapkan
materi.

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN


g. Body Language
Dengan memanfaatkan body language yang tepat dan ekspresif sangat bermanfaat dalam
memahamkan siswa terhadap materi yang disampaikan. Dengan menggunakan body language
yang pas dan tepat bahkan sedikit atraktif, memudahkan peserta didik dalam mengembangkan
imajinasinya terhadap apa yang dijelasakan oleh dosen di depan. Selain itu dengan memanfaatkan
body language, berfungsi dalam menarik perhatian para peserta didik. Menggunakan gerakan-
gerakan tubuh supaya penyampaian lebih jelas, menarik perhatian peserta didik serta mudah
untuk diingat.

h. Teaching Motivating
Model ini merupakan model yang dikembangkan oleh jhon M. Keller, dari Florida State University
pada tahun 1983-1987. Model ini pun memiliki empat strategi pokok di dalamnya untuk memotivasi
pembelajaran yaitu; Attention yang berkaitan dengan pemeliharaan terhadap minat, keingintahuan,
dan juga perhatian.

20
i. Analogy & Case Study
Mengenal Teknik Mengajar dengan memberikan contoh studi kasus berdasarkan hal-hal yang ada
di sekitar. Dengan melakukan analogi dan study kasus secara tepat, peserta didik akan mudah
untuk membayangkan kegunaan materi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Hindari
penggunaan analogy ataupun case study yang asing bagi peserta didik. Karena hal itu malah
justru semakin membingungkan para peserta didik menerima materi.

j. Story Telling
Mengajar dengan cara seperti orang bercerita sehingga peserta didik tertarik dan mudah
memahami. Dengan cara ini anda memiliki keungulan untuk menarik interest para siswa. Dengan
alur cerita yang cerdik dan apik bahkan secara tidak langsung anda dapat menghipnotis para
peserta didik agar mereka antusias memperhatikan setiap materi yang disampiakan.

k. Discussion & Feedback


Dengan melakukan diskusi akan sangat membantu dalam melibatkan peserta didik yang selama
ini kurang aktif dalam kelas. Selain itu di tengah diskusi yang dilakukan para peserta didik, berilah
feedback hasil dari diskusi mereka. Memberikan jawaban dengan membuat contoh yang mudah
dipahami oleh peserta didik, juga salah satu dari feedback yang dapat dilakukan.

l. Scanning & Levelling


Memahami bahwasanya setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga
setiap peserta didik tidak dapat di berikan metode yang sama. Oleh sebab itu cobalah cara
mengajar dengan memahami dan menyesuaikan dengan karakteristik dan tingkat kecerdasan para
peserta didik

m. Applied Learning
Menggunakan metode praktek yang dicontohkan dan kemudian dilakukan sendiri oleh peserta
didik. Cara ini adalah pengaplikasian yang mampu untuk mempertahankan informasi yang telah di
berikan pada peserta didik dalam memorinya.

n. Active Interaction
DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

Mengajar sembari aktif berinteraksi dengan peserta didik, seperti melakukan kontak mata,
mengatur nada bicara, dan lain-lain. Dengan begitu kedekatan dan ikatan emosional antara
peserta didik dan pengajar juga akan terjalin dengan baik.

21
KESIMPULAN

Dosen harus mampu mendesain pembelajaran yang bercirikan paradigma baru yaitu pembelajaran dengan
mengintegrasikan teknologi sebagai sarananya dan pola pembelajaran hendakklan berpusat pada peserta
didik (student centered learning).

Pembelajaran kreatif merupakan salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam mewujudkan
tuntutan era digital pendidikan saat ini di antara banyak pilihan lainnya. Metode pembelajaan kreatif sendiri
memiliki dua makna, pembelajaran kreatif dan membelajarkan kreatif. Pembelajaran kreatif lebih
melibatkan peran dosen dalam menciptakan pembelajaran menjadi menarik, lebih efektif dan
menggunakan pendekatan imajinatif. Membelajarkan kreatif lebih menekankan kemampuan dosen dalam
mengidentifikasi kreatifitas peserta didiknya, memperkuat daya kreatifnya dan memberikan kesempatan
untuk mewujudkannya.

Metode pembelajaran lebih penting dari materi. Dosen lebih penting dari metode, dan mendidik jauh lebih
bermakna dari dosen itu sendiri. Dosen bukan profesi semata, tetapi merupakan jembatan menuju masa
depan generasi pelanjut. Karena itu, ruh mendidik harus selalu mewarnai diri dosen dalam membelajarkan
peserta didiknya. Ruh mendidik yang hidup akan membawa peserta didiknya pada keberhasilan. Ruh
mendidik akan membawa semangat perbaikan. Ruh mendidik yang terbungkus iman akan membawa
peserta didiknya menuju kejayaan peradaban.

“Teaching children is an accomplishment; getting children excited about learning is an achievement”


Mengajar siswa adalah „suatu prestasi, membuat siswa bersemangat saat belajar adalah sebuah
pencapaian. Demikian kata bijak Robert John Meehan

DOSEN, MAHASISWA DAN PEMBELAJARAN KEKINIAN

22

Anda mungkin juga menyukai