Anda di halaman 1dari 28

RESPONSI

DERMATITIS SEBOROIK

Pembimbing :
dr. Eko Riyanto, Sp. KK

Penyusun :
Vega Christina Paath
NIM 2010.04.0.0052

ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Nama : Vega Christina Paath
NIM : 2010.04.0.0052

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. D
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Gunungsari, Surabaya
Tanggal Pemeriksaan : 3 Januari 2017

II. ANAMNESA
1. Keluhan utama : muncul ruam merah di wajah
2. Keluhan tambahan : perih pada ruam merah di wajah

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke UGD RSAL pada tanggal 31 Desember
2016 di malam hari dengan keluhan panas dan malaise sejak 5
hari sebelumnya, kemudian pasien diopname di ruangan C2
dengan diagnosa demam berdarah. Keesokan harinya pasien
mengatakan muncul ruam kemerahan di wajahnya, pada bagian
kedua pipi dan juga sekitar hidungnya. Pasien juga mengatakan
bahwa dia merasakan rasa perih pada ruam kemerahan
tersebut. Pasien menyangkal adanya rasa gatal pada ruam
tersebut. Pasien mengaku memakai sabun pembersih wajah
merk biore yang ada di pasaran dan sudah lama memakai
produk tersebut, pasien menyangkal memakai krim-krim
perawatan pada wajahnya. Pasien menyangkal riwayat
bersentuhan dengan bahan-bahan yang diduga iritan
sebelumnya. Pasien menyangkal alergi makanan tertentu dan
juga menyangkal alergi obat tertentu. Pasien mengaku kadang-
kadang dia mengalami kepala berketombe.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya

5. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada anggota keluarga atau kerabat yang sakit seperti
ini.
- Riwayat alergi disangkal

6. Riwayat Psikososial :
- Penderita mandi 2 kali sehari dan rutin mencuci muka 2 kali
sehari.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis :
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : 4-5-6
Status Gizi : baik
Tekanan darah : tidak diukur
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Extremitas : dalam batas normal
Genetalia : dalam batas normal
2. Status Dermatologis
Status lokalis : Regio infraorbitalis, regio supraorbitalis, regio
buccalis, regio nasalis, nasolabial, perioral

Tampak makula eritematous berbatas kurang tegas disertai


skuama-skuama halus kekuningan berminyak dan bentukan
papul-papul.
IV. RESUME
1. Anamnesa

Pasien datang ke UGD RSAL pada tanggal 31 Desember


2016 di malam hari dengan keluhan panas dan malaise sejak 5
hari sebelumnya, kemudian pasien diopname di ruangan C2
dengan diagnosa demam berdarah. Keesokan harinya pasien
mengatakan muncul ruam kemerahan di wajahnya, pada bagian
kedua pipi dan juga sekitar hidungnya. Pasien juga mengatakan
bahwa dia merasakan rasa perih pada ruam kemerahan
tersebut. Pasien mengaku kadang-kadang dia mengalami
kepala berketombe.

2. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Dalam batas normal

Status Dermatologis:
Status lokalis : Regio infraorbitalis, regio supraorbitalis, regio
buccalis, regio nasalis, nasolabial, perioral

Tampak makula eritematous berbatas kurang tegas disertai


skuama-skuama halus kekuningan berminyak dan bentukan
papul-papul.

V. DIAGNOSA KERJA
Dermatitis Seboroik

VII. PLANNING
1. Planning Diagnosa
Pemeriksaan Wood lamp, Pemeriksaan KOH
2. Planning Terapi
Medikamentosa
 Sampo selsun
 Salep 2-4
 Krim hydrocortison
 Ketokonazol 200 mg 1x1 10 hari

Non Medikamentosa
 Jaga kebersihan diri dan lingkungan, rajin mencuci muka
 Jangan menggaruk luka

VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS SEBOROIK

I. PENDAHULUAN

Istilah dermatitis seboroik adalah (D.S) dipakai untuk segolongan


kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi
di tempat-tempat seboroik. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit
kronis, dan sering kambuh. Dermatitis seboroik termasuk dalam kelompok
dermatosis eritroskuamosa dimana merupakan penyakit kulit yang
terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama. Dermatitis
seboroik sering dikacaukan dengan psoriasis yang juga termasuk dalam
kelompok dermatosis eritroskuamosa. Penyebabnya belum diketahui
pasti, beberapa teori menerangkan tentang etiopatogenesis. 1,2
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Faktor
predisposisinya ialah kelainan konstitusi berupa status seboroik
(seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum
dipastikan. Prevalensi dermatitis seboroik lebih tinggi pada Odha,
gangguan neurologis dan penyakit kronis lainnya juga terkait dengan
timbulnya dermatitis seboroik. 1, 2
Dermatitis seboroik disebut juga eczema flannellaire , hal ini
berasal dari ide bahwa terdapat retensi pada permukaan kulit oleh
sumbatan dengan katun (flanel), wol, atau pakaian dalam sintetik. 3

II. EPIDEMIOLOGI

Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi
penyakit ini diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi
setidaknya 2 sampai 5 persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang
bayi ataupun pada orang dewasa. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi
pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil
balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun,
kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi
yang tinggi sampai 85 %. Laporan pertama pada tahun 1984 dengan
mengikuti observasi dari seluruh dunia. Pasien dengan gangguan sistem
saraf pusat seperti epilepsi dan penyakit Parkinson juga tampak rentan
terhadap pengembangan dermatitis seboroik.1, 4, 5

III.ETIOPATOGENESIS

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya ialah


kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang
rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. 1

Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang tampak berminyak


(seborrhea). dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan
glandula sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir,
kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon
androgen dari ibu berhenti. Kematangan kelenjar sebasea rupanya
merupakan faktor timbulnya dermatitis seboroik.Walaupun peningkatan
produksi sebum tidak selalu ditemukan pada pasien dengan dermatitis
seboroik. Seborrhea adalah faktor predisposisi untuk dermatitis seboroik,
tetapi dermatitis seboroik bukan merupakan penyakit dari glandula
sebasea. Pada masa kecil, produksi sebum dan dermatitis seboroik
memang berhubungan tetapi pada masa dewasa tidak. 1, 4
A. Efek Mikroba

Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada


kulit manusia) - Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum
ovale mungkin memainkan peran penyebab dalam dermatitis seboroik.
Ragi ini ditemukan dalam kelimpahan yang tinggi pada kulit normal dan
lipofilik. Komposisi lipid pada kulit pasien ditemukan berbeda dalam
proporsi peningkatan kolesterol, trigliserida dan parafin. Kelainan pada
lipid permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif dan / atau
aktivitas lipase dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam
lemak inflamasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur
atau metabolismenya sebesar-produk dapat menyebabkan peradangan
melalui respons yang diperantarai sel imun yang melibatkan sel T, sel
Langerhans dan kaskade komplemen. 5, 6

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit


ini dengan infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang merupakan
flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang
masuk ke dalam epidermis, maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui
aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Status seboroik sering
berasosiasi dengan meningginya suseptibilitas terhadap infeksi piogenik,
tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme iniliah yang menyebabkan
dermatitis seboroik. 1, 7

D.S. dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat


seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan
sitostatik dapat memperbaikinya.1 Riwayat eksim dalam keluarga mungkin
mempengaruhi seseorang untuk terkena dermatitis seboroik. 5Dermatitis
seboroik sering terkait dengan variasi kelainan neurologi, contohnya
postensefalitis parkinson, trauma supraorbital, kelumpuhan wajah, trauma
unilateral gangglion Gasser, poliomielitis, siringomelia, qudriplegia. Stress
emotional tampaknya memperburuk penyakit ini. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem saraf mungkin terlibat, meskipun tidak ada bukti kuat belum
untuk mendukung teori ini.4, 5, 7, 8. Variasi musim dan temperatur
kelembapan juga terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan
kelembapan yang rendah akan memperburuk kondisi.Aktivitas meningkat
pada musim dingin dan awal musim semi, dengan remisi sering terjadi di
musim panas. 4,8

B. Imunodefisiensi dan Dermatitis Seboroik


Bentuk dermatitis seboroik pada AIDS tentunya berbeda dengan
bentuk dermatitis yang klasik, dimana dermatitis seboroik pada AIDS
distribusinya lebih luas dimana lesinya tidak hanya dikepala, tetapi juga di
wajah, aksila, dada, paha dan genitalia, gejala yang lebih berat, dan
penatalaksanaannya yang sering kali sulit.Dermatitis seboroik pada pasien
immunocompromised (HIV / AIDS), menunjukkan bahwa mereka tidak
mampu menjaga jumlah Malassezia. Meskipun antijamur mungkin 'jelas'
membuat gejala membaik dengan kondisi penurunan jumlah mikroba,
rekolonisasi dan relaps terjadi setelah menghentikan pengobatan. Ini bisa
dijelaskan dengan masalah imunologi yang mendasari, menunjukkan
bahwa yang immunocompromised mungkin bertanggung jawab atas
meningkatnya jumlah Malassezia furfur. 1, 5, 7-9

Faktor – faktor predisposisi munculnya dermatitis seboroik :

A. Kelelahan
B. Stress emosional
C. Infeksi
D. Defisiensi imun1
IV.GEJALA KLINIS

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
agak kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat
disertai rasa gatal walupun jarang. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit
kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil
yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama
yang halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe,
dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang
dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. 1, 9

Gambar 1 : Pitiriasis sika (ketombe/dandruff)


Sumber :http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM02630
Tidak jelas apakah dermatitis seboroik menyebabkan rambut rontok
permanen, meskipun peradangan melibatkan folikel rambut. Rambut pada
tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok walaupun jarang
ditemui, mulai dibagian vertex dan frontal. Rambut rontok dapat
disebabkan banyak faktor individu dan. Digabungkan, termasuk produksi
minyak berlebih dari ketidakseimbangan hormon, stres, cuaca panas atau
dingin yang ekstrim, daerah yang lembab, imunodefisiensi, penyakit
Parkinson, kondisi neurologis tertentu dan kebersihan kulit kepala.
Pertumbuhan rambut akan kembali seperti semula setelah diberikan terapi
yang efektif.1, 9, 11

Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul-
papul. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang
berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering
meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikular dan leher. Pada daerah dahi
tersebut, batasnya sering cembung. Pada bentuk yang lebih berat lagi,
seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor dan berbau tidak
sedap. 1 Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat di
alis mata, kulit dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak
skuama kekuningan, dapat terjadi pula blefaritis, yakni pinggir kelopak
mata merah disertai skuama-skuama halus.1, 2

Gambar 2 : Dermatitis Seboroik di kepala dan alis


Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#a0217.

Beberapa pasien muncul dengan mempunyai dua penyakit


sekaligus yaitu dermatitis seboroik dan psoriasis. Mereka menunjukan lesi
klasik dari psoriasis dan sekaligus lesi dermatitis seboroik, ini telah disebut
sebagai “seborrhiasis” atau “sebopsoriasis”. 9 Penyakit ini kronis dan akan
berlangsung sampai nantinya akan mereda selama beberapa waktu
kemudian kambuh. 5

Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang


banyak terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala
(kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga),
wajah (alis mata, kelopak mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan
badan bagian atas (daerah presternum, daerah interskapula, areolla
mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital) .6
Dermatitis seboroik yang pada infantil terjadi pada tahun pertama
kehidupan, biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik secara spontan
pada usia 8-12 bulan. Kelainan kulit yang terjadi berupa skuama-skuama
yang kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit
skalp (Cradle cap). Lesi bisa terbatas di skalp namun dapat meluas ke
regio lain, antara lain : bagian tengah wajah(dahi, alis, hidung, bagian
belakang kepala), area retroauricular, dada, leher, daerah anogenital dan
lipatan badan.6, 9 Regio frontal dan parietal kulit kepala ditutupi dengan
kulit yang berminyak dan tebal, sering terdapat kerak-kerak yang pecah
(crusta lactea or “milk crust”), biasanya tanpa dasar yang merah. Kelainan
kulit dapat disertai gatal ataupun tidak, tetapi berlebihan menggaruk dapat
menyebabkan peradangan, infeksi ringan atau perdarahan. 5

Gambar 3 : cradle - cap


Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cradle_cap

Leiner’s Disease atau disebut juga erythroderma desquamativum


merupakan kelainan kulit dengan gangguan sistem imun yang terjadi pada
bayi baru lahir dan ditandai oleh dermatitis seboroik generalisata, diare
berulang, infeksi lokal pada kulit, anemia dan kegagalan untuk
berkembang, sehingga bayi dengan gejala-gejala ini harus dievaluasi.
Erythroderma desquamativum (Leiner’s Disease) merupakan komplikasi
dermatitis seboroik pada bayi (dermatitis seborrhoides infantum). Kelainan
kulit pada Leiner’s Disease berupa eritema universal disertai skuama yang
kasar pada daerah kulit kepala, wajah. Sangat cepat menyebar ke bagian
lain dari tubuh3, 4,10-11
Gambar 4 : Leiner’s Disease
Gambar 5 : Leiner’s Disease
Sumber : Sumber :
http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis- http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446
and-failure-to-thrive.html

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakan dignosis dermatitis seboroik dapat dilakukan


pemeriksaan patologi anatomi. Gambaran histopatologi pada dermatitis
seboroik bervariasi sesuai dengan tahap penyakit. Pada dermatitis
seboroik akut dan subakut terdapat infiltrat ringan perivaskular superfisial ,
terdiri dari sel limfohistiosit kadang-kadang disertai neutrofil; edema
ringan pada papila dermis; adanya fokus spongiosis pada infundibulum
dan epidermis; serta mound parakeratosis sengan globus kecil plasma
pada bibir muara dan diantara muara infundibulum.3

Gambaran histopatologis dermatitis seboroik pada AIDS berbeda


dengan dermatitis seboroik biasa, keratinosit yang nekrosis, kerusakan
setempat dari dermoepidermal oleh kelompok sel limfoid dan jarang
ditemukan spongiosis. Pada dermis tampak banyak pembuluh darah
dengan dinding yang menebal, banyak ditemukan sel plasma. 10
VI. DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis seboroikdapat ditegakkan berdasarkan :


A. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak
dan agak kekuningan batasnya agak kurang tegas (skuama dapat
halus atau kasar)1

B. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang


banyak terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah
kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di
belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata, glabellla, lipatan
nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah presternum, daerah
interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah
anogenital) .6

VII. DIAGNOSIS BANDING

Gambaran klinis yang khas pada D.S. ialah skuama yang berminyak
dan kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik. 1
A. Psoriasis
Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan
merata dengan skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika
dan disertai dengan Auspitz sedangkan pada dermatitis seboroik
eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,
batasnya agak kurang jelas. Skuama pada psoriasis jika dicoba
dilepas akan mungkin berdarah tetapi skuama pada dermatitis
seboroik dengan sangat mudah dilepas. Tempat predileksinya pun
berbeda , predileksi psoriasis antara lain skalp, perbatasan skalp
dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut,
dan daerah lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di
: skalp, dahi, pipi, hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan
luar, lipatan nasolabial, daerah sternum, areola mame, lipatan
dibawah mame pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat paha, dan
daerah anogenital. Psoriasis biasanya melibatkan kuku, disamping
menimbulkan kelainan pada kulit, psoriasis dapat pula menyebabkan
kelainan pada sendi walaupun jarang. Pada dermatitis seboroik rasa
gatal akan muncul jika sudah berat sedangkan pada psoriasis gatal
sudah dirasakan dari awal penyakit.1, 10, 12

Gambar 6 : psoriasis di kepala


Sumber : Darya-Varia LABORATORIA
B. Kandidosis Kutis
Dermatitis seboroik dapat menyerupai kandidosis kutispada lipat
paha, lipatan payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak
yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa sedangkan
pada dermatitis seboroik eritema dan skuama berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Pada kandidosis, Lesi
dikelilingi oleh satelit berupa vesikel - vesikel dan pustul – pustul
yang kecil atau bula yang bila pecah meningalkan daerah yang erosif
dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Dermatitis seboroik dan kandidosis intertriginosa juga dapat
dibedakan pada tempat predileksinya. Predileksi dermatitis seboroik
terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea
yaitu daerah kepala, wajah dan badan bagian atas. 6 Sedangkan
predileksi kandidosis intertriginosa selain pada lipat paha, lipatan
payudara dan umbilikus, juga terdapat ada lipatan kulit ketiak,
intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan
umbilikus.Keluhan gatal yang lebih menonjol dapat mendukung
diagnosis kandidosis intertriginosa. 1

Gambar 7: kandisosis intergluteal


Sumber : http://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg

Gambar 8: kandiosis di lipatan payudara


Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-
yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/s1600/blog+5.jpg

C. Rosasea
Rosasea memiliki kesamaan dengan dermatitis seboroik karena
dapat menghasilkan eritema wajah menyerupai dermatitis seboroik.
12Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung,
pipi, dagu, dahi, dan alis, terkadang meluas ke leher bahkan
pergelangan tangan atau kaki. Sedangkan dermatitis seboroik
terdapat pada tempat sebore, dengan skuama yang berminyak dan
agak gatal. Kelaianan kulit pada rosasea adalah eritema,
telangiektasia, papul, edema, dan pustul. Adanya eritema dan
telangiektasia yang persisten pada setiap episode merupakan gejala
khas rosasea. Lesi umumnya simetris. 1

Gambar 10 : Rosasea
Sumber : http://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html

VIII. PENATALAKSANAAN

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar


disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi
hendaknya diperhatikan, misalnya stess emosional dan kurang tidur.
Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak, kurangi konsumsi gula, dan
banyak mengkonsumsi sayuran. Kebersihan kulit kepala yang tepat
merupakan hal utama dalam mengobati dermatitis seboroik. Pengobatan
dapat diberikan secara topikal ataupun sistemik. Pengobatan secara
topikal digunakan dalam sebagian besar kasus Dermatitis Seboroik. 1, 10 -12
A. Pengobatan Sistemik

Kortikosteorid digunakan pada bentuk yang berat, dosis


prednison 20-30 mg sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis
diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder diberi anti
biotik.1
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus rekalsitran. Efeknya
mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut
dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi
sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan
tampak setelah empat minggu. Sesudah itu diberikan dosis
pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang
ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.1
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan
narrow band UVB (TL-1) yang cukup aman dan efektif. Setelah
pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar
penderita mengalami perbaikan.1
Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis
seboroik terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum
ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg
per hari selama 1 – 3 minggu. Selain itu oral antijamur itrakonazol
dengan dosis 200 mg per hari selama 1 minggu tampaknya menjadi
pilihan ketika dermatitis seboroik menyebar secara luas, tahan
terhadap preparat topikal, atau ketika mempengaruhi masalah
psikologis yang dapat mengubah gaya hidup pasien. Efek anti
peradangan dan aktivitas antifungi terhadap Malassezia
menunjukkan bahwa itraconazole oral akan menjadi pengobatan lini
pertama pilihan oral untuk dermatitis seboroik di masa depan.
Itrakonazol adalah anti jamur yang lipofilik dan keratinofilik sistemik.
Obat ini tidak memiliki potensi yang sama untuk menyebabkan
hepatotoksisitas sebagai ketokonazol dan mungkin, karena itu,
menjadi alternatif yang lebih aman untuk pasien yang memerlukan
pengobatan oral,walaupun begitu harus dipertimbangkan dengan
cermat dalam merencanakan pengobatan untuk kondisi kronis
seperti dermatitis seboroik.1, 12, 14

B. Pengobatan Topikal
1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)

Tacrolimus dan pimecrolimus termasuk imunomodulator


topikal nonkortikosteroid. Cara kerjanya mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh. Inhibitor kalsineurin topikal ini mengerahkan
efek anti-inflamasi oleh limfosit T menghambat aktivasi dan
proliferasi, juga menunjukkan sifat anti-jamur dan anti-inflamasi
tanpa resiko atrofi kutaneus yang berhubungan dengan topikal
steroids. Dan mungkin menjadi alternatif yang tepat untuk untuk
dermatitis seboroik dengan kortikosteroid karena tidak memiliki
efek samping jangka panjang. 5, 10
2. Keratolitik

Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan


keratolitik. Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis
seboroik adalah tar, asam salisilat dan shampo zinc pyrithion.
Zinc pyrithion memiliki sifat keratolitik non spesific dan antijamur
dan dapat diterapkan dua atau tiga kali per minggu. Pasien harus
meninggalkan ini sampo pada rambut selama paling sedikit lima
menit untuk memastikan bahwa shampo mencapai kulit kepala.
Pasien juga dapat menggunakannya di tempat lain yang terkena
dampak, misalnya wajah. 10
3. Antijamur Topikal

Antijamur topikal merupakan andalan pengobatan dermatitis


seboroik. Dipelajari dengan baik agen termasuk ketokonazol,
bifonazole, dan ciclopiroxolamine (juga disebut ciclopirox), yang
tersedia dalam formulasi yang berbeda seperti krim, gel, busa,
dan shampoo. Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila
pada sediaan langsung terdapat banyak pityrosporum ovale.
Penggunaan intermiten ketokonazol dapat mempertahankan
remisi. Tidak ada efek samping dalam penggunan antijamur
topikal. 1, 10, 12

4. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal bermanfaat dalam pengobatan jangka


pendek terutama untuk mengontrol eritema dan gatal, misalnya
krim hidrokortison 2 1/2 %. Pada kasus inflamasi yang berat
dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya
betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena
dapat terjadi atrofi kulit dan hipertrikosis dalam penggunaan
kortikosteroid jangka panjang. 1, 12

5. Preparat Selenium Sulfida


Pada pitiriasis sika dan oleosa ,gunakan seminggu 2 – 3 kali
pada kulit kepala dikeramasi selama 5 – 15 menit, misalnya
dengan selenium sulfide (selsun). 1, 12
Obat topikal lain yang dapat dipakai :
- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2 – 5 % atau
krim pragmatar
- Resorsin 1 – 3 %
- Sulfur Praesipitatum 4 – 20 %, dapat digabung dengan
asam salisilat 3 – 6 %
Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.1

Skuama yang melekat pada bayi dapat diberikan minyak


mineral hangat, dibiarkan 8-12 jam, kemudian skuama dilepas
dengan sikat halus, lalu dilanjutkan dengan sampo yang tepat.
Sampo ketokonazol merupakan pengobatan yang aman dan
berkhasiat untuk bayi dengan cradle cap. Menggunakan sampo
ringan dan lembut memijat kulit kepala akan membantu
menghilangkan skuama. Dermatitis Seboroik yang sudah
melampaui kulit kepala, obat topikal seperti krim antijamur atau
kortikosteroid ringan diperlukan, contohnya hidrokortison 1%.
Untuk kasus yang parah pemberian kortikosteroid topikal perlu
dibatasi karena mungkin terjadi penyerapan sistemik. 6, 9 13

IX. PROGNOSIS

Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai


faktor konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun
terkontrol.1 Prognosis Eritroderma Desquamativum (Penyakit Leiner) pada
bayi tidak terlalu baik kecuali perawatan intensif yang tepat dan perawatan
kulit disediakan. Telah dilaporkan pada beberapa pasien cacat dalam
fungsi leukosit (kemotaksis) dan C5 inhibitor. 4, 10

X. KESIMPULAN

Dermatitis seboroik termasuk penyakit yang sering ditemui, dan


biasanya sangat mudah dikenali. Biasanya pasien datang dengan keluhan
ketombe di kulit kepalanya. Dermatitis seboroik tidak mempengaruhi
kesehatan secara keseluruhan, namun terkadang memberikan rasa tidak
nyaman. Dermatitis seboroik ini tidak menular, dan bukan tanda
kebersihan yang rendah. Dermatitis seboroik biasanya memerlukan
pengobatan selama bertahun-tahun, karena tidak ada pengobatan yang
dapat benar-benar menyembuhkan penyakit tersebut., hal ini penting
dalam mengedukasi pasien dimana pengobatan yang diberikan tidak
memberikan hasil dengan penyembuhan yang total, namun dapat
dikontrol. 1, 12, 15
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M. Dermatitis Seboroik. In: Djuanda A, editor.


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta; 2016
2. Gibson EL, Perry HO. Eczematous Rashes. In: Dermatology.
Moschella SL, Hurley HJ, Eds, 3rd Ed. Harcourt Brace Jovanovich,
Inc, New York. p : 214
3. Plewig G. Seborrheic Dermatitis. In : Dermatology In General
Medicine. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen
KF, Eds. 4th Ed. McGraw Hill, Inc, New York. p. 1596-73
4. No name. Seborrheic Dermatitis (SD). Available at
http://www.clinuvel.com/en/skin-science/skin-conditions/common-
skin-conditions/seborrheic-dermatitis-sd. Accesed on 4 January
2016.
5. Gupta AK, Nicol KA. Seborrheic dermatitis of the scalp : etiology
and treatment. Journal of Drugs in Dermatology. 2004.
6. Selden T. Seborrheic Dermatitis Clinical presentation. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview#a0101.
Accesed on 4 January 2016.

7. Orkin M, Maibach HI, Dahl VD. Dermatologic manifestations of


AIDS. In:Dermatology. 1st Ed. Prentice-Hall International Inc. p. 144-
145
8. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr.
Soetomo Surabaya. Dermatitis Seboroik. Atlas Penyakit kulit &
kelamin. 4th Ed. Surabaya : Penerbit Airlangga University Press;
2008. P. 113-115
9. No name. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Seborrhoeic_dermatitis. Accesed on 4
January 2016.
10. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis : An
Overview. Am Fam Physician. 2006 Jul 1;74 (1): 125-132
11. Ngan V. Leiner’s disease. Available at
:http://dermnetnz.org/dermatitis/leiner.html. Accesed on 4 January
2016.
12. Naldi L, Rebora A. Seborrheic Dermatitis. N Engl J Med
2009;360;368;387-96
13. L, Wahab A, Khan SI, Shirin S. Safety of oral itraconazol in the
traetment of seborrheic dermatitis. Journal of Pakistan Association
od Dermatologist 2011;21:102-105
14. Sheffield RC, Crawford P. What’s the best treatment for cradle cap.
THE JOURNAL OF FAMILY PRACTICE. March 2007 · Vol. 56,
No. 3: 232-233.
15. Harms RW. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984.
Accesed on 4 January 2016.
16. Leiner’s Disease. Available at
http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis-and-failure-to-
thrive.html . Accesed on 4 January 2016.
17. No name. Dermatitis and failure to thrive. Available at
http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446. Accesed on 4
January 2016.
18. Kusmayoni WM. Kandidosis intergluteal. Available
athttp://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg. Accesed on 4
January 2016.
19. Simatupang MM. Kandidosis. Available athttp://3.bp.blogspot.com/-
yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/s16
00/blog+5.jpg. Accesed on 4 January 2016.
20. Alai NN, Cole GW, Shiel WC. Rosasea. Available
athttp://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html. Accesed on 4
January 2016.

Anda mungkin juga menyukai