Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurutkamusbahasa Indonesia, eliminasiadalahpengeluaran,


penghilangan,penyingkiran,penyisihan.Dalambidangkesehatan,
eliminasiadalah proses pembuangansisa metabolisme
tubuhbaikberupaurinatau bowel
(feses).Eliminasidibutuhkanuntukmempertahankan homeostasis
tubuh.Eliminasipadamanusiadigolongkanmenjadi 2 macam,
yaitumiksidandefekasi.Miksiadalah proses
pengosongankandungkemihbilakandungkemihterisi.
Miksiiniseringdisebutbuang air kecil.Buang air
besarataudefekasiadalahsuatutindakanatau proses
makhlukhidupuntukmembuangkotoranatautinja yang padatatausetengah-
padat yang berasaldarisystempencernaan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang harus dilakukan saat
melakukan pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui apa saja yang harus diperiksa pada organ tubuh
yang menderita gangguan eliminasi.

1
BAB II

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

A. Pengertian

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut


denganbuang air besar atau proses pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.Waktu
defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual. Orang dalam
keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Tetapi ada pula
yang buang air besar 3-4 kali seminggu. Umumnya, jumah feses
bergantung pada jumah intake makanan. Namun secara khusus, jumlah
feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan
yang dimakan. Pola defekasi akan berubah karena adanya konstipasi.
Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air
besar ( Asmadi, 2008 ).Organ saluran pencernaan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: organ saluran gastrointestinal bagian atas dan organ saluran
gastrointestinal bagian bawah.

B. Masalah/Gangguan Pada Eliminasi Bowel


- Konstipasi
Gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses yang kering dan
keras melalui usus besar. Biasanya di sebabkan oleh pola defekasi
yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologi,
obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
- Fecal infaction
Massa feses yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi
dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya di

2
sebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas,
diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
- Diare
Keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. usus besar tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena
stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi internal.
- Inkontinensia alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan
gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau
persarapan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.
- Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intenstinal sehingga menyebabkan
distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan
obat-obatan (barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas
intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas
dapat berefek anestesi.
- Hemorroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan
maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

C. Tujuan/Indikasi
Tujuan perawatan klien dengan masalah eliminasi meliputi hal-hal
berikut :
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis
keperawatan.
3. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien dan penatalaksanaannya.

3
D. Persiapan Tindakan Keperawatan
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan fisik
gangguan eliminasi adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pasien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
3. Menjelaskan prosedur tindakan
4. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
Alat-alat:
1. Handscoon disposable
2. Masker (jika perlu)
3. Stetoskop

E. Langkah- Langkah Tindakan Keperawatan


1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur :35 tahun
Alamat :Surabaya
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Nyeri pada perut, seminggu belum BAB.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan dibawa ke RSUD Surabaya setelah
mengalami seminggu tidak BAB. Pasien merasa kembung, pusing
dan panas. Semua dirasakan pasien sampai merasa lemas, oleh
karena itu keluarga pasien membawa pasien ke RSUD. Pasien
mendapat infus RL 20 tpm dan di lanjutkan ke ruang teratai untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.

4
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan dahulu tidak pernah mengalami sakit
seperti yang dialami pasien sekarang ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak terdapat
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang di derita
oleh pasien saat ini.
3. Pemeriksaan Umum
Tanggal 04 Oktober 2018
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 98 x/ menit
Suhu : 37,4 oC
Pernafasan : 23 x/menit
TB : 162 cm
BB : 60 kg
4. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
1. Inspeksi : Pembesaran pada abdomen
2. Auskultasi : Bising usus tidak terdengar
3. Palpasi : Perut terasa keras, ada impaksi feses, hepar dan
lien tidak teraba
4. Perkusi : Terdengar redup.
b. Rektum dan Anus
1. Inspeksi : Tidak ditemukan adanya lesi, lecet dan inflamasi
2. Palpasi : Adanya massa pada rektum.

PROSEDUR
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi klien

5
3. Kontrak: topik/waktu/tempat.

b. Fase Kerja
 Persiapan alat
1. Setoskop
2. Handscoon
3. Masker (jika perlu)

 Cara kerja
1. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
a) Perhatikan integritas kulit pada abdomen ( anemis, sianosis,
atau normal )
b) Perhatikan kontur dan kesimetrisan abdomen ( convex atau
concave ) adakah pembesaran hati atau limfa dan apakah ada
spider navi serta memperhatikan apakah ada massa atau lesi
pada abdomen.
c) Perhatikan pergerakan abdomen berhubungan dengan
peristaltik. Peristaltis terlihat pada orang yang sangat kurus.
Peristaltis yang tampak pada orang normal menunjukkan
obstruksi usus.
Auskultasi
a) Mendengar suara bising usus di setiap kuadran dengan
menggunakan stetoskop. Bising usus normal sebanyak 5- 35
x/menit dan terjadi setiap 5 sampai 15 detik. Hipoaktif apabila
suara bising usus sangat lemah dan jarang (1 x/menit)
menunjukan penurunan motilitas usus yang berhubungan
dengan ileus paralitik. Hiperaktif (setiap 3 detik) atau
borborygmi, menunjukkan peningkatan motilitas berhubungan
dengan diare, obstruksi usus awal, dan penggunaan laksatif.

6
Ketiadaan bising usus (tidak terdengar selama 3-5 menit)
menunjukkan penghentian motilitas usus.
b) Auskultasi bunyi vaskular lainnya di abdomen. Letakkan
stetoskop pada aorta, arteri renal dan iliaka arteri.
Palpasi
a) Palpasi ringan bertujuan untuk mendeteksi massa, area spasme
muskular atau kekakuan serta area yang nyeri. Palpasi dalam
bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ serta
massa abdomen. Normalnya pada saat melakukan palpasi
abdomen teraba tenderness, relax dan halus serta tegangannya
konsisten.
Perkusi
a) Melakukan perkusi pada setiap kuadran abdomen. Perkusi
bertujuan untuk menentukan bunyi timpani (gas pada usus dan
perut) dan redup (penurunan atau ketiadaan resonan karena
massa dan cairan).

2. Pemeriksaan Pada Rektum dan Anus


Pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.Saat
pasien mengejan, perlahan masukkan jari ke dalam anus hingga
kedalam rektum, keetika jari memasuki kanalis ani, perhatikan
adanya nyeri, nyeri tekan , atau massa

7
Inspeksi
a) Perawat mengamati daerah perianal untuk melihat adanya
tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula,
konsistensi, dan hemoroid.
Palpasi
a) Perawat melakukan palpasi dinding rektum dan rasakan adanya
nodul, massa, nyeri tekan, serta bentuk dan ukuran.

3. Pemeriksaan Pada Feses


Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna,
dan jumlahnya. Amati pula unsur abnormal pada feses.

c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon pasien
 Evaluasi subjektif
 Evaluasi objektif
2. Tindak lanjut pasien
3. Kontrak: topik/waktu/tempat
Sikap
 Berhati-hati
 Peka terhadap reaksi pasien.

8
F. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Menjaga privasi klien. Cobalah untuk membuat pasien senyaman
mungkin selama prosedur tindakan.
2. Pemeriksaan harus terorganisasi dengan baik untuk menghemat tenaga
klien dan juga perawat.
3. Berhati-hati dalam melakukan tindakan sehingga tidak menambah
cedera pada pasien.
4. Peka terhadap reaksi atau respon klien pada saat melakukan tindakan.

G. Evaluasi
1. Mengevaluasi karakteristik dari feses: warna, konsistensi, jumlah,
dan bau.
2. Mengevaluasi respon juga toleransi klien selama prosedur.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut


dengan buang air besar atau proses pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus. Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu: refleks
defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis.

Pemeriksaan fisik pada gangguan sistem eliminasi BAB terdiri


dari inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi pada abdomen, serta
inspeksi dan palpasi pada rektum dan anus.

B. Saran

Jadilah perawat yang profesional dalam melakukan tindakan


dan harus sesuai dengan prosedur dan SOP yang berlaku di institusi
serta melakukan tindakan dengan menggunakan alat pelindung diri
(APD) untuk keamanan dalam bekerja.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-43234053

http://www.academia.edu/9124983/A._GANGGUAN_ELIMIN
ASI_BOWEL

https://www.scribd.com/doc/285663945/A-Gangguan-
Eliminasi-Bowel

11

Anda mungkin juga menyukai