TINJAUAN PUSTAKA
Papan gypsum adalah papan yang dibuat dari potongan kayu atau bahan
berlignoselulosa dengan menggunakan gypsum dan air sebagai perekatnya
(Youngquist 1995). Gypsum bersifat sensitif terhadap kelembaban dan penggunaannya
secara umum dibatasi untuk interior. Diperkirakan sekitar 90% interior bangunan
menggunakan produk gypsum. Industri gypsum mengembangkan riset untuk
menghasilkan produk berkualitas tinggi dan melayani kebutuhan designer dan
perkantoran (BPB 2017). Semua papan dengan bahan pengikat anorganik memiliki
ketahanan terhadap deteriorasi terutama yang disebabkan oleh serangga, hama dan api.
Sifat-sifat lain dari papan gypsum adalah kedua permukaan halus sehingga
mudah dicat, dilapis dengan kertas dinding (wallpaper) atau vinir, tahan terhadap
tekanan yang tinggi, tahan api, faktor biologis, mudah dipaku, digergaji, diamplas
sehingga mudah untuk mengatur ketebalan dan ketebalan produk lebih dari 18 mm
dapat dibuat (Febrianto 1986).
Menurut Rohni, Dede dan Yusuf (2006) papan gypsum juga memiliki
kelemahan dibanding papan tiruan lainnya antara lain adalah mudah menyerap air
serta mempunyai kekuatan yang rendah. Salah satu cara untuk mengatasi semua
permasalahan dari papan semen dan papan gypsum tersebut di atas adalah dengan
membuat papan semen-gypsum (subtitusi semen dengan gypsum pada beberapa
proporsi tertentu) dengan perlakuan pengerasan (curing) autoclave.
Sifat fisik panel gypsum dan papan gypsum (SNI 03-6434-2000)
1. Penyimpangan kuat lentur (Metode A-Laju Pembebanan Tetap) dengan
penambahan beban seragam yaitu 4.45N/detik, penyimpangan maksimum
±10%.
2. Penyimpangan kekerasan lapisan inti (Metode A-Laju Pembebanan Tetap)
dengan penambahan beban seragam yaitu 4.45N/detik, penyimpangan
maksimum ±10%.
3. Penyimpangan kuat cabut paku (Metode A-Laju Pembebanan Tetap) dengan
penambahan beban yang seragam yaitu 4.45N/detik, penyimpangan
maksimum ±10%.
4. Penyimpangan kuat lentur (Metode B-Laju Pembebanan Tetap) belum
ditentukan.
5. Penyimpangan kekerasan lapisan inti (Metode B-Laju Pembebanan Tetap),
penyimpangan maksimum 15%.
6. Penyimpangan kuat cabut paku (Metode B-Laju kecepatan tetap)
penyimpangan maksimum 15%.
7. Kedalaman lekukan atau tonjolan pada tepi papan gypsum penyimpangan
maksimum dari rata-ratanya yaitu 1,27 mm.
Papan gypsum dapat digunakan sebagai partisi dinding atau untuk plafon
dengan kestabilan dan ketahanan produk yang tinggi. Papan ini juga cocok untuk
semua fungsi arsitektur dan desain modern. Papan gypsum biasanya dipasang ke
rangka kayu, rangka besi, maupun ditempel ke dinding pasangan batu. Selain
memberikan kualitas yang tinggi dengan harga ekonomis untuk semua interior, proyek
ini aman bagi lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan (Jainal, 2013)
Pada umumnya bahan-bahan penyusun papan semen terdiri dari bahan baku berupa
serat, semen, gypsum dan air.
2.2.1 Semen
1. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau
tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah
lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat
dengan memanaskan limestone pada suhu 850 oC. CaCO3 dari limestone akan
melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau quick lime (CaO).
Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam butiran
yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi dapat
mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk CaCO3 kembali.
2. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan
padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka
semen tersebut bersifat:
- Dapat mengeras bila dicampur air
- Dapat mengeras walau didalam air Contoh semen hidraulis adalah semen
Portland, semen campur, semen khusus dan sebagainya.
Semen Portland (PC) dibuat dari semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau
lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain (SNI 15-2049-2004).
2.2.2 Gypsum
Gypsum dapat dihasilkan dari sumber daya alam, limbah industri yang dikenal
dengan gas asap gypsum dan gypsum kimia. Gas asap gypsum yang sekarang
diproduksi dalam jumlah besar di Amerika Serikat dihasilkan melalui proses
perubahan kapur menjadi sulfur dioksida. Gypsum kimia adalah produk sampingan
produksi pupuk asam phospat berupa endapan dari polutan yang mengandung
campuran air dan kapur. Penggabungan tipe-tipe gypsum dengan partikel kayu
menghasilkan papan gypsum untuk penggunaan rumah tangga dan bangunan industri
(Youngquist 1995).
Menurut Moslemi (1994), gypsum sangat sensitif terhadap air atau kelembaban
sehingga penggunaannya terbatas pada penggunaan interior. Gypsum digunakan untuk
pelapisan, papan dinding, beberapa jenis semen, pupuk, pengisi cat, batu hias dan lain-
lain. Panel gypsum dibuat dari sejumlah gypsum, air dan serat berlignoselulosa. Waktu
pengerasan gypsum ± 10 menit. Dalam proses pengerasan gypsum setelah dicampur
dengan air terjadi proses hidrasi yang menyebabkan kenaikan suhu. Maka dalam
pembuatan papan gypsum harus digunakan bahan kimia untuk memperlambat proses
pengerasan tanpa mengubah sifat gypsum sebagai perekat.
a. Dry wall.
b. Bahan perekat.
Gypsum umumnya memiliki sifat lunak dengan skala Mohs 1,5 –2. Berat jenis
gypsum antara 2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/liter pada 0 °C yang meningkat
menjadi 2,1 gr/liter pada 40 °C, tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi. Gypsum
memiliki kilap sutra hingga kilap lilin, tergantung dari jenisnya. Gores gypsum
berwarna putih, memiliki derajat ketransparanan dari jenis transparan hingga
translucent, serta memiliki sifat menolak magnet atau disebut diamagnetit.
2.2.3 Air
Air juga sangat berperan penting dalam proses pembuatan papan semen yang
kegunaanya untuk melunakkan campuran agar bersifat plastis. Persyaratan air sebagai
bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat sebagai
berikut (SNI 03-6861.1-2002) :
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 5 gram/liter. Kandungan
khlorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari
1000 p.p.m sebagai SO3.
5. Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air
suling, maka penurunan kekuatan adukan dan beton yang memakai air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.
6. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
7. Khusus untuk beton pretekan, kecuali syarat-syarat tersebut diatas air tidak
boleh mengandung Chlorida lebih dari 50 p.p.m.
Styrofoam yang memiliki nama lain polystyrene, Begitu banyak digunakan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari hari. Styrofoam banyak digunakan mulai pada
pengemasan barang-barang elektronik hingga sebagai kemasan makanan. Styofoam
memiliki sifat fisik yang relatif tahan bocor, ringan, praktis dan dapat menjaga suhu
makanan dengan baik. Hal ini yang membuat styrofoam menjadi primadona sebagai
pengemas makanan, apalagi didukung harga styrofoam yang sangat murah, yaitu
hanya 1/3 - 1/2 kali kertas. Styrofoam seringkali digunakan secara tidak tepat oleh
publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan
oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya styrofoam dimaksudkan untuk
digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan
pangan. Namun, styrofoam sebagai bahan pembungkus pangan maupun untuk
kebutuhan lain dapat menimbulkan masalah baik dari segi kesehatan maupun
lingkungan, serta tidak sedikit pengaruhnya dalam peningkatan Global Warming.
c. Titik leburnya rendah (88oC) dan lunak pada suhu 90oC sampai 95oC).
e. Permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan bahan segar.
Styrofoam merupakan bahan yang baik ditinjau dari segi mekanis maupun suhu
namun bersifat agak rapuh dan lunak pada suhu dibawah 100° C menurut Billmeyer
(1984) dalam Dharma Giri (2008). Styrofoam ini memiliki berat jenis sampai 1050
kg/m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser
sampai 0,99 GN/m2, angka poisson 0,33 menurut Crawford (1998) dalam Dharma Giri
(2008).
Styrofoam memiliki sifat basa sehingga dapat bercampur baik dengan pasta
semen atau adukan untuk jangka waktu yang lama. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan beton ringan dengan campuran styrofoam yang sudah banyak digunakan
dan diproduksi dalam dunia konstruksi saat ini terutama pada beton. Styrofoam adalah
material yang sangat ringan, sehingga menggunakan styrofoam sebagai agregat beton
akan berdampak langsung pada penurunan berat volume beton. Artinya, semakin
banyak styrofoam yang dimasukkan di dalam beton maka berat volume beton akan
semakin ringan pula. Keuntungan dari beton styrofoam bila digunakan sebagai dinding
dan panel non-struktural antara lain: ringan akan tetapi cukup kuat, hemat biaya
pemasangan karena ukuran blok dinding dapat dibuat lebih besar sehingga
mempermudah dan mempercepat pemasangan, lebih kedap suara. Penggunaan
styrofoam dalam beton maupun bata akan membuat bobotnya menjadi ringan, dapat
juga bekerja sebagai serat yang meningkatkan kemampuan kekuatan dan khususnya
daktilitas beton maupun bata. Selain itu penggunaan styrofoam dalam plester dinding
penyerap suara dapat dianggap sebagai udara yang terjebak. Namun keuntungan
menggunakan styrofoam dibandingkan dengan rongga udara dalam plester dinding
adalah styrofoam mempunyai kekuatan tarik. Dengan demikian selain akan membuat
dinding menjadi ringan, dapat juga bekerja sebagai serat yang meningkatkan
kemampuan kekuatan dan khususnya dalam hal daya serap suara. (Satyarno, 2004).
2.3 Hasil Penelitian Terdahulu
Desi dan Saibatul (2015) melakukan penelitian pada papan gypsum
dengan menggunakan pengisi alternatif limbah serutan rotan. Bahan yang
digunakan terdiri dari tepung gypsum, serutan rotan, serat fiber dan boraks.
Pada penelitian ini papan gypsum yang berbahan pengisi serutan rotan, serat
fiber dan atau campuran antara serutan rotan dengan serat fiber menggunakan
konsentrasi bahan 0,5 %; 1,0 %; 1,5 %; 2,0 % dan 2,5 % serta diameter serutan
rotan 2 mm; 3 mm; 4 mm. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis diukur
berdasarkan standar mutu SNI 03-64342000. Berdasarkan pengujian papan
gypsum menggunakan serutan rotan menghasilkan rerata kadar air berkisar
antara 4,04-6,58 %, kerapatan 0,29-0,45 g/cm3, daya serap air 17,39-24,81 %,
pengembangan tebal antara 0,077-0,654 % dan keteguhan patah (MOR)
berkisar antara 15,51-65,29 kg/cm2. Dari hasil pengujian sifat fisis secara
keseluruhan memenuhi standar mutu dan sifat mekanik belum memenuhi
standar mutu papan gypsum SNI 03-6434-2000.