KMB Sop Penfis Bab Buk Indah Kel 15
KMB Sop Penfis Bab Buk Indah Kel 15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang harus dilakukan saat
melakukan pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui apa saja yang harus diperiksa pada organ tubuh
yang menderita gangguan eliminasi.
1
BAB II
A. Pengertian
2
sebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas,
diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
- Diare
Keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. usus besar tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena
stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi internal.
- Inkontinensia alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan
gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau
persarapan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.
- Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intenstinal sehingga menyebabkan
distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan
obat-obatan (barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas
intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas
dapat berefek anestesi.
- Hemorroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan
maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.
C. Tujuan/Indikasi
Tujuan perawatan klien dengan masalah eliminasi meliputi hal-hal
berikut :
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis
keperawatan.
3. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien dan penatalaksanaannya.
3
D. Persiapan Tindakan Keperawatan
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan fisik
gangguan eliminasi adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pasien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
3. Menjelaskan prosedur tindakan
4. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
Alat-alat:
1. Handscoon disposable
2. Masker (jika perlu)
3. Stetoskop
4
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan dahulu tidak pernah mengalami sakit
seperti yang dialami pasien sekarang ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak terdapat
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang di derita
oleh pasien saat ini.
3. Pemeriksaan Umum
Tanggal 04 Oktober 2018
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 98 x/ menit
Suhu : 37,4 oC
Pernafasan : 23 x/menit
TB : 162 cm
BB : 60 kg
4. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
1. Inspeksi : Pembesaran pada abdomen
2. Auskultasi : Bising usus tidak terdengar
3. Palpasi : Perut terasa keras, ada impaksi feses, hepar dan
lien tidak teraba
4. Perkusi : Terdengar redup.
b. Rektum dan Anus
1. Inspeksi : Tidak ditemukan adanya lesi, lecet dan inflamasi
2. Palpasi : Adanya massa pada rektum.
PROSEDUR
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi klien
5
3. Kontrak: topik/waktu/tempat.
b. Fase Kerja
Persiapan alat
1. Setoskop
2. Handscoon
3. Masker (jika perlu)
Cara kerja
1. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
a) Perhatikan integritas kulit pada abdomen ( anemis, sianosis,
atau normal )
b) Perhatikan kontur dan kesimetrisan abdomen ( convex atau
concave ) adakah pembesaran hati atau limfa dan apakah ada
spider navi serta memperhatikan apakah ada massa atau lesi
pada abdomen.
c) Perhatikan pergerakan abdomen berhubungan dengan
peristaltik. Peristaltis terlihat pada orang yang sangat kurus.
Peristaltis yang tampak pada orang normal menunjukkan
obstruksi usus.
Auskultasi
a) Mendengar suara bising usus di setiap kuadran dengan
menggunakan stetoskop. Bising usus normal sebanyak 5- 35
x/menit dan terjadi setiap 5 sampai 15 detik. Hipoaktif apabila
suara bising usus sangat lemah dan jarang (1 x/menit)
menunjukan penurunan motilitas usus yang berhubungan
dengan ileus paralitik. Hiperaktif (setiap 3 detik) atau
borborygmi, menunjukkan peningkatan motilitas berhubungan
dengan diare, obstruksi usus awal, dan penggunaan laksatif.
6
Ketiadaan bising usus (tidak terdengar selama 3-5 menit)
menunjukkan penghentian motilitas usus.
b) Auskultasi bunyi vaskular lainnya di abdomen. Letakkan
stetoskop pada aorta, arteri renal dan iliaka arteri.
Palpasi
a) Palpasi ringan bertujuan untuk mendeteksi massa, area spasme
muskular atau kekakuan serta area yang nyeri. Palpasi dalam
bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ serta
massa abdomen. Normalnya pada saat melakukan palpasi
abdomen teraba tenderness, relax dan halus serta tegangannya
konsisten.
Perkusi
a) Melakukan perkusi pada setiap kuadran abdomen. Perkusi
bertujuan untuk menentukan bunyi timpani (gas pada usus dan
perut) dan redup (penurunan atau ketiadaan resonan karena
massa dan cairan).
7
Inspeksi
a) Perawat mengamati daerah perianal untuk melihat adanya
tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula,
konsistensi, dan hemoroid.
Palpasi
a) Perawat melakukan palpasi dinding rektum dan rasakan adanya
nodul, massa, nyeri tekan, serta bentuk dan ukuran.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon pasien
Evaluasi subjektif
Evaluasi objektif
2. Tindak lanjut pasien
3. Kontrak: topik/waktu/tempat
Sikap
Berhati-hati
Peka terhadap reaksi pasien.
8
F. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Menjaga privasi klien. Cobalah untuk membuat pasien senyaman
mungkin selama prosedur tindakan.
2. Pemeriksaan harus terorganisasi dengan baik untuk menghemat tenaga
klien dan juga perawat.
3. Berhati-hati dalam melakukan tindakan sehingga tidak menambah
cedera pada pasien.
4. Peka terhadap reaksi atau respon klien pada saat melakukan tindakan.
G. Evaluasi
1. Mengevaluasi karakteristik dari feses: warna, konsistensi, jumlah,
dan bau.
2. Mengevaluasi respon juga toleransi klien selama prosedur.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-43234053
http://www.academia.edu/9124983/A._GANGGUAN_ELIMIN
ASI_BOWEL
https://www.scribd.com/doc/285663945/A-Gangguan-
Eliminasi-Bowel
11