Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

“Tahan Nafas, Tekanan Pernafasan


Dan Pernapasan pada Orang”

BLOK RESPIRASI

Oleh :
KELOMPOK A-12
Ketua : Arin Cahyaningtyas 1102017038
Sekretaris : Annisa Ulfa 1102017035
Anggota : Adelia Evita Lestari 1102017003
Dhyva Lathyva Yasnur 1102017069
Dova Millenia Aisyah N. 1102017074
Dwiky Ananda Ramadhan 1102017076
Husnullabib 1102017105
Iffaty Farraz Salsabila M. 1102017106
Febri Irwansyah 1102016070

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2018/2019
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................................
Dasar Teori.............................................................................................................................
Tujuan....................................................................................................................................
Tata Kerja...............................................................................................................................
Hasil Praktikum.....................................................................................................................
Pembahasan............................................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................................
TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN
DASAR TEORI
Setiap makhluk hidup seperti manusia untuk melangsungkan hidupnya ia perlu bernafas.
Ada 2 macam pengertian pernafasan berdasarkan jalurnya yaitu Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler
dan Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan
sel-sel tubuh.
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer
(West, 1974).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernapasan dapat dibagi menjadi empat
mekanisme dasar, yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfir
2. Diffusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan
dari sel
4. Pengaturan ventilasi
(Guyton & Hall, 1996)

Ventilasi merupakan suatu proses pemindahan udara inspirasi ke dalam alveolar


(Astrand, 1970). Ventilasi paru tersebut dipengaruhi oleh:
1. Volume paru
2. Resistensi terhadap aliran yang terjadi di dalam saluran nafas
3. Sifat elasitik atau daya kembang paru dan dinding dada
(Sodeman, 1995)
Pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai dengan beratnya aktivitas
tersebut (Astrand, 1970).

Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem pernapasan dan usia.
Volume paru pria juga lebih besar daripada wanita. Pada saat gerak badan, ambilan
oksigen dapat mencapai 4-6 liter per menit dan volume udara inspirasi per menit dapat
meningkat sampai dua puluh kali lipat. Keadaan ini dicapai dengan peningkatan volume
tidal dan frekwensi pernapasan (Horisson, 1997).
Compliance atau daya kembang paru adalah perubahan volume per liter yang
disebabkan oleh tiap perubahan satu unit cmHg (Astrand, 1970). Daya kembang paru
juga tergantung pada ukuran paru. Jadi daya kembang bayi lebih kecil daripada orang
dewasa, dan daya kembang orang yang berbadan kecil juga berbeda dengan daya
kembang orang yang berbadan besar (Guyton & Hall, 1996).
Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang berhubungan dengan ventilasi
paru dan dinding dada, serta uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Uji fungsi
ventilasi termasuk pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis. Uji
fungsi paru ini dapat memberikan informasi yang berharga mengenai keadaan paru,
walaupun tidak ada uji fungsi paru yang dapat mengukur semua kemungkinan yang ada.
Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan
udara yang masuk dan keluar dari paru, dengan proses yang dinamakan spirometri,
dengan menggunakan spirometer. Dari spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume
dan kapasitas paru (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).
Volume Paru
Berdasarkan gambar di atas, volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali
pernapasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa.
2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah
volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan
dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ±
1100 ml.
4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.
(Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970)
Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi
empat bagian, yaitu:
1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya
± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada
tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru
pada akhir eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume
cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang
dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan
kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ± 5800
ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan
inspirasi paksa.
(Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970)
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20-25% lebih kecil daripada pria,
dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh
kecil dan astenis (Guyton & Hall, 1996).
TUJUAN :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Menetapkan tercapainya breaking point seseotang pada waktu menahan nafas pada
berbagai kondisi pernapasan.
2. Menerangkan perbedaan lamanya menahan nafas pada kondisi pernafasan yang
berbeda-beda.
3. Mengukur tekanan pernapasan dengan manometer air raksa dan manometer air.

Alat yang diperlukan


1. Stopwatch/arloji
2. Beberapa kantong plastik :
- Yang kosong
- Yang berisi O²
- Yang berisi CO² 10%
3. Sfigmomanometer + stetoskop
4. Alat analisis gas Fyrite untuk CO²
5. Manometer air raksa + botol perangkap
6. Manometer air
Tata Kerja
1. Tahan Napas.

Tetapkanlah lamanya o.p dapat menahan napas (dalam detik) dengan cara menghentikan
pernapasan dan menutup mulut dan hidungnya sendiri sehingga tercapai breaking point
pada berbagai kondisi pernapasan sperti tercantum dalam daftar di bawah ini (berilah
istirahat 5 menit antara 2 percobaan).
1. Pada akhir inspirasi biasa
P.IV 1.1 Apa yang dimaksud dengan breaking point ?
Jawaban: kemampuan seseorang untuk menahan nafasnya sampai dia tidak dapat
lagi menahan nafasnya.
P.IV 1.2 Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya breaking point ?
Jawaban: berkurangnya oksigen (PO2) dan meningkatnya karbondioksida (PCO2)

2. Pada akhir ekspirasi biasa


3. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat
4. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat
5. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p bernapas dalam dan cepat selama 1
menit
6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastik yang berisi 0²
7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan
3 kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastik berisi O²
8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastik yang berisi CO² 10%
9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari ditempat selama 2 menit
10. Setelah breaking point pada percobaan no.9 tercapai, biarkanlah o.p bernapas lagi
selama 40 detik, kemudian tentukanlah berkali-kali lama menahan napas sesudah
inspirasi tunggal yang kuat dengan diselingi bernapas selama selama 40 detik sampai
o.p bernapas lagi dengan dengan tenang seperti sebelum berlari.
P.IV.1.3 bagaimana perubahan pO² dan pCO² dalam udara alveoli dan darah pada
waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi ?
Jawaban: Jika terjadi penurunan ventilasi alveolar relatif terhadap perfusinya, PO2
di alveolus menurun akibat berkurangnya pengiriman O2 ke alveolus dan PCO2
meningkat karena menurunnya pengeluaran CO2. Sebaliknya, bila perfusi berkurang
secara relative terhadap ventilasi, PCO2 akan berkurang karena lebih sedikit CO2
yang dikirimkan dan PO2 meningkat karena lebih sedikit O2 yang memasuki aliran
darah.

2. Tekanan Pernafasan
DASAR TEORI
Inspirasi
Udara masuk ke paru karena PBar > PParu
 Pada saat inspirasi biasa PAlveol lebih negatif dari tekanan barometer atau
PA = - 1 mmHg (dibanding dengan Pbar )
Jika PBar = 760 mmHg → PA = 759 mmHg
 Pada saat inspirasi maksimal PA = - 80 mmHg

Ekspirasi
Udara keluar dari paru karena PBar < PParu
 Pada saat ekspirasi biasa PA = + 1 mmHg
Jika PBar = 760 mmHg → PA = 761 mmHg
 Pada saat ekspirasi maksimal PA = + 100 mmHg

A. Pengukuran Tekanan Pernafasan Normal


1. Suruh o.p bernapas biasa selama 1-2 menit
2. Dengan tetap bernapas melalui hidung, hubungkanlah pipa kaca manometer air
dengan mulut o.p sehingga permukaan air dalam manometer naik turun mengikuti
inspirasi dan ekspirasi o.p.
B. Pengukuran Tekanan Pernafasan Maksimal
1. Hubungkanlah pipa kaca manometer air raksa dengan mulut o.p melalui botol
perangkap.
2. Persilahkan o.p melakukan inspirasi dan ekspirasi sekuat-kuatnya beberapa kali
sambil menutup hidung. Permukaan air raksa dalam manometer akan naik turun
mengikuti inspirasi dan ekspirasi. Catatlah besar tekanan inspirasi dan ekspirasi
maksimal o.p.
P-IV.1.4 Apakah fungsi botol perangkap pada percobaan ini?
Jawaban: berfungsi untuk menjaga orang percobaan dari tertelannya air raksa pada
saat melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya

3. Pernafasan Pada Orang

DASAR TEORI
Orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik > rasio
FEV1/FVC = 75-80%

Spirogram normal yang menunjukkan FVC, FEV1, dan FEF25-75%

Basic of Pulmonary Function Test


• Obstructive Lung Disease = tidak dapat menghembuskan udara
(unable to get air out)
- FEV1/FVC < 75%
- Semakin rendah rasionya, semakin parah obstruksinya
FEV1: 60-75% = mild
FEV1: 40-59% = moderate
FEV1: <40% = severe
• Restrictive Lung Disease = tidak dapat menarik napas (unable to
get air in)
- FVC rendah; FEV1/FVC normal atau meningkat
- TLC berkurang > sebagai Gold Standard

Obstructive
Jalan nafas yang menyempit akan mengurangi voulume udara yang dapat dihembuskan pada satu
detik pertama ekspirasi. Amati bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang
panjang. Rasio FEV1/FVC berkurang secara nyata. Ekspirasi diperlama dengan peningkatan
perlahan pada kurva, dan plateau tidak tercapai sampai waktu 15 detik.
Restrictive
FEV1 dan FVC menurun. Karena jalan nafas tetap terbuka, ekspirasi bisa cepat dan selesai dlm
waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume
udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil dibandingkan normal.
Mixed
Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau. Kapasitas vital
berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu
parah, sulit dibedakan dengan pola obstruktif
TUJUAN
Dalam latihan ini akan dipelajari:
1. Kapasitas vital fungsional.
2. Kapasitas vital
3. Kapasitas residu fungsional.
4. Kurva “Flow Volume”.

Alat yang diperlukan :


Autospirometer AS 500 lengkap dengan peralatannya yang terdiri dari Autospirometer AS 500,
Mouth piece, tranducer.
Tata Kerja :
Mula-mula dicatat data mengenai o.p. yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan yang kemudian
dimasukkan ke dalam alat. Setelah alat-alat siap dihubungkan dengan listrik.
1. Pemeriksaan Kapasitas Vital fungsional.
Tekan FVC, setelah itu tekan Start/Stop, lalu dilihat pesan yang tertulis di LCD dan
dikerjakan :
- Ekspirasi pelan-pelan
- Inspirasi maksimal
- Ekspirasi paksa
- Bernafas biasa.

2. Pemeriksaan Kapasitas Vital:


Tekan VC/MVV, Kemudian tekan start/stop lalu baca pesan yang tertulis di LCD.
Kemudian dilihat hasilnya di LCD.

3. Pemeriksaan Kapasitas Residu Fungsional


Seperti diatas, tetapi dilakukan pernapasan tenang selama 3 kali, kemudian ekspirasi
komplit, bila tidak stabil tidak terdapat pesan di LCD, tetapi bila stabil terdapat pesan dan
dilakukan pernapasan dangkal, ekspirasi komplit kemudian inspirasi penuh, dan lihat
hasilnya di LCD.

4. Pemeriksaan Kapasitas Pernapasan Maksimal :


Tekan VC/MVV lalu tekan start/stop, perhatikan pesan pada LCD, bernapas biasa dan
cepat selama 12 detik.
5. Pemeriksaan Kurve “Flow Volume”
Tekan FVC, lalu start dan stop ditekan, dan lihat pesan di LCD yaitu napas semaksimal
mungkin diluar alat kemudian ekspirasi secepat-cepatnya dan sedalam-dalamnya ke
dalam mouth piece yang dihubungkan dengan transducer. Dan setelah itu dilihat hasilnya
dan bila perlu direkam.

HASIL PERCOBAAN

Praktikum 1

Probundus : Adelia Evita Lestari


Umur : 19 th
Jenis kelamin : Perempuan
1. Pada akhir inspirasi biasa = 36 detik
2. Pada akhir ekspirasi biasa = 30 detik
3. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat = 53 detik
4. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat = 24 detik
5. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p bernapas dalam dan cepat selama 1
menit = 63 detik
6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastik yang berisi 0² = 84 detik
7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan
3 kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastik berisi O² = 91detik
8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastik yang berisi CO² 10% 37 detik
9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari ditempat selama 2 menit
= 14 detik
10. Setelah breaking point pada percobaan no.9 tercapai, biarkanlah o.p bernapas lagi
selama 40 detik, kemudian tentukanlah berkali-kali lama menahan napas sesudah
inspirasi tunggal yang kuat dengan diselingi bernapas selama selama 40 detik sampai
o.p bernapas lagi dengan dengan tenang seperti sebelum berlari = 35 detik

GAMBAR ILUSTRASI
Pembahasan
Terlihat pada hasil percobaan, waktu tahan nafas akan lebih lama jika
dilakukan setelah inspirasi dan akan waktu tahan nafas akan lebih cepat jika
dilakukan setelah ekspirasi. Dan waktu tahan nafas akan semakin bertambah ketika o.p
melakukan inspirasi yang kuat, dan akan semakin berkurang jika o.p melakukan ekspirasi
maksimal. Hal ini berkaitan dengan volume oksigen yang terdapat pada paru-paru.
Semakin banyak volume oksigen dalam paru-paru, semakin lama o.p dapat
menahan nafas. Ketika o.p mencapai breaking point (kemampuannya untuk menahan
nafas) maka o.p akan melakukan ventilasi kembali untuk memasok tubuh dengan oksigen
lagi. Ketika o.p melakukan tahan nafas setelah berlari, waktu tahan nafas nya akan
semakin cepat. Karena pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai dengan
beratnya aktivitas tersebut. Lalu, setelah o.p beristirahat dan volume oksigen tubuh sudah
mencukupi maka ventilasi akan kembali seperti semula.

Praktikum 2
Probundus : Husnullabib
Umur : 19 th
Jenis kelamin : laki-laki

a. Tekanan Nafas Normal


Inspirasi : 60 ml/dtk/g
Ekspirasi : 60 ml/dtk/g

b. Tekanan Nafas Maksimal


Inspirasi : 3 mmHg
Ekspirasi : 3 mmHg

Pembahasan
Pada saat inspirasi tekanan dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif, dan udara
mengalir kedalam paru. Inspirasi merupakan proses aktif karena memerlukan kontraksi
otot diafragma dan otot inspirasi (m.interkostalis externus) yang akan meningkatkan
volume intratoraks.
Pada saat ekspirasi tekanan dalam saluran udara menjadi sedikit positif, dan udara
mengalir meninggalkan paru. Saat pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif
yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks.
Pada inspirasi kuat, pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar, karena tekanannya
pun turun lebih negatif dibanding inspirasi biasa. Bila ventilasi meningkat, derajat
pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang
menurunkan volume intratoraks.

Praktikum 3
Probundus : Dwiky Ananda
Umur : 19 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Hasil:
FVC = 2,06 (40%)
FEV 1.0 = 1,26 (61%)
FEV 1.0 / FVC = 1,26 / 2,06 = 0,61 ( 61%)
VC = 4,62 (86%)

Pembahasan
Nilai FEV1 op adalah 61%, yang dikategorikan sebagai Obstructive Lung Disease pada derajat
mild.
Daftar Pustaka

Ganong WF. Review Of Medical Physiology. 23rd ed. San Fransisco : McGraw-Hill ; 2005
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.p.499-502.
Sherwood L. Human Physiology : From Cell to System. 7 th ed. Canada : Brooks/Cole Cengage
Learning ; 2007.p.480-1.

Anda mungkin juga menyukai