Menimbang:
a. bahwa hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia;
b. bahwa pembangunan nasional mencakup semua matra dan aspek
kehidupan termasuk kuantitas penduduk, kualitas penduduk.
dan kualitas keluarga serta persebaran penduduk untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. bahwa jumlah penduduk yang besar dan kurang serasi, kurang
selaras, serta kurang seimbang dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dapat mempengaruhi segala segi
pembangunan dan kehidupan masyarakat, sedangkan jumlah
penduduk yang besar dan berkualitas merupakan salah satu
modal dasar dan faktor dominan bagi pembangunan nasional;
d. bahwa karena itu, kuantitas penduduk dikendalikan, kualitas
penduduk dan kualitas keluarga dikembangkan, serta mobilitas
penduduk diarahkan agar menjadi sumber daya manusia yang
tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional;
e. bahwa peraturan perundang-undangan yang ada belum mengatur
secara menyeluruh mengenai perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera;
f. bahwa dalam upaya pengendalian kuantitas penduduk,
pengembangan kualitas penduduk dan kualitas keluarga, serta
pengarahan mobilitas penduduk tersebut di atas dipandang
perlu untuk menetapkan perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera dengan Undang-undang;
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
*8007
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN
KELUARGA SEJAHTERA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
ASAS, ARAH, DAN TUJUAN
Pasal 2
Pengelolaan upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera berasaskan perikehidupan dalam keseimbangan,
manfaat, dan pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan manusia
Indonesia seutuhnya.
Pasal 3
*8009
(1) Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian
kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk serta
pengarahan mobilitas penduduk sebagai potensi sumber daya
manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan
ketahanan nasional serta dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi penduduk dan mengangkat harkat dan
martabat manusia dalam segala matra kependudukannya.
(2) Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada pengembangan
kualitas keluarga melalui upaya keluarga berencana dalam
rangka membudayakan norma keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera.
Pasal 4
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 5
(1) Setiap penduduk mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera.
(2) Hak dan kewajiban setiap penduduk sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi semua matra penduduk yang terdiri dari
matra diri pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat,
warga negara, dan himpunan kuantitas.
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
BAB IV
UPAYA PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN
PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA
Pasal 9
BAB V
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
Bagian Pertama
*8011 Kuantitas Penduduk
Pasal 10
Bagian Kedua
Kualitas Penduduk
Pasal 11
Pasal 12
*8012 Pasal 13
Bagian Ketiga
Mobilitas Penduduk
Pasal 14
BAB VI
PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA
Bagian Pertama
Kualitas Keluarga
Pasal 15
Bagian Kedua
Keluarga Berencana
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta
kedudukan yang sederajat dalam menentukan cara pengaturan
kelahiran.
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
*8014
(1) Pemerintah mengatur pengadaan dan atau penyebaran alat dan
obat pengaturan kehamilan berdasarkan keseimbangan antara
kebutuhan, penyediaan, dan pemerataan pelayanan.
(2) Penelitian dan pcngembangan teknologi alat, obat, dan cara
pengaturan kehamilan dilakukan oleh Pemerintah dan atau
masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 23
BAB VII
PERANSERTA MASYARAKAT
Pasal 24
BAB VIII
PEMBINAAN
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pasal 29
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 16 April 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 April 1992
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
MOERDIONO
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 1992
TENTANG
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN
KELUARGA SEJAHTERA
UMUM
Pasal 1
Istilah-istilah yang dirumuskan dalam Pasal ini dimaksudkan
agar terdapat keseragaman pengertian atas Undang-undang ini
serta peraturan-peraturan pelaksanaannya :
Pasal 2
Asas perikehidupan dalam keseimbangan dimaksudkan agar semua
upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera menjaga keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan, yaitu antara kepentingan materiil
dan spiritual, dan antara kepentingan dari masing-masing
matra kependudukan dengan matra yang lain.
Asas manfaat merupakan dasar agar segala upaya yang
dimaksudkan dalam Undang-undang ini memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi penduduk dalam segala matra dirinya.
Asas pembangunan berkelanjutan berhubungan dengan
keterkaitan dan keberlanjutan pembangunan antargenerasi
dalam segala aspeknya, termasuk keberlanjutan asas-asas
pembangunan nasional yang lain seperti asas adil dan merata,
asas kesadaran hukum, dan asas kepercayaan pada diri
sendiri. Pembangunan nasional, yang mencakup upaya
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera, mempunyai pengaruh jangka panjang pada generasi
penduduk Indonesia masa depan serta daya dukung dan daya
tampung lingkungan yang menunjang kehidupan mereka.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang menjamin
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan penduduk dengan
lingkungan hidup, sehingga dapat menunjang kehidupan bangsa
dari generasi ke generasi sepanjang masa. Pembangunan
seperti ini merupakan upaya sadar dan berencana dalam
menggunakan dan mengelola sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara bijaksana.
Pasal 3
Ayat (1)
Penduduk dalam segala matranya merupakan salah satu
modal dasar dan sumber daya manusia yang produktif bagi
pembangunan nasional di segala bidang, apabila berkembang
dalam kuantitas yang memadai, kualitas yang *8020 tinggi,
serta persebaran yang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan. Keadaan penduduk yang demikian merupakan
unsur bagi ketahanan nasional yang tangguh dan mampu
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan bagi kelangsungan hidup bangsa dan
negara.
Oleh karena itu upaya perkembangan kependudukan perlu
diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan
kualitas penduduk, dan pengarahan mobilitas penduduk,
bersamaan dengan upaya pembangunan keluarga sejahtera
melalui keluarga berencana yang diarahkan pada pengembangan
kualitas keluarga.
Pengendalian kuantitas penduduk mencakup upaya yang
berhubungan dengan pertumbuhan, jumlah, dan ciri-ciri utama
penduduk. Di samping keluarga berencana, upaya pengendalian
kuantitas penduduk ditunjang pula oleh berbagai upaya di
bidang lain, termasuk kesehatan, pendidikan, peningkatan
peranan wanita, dan penyebaran penduduk.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara
kuantitas penduduk dengan lingkungan menyangkut perbandingan
ideal antara jumlah penduduk dengan daya tampung dan daya
dukung lingkungan.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara
kualitas penduduk dengan lingkungan menyangkut kemampuan
penduduk dalam memanfaatkan dan mendayagunakan daya dukung
dan daya Lampung lingkungan untuk memenuhi keperluan
hidupnya tanpa merusak kelestarian fungsi lingkungan.
Penduduk yang berkualitas tinggi mampu meningkatkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan, sehingga memberi manfaat
optimal. Misalnya, dengan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dapat ditingkatkan produktivitas lahan guna
keperluan pembangunan perumahan, pertanian, industri, dan
lain-lain, sehingga mampu menghidupi lebih banyak penduduk.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara
persebaran penduduk dengan lingkungan menyangkut pembagian
jumlah penduduk antar-daerah sesuai dengan daya tampung dan
daya dukung lingkungan serta mobilitas penduduk.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Hak yang sama berarti bahwa setiap penduduk tanpa
membedakan suku, agama, ras, dan etnik mempunyai hak dalam
upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan *8021
keluarga sejahtera sesuai dengan hak-hak penduduk yang
dikaitkan dengan matra penduduk sebagaimana diatur dalam
Undang-undang ini.
Ayat (2)
Himpunan kuantitas adalah penduduk sebagai jumlah
makro, yang terinci atas ciri-ciri demografis, antara lain
umur dan jenis kelamin.
Pasal 6
Hak-hak dalam pasal ini berlaku pula bagi warga negara asing
penduduk Indonesia dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Huruf a
Dalam hak pengembangan kualitas diri pribadi termasuk
memilih dan mengikuti pendidikan dan pelatihan sepanjang
umur yang sesuai dengan bakat, kemampuan, dan cita-cita,
memiliki lapangan kerja, profesi, dan bidang minat yang
ditekuni sesuai dengan kemampuannya, untuk mewujudkan
aspirasi dan mencapai kepuasan lahir batin dalam hidupnya.
Huruf b
Hak atas pemanfaatan wilayah warisan adat setempat
memberi jaminan bahwa kelompok penduduk yang telah
turun-temurun mengembangkan suatu wilayah secara adat, tidak
dikalahkan kepentingannya oleh pendatang baru. Jika wilayah
warisan adat setempat tersebut dikembangkan untuk kegiatan
pembangunan, maka penduduk semula diutamakan dalam menikmati
nilai tambah wilayahnya, misalnya dalam kesempatan kerja
baru dan sebagainya.
Hak untuk melestarikan dan mengembangkan perilaku
kehidupan budaya, meliputi aspek fisik (hubungan dengan
tanah) maupun aspek nonfisik, termasuk sosial-budaya seperti
kekhasan cara hidup. Sebagai contoh, beberapa suku atau
kelompok yang mempunyai perilaku kehidupan yang khas, tidak
dapat dipaksakan mengubah cara hidupnya agar sama dengan
yang lainnya. Perubahannya adalah sesuai dengan perkembangan
yang diinginkannya sendiri.
Huruf c
Setiap warga negara mempunyai harkat dan martabat yang
sama, apa pun status, pendidikan, kemampuan ekonomi, serta
kondisinya, termasuk cacat, fisik atau nonfisik.
Setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang
sama, karena itu hak penduduk asli atas ruang hidupnya perlu
dilindungi.
Penduduk asli di sini bukan semata-mata diartikan
berdasarkan atas faktor suku, ras, agama, tetapi juga faktor
lamanya penduduk tinggal dalam suatu wilayah tertentu sesuai
dengan perikehidupan sosial budaya setempat.
Huruf d
*8022 Dalam perencanaan pembangunan, termasuk
perencanaan perkembangan kependudukan, setiap kelompok
demografis harus masuk perhitungan penduduk secara makro.
Misalnya, dalam registrasi dan sensus penduduk, pembagian
wilayah, penetapan sasaran perkembangan kependudukan,
penentuan jumlah wakil dalam pemilihan umum, pemberian
bantuan pedesaan, dan sebagainya tanpa membedakan suku,
agama, ras, umur, jenis kelamin. Pelaksanaan penggunaan hak
sebagai himpunan kuantitas disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 7
Setiap keluarga dapat menentukan apakah akan mempunyai anak
dan dalam jumlah berapa, berdasarkan keadaan dan kemampuan
masing-masing, dengan menyadari tanggung jawabnya terhadap
masyarakat dan perkembangan anak. Pelaksanaan pengangkatan
anak sebagaimana dimaksud dalam pasal ini didasarkan atas
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak lain dicantumkan guna menampung hak-hak yang berkembang
di masa depan dalam mewujudkan keluarga sejahtera sebagai
akibat perkembangan zaman. Keberhasilan pembangunan pada
suatu kurun waktu menimbulkan peningkatan aspirasi keluarga
untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik lagi, dan
memperluas muatan kesejahteraan keluarga.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pengaturan jumlah keluarga yang ideal, pendidikan
keluarga, pengembangan kualitas lingkungan permukiman
merupakan suatu kebutuhan dalam upaya mengembangkan
kualitasnya. Oleh karena itu kewajiban tersebut merupakan
suatu kewajiban yang tidak terpisahkan dengan pengembangan
kualitas penduduk dalam segala matranya.
Ayat (3)
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
untuk kepentingan pendataan dan perencanaan pengembangan
kualitas penduduk, maka setiap penduduk juga berkewajiban
melakukan pencatatan atas kelahiran, kematian, perpindahan,
perkawinan, dan kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pencatatan
setiap kegiatan yang berkaitan dengan kependudukan.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dilaksanakan
melalui peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap dan
perilaku, dengan memperhatikan kemajemukan masyarakat
Indonesia.
*8023 Ayat (3)
Keterpaduan penyelenggaraan upaya perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera yang
dilaksanakan oleh Pemerintah dan masyarakat perlu diatur
untuk mencapai hasil yang optimal.
Keterpaduan tersebut bersifat horizontal antarsektor
maupun bersifat vertikal antara lembaga pusat dengan daerah.
Keterpaduan tersebut meliputi pula koordinasi antara
kegiatan Pemerintah dengan kegiatan masyarakat.
Daya dukung lingkungan alam tercermin pada jumlah
penduduk yang dapat dicukupi kehidupan pokoknya oleh sumber
alam yang dapat dimanfaatkannya tanpa mengganggu
keseimbangan serta fungsi ekosistem di wilayah yang
bersangkutan.
Daya tampung lingkungan binaan suatu wilayah tercermin
pada kepadatan fisik penduduk, yaitu jumlah manusia yang
dapat dilayani keperluan hidupnya secara layak oleh ruang,
prasarana, sarana, permukiman, fasilitas, dan pelayanan yang
tersedia.
Daya tampung lingkungan sosial tercermin pada
keseimbangan dan keserasian sosial, yaitu kemampuan untuk
mengelola kepadatan sosial dan sumber kehidupan bersama,
serta mengatasi perbedaan-perbedaan antarkelompok penduduk,
misalnya antar kelompok etnik, agama, ekonomi, wilayah
hunian, dan sebagainya.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Pengembangan kualitas penduduk pada prinsipnya telah
diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, misalnya
Undang-undang Pendidikan, Undang-undang Kesehatan,
Undang-undang Transmigrasi, Undang-undang Tenaga Kerja, dan
sebagainya. Oleh karena itu dalam penetapan kebijaksanaan
pengembangan kualitas penduduk, maka ketentuan-ketentuan
tersebut yang saling berkaitan satu sama lain,
pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu dan
menyeluruh.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kualitas fisik meliputi kebugaran yang dikaitkan dengan
kesegaran jasmani, kesehatan, serta daya tahan fisik
sehingga dapat melakukan kegiatan yang produktif.
*8024 Kualitas nonfisik meliputi kualitas kepribadian:
kecerdasan, ketahanan mental, dan kemandirian; kualitas
bermasyarakat: kesetiakawanan sosial dan kemampuan
bermasyarakat; kualitas kekaryaan: produktivitas, ketekunan,
dan prestasi kerja; kualitas wawasan lingkungan; serta
kualitas spiritual keagamaan: iman, keteguhan etik, dan
moral.
Pasal 12
Ayat (1)
Potensi penduduk berbeda dari orang ke orang. Ada yang
mempunyai potensi lebih tinggi pada segi-segi kualitas
fisik, sementara yang lain mempunyai potensi lebih pada segi
kualitas nonfisik.
Namun setiap orang mempunyai potensinya sendiri,
misalnya seorang buta mungkin mempunyai pendengaran yang
jauh lebih tajam, rasa seni yang lebih peka atau kemampuan
abstraksi yang lebih tinggi. Karena itu pengembangan
kualitas perlu dilakukan pada setiap orang ke arah potensi
kualitasnya yang optimal.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pendidikan pada ayat ini adalah
dalam arti kata luas, termasuk pendidikan seumur hidup untuk
meningkatkan kemampuan dan memenuhi aspirasi masyarakat.
Sarana dan fasilitas termasuk misalnya media informasi,
kemudahan pajak buku dan kertas, perpustakaan, akses bagi
masyarakat terhadap pangkalan data, dan adanya lapangan
olahraga umum di setiap lokasi permukiman atau untuk setiap
jumlah penduduk tertentu.
Ayat (3)
Nilai etik dan agama harus menjadi penapis sebelum
menerapkan atau menerima teknologi pengembangan kualitas,
seperti penggunaan obat untuk membentuk kemampuan otak dan
otot atau untuk memacu prestasi olahraga.
Pasal 13
Ayat (1)
Masyarakat rentan termasuk kelompok-kelompok yang tidak
atau kurang mendapat kesempatan untuk berkembang sebagai
akibat dari keadaan fisik dan nonfisiknya, misalnya kelompok
miskin, masyarakat di daerah terpencil dan daerah dengan
lingkungan hidup yang kritis, wanita pekerja dalam posisi
rawan, anak-anak terlantar, dan penyandang cacat.
Ayat (2),
Bentuk kemudahan misalnya pengadaan tangga khusus bagi
kursi roda pada gedung, sekolah, dan alat angkutan umum;
bahasa isyarat sebagai pelengkap dalam acara pendidikan di
televisi; keharusan pengadaan kamar kecil wanita yang
sebanding dengan jumlah wanita pekerja dalam pabrik.
*8025 Jenis kemudahan berhubungan dengan jenis hambatan
yang diatasinya.
Sifat kemudahan termasuk subsidi, keringanan
persyaratan seperti dalam memasuki sekolah bagi anak dari
daerah yang perlu dipacu kualitasnya, dan sebagainya.
Pasal 14
Ayat (1)
Mobilitas penduduk dan atau penyebaran penduduk dapat
berbentuk migrasi, baik melalui kebijaksanaan Pemerintah
seperti transmigrasi maupun atas keinginan sendiri.
Kebijaksanaan pengarahan mobilitas penduduk dan atau
penyebaran penduduk berkaitan erat dengan kebijaksanaan
penyebaran kegiatan pembangunan yang mendorong terjadinya
gerak keruangan antar daerah. Dengan demikian, kebijaksanaan
pembangunan perlu mempertimbangkan konsekuensi persebaran
penduduk yang optimal.
Pemerintah dapat menetapkan suatu daerah sebagai daerah
tertutup jika migrasi masuk tidak seimbang dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
Ayat (2)
Kebijaksanaan pada tingkat nasional meliputi pengarahan
mobilitas penduduk dan atau penyebaran penduduk
antarpropinsi, sedangkan kebijaksanaan pada tingkat daerah
meliputi mobilitas dan atau penyebaran penduduk
antarkabupaten dan kotamadya.
Kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bukan
bersifat tetap melainkan dapat diubah setiap waktu bila
dianggap perlu, sesuai dengan perkembangan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan upaya penyelenggaraan keluarga
berencana adalah upaya untuk membentuk keluarga kecil
sejahtera.
Pembangunan keluarga kecil sejahtera mempunyai tahapan,
baik menyangkut sasaran, maupun kegiatan, dan dimensi waktu.
Ayat (2)
Cukup jelas
*8026 Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Pelaksanaan pengaturan kelahiran harus selalu
memperhatikan harkat dan martabat manusia serta mengindahkan
nilai-nilai agama dan sosial budaya yang berlaku dalam
masyarakat.
Ayat (2)
Untuk menghindarkan hal yang berakibat negatif, setiap
alat, obat, dan cara yang dipakai sebagai pengatur kehamilan
harus aman dari segi medik dan dibenarkan oleh agama, moral,
dan etika.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 19
Suami dan isteri harus sepakat mengenai pengaturan kelahiran
dan cara yang akan dipakai agar tujuannya tercapai dengan
baik. Keputusan atau tindakan sepihak dapat menimbulkan
kegagalan atau masalah di kemudian hari. Kewajiban yang sama
antara keduanya berarti juga, bahwa apabila isteri tidak
dapat memakai alat, obat, dan cara pengaturan kehamilan,
misalnya karena alasan kesehatan, maka suami mempergunakan
alat, obat, dan cara yang diperuntukkan bagi laki-laki.
Pasal 20
Ayat (1)
Mengingat dalam pelaksanaan penggunaan alat, obat, dan
cara pengaturan kehamilan berkaitan erat dengan masalah
kesehatan, agar penggunaan alat, obat, dan cara pengaturan
kehamilan tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan,
maka cara penggunaan atau metode pelaksanaan tersebut
dilakukan atas petunjuk dan atau oleh tenaga kesehatan.
Dengan demikian hak asasi peserta keluarga berencana
tetap terjamin dengan pelaksanaan tindakan yang baik dan
profesional oleh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan di sini adalah sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
oleh karenanya tenaga kesehatan dalam melakukan
kewenangannya harus tetap berlandaskan pada standar profesi
kesehatan yang berlaku.
Tenaga kesehatan yang memberi pelayanan keluarga
berencana memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan standar profesi yang telah
ditentukan.
*8027 Setiap orang memperoleh ganti kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 21
Pasal ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari
tindakan yang dapat menurunkan moral bangsa Indonesia.
Meskipun dalam Undang-undang ini diperbolehkan untuk
mempertunjukkan dan atau memperagakan alat, obat, dan cara
pengaturan kehamilan, namun dalam pelaksanaannya hanya
terbatas pada tujuan keluarga berencana yang dilakukan oleh
tenaga yang berwenang untuk itu, dan tetap memperhatikan
tata nilai kehidupan bangsa Indonesia.
Tempat dan dengan cara yang layak artinya dalam
mempertunjukkan atau memperagakan alat tidak hanya dilakukan
di tempat yang patut atau diduga patut untuk mempertunjukkan
dan atau memperagakan untuk tujuan keluarga berencana,
tetapi termasuk pesertanya juga harus dapat menduga atau
patut mengetahui atau melaksanakan keluarga berencana dengan
menggunakan alat, obat, dan cara pengaturan kehamilan.
Pasal 22
Ayat (1)
Pengaturan di sini dimaksudkan agar kebutuhan akan alat
dan obat pengaturan kehamilan terpenuhi, baik secara
kualitas maupun kuantitasnya, sehingga tujuan keluarga
berencana dapat tercapai.
Pengadaan mencakup juga produksi alat dan obat
pengaturan kehamilan, sehingga persediaan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat secara merata.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Pelayanan yang diberikan meliputi pula penanggulangan
kesalahan atau komplikasi yang timbul dari pelayanan yang
telah diberikan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Peranserta masyarakat dalam perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera adalah sangat perlu,
mengingat upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera tidak mungkin hanya diselenggarakan oleh
Pemerintah. Untuk itu peran serta masyarakat diperlukan
sehingga beban tugas pelaksanaan pembangunan dapat dipikul
bersama antara Pemerintah dan masyarakat. Perlu diciptakan
suasana yang makin *8028 membangkitkan peran aktif
dan dinamis dari seluruh penduduk dalam upaya pelaksanaan
pembangunan nasional.
Peranserta masyarakat dapat dilakukan secara sukarela dan
mandiri sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Ayat (2)
Lembaga swadaya dan organisasi masyarakat yang dimaksud
dalam ayat ini adalah yang bergerak di bidang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera yang
mencakup :
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan upaya lain adalah antara lain
pendidikan untuk para ibu, peningkatan penggunaan air susu
ibu, peningkatan pembinaan kesejahteraan bayi dan anak
balita, peningkatan pendapatan keluarga, dan peningkatan
peranan wanita pada umumnya.
Ayat (3)
Proses perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera berlangsung secara alami dan dipengaruhi
pula oleh faktor-faktor lain di luar upaya pembangunan,
sehingga dapat mengarah pada keadaan yang berbeda dari yang
diperkirakan semula. Misalnya, pertumbuhan penduduk yang
jauh lebih tinggi dari sasaran, akan mengubah keseimbangan
manusia dengan lingkungan serta mempengaruhi sasaran yang
perlu dicapai upaya pembangunan. Karena itu, perlu
ditetapkan sasaran keseimbangan yang dicapai secara berkala.
Pengembangan pelayanan kependudukan dan keluarga
sejahtera meliputi di antaranya klinik, klinik dampak,
konsultasi ketahanan mental, dan sebagainya.
Tindakan (intervensi) dilakukan secara preventif
apabila ada gejala yang menuju timbulnya suatu keadaan yang
tidak menopang pelaksanaan tujuan perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga sejahtera sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, maupun secara represif apabila telah terdapat
penyimpangan dari tujuan tersebut.
*8029 Pengendalian dampak tidak hanya mengenai dampak
terhadap lingkungan fisik, akan tetapi juga dampak terhadap
lingkungan nonfisik, termasuk sosial budaya.
Ayat (4)
Upaya komunikasi, informasi, dan edukasi bagi penduduk
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera meliputi pula informal tentang teknologi yang
tersedia bagi masyarakat, pendidikan dan konsultasi
pembinaan kehidupan berkeluarga, termasuk pendidikan masalah
seks dan pelayanan pemenuhan kebutuhan penduduk dan atau
keluarga.
Pendidikan tersebut meliputi peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap dan perilaku terhadap keluarga dan
masyarakat tentang pentingnya reproduksi sehat sehingga
merupakan bagian cara hidup yang layak. Pelayanan pemenuhan
kebutuhan penduduk dan atau keluarga meliputi antara lain
pelayanan informasi, pelayanan alat konstrasepsi termasuk
pelayanan rujukan untuk menanggulangi akibat samping,
komplikasi kegagalan, pengayoman medis, bina keluarga
balita, dan sebagainya.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Tindakan dan langkah guna merangsang dan mendorong
upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera dilaksanakan dengan sistem insentif dan pemberian
penghargaan.
Insentif merupakan rangsangan bagi masyarakat untuk
melaksanakan upaya atau perilaku kependudukan yang sesuai
dengan arah kebijaksanaan, seraya mencegah perilaku yang
tidak sesuai. Rangsangan dapat diberikan dalam berbagai
bentuk, termasuk keringanan pajak kemudahan kredit, dan
perizinan bagi kegiatan yang menunjang kebijaksanaan
pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas
penduduk, dan atau pengarahan mobilitas penduduk; misalnya
bagi pembukaan usaha baru di daerah yang mempunyai potensi
daya dukung yang tinggi, sehingga mendorong mobilitas
penduduk dari daerah yang mempunyai daya dukung yang rendah.
Tindakan dan langkah sebagaimana tersebut dalam pasal
ini dapat pula diarahkan kepada pemberian penghargaan bagi
setiap orang yang berjasa dalam perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga sejahtera.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
*8030
Pasal 29
Cukup jelas
--------------------------------
CATATAN
Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1992