1
www.ebooksoalcpns.com
Kisi-kisi Bahasa Indonesia
Makna Kata
Makna leksikal adalah makna yang meskipun berdiri sendiri, mengacu pada
benda, sifat, atau peristiwa. Contohnya : ayah, anak, saudara, suara, sejuk,
kuat, lemah, dsb.
Makna gramatikal adalah makna yang timbul akibat peristiwa morfologis atau
sintaksis, seperti imbuhan, kata tugas, dsb. Jadi makna gramatikal itu sesuai
konteks kalimatnya. Contohnya : malah, namun, belum, bukan, sudah, dsb.
Awalan (Prefiks)
• Prefiks di-
• Prefiks me-
Berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti
struktural. Prefiks ini mengandung beberapa arti:
• Prefiks ber-
Berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan
kata kerja sendiri) Prefiks ini mengandung arti :
• Prefiks pe-
Berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda
sendiri. Prefiks ini mendukung makna gramatikal:
• Prefiks per-
• Prefiks ter-
Berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki
antara lain ialah :
• Prefiks ke-
Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata
benda, dan kata kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna
gramatikal 'yang di ... i', atau 'yang di ... kan', seperti pada kata kekasih dan
ketua.
4
www.ebooksoalcpns.com
Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata.
Sisipan -el-
Sisipan -er-
Sisipan -em-
Bedakan dengan kata berawalan "p" yang dilekati awalan "pe-" yang
keduanya luluh menjadi "pem-", misalnya "pemimpin" bukan "pimpin" yang
diberi infiks "-em-" melainkan "pimpin" yang diberi awalan "pe-"
Sisipan -in-
Sisipan -ha-
1) Majas Metafora adalah Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat
membentuk suatu pengertian baru. Contoh : Raja siang, kambing hitam
7) Majas Ironi adalah Gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus.
Contoh : Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca
11) Majas Metonimia adalah Majas yang memakai merek suatu barang.
Contoh : Kami ke rumah nenek naik kijang
12) Majas Alusio adalah Majas yang mepergunakan peribahasa / kata – kata
yang artinya diketahui umum. Contoh : Upacara ini mengingatkan aku pada
proklamasi kemerdekaan tahun 1945
14) Majas Elipsis adalah Majas yang manghilangkan suatu unsure kalimat.
Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )
15) Majas Inversi adalah Majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu
kalimat. Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
16) Majas Pleonasme adalah Majas yang menggunakan kata – kata secara
berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata. Contoh : Mari
naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan
17) Majas Antiklimaks adalah Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut –
turut yang makin lama makin menurun. Contoh : Para bupati, para camat, dan
para kepala desa
18) Majas Klimaks adalah Majas yang menyatakan beberapa hal berturut –
turut yang makin lama makin mendebat. Contoh : Semua anak – anak,
remaja, dewasa, orang tua dan kakek
7
www.ebooksoalcpns.com
19) Majas Retoris adalah Majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya
sudah diketahui. Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ?
20) Majas Aliterasi adalah Majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi
awalnya sama. Contoh : Inikah Indahnya Impian ?
21) Majas Antanaklasis adalah Majas yang mengandung ulangan kata yang
sama dengan makna yang berbeda. Contoh : Ibu membawa buah tangan,
yaitu buah apel merah
22) Majas Repetisi adalah Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan.
Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku
24) Majas Kiasmus adalah Majas yang berisi perulangan dan sekaligus
mengandung inverse. Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang
miskin merasa kaya
26) Majas Antonomasia adalah Majas yang menyebutkan nama lain terhadap
seseorang yang berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya. Contoh :
Si pincang, Si jangkung, Si kribo
Penghubung
Macam-macam kata penghubung diantaranya adalah
• jika, andaikan, manakala = menunjukkan hubungan kondisional
(syarat)
• untuk, buat, bagi = menunjukkan hubungan tujuan
• namun, tetapi = menunjukkan hubungan pertentangan
8
www.ebooksoalcpns.com
• semenjak, sejak, ketika = menunjukkan hubungan waktu
• seakan-akan, seolah-olah = menunjukkan hubungan
perbandingan
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf
atau lebih.
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata,
ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai
kata.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kecil.
• Jika ditulis dengan angka Arab, bilangan ditulis diawali dengan ke-.
Jika ditulis dengan angka Romawi, bilangan ditulis sendirian.
o Benar: abad kesebelas, abad ke-11, abad XI
o Salah: abad ke sebelas, abad ke-sebelas, abad 11, abad ke 11,
abad ke-XI, abad ke XI
• Penulisan tahun
o Benar: 1960-an
o Salah: 1960an
1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa
engkau tahu.
2. Kata turunan
1. Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) ditulis serangkai dengan
kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk
memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda
hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh:
menggarisbawahi, dilipatgandakan.
11
www.ebooksoalcpns.com
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati,
mancanegara.
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan
tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak
(anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan
(sayur-mayur, ramah-tamah).
4. Gabungan kata atau kata majemuk
1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda
hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-
dengar, anak-istri saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis
serangkai.
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki,
kauambil, bukumu, miliknya.
6. Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang
sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di
dalam, ke tengah, dari Surabaya.
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah
kepada si kancil.
8. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah,
siapakah, apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu
seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali
pun.
3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis
terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
Sastra
Periodisasi Sastra
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang
berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli,
Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan
masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870
masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari
bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi
politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa
Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas
dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka"
oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah
asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel
Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan
Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang
cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan
tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman
inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
13
www.ebooksoalcpns.com
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan
oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut,
terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di
Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh
Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu
novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar
Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan
Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah
Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh
Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B.
Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita
pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956
dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
14
www.ebooksoalcpns.com
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan
Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini.
Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran
sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran,
arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam
menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan
1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye,
Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan
Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara,
Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan
Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing
Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.
15
www.ebooksoalcpns.com