Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Papan Gypsum

Papan gypsum adalah papan yang dibuat dari potongan kayu atau bahan
berlignoselulosa dengan menggunakan gypsum dan air sebagai perekatnya
(Youngquist 1995). Gypsum bersifat sensitif terhadap kelembaban dan penggunaannya
secara umum dibatasi untuk interior. Diperkirakan sekitar 90% interior bangunan
menggunakan produk gypsum. Industri gypsum mengembangkan riset untuk
menghasilkan produk berkualitas tinggi dan melayani kebutuhan designer dan
perkantoran (BPB 2017). Semua papan dengan bahan pengikat anorganik memiliki
ketahanan terhadap deteriorasi terutama yang disebabkan oleh serangga, hama dan api.

2.1.1 Karakteristik Papan Gypsum

Papan yang menggunakan semen atau gypsum sebagai bahan pengikat


memiliki sifat-sifat yang sama, kecuali :

a. Semen dapat ditambahkan bahan kimia tertentu untuk mempercepat


pengerasan campuran semen dan kayu.

b. Gypsum dapat diberi bahan penghambat untuk menghambat sifat setting


gypsum yang cepat.

Sifat-sifat lain dari papan gypsum adalah kedua permukaan halus sehingga
mudah dicat, dilapis dengan kertas dinding (wallpaper) atau vinir, tahan terhadap
tekanan yang tinggi, tahan api, faktor biologis, mudah dipaku, digergaji, diamplas
sehingga mudah untuk mengatur ketebalan dan ketebalan produk lebih dari 18 mm
dapat dibuat (Febrianto 1986).

Menurut Rohni, Dede dan Yusuf (2006) papan gypsum juga memiliki
kelemahan dibanding papan tiruan lainnya antara lain adalah mudah menyerap air
serta mempunyai kekuatan yang rendah. Salah satu cara untuk mengatasi semua
permasalahan dari papan semen dan papan gypsum tersebut di atas adalah dengan
membuat papan semen-gypsum (subtitusi semen dengan gypsum pada beberapa
proporsi tertentu) dengan perlakuan pengerasan (curing) autoclave.
Sifat fisik panel gypsum dan papan gypsum (SNI 03-6434-2000)
1. Penyimpangan kuat lentur (Metode A-Laju Pembebanan Tetap) dengan
penambahan beban seragam yaitu 4.45N/detik, penyimpangan maksimum
±10%.
2. Penyimpangan kekerasan lapisan inti (Metode A-Laju Pembebanan Tetap)
dengan penambahan beban seragam yaitu 4.45N/detik, penyimpangan
maksimum ±10%.
3. Penyimpangan kuat cabut paku (Metode A-Laju Pembebanan Tetap) dengan
penambahan beban yang seragam yaitu 4.45N/detik, penyimpangan
maksimum ±10%.
4. Penyimpangan kuat lentur (Metode B-Laju Pembebanan Tetap) belum
ditentukan.
5. Penyimpangan kekerasan lapisan inti (Metode B-Laju Pembebanan Tetap),
penyimpangan maksimum 15%.
6. Penyimpangan kuat cabut paku (Metode B-Laju kecepatan tetap)
penyimpangan maksimum 15%.
7. Kedalaman lekukan atau tonjolan pada tepi papan gypsum penyimpangan
maksimum dari rata-ratanya yaitu 1,27 mm.

Menurut Silaban (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi sifat papan


semen yaitu, jumlah air yang dicampur dalam semen, kadar semen, jenis partikel/serat,
bahan tambahan (additive), waktu pengempaan, waktu pengkondisian dan besar
tekanannya. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi produk akhir yang dihasilkan
pada pembuatan papan semen. Dengan adanya ketetapan terhadap faktor-faktor
tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar terhadap sifat suatu jenis
papan semen.

2.1.2 Kegunaan Papan Gypsum

Menurut Febrianto (1986), papan gypsum dapat digunakan sebagai bahan


bangunan di bawah atap yang tidak berhubungan dengan kelembaban tinggi.
Keunggulan papan gypsum antara lain tahan terhadap api, jamur, serangga dan mudah
dalam pengerjaan.

Papan gypsum dapat digunakan sebagai partisi dinding atau untuk plafon
dengan kestabilan dan ketahanan produk yang tinggi. Papan ini juga cocok untuk
semua fungsi arsitektur dan desain modern. Papan gypsum biasanya dipasang ke
rangka kayu, rangka besi, maupun ditempel ke dinding pasangan batu. Selain
memberikan kualitas yang tinggi dengan harga ekonomis untuk semua interior, proyek
ini aman bagi lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan (Jainal, 2013)

Beberapa belahan dunia, papan gypsum digunakan sebagai pelengkap untuk


dinding dan pelapis lantai bangunan. Pada bagian luar bangunan berfungsi sebagai
papan untuk melapisi dan pada bagian dalam berfungsi sebagai pelindung. Papan
berkerapatan tinggi digunakan untuk lantai, penutup atap, pintu tahan api, dinding
penahan muatan, dan pembentuk lapisan semen (Youngquist, 1999).

2.2 Bahan Penyusun Papan Semen

Pada umumnya bahan-bahan penyusun papan semen terdiri dari bahan baku berupa
serat, semen, gypsum dan air.

2.2.1 Semen

Semen sebagai bahan pengikat partikel memiliki ketahanan yang istimewa


terhadap perusakan dan pembusukan serangga dan api, sehingga papan partikel yang
menggunakan perekat semen cocok untuk permukaan dinding-dinding eksterior dan
interior (Haygreen dan Bowyer, 1986).

Semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu:

1. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau
tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah
lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat
dengan memanaskan limestone pada suhu 850 oC. CaCO3 dari limestone akan
melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau quick lime (CaO).

CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2

Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam butiran
yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi dapat
mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk CaCO3 kembali.

2. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan
padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka
semen tersebut bersifat:
- Dapat mengeras bila dicampur air

- Tidak larut dalam air

- Dapat mengeras walau didalam air Contoh semen hidraulis adalah semen
Portland, semen campur, semen khusus dan sebagainya.

Semen Portland (PC) dibuat dari semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau
lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain (SNI 15-2049-2004).

2.2.2 Gypsum

Gypsum merupakan suatu senyawa kimia yang mengandung dua molekul


hablur dan dikenal dengan rumus kimia CaSO42H2O. Dalam bentuk murni gypsum
berupa kristal dan berwarna putih. Gypsum murni biasanya mengandung 100%
2
CaSO42H2O dengan komposisi 32,6% CaO, 40,5% SO 3 dan 20,9% H2O. Pada
umumnya deposit gypsum ini terdapat pada beberapa tempat sebagai lapisan atau
endapan yang bercampur dengan batu kapur, batu pasir dan tanah liat. Di Indonesia
gypsum yang sudah diketahui kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Nusa Tenggara,
Sulawesi dan Madura (Febrianto 1986).

Gypsum dapat dihasilkan dari sumber daya alam, limbah industri yang dikenal
dengan gas asap gypsum dan gypsum kimia. Gas asap gypsum yang sekarang
diproduksi dalam jumlah besar di Amerika Serikat dihasilkan melalui proses
perubahan kapur menjadi sulfur dioksida. Gypsum kimia adalah produk sampingan
produksi pupuk asam phospat berupa endapan dari polutan yang mengandung
campuran air dan kapur. Penggabungan tipe-tipe gypsum dengan partikel kayu
menghasilkan papan gypsum untuk penggunaan rumah tangga dan bangunan industri
(Youngquist 1995).

Menurut Moslemi (1994), gypsum sangat sensitif terhadap air atau kelembaban
sehingga penggunaannya terbatas pada penggunaan interior. Gypsum digunakan untuk
pelapisan, papan dinding, beberapa jenis semen, pupuk, pengisi cat, batu hias dan lain-
lain. Panel gypsum dibuat dari sejumlah gypsum, air dan serat berlignoselulosa. Waktu
pengerasan gypsum ± 10 menit. Dalam proses pengerasan gypsum setelah dicampur
dengan air terjadi proses hidrasi yang menyebabkan kenaikan suhu. Maka dalam
pembuatan papan gypsum harus digunakan bahan kimia untuk memperlambat proses
pengerasan tanpa mengubah sifat gypsum sebagai perekat.

Gypsum memiliki kegunaan dalam bidang konstruksi yaitu :

a. Dry wall.

b. Bahan perekat.

c. Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan.

d. Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen.

e. Sebagai indikator pada tanah dan air.

Gypsum umumnya memiliki sifat lunak dengan skala Mohs 1,5 –2. Berat jenis
gypsum antara 2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/liter pada 0 °C yang meningkat
menjadi 2,1 gr/liter pada 40 °C, tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi. Gypsum
memiliki kilap sutra hingga kilap lilin, tergantung dari jenisnya. Gores gypsum
berwarna putih, memiliki derajat ketransparanan dari jenis transparan hingga
translucent, serta memiliki sifat menolak magnet atau disebut diamagnetit.

2.2.3 Air

Air juga sangat berperan penting dalam proses pembuatan papan semen yang
kegunaanya untuk melunakkan campuran agar bersifat plastis. Persyaratan air sebagai
bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat sebagai
berikut (SNI 03-6861.1-2002) :

1. Air harus bersih.

2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.

3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.

4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 5 gram/liter. Kandungan
khlorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari
1000 p.p.m sebagai SO3.

5. Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air
suling, maka penurunan kekuatan adukan dan beton yang memakai air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.

6. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.

7. Khusus untuk beton pretekan, kecuali syarat-syarat tersebut diatas air tidak
boleh mengandung Chlorida lebih dari 50 p.p.m.

2.2.4 Polystyrene (Styrofoam)

Styrofoam merupakan jenis polystyrene yang berbentuk plastik foam, ringan,


dan terdiri dari sel-sel yang berukuran kecil yang tidak saling terhubung. Polystyrene
sendiri dihasilkan dari C6H5CH9CH2, yang mempunyai enam cincin karbon yang
tersusun secara teratur sepanjang garis karbon dari molekul. Penggabungan acak
benzene mencegah molekul membentuk garis yang sangat lurus sebagai hasilnya
polystyrene mempunyai bentuk yang tidak tetap, transparan dan dalam berbagai bentuk
plastik. Styrofoam atau plastik busa masih termasuk golongan plastik. Umumnya
styrofoam berwarna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan
(Khomsan, 2003).

Styrofoam yang memiliki nama lain polystyrene, Begitu banyak digunakan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari hari. Styrofoam banyak digunakan mulai pada
pengemasan barang-barang elektronik hingga sebagai kemasan makanan. Styofoam
memiliki sifat fisik yang relatif tahan bocor, ringan, praktis dan dapat menjaga suhu
makanan dengan baik. Hal ini yang membuat styrofoam menjadi primadona sebagai
pengemas makanan, apalagi didukung harga styrofoam yang sangat murah, yaitu
hanya 1/3 - 1/2 kali kertas. Styrofoam seringkali digunakan secara tidak tepat oleh
publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan
oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya styrofoam dimaksudkan untuk
digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan
pangan. Namun, styrofoam sebagai bahan pembungkus pangan maupun untuk
kebutuhan lain dapat menimbulkan masalah baik dari segi kesehatan maupun
lingkungan, serta tidak sedikit pengaruhnya dalam peningkatan Global Warming.

Menurut Daulay (2014) sifat-sifat umum dari styrofoam adalah:

a. Memiliki kekuatan dan tidak mudah sobek (elastis).


b. Tahan terhadap air, bahan kimia non-organik dan alkohol.

c. Titik leburnya rendah (88oC) dan lunak pada suhu 90oC sampai 95oC).

d. Tahan terhadap asam dan basa kecuali asam pengoksidasi.

e. Permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan bahan segar.

f. Mudah dicetak, permukannya licin, jernih dan mengkilap.

g. Mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap debu dan kotoran.

Styrofoam merupakan bahan yang baik ditinjau dari segi mekanis maupun suhu
namun bersifat agak rapuh dan lunak pada suhu dibawah 100° C menurut Billmeyer
(1984) dalam Dharma Giri (2008). Styrofoam ini memiliki berat jenis sampai 1050
kg/m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser
sampai 0,99 GN/m2, angka poisson 0,33 menurut Crawford (1998) dalam Dharma Giri
(2008).

Styrofoam memiliki sifat basa sehingga dapat bercampur baik dengan pasta
semen atau adukan untuk jangka waktu yang lama. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan beton ringan dengan campuran styrofoam yang sudah banyak digunakan
dan diproduksi dalam dunia konstruksi saat ini terutama pada beton. Styrofoam adalah
material yang sangat ringan, sehingga menggunakan styrofoam sebagai agregat beton
akan berdampak langsung pada penurunan berat volume beton. Artinya, semakin
banyak styrofoam yang dimasukkan di dalam beton maka berat volume beton akan
semakin ringan pula. Keuntungan dari beton styrofoam bila digunakan sebagai dinding
dan panel non-struktural antara lain: ringan akan tetapi cukup kuat, hemat biaya
pemasangan karena ukuran blok dinding dapat dibuat lebih besar sehingga
mempermudah dan mempercepat pemasangan, lebih kedap suara. Penggunaan
styrofoam dalam beton maupun bata akan membuat bobotnya menjadi ringan, dapat
juga bekerja sebagai serat yang meningkatkan kemampuan kekuatan dan khususnya
daktilitas beton maupun bata. Selain itu penggunaan styrofoam dalam plester dinding
penyerap suara dapat dianggap sebagai udara yang terjebak. Namun keuntungan
menggunakan styrofoam dibandingkan dengan rongga udara dalam plester dinding
adalah styrofoam mempunyai kekuatan tarik. Dengan demikian selain akan membuat
dinding menjadi ringan, dapat juga bekerja sebagai serat yang meningkatkan
kemampuan kekuatan dan khususnya dalam hal daya serap suara. (Satyarno, 2004).
2.3 Hasil Penelitian Terdahulu
Desi dan Saibatul (2015) melakukan penelitian pada papan gypsum
dengan menggunakan pengisi alternatif limbah serutan rotan. Bahan yang
digunakan terdiri dari tepung gypsum, serutan rotan, serat fiber dan boraks.
Pada penelitian ini papan gypsum yang berbahan pengisi serutan rotan, serat
fiber dan atau campuran antara serutan rotan dengan serat fiber menggunakan
konsentrasi bahan 0,5 %; 1,0 %; 1,5 %; 2,0 % dan 2,5 % serta diameter serutan
rotan 2 mm; 3 mm; 4 mm. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis diukur
berdasarkan standar mutu SNI 03-64342000. Berdasarkan pengujian papan
gypsum menggunakan serutan rotan menghasilkan rerata kadar air berkisar
antara 4,04-6,58 %, kerapatan 0,29-0,45 g/cm3, daya serap air 17,39-24,81 %,
pengembangan tebal antara 0,077-0,654 % dan keteguhan patah (MOR)
berkisar antara 15,51-65,29 kg/cm2. Dari hasil pengujian sifat fisis secara
keseluruhan memenuhi standar mutu dan sifat mekanik belum memenuhi
standar mutu papan gypsum SNI 03-6434-2000.

Gusti (2007) melakukan penelitian pada sifat papan gypsum dari


partikel kayu meranti (Shorea sp) dengan variasi berat partikel 300gr, 400 gr
dan 500 gr. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar air papan
gipsum 15,56 - 16,18 %, kerapatan 0,80 - 1,02 g/cm3, pengembangan tebal
1,51 - 2,32 %, modulus patah 16,28 - 43,98 kg/cm2. Berat partikel tidak
berpengaruh terhadap pengembangan tebal, tetapi berpengaruh nyata terhadap
kadar air dan kerapatan dan berpengaruh sangat nyata terhadap modulus patah.
Sifat pengembangan tebal papan memenuhi persyaratan standar Jerman
sedangkan kerapatan dan modulus patah tidak memenuhi persyaratan tersebut.

Hendrik (2005) melakukan penelitian pada papan semen partikel


dengan menggunakan Acacia mangium Willd, semen Portland tipe I merk Tiga
Roda dan Gypsum. Adonan pembuatan papan semen partikel terdiri dari
semen, air dan partikel dengan perbandingan 2,5 : 1,25 :1,0. Taraf substitusi
sebagian semen dalam penelitian adalah 10%-50%. Hasil pengujian
menunjukan bahwa suhu hidrasi semakin naik dengan meningkatnya taraf
semen tersubstitusi. Tingkat semen tersubstitusi 40% dan 50% menghasilkan
suhu hidrasi yang tergolong baik (suhu hidrasi > 40ºC), sedangkan untuk
tingkat semen tersubstitusi 0% sampai 30% menghasilkan suhu hidrasi yang
tergolong sedang (suhu > 36ºC) berdasarkan penggolongan oleh LPHH
(Lembaga Penelitian Hasil Hutan) Bogor. Nilai rata-rata kerapatan papan hasil
penelitian yaitu 1,03 gr/cm3 lebih kecil dari yang ditargetkan yaitu 1,2 gr/cm3.
Berdasarkan standar JIS A 5417 (1992) dan Bison (1975) kerapatan papan
semen partikel yaitu 1,2 gr/cm3, maka untuk semua sifat fisis dan sifat mekanis
yang duji dalam penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengan standar JIS A
5417 (1992) dan Bison (1975). Pengujian terhadap sifat fisis menunjukan
bahwa persentase kadar air, pengembangan linear, pengembangan tebal, dan
daya serap air semakin meningkat dengan bertambahnya semen tersubstitusi.
Nilai kerapatan dan pengembangan linear tidak berpengaruh dengan perlakuan
substitusi semen sampai dengan taraf 50%. Sifat mekanis papan semen partikel
semakin menurun dengan meningkatnya taraf semen tersubstitusi sampai 50%.

Martika (2016) Penelitian ini menggunakan limbah yang berasal dari


pembungkus makanan styrofoam yang dipotong manual dengan lebar 0,5cm-
1cm, panjang 1,5cm-3cm dan tebal 0,1cm. Perbandingan campuran 0,8PC :
0,2Kapur : 0,27FAS ; 0,8PC :0,2Kapur :0,2Styrofoam : 0,27FAS ; 0,8PC :
0,2Kapur : 0,4Styrofoam :0,27FAS ; 0,8PC : 0,2Kapur : 0,6Styrofoam :
0,27FAS ; 0,8PC:0,2 Kapur :0,8Styrofoam: 0,27 FAS ; 0,8PC : 0,2Kapur :
1Styrofoam : 0,27 FAS. Hasil analisis menunjukkan semakin banyak limbah
styrofoam yang digunakan menurunkan densitas, berat jenis, penyerapan air
dan kuat lentur, juga meningkatkan kadar air dan pengembangan tebal.
Densitas tertinggi 1,96 gr/cm3 dan terendah 1,32 gr/cm3, termasuk papan
berkerapatan tinggi. Pengembangan tebal tertinggi 0,974% dan terendah
0,286%. Berat jenis terbesar 2,238 dan terendah 1,335, sesuai standar yaitu
lebih dari 1,2. Kadar air terbesar 9,931% dan terendah 7,878%, memenuhi
standar dibawah 13%. Penyerapan air terbesar 4,904% dan terendah 3,510%,
memenuhi standar di bawah 35%. Kuat lentur terbesar 255,75 kg/cm2 dan
terendah 164,00 kg/cm2, memenuhi standar diatas 100 kg/cm2. Berdasarkan
analisis statistic diperoleh simpulan, terdapat pengaruh yang signifikan antara
limbah styrofoam terhadap sifat fisik dan mekanik papan semen.

Meri (2013) melakukan penelitian pada papan semen gypsum dengan


menggunakan serat ijuk untuk mengetahui pengaruh terhadap sifat fisis dan
mekanik. Perbandingan terhadap matriks semen dengan gipsum yaitu 0%, 2%,
4%, 6% dan 8%. Pada penelitian digunakan jenis komposit laminat, yaitu
komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabungkan menjadi satu
dengan setiap lapisnya memiliki karakteristik tersendiri. Dari pengujian yang
telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sifat fisis bahan yaitu densitas
mengalami kenaikan sejalan dengan penambahan serat ijuk. Daya serap air
mengalami penurunan sejalan dengan penambahan serat ijuk. Dari pengujian
sifat mekanik untuk kuat tekan dan kuat lentur, persentase optimum
penambahan serat ijuk adalah sebanyak 4% yang nilainya masing-masing
adalah 123,87 kg/cm2 dan 40,83 kg/cm2. Dari keseluruhan pengujian,
persentase penambahan serat ijuk terbaik terdapat pada komposisi serat ijuk
4%. Kata

Muhammad (2006) melakukan penelitian sifat fisis dan mekanis papan


gypsum dari kayu gmelina arborea roxb pada berbagai kadar gypsum dan
perlakuan pendahuluan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
partikel kayu Gmelina arborea, gypsum dengan kadar 200%, 300% dan 400%,
boraks 1% dan air. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
penambahan kadar gypsum dapat meningkatkan sifat fisis dan mekanis papan.
Kerapatan papan gypsum semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
kadar gypsum dari 200%, 300% dan 400%. Nilai kerapatan papan gypsum
berkisar 0.80 g/cm3-1.08 g/cm3. Sedangkan daya serap air semakin menurun
seiring dengan meningkatnya kadar gypsum yang digunakan. Daya serap air 2
jam papan berkisar antara 19.14%-43.21%. Daya serap air 24 jam papan
berkisar antara 23.17%-52.45%. Daya serap air terbaik (terendah) papan
didapatkan dari interaksi antara kadar gypsum 400% dan penambahan boraks
1%. Pada pengujian sifat mekanis papan gypsum kadar gypsum berpengaruh
pada nilai MOE dan IB papan dimana semakin meningkatnya kadar gypsum,
nilai MOE dan IB papan semakin meningkat. Nilai MOE berkisar antara 1
157.18 kg/cm2-8 046.4 kg/cm2. Nilai keteguhan rekat internal (IB) berkisar
antara 0.212 kg/cm2-1.269 kg/cm2.
Setiadhi (2006) Papan semen partikel dibuat dengan perbandingan
sabut, semen dan air adalah 1,0 : 2,7 ; 1,62 dan 1,0 : 3 : 1,8. Kerapatan sasaran
papan semen sebesar 1,2 gr/cm3. Total berat adonan yang digunakan untuk
membuat satu lembar panil ukuran (30 x 30 x 1,2) cm dengan kerapatan 1,2
gr/cm3 adalah 1296 gr. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kerapatan papan
berkisar 1,09 – 1,18 g/cm3, kadar air berkisar 6,40% - 7,81%, pengembangan
linier berkisar 1,05 – 2,43%, pengembangan tebal berkisar 0,23 – 2,26%, dan
daya serap air berkisar 25,96% – 38,95%. Dari pengujian sifat mekanis,
diperoleh keteguhan lentur (MOE) berkisar 5546,69 – 9724,39 kg/cm2.

Susilowati (2009) melakukan penelitian pada papan panel semen


dengan menggunakan daun glodogan dipotong-potong ukuran panjang 5 - 20
mm dan lebar 3 - 10 mm kemudian direndam dalam air dingin selama 24 jam
dan dikeringkan. Komposisi campuran yang digunakan berdasarkan
perbandingan volume campuran semen instan MU-301 : SD adalah 1 : 0; 1 :
0,2; 1 : 0,4; 1 : 0,6 ; 1 : 0,8; 1 : 1,0 dengan faktor air campuran (f.a.c.) 0,15.
Hasil analisis menunjukkan semakin banyak sampah daun pada papan panel
semen mengakibatkan peningkatan rembesan air, daya serap air, kadar air dan
pengembangan tebal. Selain itu penambahan sampah daun juga dapat
menurunkan densitas, berat jenis, kuat lentur, kuat tekan dan kuat tarik.

Susilowati, Wardhani & Wijayanto (2012) Penelitian ini untuk


memanfaatkan limbah gelas plastik air mineral jenis PP5 (Polypropylene)
sebagai papan semen, menentukan sifat fisik dan mekanik papan semen yang
menggunakan campuran limbah gelas plastik air mineral jenis PP5 dan
mendapatkan perbandingan komposisi papan semen yang optimal. Komposisi
campuran berdasarkan perbandingan volume dengan dengan variasi semen
2,0;2,5; 3,0; 3,5 dan polypropylene 0,5. Hasil analisis menunjukkan
penambahan limbah plastik pada papan semen mengakibatkan peningkatan
kadar air dan kuat lentur. Selain meningkatkan penambahan limbah plastik juga
dapat menurunkan berat, densitas, berat jenis dan penyerapan air. Sehingga
papan semen dapat digunakan sebagai partisi atau bagian-bagian yang tidak
tetap/mudah dipindahkan. Komposisi campuran yang memungkinkan untuk
dikembangkan adalah variasi 0,5PP : 3,0PC : 0,2KP : 1,1 Air : 0,023SC. Hal
ini disebabkan karena kuat lentur papan semen nilainya yang paling tinggi
sebesar 23,91 kg/cm2 walaupun belum memenuhi persyaratan SNI 15-0233-
1989 yaitu sebesar minimum 100 kg/cm2 untuk ketebalan papan semen 1,0 cm.

Swan & Sian (2013) Penelitian ini adalah memanfaatkan styrofoam


bekas bungkus makanan sebagai agregat untuk membuat beton ringan non-
struktural. Styrofoam untuk kotak makanan tebalnya bervariasi 1-3 mm,
bersifat lentur, rapat air dan memiliki tekstur permukaan yang halus. Setelah
dibersihkan dari kotoran sisa makanan yang melekat, dilakukan pemotongan
dengan ukuran maksimum 1 cm. Pemeriksaan berat jenis styrofoam kotak
makanan (dengan piknometer) menghasilkan nilai = 0.039. Berat jenis ini
berbeda cukup besar dengan Styrofoam baru bentuk bulat maupun styrofoam
sisa-sisa kemasan produk dan sampah papan dekorasi. Hasil analisis
menunjukkan semakin tinggi % volume styrofoam substitusi, maka adukan
beton menjadi terasa lebih kasar dan juga lebih sulit dikerjakan (dicetak dan
dipadatkan) sehingga diperlukan bahan campuran tambahan yang jenis dan
dosisnya harus sesuai dengan tingkat w/c dari pasta semen. Semakin tinggi %
volume styrofoam substitusi, maka kuat tekan maupun kuat lentur beton
menjadi semakin rendah. Berat isi beton keras dengan substitusi Styrofoam
mengikuti kecenderungan logis untuk berkurang seiring dengan bertambahnya
volume styrofoam di dalam beton. Akan tetapi, eksperimen membuktikan
bahwa berat isi beton keras aktual senantiasa lebih tinggi dari berat isi beton
rencana. Batas perubahan dari beton normal ke beton ringan tidak terjadi pada
30% volume styrofoam substitusi (sesuai rencana) akan tetapi (aktual) terjadi
pada beton keras dengan 50% volume styrofoam substitusi. Pada pembuatan
benda-benda uji, hasil yang lebih baik terbukti dapat dicapai dengan
menggunakan cara penekanan ringan dan bukan cara penusukan dan
penggetaran, yaitu pada 60% dan 80% volume styrofoam substitusi.

Anda mungkin juga menyukai